This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Tutorial Skenario 1 Blok PEDIATRI
FISIOLOGIS NEONATUS
Oleh :
Kelompok 19
Dian Fikri Rachmawan (G0010058)
Dyah M. Dewanti (G0010064)
Fitroh Annisah (G0010084)
Hanne Dianta Pramono (G0010090)
Nabila (G0010132)
Pritami (G0010152)
Ramadhan Abdillah (G0010158)
Setya Bayu Kurniawan (G0010174)
Yohana Trissya A. (G0010198)
Tutor : Sri Haryarti, Dra., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut DepKes RI, (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram. Ketika kelahiran, terjadi pemutusan hubungan plasenta
dengan ibu, yang berarti hilangnya dukungan terhadap metabolisme janin. Dalam
keadaan seperti ini, secara fisiologis terjadi beberapa peristiwa penting seperti
mulai bernafasnya bayi baru lahir, penyesuaian sirkulasi, mulai berfungsinya
organ-organ vital bayi baru lahir, dan lain sebagainya. Maka dari itu dibutuhkan
pemeriksaan fisik lengkap guna mengetahui keadaan kesehatan bayi baru lahir.
Selain itu, juga perlu dilakukan tatalaksana yang tepat pada bayi baru lahir dan
ibu pasca persalinan.
Adapun masalah pada skenario 1 blok pediatri adalah sebagai berikut:
Santi, seorang mahasiswi kedokteran, di ruang bersalin, ia mendapati
seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg, panjang 50 cm. Skor APGAR menit
pertama 8, menit kelima 9, dan menit kesepuluh 10. Santi melakukan pemeriksaan
fisik lengkap pada bayi tersebut dan semuanya normal. Santi melihat catatan
riwayat kesehatan ibu serta riwayat persalinan. Ia mendapati bayi tersebut
dilahirkan secara spontan pada umur kehamilan 39 minggu. Ketuban pecah 3
jam sebelum bayi lahir, warna ketuban jernih, tidak ada mekoneum. Catatan
kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH
negatif, HbsAg negatif, gula darah normal, dan HIV negatif. Selanjutnya bayi dan
ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh
ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kriteria normal bayi baru lahir?
2. Bagaimana cara pengukuran skor APGAR dan interpretasinya?
3. Sebutkan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru lahir beserta
interpretasinya!
4. Bagaimana hubungan riwayat kesehatan dan persalinan ibu dengan bayi
baru lahir?
5. Bagaimana klasifikasi umur kehamilan?
6. Bagaimana hubungan waktu persalinan dengan kondisi bayi baru lahir?
7. Jelaskan mengenai penyebab ketuban pecah dini!
8. Mengapa warna ketuban menjadi tanda penting saat persalinan?
9. Bagaimana penatalaksanaan bayi baru lahir dan ibu, serta prosedur rawat
gabung?
10. Bagaimana tatalaksana pemberian ASI oleh ibu pada bayi baru lahir?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kriteria normal bayi baru lahir.
2. Mengetahui cara pengukuran skor APGAR dan interpretasinya.
3. Mengetahui pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru lahir beserta
interpretasinya.
4. Mengetahui hubungan riwayat kesehatan dan persalinan ibu dengan bayi
baru lahir.
5. Mengetahui klasifikasi umur kehamilan.
6. Mengetahui hubungan waktu persalinan dengan kondisi bayi baru lahir.
7. Mengetahui penyebab ketuban pecah dini.
8. Menjelaskan interpretasi warna ketuban saat persalinan.
9. Mengetahui penatalaksanaan bayi baru lahir dan ibu, serta prosedur rawat
gabung.
10. Mengetahui tatalaksana pemberian ASI oleh ibu pada bayi baru lahir.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologis fetus dan neonatus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru
lahir.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana tatalaksana pada bayi baru lahir
dan ibu pasca persalinan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tatalaksana pemberian ASI oleh ibu pada
bayi baru lahir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fisiologi Fetus dan Neonatus
1. Fetus
Organ – organ pada fetus mulai berkembang sejak 1 bulan setelah
fertilisasi, dan selama 2 bulan berikutnya, sebagian besar organ telah selesai
dibentuk. Pembentukkan organ ini terjadi pada trisemester pertama dan
disebut dengan organogenesis. Mulai trisemester berikutnya, organ – organ
pada fetus sudah sama dengan neonatus, namun perkembangan selularnya
belum sempurna. Pada trisemester ini, terjadi penyempurnaan fungsi organ –
organ tubuh fetus. Walaupun demikian, beberapa organ tertentu belum
sempurna bahkan saat lahir, seperti sistem saraf, hati, dan ginjal.
Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi,
berkontraksi 65 x/menit dan meningkat 140 x/menit sebelum lahir. Sel darah
merah berinti mulanya dibentuk dalam yolk sac. Lapisan mesotelial plasenta
mulai menghasilkan sel darah merah berinti mulai minggu ke-3. Hal ini akan
diikuti pembentukan sel darah merah tak berinti oleh mesenkim fetus dan
endotelium pembuluh darah fetus pada minggu ke-4 dan ke-5. Kira – kira
mulai minggu ke-10, hati mulai membentuk sel - sel darah dan pada bulan
ke-3, limpa dan jaringan limfoid tubuh mulai membentuk sel darah. Sumsum
tulang juga mulai membentuk sel darah merah dan sel darah putih kira – kira
bulan ke-3. Pada 3 bulan terakhir kehidupan fetus, secara perlahan – lahan
produksi sel darah diambil alih oleh sumsum tulang, kecuali pembentukan sel
– sel limfosit dan plasma oleh jaringan limfoid.
Pernafasan tidak dapat terjadi selama kehidupan fetus karena gerakan
pernafasan fetus dihambat. Hal ini mungkin disebabkan (1) kondisi kimia
khusus yang terdapat dalam cairan tubuh fetus, (2) terdapatnya cairan dalam
paru fetus, (3) kemungkinan rangsangan yang tidak diketahui. Penghambatan
ini bertujuan supaya paru – paru fetus tidak terisi oleh mekonium.
Sebagian besar refleks kulit pada fetus terbentuk pada bulan ke-3 sampai
ke-4 kehamilan. Akan tetapi, fungsinya tetap belum berkembang bahkan saat
lahir. Mielinisasi susunan saraf pusat menjadi sempurna setelah 1 tahun
kehidupan postnatal.
Fetus mencerna dan mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion selama
pertengahan masa kehamilan. Pada 2 sampai 3 bulan terakhir kehamilan,
fungsi gastrointestinal sudah mendekati fungsi normal neonatus. Di dalam
traktus gastrointestinal sudah dihasilkan mekonium secara terus menerus dan
dieksresikan ke cairan amnion. Mekonium sendiri merupakan residu cairan
amnion dan sebagian dari produk – produk ekskretoris dari mukosa dan
kelenjar – kelenjar gastrointestinal.
Ginjal fetus mampu mengeksresikan urin paling sedikit selama akhir
pertengahan kehamilan, dan urinasi secara normal terjadi in utero. Akan
tetapi, fungsi ginjal sebagai kontrol keseimbangan asam basa dan
keseimbangan cairan elektrolit belum sempurna, bahkan saat lahirpun, fungsi
ginjal masih belum sempurna. Dibutuhkan kira – kira beberapa bulan untuk
mencapai kesempurnaan fungsi ginjal.(Guyton and Hall, 2008)
2. Neonatus
Kehidupan intrauterin dengan kehidupan ekstrauterin tentu saja berbeda.
Janin saat masih dalam kandungan masih ditopang oleh ibu melalui plasenta.
Ketika kelahiran, terjadi pemutusan hubungan plasenta dengan ibu, yang
berarti hilangnya dukungan terhadap metabolisme janin. Dalam keadaan
seperti ini terjadi beberapa peristiwa penting :
a. Mulai bernafasnya neonatus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
bayi baru lahir secara spontan bernafas :
1) Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks
janin. Hal ini menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru
keluar dan kemudian terisi udara.
2) Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya
asfiksia ringan. Hal ini akan memberikan impuls pada pusat – pusat
pernafasan untuk mulai bernafas.
3) Adanya rangsangan dingin, terutama pada bagian wajah yang akan
merangsang pusat pernafasan.
4) Pada bayi yang terlambat bernafas, terjadi hipoksia dan hiperkapnea
yang juga akan memberikan stimulus tambahan terhadap pusat
pernafasan.
Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk pertama kali
bernafas. Setelah paru – paru mengembang, hanya dibutuhkan sedikit
tekanan untuk mengambang dan mengempiskan paru – paru. Selain
itu, cairan surfaktan juga diperlukan untuk menurunkan tegangan
permukaan, sehingga dapat mempermudah pengembangan dan
pengempisan paru – paru. Pada bayi – bayi prematur, terjadi kesulitan
bernafas karena cairan surfaktan belum diproduksi banyak. Akibatnya
pada bayi – bayi prematur terjadi kesulitan bernafas.
b. Penyesuaian sirkulasi saat kelahiran
Pada saat lahir terjadi perubahan sirkulasi dari sirkulasi fetus ke
sirkulasi normal. Perubahan tersebut menyebabkan penutupan beberapa
lubang, yang pada fetus masih terbuka, yaitu :
1) Penutupan foramen ovale
Penutupan foramen ovale terjadi karena tekanan atrium kanan
menjadi rendah sedangkan tekanan atrium kiri menjadi tinggi. Hal ini
menyebabkan darah mencoba mengalir balik ke atrium kanan melalui
foramen ovale. Akibatnya, katup kecil di atas foramen ovale di
sebelah kiri septum atrium akan menutup ostium ini.
2) Penutupan duktus arteriosus
Penutupan duktus arteriosus karena peningkatan resistensi
sistemik sehingga terjadi peningkatan tekanan aorta sementara terjadi
penurunan resistensi paru sehingga menurunkan tekanan arteri
pulmonalis. Akibatnya darah mengalir balik dari aorta ke arteri
pulmonalis. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, dinding otot duktus
arteriosus mengalami konstriksi sehingga dalam waktu 1 – 8 jam
aliran darah balik sudah berhenti. Setelah 1 – 4 bulan, duktus
arteriosus menutup secara anatomis karena pertumbuhan jaringan
fibrosa dalam lumen duktus.
3) Penutupan duktus venosus
Penutupan duktus venosus terjadi karena kontraksi yang kuat dari
duktus ini sehingga aliran darah akan mengalir ke vena porta
kemudian aliran darah ini akan masuk ke sinus – sinus di hati.
c. Fungsi ginjal
1) Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi 7 kali lebih besar
dari orang dewasa berkaitan dengan berat badan.
2) Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar dari orang dewasa
berkaitan dengan berat badan.
3) Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna sampai akhir bulan
pertama kehidupan.
Oleh karena itu, pada bayi sering terjadi dehidrasi, asidosis, dan
bahkan kelebihan cairan (edema).
d. Fungsi hati
Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hati masih belum
optimal, karena:
1) Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hati neonatus
berlangsung buruk dan oleh karena itu hanya menyekresikan sedikit
bilirubin selama beberapa hari pertama kehidupan.
2) Pembentukan protein plasma oleh hati neonatus mengalami defisiensi,
sehingga konsentrasi protein plasma menurun menjadi 15% – 20%.
Bahkan kadang – kadang konsentrasi protein turun sangat rendah
sampai bayi mengalami edema hipoproteinemia.
3) Fungsi glukoneogenesis hati secara khusus mengalami defisiensi.
Akibatnya, kadar glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi
makan akan turun sampai sekitar 30 – 40 mg/dl, dan bayi harus
bergantung pada simpanan lemak untuk energinya sampai pemberian
makanan yang cukup.
4) Hati neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor – faktor
yang dibutuhkan darah untuk koagulasi darah normal.
e. Pencernaan, absorpsi, metabolisme energi makanan, dan nutrisi
Pada umumnya pencernaan neonatus dengan anak yang lebih tua
sudah sama. Namun demikian, ada beberapa hal yang membedakan,
yaitu:
1) Sekresi amilase pankreas masih kurang, sehingga neonatus kurang
kuat dalam mencerna zat tepung.
2) Absorpsi lemak masih kurang, sehingga susu dengan kandungan lemak
yang tinggi, seperti susu sapi, seringa diabsorpsi kurang baik.
3) Akibat fungsi hati yang belum sempurna, kadar glukosa darah
neonatus tidak stabil dan biasanya rendah.
4) Neonatus secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan lemak.
Sehingga dengan diet yang adekuat, sebanyak 90% dari asam amino
akan dicerna untuk digunakan sebagai pembentukan protein tubuh. Ini
lebih tinggi dari orang dewasa. (Guyton and Hall, 2008 dan Meadow et
al., 2002)
B. Klasifikasi Bayi Menurut Masa Gestasi
Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan :
1. Bayi Kurang Bulan (BKB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu ( 259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan (BCB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37
– 42 minggu (259 – 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan (BLB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu ( 249 hari)
Masalah yang sering dijumpai pada BKB dan BBLR dibanding dengan BCB
dan BBL normal sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat :
a. Peningkatan hilangnya panas.
b. Kurangnya lemak sub kutan.
c. Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar.
d. Proteksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil.
2. Kesulitan pernapasan :
a. Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (Penyakit
Membran Hialin)
b. Risiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks
menghisap, dan refleks menelan.
c. Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang
lemah.
d. Pernapasan yang periodik dan apnea.
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi :
a. Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu.
b. Motilitas usu yang menurun.
c. Pengosongan lambung yang tertunda.
d. Pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak kurang.
e. Defisiensi enzim laktase pada brush border usus.
f. Menurunnya cadangan kalsiu, fosfor protein, dan zat besi dalam
tubuh.
g. Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis nekrotikans).
4. Imaturasi hati :
a. Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu.
b. Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K.
5. Imaturasi ginjal :
a. Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar.
b. Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik.
c. Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau
hipernatremia, hiperkalemia atau glikosuria ginjal.
6. Imaturasi imunologis
Risiko infeksi tinggi akibat :
Tidak banyak transfer igG maternal melalui plasenta selama
trisemester ketiga.
Fagositosis terganggu.
Penurunan faktor komplemen.
7. Kelainan neurologis
a. Refleks isap dan telan yang imatur.
b. Penurunan motilitas usus.
c. Apnea dan bradikardi berulang.
d. Perdarahan intravertikal dan leukomalasia periventrikel.
e. Pengaturan perfusi serebral yang buruk.
f. Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE).
g. Retinopati prematurasi.
h. Kejang
i. Hipotonia
8. Kelainan kardiovaskuler
a. Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum yang
ditemukan pada BKB
b. Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan hematologis
a. Anemia onset dini atau lanjut
b. Hiperbilirubinemia
c. Disseminated intravaskular eoagulation (DIC) hemorrhagic disease of
the newborn (HDN)
10. Metabolisme
a. Hipokalsemia
b. Hipoglikemia tau hiperglikemia.
C. Pemeriksaan Fisik Lengkap pada Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah
lampu yang terang yang berfungsi sebgai pemanas untuk mencegah
kehilangan panas. Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik
harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling
kurang tiga kali, yakni (1) pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang dilakukan
dalam 24 jam di ruang perawatan, dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang.
Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik adalah lingkar kepala,
berat ,panjang , kelainan fisik yang ditemukan, frekuensi napas dan nadi,
serta keadaan tali pusar.
1. Pemeriksaan di kamar bersalin
a. Menilai adaptasi
Perlu diperiksakan dikamar bersalin agar mengetahui apakah bayi
memerlukan resusitasi atau tidak. Bayi yang mungkin memerlukan
resusitasi adalah bayi dengan pernapasan yang tidak adekuat, tonus otot
kurang, aada mekonium di dalam cairan amnion atau ahir kurang bulan.
Nilai APGAR juga masih dipakai untuk melihat keadaan bayi pada usia 1
menit dan 5 menit .
Cara menentukan nilai APGAR
Tanda 0 1 2
Laju jantung Tidak ada < 100 >100
Usaha
bernapas
Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot lumpuh Ekstremitas
fleksi sedikit
Gerakan aktif
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi
melawan
Warna kulit Seluruh tubuh
biru/pucat
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
₋ Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dalam keadaan baik
₋ Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
₋ Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai APGAR:
a. Pengaruh obat-obatan
b. Trauma lahir
c. Kelainan bawaan
d. Infeksi
e. Hipoksia
f. Hipovolemia
g. Kelainan prematur
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat
badan, panjang badan dan lingkar kepalanya. Bayi baru lahir normal
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
₋ Berat badan 2500 – 4000 gram
₋ Panjang badan 48 – 52 cm
₋ Lingkar kepala 33 – 35 cm
₋ Lingkar dada 30 – 38 cm
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir (Manuaba, 2007) :
Bayi dengan berat badan normal : 2.500 – 4.000 gram
Bayi dengan berat badan lebih : > 4.000 gram
Bayi dengan berat badan rendah : < 2.500 gram / 1.500 – 2.500
gram
Bayi dengan berat badan sangat rendah : < 1.500 gram
Bayi dengan berat badan ekstrim rendah : < 1.000 gram
b. Mencari kelainan kongenital
Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat
teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada trisemester pertama
dan juga apakah ada kelainan bawaan pada keluarga.disamping itu perlu
diketahui apak ibu menderita penyakt yang dapat mengganggu
pertumbuha janin seperti diabetes melitus, asma bronkial dan sebagainya.
Sebelum memeriksa bayi perlu juga diperiksa cairan amnion, tali pusar