Page 1
TUTORIAL
NYERI KEPALA
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Syaraf
Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada
Disusun oleh:
Fandy Rachmad Dewantoro 15/377936/KU/17644
Camilla Amanda 15/383043/KU/18243
Tania Prima Auladina 15/377962/KU/17670
Hana Anindya Indana 15/380874/KU/17755
Pembimbing:
dr. Farida Niken Astari NH, M.Sc, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN,
KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
Page 2
DESKRIPSI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 13-51-xx
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 September 1950
Usia : 69 tahun
Alamat : Widodomartani
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2019
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang
5HSMRS: Os mengeluhkan nyeri di gigi bagian kanan lalu diperiksakan ke dokter
dan diberikan obat
4HSMRS: Os mengeluhkan bagian mata mulai membengkak dan terasa nyeri
kepala cenut-cenut pada kepala kanan yang menjalar hingga kepala belakang.
Bagian pipi juga terasa nyeri sehingga pasien periksa ke RS Paramedika
HMRS: Pasien datang ke IGD ke RSA UGM dirujuk dari RS Paramedika dengan
keluhan nyeri kepala dan pembengkakan pada mata
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (+)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat tumor (-)
Page 3
5. Anamnesis Sistem
a. Sistem Serebrospinal : nyeri kepala (+), pembengkakan pada mata (+)
b. Sistem Visual : tidak ada keluhan
c. Sistem Kardiovaskular : tidak ada keluhan
d. Sistem Respirasi : tidak ada keluhan
e. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
f. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
g. Sistem Integumental : tidak ada keluhan
h. Sistem Urogenital : tidak ada keluhan
6. Resume Anamnesis
Wanita, usia 69 tahun, datang ke IGD RSA UGM dengan keluhan nyeri kepala dan
pembengkakan pada mata. 5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan
nyeri pada gigi bagian kanan dan diperiksakan ke dokter dan diberikan obat. Keesokan
harinya pasien mengeluhkan matanya mulai membengkak dan terasa nyeri kepala
cenut-cenut pada kepala kanan hingga belakang dan pipi. Pasien memeriksakan ke RS
Paramedika dan dirujuk ke RSA UGM. Riwayat diabetes mellitus (+)
C. DIAGNOSIS SEMENTARA
• Diagnosis Klinis : Nyeri kepala, bengkak pada mata kanan
• Diagnosis Topis : intracranial retroorbita dextra
• Diagnosis Etiologi : Susp. Abses dd tumor intracranial retroorbita
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Kondisi umum : Baik, tampak sakit
b. Status nutrisi : gizi cukup
c. Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
d. Status psikologis : tenang
e. Tanda Vital :
BP : 130/80 mmHg
HR : 78 x/min
RR : 20 x/min
Suhu : 36,7 C
Page 4
NPS : 3
SpO2 : 99%
f. Kepala : edema orbita (+/-), CA (tdn/-), SI (tdn/-), Pupil isokor, RC
(tdn/+)
g. Leher : Lnn dbn, JVP dbn
h. Thoraks : vesicular (+/+), suara tambahan (-/-)
i. Abdomen : BU (+), dbn
j. Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
2. Status Neurologis
a. Kepala : Pupil isokor (⌀ 3mm/3mm), RC (tdn/+), RK (tdn/+),
Nystagmus (tdn)
b. Nn. craniales : dbn
c. Leher : Kaku Kuduk (-), Meningeal Sign (-)
d. Nystagmus : Negatif
e. Ekstremitas : Gerakan abnormal (-)
G
K
Rf
Rp
Tn
Tr
Cl
B B 5 5 +2 +2 - - N N Eu Eu - -
B B 5 5 +2 +2 - - N N Eu Eu
f. Sensibilitas : dalam batas normal
g. Vegetatif : dalam batas normal
h. Pemeriksaan nervus cranialis:
i. Saraf Kranialis Kanan Kiri
N. I Olfaktorius
Daya penghidu normal normal
N. II Optikus
Daya penglihatan tdn normal
Lapang penglihatan normal normal
Melihat Warna normal normal
N. III Okulomotorius
Ptosis tidak ada tidak ada
Gerak mata ke medial tdn normal
Gerak mata ke atas tdn normal
Page 5
Gerak mata ke bawah tdn normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung tdn normal
Reflek cahaya konsensual tdn normal
N. IV Trochlearis
Gerak mata ke lateral bawah tdn normal
N. V Trigeminus
Mengigit normal normal
Membuka mulut normal normal
Sensibilitas muka atas normal Normal
Sensibilitas muka tengah normal Normal
Sensibilitas muka bawah normal normal
N. VI Abdusen
Gerak mata ke lateral tdn normal
N. VII Fasialis
Kerutan kulit dahi normal normal
Kedipan mata normal normal
Lipatan naso labial normal normal
Sudut mulut normal Normal
Mengerutkan dahi normal Normal
Mengerutkan alis normal Normal
Menutup mata normal Normal
Meringis normal Normal
Menggembungkan pipi normal Normal
N. VIII Akustikus
Mendengar suara berbisik normal Normal
N. IX Glosofaringeus
Arkus faring normal normal
N. X Vagus
Denyut nadi / menit 98x/menit 98xmenit
Bersuara normal normal
Page 6
Menelan normal normal
N. XI Aksesorius
Memalingkan ke depan normal normal
Sikap bahu normal normal
Mengangkat bahu normal normal
N. XII Hipoglossus
Sikap lidah normal
Artikulasi normal
Menjulurkan lidah normal
Kekuatan lidah normal normal
Trofi otot lidah normal normal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. MSCT Head
Page 7
Kesan: soft tissue swelling extracranial regio buccal-orbital-frontal dextra. Massa soft
tissue memenuhi sinus maxillaris dextra yang meluas ke cavum nasi sinistra dengan
destruksi dan menipiskan dinding lateral sinus maxillaris dextra dan menyebabkan
penebalan musculus rectus lateralis oculi dextra serta proptosis oculi dextra. Mucosal
reaction sinus maxillaris sinistra
2. Pemeriksaan hematologi
Page 8
F. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : cephalgia unilateral akut progresif
Diagnosis Topis : intramaxilla dextra
Diagnosis Etiologis : Headache attributed to infection
G. TATALAKSANA
• Injeksi deksametason 2 ampul tiap 8 jam
• Injeksi ceftriakson 1 gram tiap 12 jam
• Lisinopril 1x10 mg
• Injeksi ketorolac 30 mg tiap 8 jam
H. PROGNOSIS
Death : ad bonam
Disease : ad bonam
Disability : ad bonam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction : ad bonam
Destitution : ad bonam
Asam urat 4,0 mg/dL
Glukosa puasa 129 mg/dL
Glukosa 2JPP 186 mg/dL
Kolesterol total 215 mg/dl
HDL 32 mg/dL
LDL 143 mg/dL
Trigliserida 170 mg/dL
Page 9
PEMBAHASAN
Berdasarkan International Headache Society, nyeri kepala diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu nyeri kepala primer, nyeri kepala sekunder dan neuropati, nyeri wajah dan nyeri kepala
lainnya.
Nyeri kepala primer sendiri dibagi menjadi 4 yaitu migraine, tension type headache,
trigeminal autonomic cephalalgias, dan other primary headache disorders.
1. Migraine
Migraine adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer. Nyeri
kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik
yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
Migraine bila tidak diterapi akan berlangsung antara 4-72 jam dan yang klasik terdiri
atas 4 fase yaitu fase prodromal (kurang lebih 25 % kasus), fase aura (kurang lebih 15%
kasus), fase nyeri kepala dan fase postdromal.
Gambar 1. Fase-fase pada Migraine
Beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan migraine antara lain adalah:
menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal,
puasa dan terlambat makan, makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan,
dan yang mengandung MSG, cahaya kilat atau berkelip, banyak tidur atau kurang tidur,
faktor herediter, faktor psikologis: cemas, marah, sedih.
Page 10
Migraine dibagi menjadi 2 tipe yaitu migraine tanpa aura dan migraine dengan aura
dengan kriteria diagnosis sebagai berikut:
A. Kriteria diagnosis Migraine tanpa Aura
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria b-d
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Nausea dan atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient
ischemic attack harus dieksklusi
B. Kriteria diagnosis migraine dengan Aura (paling sedikit dua dari karakteristik
dibawah ini):
a. Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥5 menit, dan/atau
dua atau lebih gejala terjadi secara berurutan.
b. Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit
c. Setidaknya satu gejala aura unilateral
d. Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala dalam waktu 60
menit.
C. Migraine kronis
a. Sekurang-kurangya terjadi >15 nyeri kepala per bulan pada periode 3 bulan
dengan >8x migren tanpa penggunaan obat.
Tatalaksana pada migraine meliputi terapi abortif dan terapi profilaksis. Terapi
abortif bekerja sebagai terapi kausatif sedangkan terapi profilaksis bekerja sebagai terapi
preventif. Terapi abortif dibagi menjadi non spesifik dan spesifik. Terapi abortif non
spesifik dapat menggunakan aspirin 500-1000mg per 4-6 jam, ibuprofen 400-800mg per 6
jam, dan juga paracetamol 500-1000mg per 6-8 jam dapat digunakan untuk migraine akut
Page 11
ringan-sedang. Untuk terapi abortif spesifik dapat menggunakan sumatriptan 30mg,
eletriptan 40-80mg atau rizatriptan 10mg, dan ergotamine dapat juga digunakan tetapi
tidak direkomendasikan untuk migraine akut. Selain itu, pasien juga dapat diberikan
edukasi untuk mencari factor pencetus dan mengelola factor pencetus tersebut.
2. Tension type-headache
Tension Type Headache (TTH) atau nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit
kepala yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stres. Nyeri kepala ini memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau
mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas
fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia. Mekanisme
perifer sangat berperan pada patofisologi Episodik TTH (ETTH), sedangkan mekanisme
sentral berperan dalam kronik TTH (KTTH).
Tension type headache dibagi menjadi 3 tipe yaitu TTH episodic infrekuen, TTH
episodic frekuen, dan TTH kronik dengan kriteria diagnosis sebagai berikut:
A. Kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen:
a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln
(<12hr/thn), dan memenuhi kriteria b-d.
b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d. Tidak didapatkan:
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia).
2. Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
e. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
B. Kriteria diagnosis TTH Episodik frekuen:
a. Terjadi sedikitnya 10 episode yang timbul selama 1–14 hari/bulan selama
paling tidak 3 bulan (12– 180 hari/tahun)
b. Dengan kriteria b-e yang sama pada TTH episodik infrekuen
Page 12
C. Kriteria diagnosis TTH kronik:
a. bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180
hari/tahun).
b. Nyeri kepala berlangsung dari jam hingga hari atau nyeri kepala yang tidak
menghilang
c. Dengan kriteria c-e yang sama pada TTH episodik infrekuen
Dapat disertai/tidak adanya nyeri tekan perikranial yaitu nyeri tekan pada otot
perikranial (otot frontal, temporal, masseter, pteryangoid, sternokleidomastoid, splenius
dan trapezius) pada waktu palpasi manual
Tatalaksana pada tension type headache dapat dibagi berdasarkan akut atau
kronisnya nyeri kepala tersebut. Pada serangan akut (tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu)
dapat diberikan analgetik berupa aspirin 1000mg per hari, asetaminofen 1000mg per hari,
NSAIDs (naproxen 660-750mg per hari, ketoprofen 25-50mg per hari, asam mefenamat,
ibuprofen 800mg per hari, dan diklofenak 50-100mg per hari), kafein 65mg, atau
kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40mg kafein. Pada tipe kronis dapat diberikan
antidepresan jenis trisiklik seperti amitriptilin sebagai obat terapetik maupun sebagai
pencegahan tension type headache, selain itu dapat diberikan juga anti ansietas golongan
benzodiapin dan butalbutal. Selain terapi farmakologis, terapi nonfarmakologis juga dapat
dilakukan seperti mengontrol diet, terapi fisik, menghindari pemakaian harian obat
analgetik, sedative dan ergotamine serta behavior treatment.
3. Trigeminal Autonomic Cephalalgias
Trigeminal autonomic cephalalgias terbagi menjadi lima tipe yaitu cluster headache,
paroxysmal hemicranias, short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks,
hemicranias continua, dan probable trigeminal autonomic cephalgia dengan kriteria
diagnosis sebagai berikut:
A. Cluster headache
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria b-d.
b. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang
berlangsung antara 15-180 menit jika tidak ditangani.
c. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
Page 13
Edema palpebra ipsilateral
Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
Gelisah atau agitasi
d. Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
e. Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
i. Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala cluster Episodik:
a. Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster.
b. Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung 7–365 hari
dan dipisahkan oleh periode remisi bebas nyeri > 1 bulan.
ii. Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala cluster Kronis:
a. Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster
b. Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi atau
denganperiode remisi yang berlangsung kurang dari 1 bulan.
B. Paroxysmal hemicrania
a. Sekurang-kurangnya terdapat 20 serangan yang memenuhi kriteria b-e.
b. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang
berlangsung antara 2-30 menit.
c. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
Gelisah atau agitasi
d. Frekuensi serangan >5kali/hari
e. Dicegah dengan dosis terapi indomethacin
f. Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
C. Short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks
a. Sekurang-kurangnya terdapat 20 serangan yang memenuhi kriteria b-d.
Page 14
b. Nyeri sedang atau berat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal
yang berlangsung antara 1-600 menit dan berlangsung selama 1 stab, series
of stabs atau in a saw-tooth pattern
c. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
Flushing pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
Sensasi penuh pada telinga
Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
d. Frekuensi serangan setidaknya 1x sehari
e. Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
D. Hemicrania continua
a. Nyeri kepala unilaterial yang memenuhi kriteria b-d
b. Nyeri kepala >3 bulan dengan eksaserbasi sedang atau intensitas yang lebih
besar
c. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral
Miosis dan/atau ptosis ipsilateral
Gelisah atau agitasi
d. Respon terhadap dosis terapi indomethacin
e. Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
E. Probable trigeminal autonomic cephalalgia
a. Nyeri kepala yang memenuhi semua kecuali satu kriteria a-d untuk cluster
headache, kriteria a-e paroxysmal hemicrania, kriteria a-d short-lasting
unilateral neuralgiform headache attacks, atau kriteria A-D hemicrania
continua
b. Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
4. Other Primary Headache Disorders
Page 15
Dibagi menjadi 4 klasifikasi sebagai berikut:
A. Headache yang berhubungan dengan physical exertion
a. Primary cough headache
b. Primary exercise headache
c. Primary headache associated with sexual activity
d. Primary thunderclap headache
B. Headache yang disebabkan oleh direct physical stimuli
a. Cold-stimulus headache
b. External-pressure headache
C. Epicranial headache
a. Primary stabbing headache
b. Nummular headache
D. Other
a. Hypnic headache
b. New daily persistent headache (NDPH)
Tatalaksana untuk trigeminal autonomic cephalalgias berbeda-beda tergantung
klasifikasi nyeri kepala. Pada cluster headache, dapat diberikan injeksi subkutan sumatriptan
saat serangan, inhalasi oksigen 100% dengan aliran cepat (12L/min) melalui non-rebreather
mask, dapat diberikan profilaksis jangka pendek seperti prednisolone 100mg/hari untuk 5-7
hari diikuti dengan penurunan dosis 20mg/hari atau pemberian triptan. Untuk profilaksis
jangka panjang dapat diberikan verapamil 360-480 mg/hari. Pada paroxysmal hemicranias
dapat diberikan NSAID yaitu indomethacin 20mg secara oral 3x per hari atau 40mg oral 2-3x
per hari. Pada short lasting uniletaral neuralgiform headache attacks dapat dilakukan pemberian
lamotigrine 600mg per hari dan juga pemberian indomethacin pada hemicranias continua.
Selain nyeri kepala primer, terdapat pula nyeri kepala sekunder yang dapat disebabkan
oleh kelainan struktural, metabolik, atau infeksi yang didapat. Nyeri kepala sekunder lebih
umum pada penderita nyeri kepala primer yang memiliki ambang batas lebih rendah untuk
mendapatkan nyeri kepala, terutama secara herediter. Nyeri kepala sekunder dibagi menjadi 8
klasifikasi yaitu antara lain:
1. Nyeri kepala yang disebabkan oleh trauma atau cedera pada kepala dan/atau leher
2. Nyeri kepala yang disebabkan oleh kekelainan pada cranial dan/atau cervical vascular
3. Nyeri kepala yang disebabkan oleh kelainan pada non-vascular intracranial
Page 16
4. Nyeri kepala yang disebabkan oleh disebabkan oleh substance atau withdrawal
5. Nyeri kepala yang disebabkan oleh infeksi
6. Nyeri kepala yang disebabkan oleh kelainan pada homeostasis
7. Nyeri kepala yang disebabkan oleh kelainan pada cranium, leher, mata, telinga, hidung,
sinuses, gigi, mulut atau struktur wajah atau cervical lainnya
8. Nyeri kepala yang disebabkan oleh kelainan psikiatri
Selain nyeri kepala primer dan sekunder, terdapat juga neuropati, nyeri wajah dan nyeri
kepala lainnya yang juga dapat menimbulkan nyeri kepala sebagai berikut:
Nyeri pada lesi di nervus cranialis dan nyeri wajah lainnya:
1. Nyeri yang berhubungan dengan lesi atau gangguan pada nervus trigeminus
2. Nyeri yang berhubungan dengan lesi atau gangguan pada nervus glossopharyngeus
3. Nyeri yang berhubungan dengan lesi atau gangguan pada nervus intermedius
4. Occipital neuralgia
5. Neck-tongue syndrome
6. Painful optic neuritis
7. Nyeri yang berhubungan dengan iskemi okular motor nerve palsy
8. Tolosa-hunt syndrome
9. Paratrigeminal oculosympathetic (Raeder’s) syndrome)
10. Nyeri rekuren oftalmologi neuropati
11. Burning mouth syndrome (BMS)
12. Persistent idiopathic facial pain
13. Nyeri central neuropati
Nyeri kepala lainnya:
1. Headache not elsewhere classified
2. Headache unspecified
Beberapa tanda yang merupakan red flags dari nyeri kepala antara lain
1. Systemic signs and disorders
2. Neurologic symptoms
3. Onset new or changed & patient >50 years old
4. Onset in thunderclap presentation
Page 17
5. Papilledema, pulsatile tinnitus, positional provocation, precipitated by exercise
REFERENSI
• Brust, J. (2012). CURRENT Diagnosis & Treatment Neurology, Second Edition. New
York: McGraw-Hill Publishing.
• Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS). The
International Classification of Headache Disorders, 3rd edition.
• Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer Edisi I 2017.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
• Prakash S, Patel P. Hemicrania continua: clinical review, diagnosis and management. J
Pain Res. 2017;10:1493–1509. Published 2017 Jun 29. doi:10.2147/JPR.S128472