Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam system. Ada yang disebut dengan tumor otak primer yaitu apababila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri dan akan disebut dengan tumor otak metastase apabila sumber tumor berasar dari organ-organ lainnya. Berdasarkan data dari Central Brain Tumor registry of the United State ( CBTRUS ) dari tahun 2005 – 2005 dijumpai 23.62 per 100,000 orang/ tahunnya dan kurang lebih umur 20 tahun keatas. Kadar mortilitas di Amerika Utara, Eropa Timur dan Australia dijumpai 4-7 per 100,000 orang per tahun pada pria, sedangkan pada wanita 3-5 per 100,000 orang per tahun. Selain itu juga didapatkan laporan bahwa tumor yang paling sering dijumpai adalah meningioma sebesar 33.4% diikuti dengan glioblastoma sebesar 17.6%. (1) Sementara di Indonesia yaitu di kota Medan dari observasi yang dilakukan tahun 2005 terhadap 48 penderita tumor otak yang dirawat di beberapa rumah sakit, mendapatkan hasil sebagai berikut ; penderita tumor otak lebih banyak laki-laki yaitu sebesar 72,92 % sedangkan untuk perempuan 27,08 % dengan kelompok usia terbanyak 51
63

Tumor Serebri

Dec 19, 2015

Download

Documents

camilakamal

referat tumor serebri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tumor Serebri

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah

radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma

sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi

neurologis. Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam

system. Ada yang disebut dengan tumor otak primer yaitu apababila sel-sel tumor

berasal dari jaringan otak itu sendiri dan akan disebut dengan tumor otak metastase

apabila sumber tumor berasar dari organ-organ lainnya. Berdasarkan data dari Central

Brain Tumor registry of the United State ( CBTRUS ) dari tahun 2005 – 2005

dijumpai 23.62 per 100,000 orang/ tahunnya dan kurang lebih umur 20 tahun keatas.

Kadar mortilitas di Amerika Utara, Eropa Timur dan Australia dijumpai 4-7 per

100,000 orang per tahun pada pria, sedangkan pada wanita 3-5 per 100,000 orang per

tahun. Selain itu juga didapatkan laporan bahwa tumor yang paling sering dijumpai

adalah meningioma sebesar 33.4% diikuti dengan glioblastoma sebesar 17.6%.(1)

Sementara di Indonesia yaitu di kota Medan dari observasi yang dilakukan

tahun 2005 terhadap 48 penderita tumor otak yang dirawat di beberapa rumah sakit,

mendapatkan hasil sebagai berikut ; penderita tumor otak lebih banyak laki-laki yaitu

sebesar 72,92 % sedangkan untuk perempuan 27,08 % dengan kelompok usia

terbanyak 51 sampai 60 tahun dan selebihnya terdiri dari berbagai kelompol usia yang

sangat bervariasi mulai dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dan tidak semua pasien

dilakukan operasi. Untuk lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum sebesar 20,83

% sedangkan tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla

spinalis dan batang otak.(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 2: Tumor Serebri

2

2.1. Anatomi dan Fisiologi Otak

Tulang Tengkorak

Tulang tengkorak kepala adalah satu struktur Otot tulang yang terdiri

atas tulang-tulang kecil yang pipih yaitu tulang tulang muka dan tulang-tulang

kranium.Tulang-tulang muka membentuk kerangka muka dan melindungi

organ-organ pancaindra seperti penglihatan, penciuman dsb ,serta merupakan

perlekatan otot-otot fasial untuk ekspresi muka.Tulang-tulang kranium

melingkupi dan melindungi otak yang rapuh, di samping untuk melekat otot-

ototkepala dan leher.(2)

Otot superfisial kepala yang berguna untuk ekspresi muka adalah otot

muka dan otot kulit kepala. Otot-otot ekspresi muka adalah istimewa karena

salah satu perlekatannya adalah kulit atau otot yang lain. Bentuknya sangat

bervariasi dan kekuatannya berbeda-beda. Di bawah kulit kepala otot yang

utama adalah epicranius. Otot ini terdiri atas otot frontal didaerah dahi

(musculus frontalis) dan otot oksipital didaerah belakang kepala (musculus

occipitalis),keduanya dihubungkan oleh aponeurosis cranial (bangunan lebar,

liat terdiri atas jaringan fibreus) yang disebut galea poneurotica. Ke samping

kehilangan sifat liatnya dan melanjut ke fascia otot temporal. Galea melekat

erat ke kulit kepala denganperantaraan jaringan lemak yang padat. Otot

kepalayang lain adalah otot temporal (musculus temporalis), berbentuk kipas

yang menutupi daerah temporal,sebagian frontal dan parietal tulang tengkorak

kepala. Otot ini bersama dengan otot masseter (musculus masseter) merupakan

otot pengunyah dan berfungsi mengatupkan rahang.(2)

Otak dibagi kedalam lima kelompok utama yaitu :

1. Telensefalon (endbrain) yang terdiri atas hemisfer serebri yang disusun

oleh korteks serebri, system limbic, basal ganglia dimana basal ganglia

Page 3: Tumor Serebri

3

disusun oleh nucleus kaudatum, nucleus lentikularis, klaustrum dan

amigdala. Korteks serebri berperan dalam persepsi sensorik, kontrol

gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih mis.

Berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri.

Nucleus basal berperan dalam Inhibisitonus otot, koordinasi gerakan yang

lambat dan menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna. (2)

2. Diensefalon (interbrain) yang terbagi menjadi epitalamus, thalamus,

subtalamus, dan hipotalamus. Thalamus berperan dalam stasiun pemancar

untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa

tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik. Hipotalamus berperan

dalam mengatur banyak fungsi homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa

haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan. Penghubung penting antara

sistem saraf dan endokrin, sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku

dasar. (2)

3. Mesensefalon (midbrain)corpora quadrigemina yang memiliki dua

kolikulus yaitu kolikulus superior dankolikulus inferior danterdiri dari

tegmentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra. (2)

4. Metensefalon (afterbrain) ,pons dan medulla oblongata memiliki peran.

Asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, pusat pengaturan

kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan. Pengaturan refleks otot yang

terlibat dalam keseimbangan dan postur. Penerimaaan dan integrasi semua

masukan sinaps drkorda spinalis keadaan terjaga dan pengaktifan korteks

serebrum dan pusat tidur. Serebellum memiliki peran dalam Memelihara

keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan

aktivitas otot volunter yang terlatih. Hemisfer sendiri menurut pembagian

fungsinya masihdibagi kedalam lobus-lobus yang dibatasi oleh gyrus dan

sulkus.(2)

S i stem sirkulasi otak

Kebutuhan energi oksigen jaringan otak adalah sangat tinggi oleh karena itu

aliran darah ke otak absolute harus selalu berjalan baik. Suplai darah ke otak

Page 4: Tumor Serebri

4

seperti organ lain pada umumnya disusun oleh arteri-arteri dan vena-vena. (2)

1. Arteri karotis

Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri

karotis komunis kita-kira setinggit ulang rawan carotid. Arteri karotis kiri

langsung bercabang dari arkus aorta , tetapi arteri karotis komunis kanan

berasal dari arteri brakiosefalika. Arteri karotis eksterna mendarahi wajah,

tiroid, lidah dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteria

meningea media, mendarahi struktur-struktur dalam didaerah wajah dan

mengirimkan satu cabangyang besarke daerah duramatter. Arterikarotis

interna sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya yang dinamakan

sinus karotikus. Dalam sinus karotikus terdapat ujung-ujung saraf khusus

yang berespon terhadap perubahan tekanan darah arteria,yang secara

reflex mempertahankan suplai darah keotak dan tubuh.(2)

Arteri karotis interna masuk keotak dan bercabang kira-kira setinggi

kiasma optikum,menjadi arteria serebri anterior dan media. Arteri serebri

media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Segera setelah

masuk ke ruang subaraknoid dan sebelum bercabang-cabang,arteri karotis

interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk ke dalam orbita

dan mendarahi mata dan isi orbita lainnya. Arteri serebri anterior memberi

suplai darah pada struktur-struktur seperti nucleus kaudatus, putamen,

bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum dan bagian-bagian

lobus frontalis dan parietalis serebri. Arteri serebri media menyuplai darah

untuk bagian lobus temporalis, parietalis,dan frontalis korteks serebri dan

membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas.

Arteriini merupakan sumber darah utama girus prasentralis dan

postsentralis. (2)

2. Arteri verebrobasilaris

Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang

sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri arteri inomata

sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.

Page 5: Tumor Serebri

5

Arterivertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi

perbatasan pons dan medulla oblongata. Kedua arteri tersebut bersatu

membentuk arteri basilaris. Tugasnya mendarahi sebagian diensefalon,

sebagian lobus oksifitalis dan temporalis ,apparatus koklearis, dan organ-

organ vestibular.(2)

3. Sirkulus Arteriosus Willisi

Meskipun arteri karotis interna dan arteri vertebrobasilaris merupakan dua

system arteri terpisah yang mengalirkan darah ke otak,tetapi keduanya

disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah anastomosis yang sirkulus

arteriosus willisi.(2)

Sel-sel penyusun Otak

Otak disusun oleh neuron-neuro dan neuroglia. Neuron merupakan sel

saraf utama sedangkan neuroglia adalah sel-sel pendukung neuron. Neuron di otak

tidak mengalami pertumbuhan lagi setelah dewasa, sementara neuroglia tetap

melakukan pembelahan. (2)

1. Neuron Setiap neuron memiliki badan sel, dendrite dan akson serta myelin

yang melapisi akson-aksonnya. Peran neuron dalam penyampaian impuls

berkaitan dengan kemampuannya dieksitasi. Pada kondisi istirahat potensial

membrane neuron berkisar antara -70 mv. (2)

2. Neuroglia

Neuroglia terdiri dari empat jenis sel yang mempunyai peran yang berbeda

dalam menunjang system saraf.

Astrosit bentuknya seperti bintang mempunyai beberapa peran yaitu :

a. Sebagai perekat antar neuron

b. Sebagai tangga yang menuntun neuron yang sedang tumbuh selama

masa Janin.

c. Menginduksi perubahan anatomis dan fungsional pembuluh-pembuluh

darah halus di otak.

d. Berperan dalam pembentukan jaringan parut otak.

e. Menunjang neuron secara metabolic,dengan menyerab glutamate dan

GABA.

f. Menyerap kelebihan K+dari CES otak.

Oligodendrosit: membentuk myelinyang merupakan insulator dan circuit local

Page 6: Tumor Serebri

6

yang mempercepattransmisi impuls.

Sel ependimal: memberi rongga-rongga internalSSP.

Microglia: berperan sebagai makrofag, penyapu benda asing diSSP. (8)

2.2. Definisi

Tumor serebri adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam

tulang tengkorak. Tumor serebri adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak

(benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak

kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).

Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer

maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri,

disebut tumor serebri primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase)

seperti: kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor

serebri sekunder. (1)

2.3. Epidemiologi

Penderita tumor serebri lebih banyak pada laki-laki (60,74 %)

dibanding perempuan (39,26 %) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai

≥60 tahun (31,85 %); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang

bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor serebri,

hanya 100 penderita (74,1 %) yang dioperasi dan lainnya (26,9 %) tidak

dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor

metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2

%), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak,

suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle

dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor

terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39-26%), sisanya terdiri dari

berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.(11)

2.4. Etiologi

Penyebab tumor serebri hingga saat ini masih belum diketahui secara

pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-

faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

a. Herediter

Page 7: Tumor Serebri

7

Riwayat tumor serebri dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan

kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai

pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-

Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,

memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma

tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya

faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-

bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam

tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal

dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma

intrakranial dan kordoma.

c. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat

mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat

memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma

terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

d. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan

besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi

virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum

ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor

pada sistem saraf pusat.

e. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik

seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan

yang dilakukan pada hewan.

f. Trauma

Page 8: Tumor Serebri

8

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma

(neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma

susunan saraf pusat belum diketahui.(10)

2.5. Klasifikasi

Klasifikasi tumor susunan saraf pusat menurut WHO berdasarkan tipe

histologik:

1. Neuroepithelial tumors.

a. Glial tumors.

i. Astrocytic tumors.

1. Pilocytic astrocytoma.

2.Diffuse astrocytoma (termasuk fibrillary,

protoplasmic, and gemistocytic).

3. Anaplastic astrocytoma.

4. Glioblastoma (termasuk giant cell glioblastoma, and

gliosarcoma).

5. Pleomorphic xanthoastrocytoma.

6. Subependymal giant cell astrocytoma.

ii. Oligodendroglial tumors.

1. Oligodendroglioma.

2. Anaplastic oligodendroglioma.

iii. Mixed gliomas.

1. Oligoastrocytoma.

2. Anaplastic oligoastrocytoma.Klasifikasi

iv. Ependymal tumors.

1. Myxopapillary ependymoma.

2. Subependymoma.

3. Ependymoma (termasuk cellular, papillary, clear cell,

and tanycytic).

4. Anaplastic ependymoma.

v. Neuroepithelial tumors of uncertain origin.

1. Astroblastoma.

2. Chordoid glioma of the third ventricle.

3. Gliomatosis cerebri.

Page 9: Tumor Serebri

9

b. Neuronal and mixed neuronal-glial tumors

i. Gangliocytoma.

ii. Ganglioglioma.

iii. Desmoplastic infantile astrocytoma/ganglioglioma.

iv. Dysembryoplastic neuroepithelial tumor.

v. Central neurocytoma.

vi. Cerebellar liponeurocytoma.

vii. Paraganglioma.

c. Nonglial tumors.

i. Embryonal tumors.

1. Ependymoblastoma.

2. Medulloblastoma.

3.Supratentorial primitive neuroectodermal tumor

(PNET).

ii. Choroid plexus tumors.

1. Choroid plexus papilloma.

2. Choroid plexus carcinoma.

iii. Pineal parenchymal tumors.

1. Pineoblastoma.

2. Pineocytoma.

3.Pineal parenchymal tumor of intermediate

differentiation.

2. Meningeal tumors.

a. Meningioma.

b. Hemangiopericytoma.

c. Melanocytic lesion.

3. Germ cell tumors.

a. Germinoma.

b. Embryonal carcinoma.

c. Yolk-sac tumor (endodermal-sinus tumor).

d. Choriocarcinoma.

e. Teratoma.

f. Mixed germ cell tumor.

Page 10: Tumor Serebri

10

4. Tumors of the sellar region.

a. Pituitary adenoma.

b. Pituitary carcinoma.

c. Craniopharyngioma.

5. Tumors of uncertain histogenesis.

a. Capillary hemangioblastoma.

6. Primary CNS lymphoma.

7. Tumors of peripheral nerves that affect the CNS.

a. Schwannoma.

8. Metastatic tumors(8)

2.6. Patofisiologi

Tumor serebri menyebabkan gangguan neurologik progresif.

Gangguan neurologik pada tumor serebri biasanya dianggap disebabkan oleh

dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan

intracranial.(9)

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak,

dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan

jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan

tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai

darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara

akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.

(9)

Serangan kejang sebagai gejala penurunan kepekaan neuron

dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan

otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak

sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.(9)

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa

faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar

tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.(9)

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan

edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya

menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan

Page 11: Tumor Serebri

11

intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke

ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.Peningkatan tekanan

intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan

waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila

tekanan intrakranial timbul cepat.(9)

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume

darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan

mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati

mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis

lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa

dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan

hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula

oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.(9)

Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang

cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan

nadi), dan gangguan pernafasan. (9)

2.7. Gejala Klinis

Tumor serebri merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini,

karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan

meragukan tapi umumnya berjalan progresif.

Manifestasi klinis tumor serebri dapat berupa:

a. Gejala serebral umum : nyeri kepala, kejang

b. Gejala tekanan tinggi intracranial

c. Gejala tumor serebri yang spesifik

a. Gejala serebral umum

Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang

dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung,

emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan

inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi.

Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.

Page 12: Tumor Serebri

12

• Nyeri Kepala

Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor serebri dan 30%

gejala awal tumor serebri adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut

ditemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan

episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada

malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana

terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala

dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor serebri.

Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya

muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa

waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa

menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering

dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat

pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu

buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu

posisi berbaring, dan berkurang bila duduk.

Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain

sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf.

Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor serebri yang

berlokasi di daerah lobus oksipitalis.(10)

• Muntah

Terdapat pada 30% kasus, lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala

dan umumnya disertai dengan nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada

tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak

disertai dengan mual.(10)

• Kejang

Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor serebri pada

25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan

2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor serebri.

Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang

korteks motorik.Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan

Page 13: Tumor Serebri

13

kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya

umum/general sukar dibedakan dengan kejang karma epilepsi. Tapi bila

kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus

diwaspadai kemungkinan adanya tumor serebri.(10)

Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor serebri

bila:

- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun

- Mengalami post iktal paralisis

- Mengalami status epilepsi

- Resisten terhadap obat-obat epilepsi

- Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain

Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor serebri dikorteks, 50%

pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada

glioblastoma.(10)

b. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial

Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul

pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan

kesadaran.Pada pemeriksaan diketemukan papil udem.Keadaan iniperlu

tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi.Selain itu

dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK.Tumor-

tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal

maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III,

haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.(10)

c. Gejala spesifik tumor serebri yang berhubungan dengan lokasi:

*Lobus frontal

- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra

lateral, kejang fokal

- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

Page 14: Tumor Serebri

14

- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster

kennedy

- Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

Tumor di lobus frontalis daerah prefrontal bisa memberikan gejala

gangguan mental sebelum munculnya gejala lainnya, berupa perubahan

perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta penderita merasakan

perasaan selalu senang (euforia); jadi menyerupai gejala psikiatris.Makin

besar tumornya, gejala gangguan mental ini semakin nyata dan

kompleks.Afasia motorik (gangguan bicara bahasa berupa hilangnya

kemampuan mengutarakan maksud) bisa terjadi bila tumor mengenai

daerah area Broca yang terletak di belahan kiri belakang.Reflek

memegang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di lobus frontalis ini.

Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan penghidu (anosmia),

gangguan visual, gangguan keseimbangan dalam berjalan, gangguan bola

mata karena kelumpuhan sarafnya serta edema papil.(10)

*Lobus parietal

- Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi

homonym

- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan

pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s

Tumor di lobus parietalis pada umumnya akan memberikan gejala

berbagai bentuk gangguan sensoris. Lesi iritatif bisa menimbulkan gejala

parestesi (rasa tebal, kesemutan atau seperti terkena aliran listrik) di satu

lokasi, yang kemudian bisa menyebar ke lokasi lainnya. Lesi destruktif

akan menyebabkan hilangnya berbagai bentuk sensasi, tapi jarang anestesi

total. Gangguan diskriminasi terhadap rangsang taktil, astereognosis (tak

bisa mengenali bentuk benda yang ditaruh di tangan) merupakan bentuk-

bentuk gejala yang sering timbul. Tumor yang tumbuh ke arah lebih dalam

bisa menimbulkan gejala hiperestesi, seperti merasakan rangsang yang

berlebih padahal rangsang yang sebenarnya terjadi hanya ringan.Atau bisa

juga mengenai jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul gangguan

penglihatan sebagian.(10)

*Lobus temporal

Page 15: Tumor Serebri

15

- Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang

didahului dengan aura atau halusinasi

- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan

hemiparese

- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan

gejala choreoathetosis, parkinsonism.

Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akan

menimbulkan gejala halusinasi pembauan dan pengecapan (uncinate fits)

disertai gerakan-gerakan bibir dan lidah (mengecap- ngecap). Bila

lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan pembauan dan

pengecapan walau tidak sampai total. Tumor di lobus temporal bagian

media bisa menimbulkan gejala "seperti pernah mengalami kejadian

semacam ini sebelumnya" (deja vu).Bisa juga terjadi gangguan

kesadaran sesaat (misalnya selagi penderita berjalan kaki) tapi tidak

sampai terjatuh.Gangguan cmosi berupa rasa takut/panik bisa juga

muncul.Berkurangnya pendengaran bisa terjadi pada tumor yang

mengenai korteks di bagian belakang lobus temporal. Tumor di hemisfer

dominan bagian belakang (area Wcrnicke) menimbulkan gejala afasia

sensoris, yaitu kehilangan kemampuan memahami maksud pembicaraan

orang lain. Tumor yang berkembang lebih lanjutakan melibatkan jalur

kortikospinal sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota badan sisi

kontralateral. Bisa juga terjadi herniasi dan menekan batang otak

sehingga menyebabkan gangguan pada beberapa saraf kranial, misalnya

terjadi dilatasi pupil sesisi yang menetap atau menghilangkan reflek

kornea.(10)

*Lobus oksipital

- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan

penglihatan

- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia

berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia

Tumor di lobus oksipitalis memberikan gejala awal ter- utama nyeri

Page 16: Tumor Serebri

16

kepala. Gejala khas yang muncul yaitu defek lapangan penglihatan

sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa menimbulkan gejala tidak

mengenal benda yang dilihat (visual object agnosia) dan kadang-kadang

tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal wajah orang

lain (prosopagnosia).(10)

*Tumor di ventrikel ke III

- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala

menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi

peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri

kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.(10)

*Tumor di cerebello pontin angie

- Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

- Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya

berupa gangguan fungsi pendengaran

- Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari

daerah pontin angel (10)

*Tumor Hipotalamus

- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan

perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism,

gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan(10)

*Tumor di cerebelum

- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat

terjadi disertai dengan papil udem.

Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi

menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas

papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat,

pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-

putus.Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita

sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu.Pe-

nyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat

penekanan terhadap vena sentralis retinae.Biasanya terjadi bila

tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran likuor

sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus.

Page 17: Tumor Serebri

17

- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan

spasme dari otot-otot servikal(10)

*Tumor fossa posterior

- Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai

dengan nistagmus, biasanya merupakan gejala awal dari

medulloblastoma.

Penekanan pada otak bisa menyebabkan perubahan kepribadian dan

menyebabkan penderita merasa mengantuk, linglung dan tidak mampu

berfikir. (7)

Astrositoma & Oligodendroglioma

Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya

lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang.Jika lebih ganas (astrositoma

anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan kelainan

fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.

Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh

sangat cepat sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan

menyebabkan sakit kepala, berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau

bahkan koma.(10)

Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen) bisa

menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya.

Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman,

penonjolan mata dan gangguan penglihatan.Pada penderita lanjut usia bisa

menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang

terjadi pada penyakit Alzheimer.(10)

Tumor Pinealis

Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur jam

biologis tubuh, terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur.Tumor

pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa kanak-kanak

dan seringkali menyebabkan pubertas dini.Tumor ini bisa merusak pengaliran

cairan di sekitar otak, sehingga terjadi pembesaran otak dan tengkorak

Page 18: Tumor Serebri

18

(hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak yang serius.(10)

Tumor Kelenjar Hipofisa

Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem

endokrin tubuh.Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara abnormal

menghasilkan sejumlah besar hormon hipofisa:- Peningkatan kadar hormon

pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme (tumbuh sangat

tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak proporsional dari kepala,

wajah, tangan, kaki dan dada)- Peningkatan kadar kortikotropin menyebabkan

sindroma Cushing- Peningkatan kadar TSH (thyroid-stimulating hormone)

menyebabkan hipertiroidisme- Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan

amenore (terhentinya siklus menstruasi), galaktore (pembentukan ASI pada

wanita yang tidak sedang menyusui) dan ginekomastia (pembesaran payudara

pada pria).Tumor kelenjar hipofisa juga bisa erusak jaringan yang

menghasilkan hormon, yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan

hormon dalamtubuh.Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya

lapang pandang luar pada kedua mata.(10)

Tumor di daerah presentral bisa menimbulkan gejala kejang fokal pada

sisi kontralateral.Kelumpuhan motorik timbul bila terjadi destruksi atau

penekanan oleh tumor terhadap jalur kortikospinal.(10)

Tumor di kelenjar hipofisis akan memberikan gejala sesuai dengan sel kelenjar

endokrin yang terkena. Adenoma eosinofil pada anak akan menyebabkan

pertumbuhan raksasa, sehingga lebih besar dan tinggi dibanding anak

seumurnya. Sedang pada orang dewasa akan menyebabkan pembesaran

tangan, kaki, jari-jari, mandibula, penebalan kulit dan lidah (akromegali).

Adenoma basofil menyebabkan penimbunan lemak di daerah wajah, bahu,

abdomen disertai pengecilan alat genital (distrofia adiposogenitalis).Adenoma

khromofob menyebabkan bertam- bahnya berat badan dan menurunnya libido.

Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala yang disebut

aleksia (kehilangan kemampuan memahami kata- kata tertulis).Sedang pada

yang kanan menyebabkan gejala berupa gangguan dalam menyadari adanya

sisi sebelah dari tubuh.(10)

Tumor di daerah mesensefalon sering menekan jalur supra nuklear dari

nukleus n. III & IV sehingga menimbulkan gangguan konyugasi bola

Page 19: Tumor Serebri

19

mata.Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anisokori) yang bereaksi negatif

terhadap rangsang cahaya.Tremor, nistagmus dan ataksia bisa terjadi bila jalur

ke serebelum ikut terlibat, dcmikian juga spastisitas anggota badan karena

terlibatnya jalur kortikospinal.Penekanan terhadap jalur aliran likuor

menimbulkan hidrosefalus sehingga nycri kepala ke- mudian edema papil

timbul.(10)

Tumor di daerah pons dan medula oblongata biasanya menimbulkan

gejala fokal permulaan berupa paresis n. VI unilateral sehingga bola mata

tidak bisa melirik ke sisi lesi, disertai diplopia (melihat dobel). Nycri kepala

dan pusing (vertigo) yang diperberat oleh rotasi kepala juga merupakan gejala

yang umum terjadi. Mengingat daerah ini merupakan tempat beradanya

Beberapa inti saraf kranial, maka akan timbul pula beberapa gejala akibat

disfungsi saraf kranial tersebut. Hemiparesis alternans merupakan salah satu

ciri lesi di daerah ini.(10)

Tumor di serebellum biasanya menyerang anak-anak. Gejala yang

menonjol pada fase awal berupa kenaikan tekanan intrakranial akibat

penekanan jalan likuor sehingga terjadi hidrosefalus.Biasanya terjadi pula

gangguan keseimbangandalam berdiri dan berjalan. Ini bisa diperiksa dengan

menyuruh penderita berdiri sambil menutup mata, penderita akan goyang (test

Romberg). Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer) lebih menonjolkan

gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi lesi, sedang bila tumor di daerah

median tidak menunjukkan nistagmus yang jelas. Juga ataksia lcbih menonjol

pada anggota badan sebelah sisi lesi. (11)

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang

spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.

Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahan

kepekaan neuron.

Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur.

Page 20: Tumor Serebri

20

Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan

cisterna.

Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa.

Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-daerah

akumulasi abnormal dari zat radioaktif. tumor serebri mengakibatkan

kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat.

Radioaktif

Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau

jinak).

Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang

diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.

Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat

dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa

menyebabkan herniasi.Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam

tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di

dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak).

Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak

(pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami

gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan

kematian.(11)

CT SCAN

CT sudah menjadi prosedur diagnostik yang paling penting dalam cvaluasi

penderita yang diduga mengidap tumor intra- kranial.Sensitifitas CT untuk

mendeteksi dini masa intrakranial khususnya neoplasma cukup tinggi (80% –

98%). Karena gambaran CT dari beberapa lesi intrakranial dapat menyerupai

satu sama lain seperti kata Kricheff "Everything can look like everything",

maka CT tidak selalu dapat membuat diagnosis patologi secara tepat.

Rangkaian pemeriksaan CT dapat membantu membedakan kondisi non-

neoplastik, misalnya infark, hematoma, lcsi vaskuler dari suatu neoplasma.

CT lebih sensitif daripada foto polos kranium dalam mendeteksi kalsifikasi

intrakranial; namun demikian pemeriksaan foto polos kranium dan tomografi

konvensional dapat melengkapi dan memberikan informasi tambahan yang

penting, misalnya adanya perubahan karena erosi tulang yang khas.Adanya

Page 21: Tumor Serebri

21

perubahan pada tulang sangat penting di dalam menilai regio seta tursika dan

kanalis akustikus internus.(11)

Angiografi penting sebagai prosedur tambahan dan pe- lengkap untuk

menentukan pola vaskuler yang abnormal dari beberapa neoplasma, juga di

dalam menentukan adanya lesi vaskuler yang menyerupai neoplasma.

CT sudah menggantikan pemeriksaan dengan menggunakan udara, misalnya

pneumoensefalografi, kecuali pada diagno- sis neurinoma akustik

intrakanalikuler yang sangat kecil; lcsi tersebut dapat ditentukan dengan air

CT-cysternogram atau gas meatografi.(11)

Ke khas-an CT Scan Pada Diagnosis Neoplasma Intrakranial

1. Lokasi yang khas

Lokasi tumor merupakan salah satu kekhasan CT yangsangat membantu

untuk mendcfcrensiasi diagnosis suatu neoplasma.Lokasi ekstraaksial adalah

khas untuk tumor-tumor jinak (sela tursika, sudut serebelopontin dan daerah

di sekitar duramater). Lokasi intraaksial di dalam substansi otak bagian

dalam biasanya khas untuk neoplasma ganas.

2. Usia penderita saat pertama kali menunjukkan gejala.

3. Absorpsi radiasi yang khas (density) sebelum dan sesudah enhancement

media kontras.

4. Komposisi tumor.

5. Konfigurasi tumor.

Tepi yang rata biasanya suatu tumor jinak, sedangkan tepi yang ireguler dan

berbatas tidak tegas biasanya suatu tumor ganas.

6. Multiplikasi.

Multiplikasi suatu tumor intraaksial biasanya suatu metastasis.(11)

I. NEOPLASMA SUPRATENTORIAL

A. MENINGIOMA

Pada umumnya terjadi di daerah yang banyak mengandung granulatio arakhnoid

yaitu zona parasagital, falk, lengkung serebral, sphenoid ridge dan celah

olfaktorius, Berlokasi ekstra- serebral (ekstraaksial) dan berkapsel.Gambaran

histologinya jinak dan biasanya tidak residif sesudah ekstirpasi bedah yang

lengkap.CT dapat mendeteksi meningioma yang kecil 5 – 7 mm dan biasanya

Page 22: Tumor Serebri

22

tumor-tumor ini ditemukan secara kebetulan.(2)

Gambaran CT :

Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik

apabila diagnosis tanpa dilengkapi pe- meriksaan angiografi dan eksplorasi

bedah.Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke

meningiomanyadan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya.

CT tanpa kontras :

Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau

berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas.Bagian yang hiperdens

dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.

Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang

prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nckrosis, dcgencrasi

lipomatous atau rongga-rongga CSF yang loculated.

Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens yang biasanya

dapat dilihat berbeda dari jaringan pa- renkim di sekitamya dan, hampir semua

lesi-lesi isodens ini menyebabkan efck masa yang bermakna.

CT dengan kontras :

Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali

lesi-lesi dengan perkapuran.Pola enhancement biasanya homogen tajam

(intense) dan berbatas tegas.

Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik

karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis. Di sekitar lesi yang

menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense semilunar collar

atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement

heterogen yang kompleks.(2)

B. GLIOMA

Glioma merupakan neoplasma intraserebral (intraaksial) yang

maligna.Gambaran infiltrat tumornya berbatas ireguler, tepinya bergerigi

(jagged-edged border).Tumor-tumor supra- tentorial dapat berasal dari dalam

korteks serebri dan meng- adakan ekstensi ke dalam korpus kalosum, basal

ganglia atau talamus.Gambaran patologi glioma bervariasi dalam derajat

kalsifikasi, nekrosis, perdarahan, pembentukan kista, neovaskuler dan aplasia

Page 23: Tumor Serebri

23

seluler di dalam individual gliomanya.(3)

Neoplasma ini dapat diklasifikasikan sebagai astrositoma gradasi rendah,

astrositoma anaplastik atau glioblastoma multiforme.Klasifikasinya dipersulit

oleh 2 problem.Ke satu, per- bedaan regio dari suatu individual glioma dapat

mempunyai per- bedaan gambaran patologik yang khas.Ke dua, glioma dapat

memperlihatkan perubahan dengan waktu dan menjelma menjadi maligna.

Gambaran CT :

Biasanya meretleksikan suatu lesi infiltratif dan patologi keganasan tumor yang

khas.

1. Astrositoma Gradasi Rendah :

Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk yang iregulcr

dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk bulat atau oval

dengan tepi yang tegas yang dapat disertai dengan kista. Adanya tumor

kistik akanlebih nyata bila ditemukan fluid level di dalam lesi atau adanya

kebocoran kontras media ke dalam tumornya. Kalsifikasi tampak path 8–

10% dan efek masa tampak pada 50%.Enhancement terlihat pada 50%,

biasanya merata dan tidak tajam.

2. Astrositoma Anaplastik

CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau dcnsitas campuran

yang heterogen.• Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat

berupa gambaran lesi yang homogen, nodulcr atau pola cincin yang

kompleks.

3. Glioblastoma Multiforme

Gambaran CT bervariasi, hal ini merefleksikan gambaran patologinya

yang heterogen. Pola yang khas, lesi berdensitas campuran yang heterogen

atau hipodens, yang pada pemeriksaan paseakontras menunjukkan bentuk

yang ireguler dengan pola enhancement cincin yang ketebalannya

bervariasi, dan biasanya ada efek masa.

Adanya penebalan dan pelebaran dari septum pelusidum yang tampak

Page 24: Tumor Serebri

24

path enhanced seansangat spesifik untuk neoplasma intraaksial. Hal ini

tampak pada glioma dan metastasis tetapi tidak tampak pada meningioma

atau adenoma hipofisis.

Diagnosis Diferensial :

• Tanda khas glioma berupa lesi yang bentuknya ireguler, berdensitas

heterogen dengan enhancement cincin yang tebalnya bervariasi

biasanya dapat dibedakan dari suatu meningioma yang bentuknya lebih

reguler dan densitasnya lebih homogen (pada pemeriksaan dengan

media kontras).

• Bila lesinya tunggal, tidak selalu dapat dibedakan antara glioma dari

metastasis, limfoma atau sarkoma.

• Pada beberapa kasus, pola CT dari infark serebri dapat menyerupai

suatu glioma. Bila di ferensiasinya tidak dapat dibuat pada CT polos,

ulangan CT dapat dilakukan 7 – 10 hari kemudian.

Hal-hal penting dalam diagnosis diferensial suatu infark adalah :

- bentuknya reguler dibatasi vaskuler.

- efek masa kurang dibanding dengan glioma.

- pada umumnya menyebabkan gyral enhancement dan jarang

menunjukkan enhancement noduler atau cincin tipis di bagian perifernya.

4. Thrombosed angioma.

CT menunjukkan gambaran lesi hiperdcns dengan per- kapuran-

perkapuran yang tersebar dan seringkali mempunyai pola kurvilinier.Lesi

ini seringkali tidak menunjukkan enhancement, dapat juga

memperlihatkan enhancement yang tubuler atau serpiginous.Pola lebih

lanjut adalah pembuluh darah yang abnormal, efek masa yang minimal

dan peicbaran ventrikuler dan sisterna di dekatnya karena perubahan atrofi

degenerasi yang disebabkan oleh angioma.(3)

C. METASTASE

Metastasis intrakranial dilaporkan terjadi pada 20% – 30% penderita

dengan karsinoma sistemik. Metastasis intraserebralpada umumnya berlokasi

pada perbatasan substansia alba dan grisea atau di dalam kortek superfisial.

Nodul-nodul tumor biasanya tersebar dan hanya sedikit yang disertai edema

peritumoral yang ekstensif di sekitarnya. Deposit-deposit metastasis ini

merupakan basil dari penyebaran hematogen yang mengikuti distribusi aliran

Page 25: Tumor Serebri

25

darah dan paling sering berlokasi pada daerah arteria serebri media; 80%

berlokasi supratentorial dan 20% infratentorial; 35% soliter dan 65% lesi-lesi

yang multipel.(4)

Metastasis intrakranial secara nyata dapat dideteksi oleh CT bahkan pada

diameter kurang dari 10 mm, lesi terkecil yang dapat dideteksi adalah 5 mm.

Gambaran CT :

- Suatu lesi hipodens (disertai dengan edema peritumoral) dan gambaran

seperti daun pakis.

- Suatu nodul hiperdens kecil yang terletak perifer dan me- nunjukkan

enhancement pada pasea kontras.

- Suatu lesi hipodens (pada CT polos) dan enhancement cincin yang kompleks

pada pasea kontras. Gambaran ini dapat identik dengan glioma.

- Suatu lesi kistik metastasis, berupa lesi hipodens bertepi tegas dengan

enhancement cincin di bagian perifernya. Lesi kistik non-metastasis dapat

memberikan gambaran yang identik.

- Suatu lesi hiperdens tidak berkapur dengan enhancement yang dens. Pola ini

dapat menyerupai meningioma.(4)

Hal yang penting adalah melakukan pemeriksaan dengan media kontras

pada semua kasus yang dicurigai suatu metastasis intrakranial karena lesi-lesi

metastasis seringkali memperlihatkan gambaran isodens path CT polos.

Pemeriksaan kontras dengan double dose dan delayed sean (misalnya 1 jam

sesudah infus) dilakukan pada lesi-lesi yang tidak tampak pada pemeriksaan

biasa.(4)

Dapat terjadi penderita dengan keluhan, pada permulaan pemeriksaan CT

masih negatif, tetapi pada ulangan pemeriksa- an CT 2 minggu kemudian

memperlihatkan lesinya. CT sangat membantu mendeteksi suatu occult

metastases pada suatu neo- plasma bronkogenik primer.Pada penderita-

penderita dengan dugaan suatu metastasis, penting mengadakan evaluasi adanya

perubahan atau destruksi tulang. Lesi-lesi maligna lain yang memberikan

gambaran identik dengan metastasis adalah limfoma, sarkoma, plasmasitoma

aura deposit leukemik(4)

D. Tumor-tumor Supratentorial yang Lain

1. Gliosis dengan penyebab yang tidak diketahui.

Page 26: Tumor Serebri

26

Hal ini dapat terlihat pada perubahan reaktifitas yang non- spesifik dari

suatu jaringan misalnya pasea bedah, trauma, neo- plasma, infeksi, dan lesi-

lesi demielinisasi.Gliosis reaktif dapat terjadi pada bagian perifer dari

neoplasmanya atau pada daerahdemielinisasinya yang terjadi spontan tanpa

diketahui kausanya.

Gambaran CT :

- Suatu lesi hipodens yang tidak menunjukkan enhancement.

- Suatu lesi berdensitas campuran dengan enhancement noduler, cincin atau

bentukserpiginous.

Gambaran CT suatu lesi dapat berubah dengan meningginyaenhancement

kontras pada pemeriksaan berikutnya. Diagnosis pasti hanya dapat

ditentukan secara biopsi dan tidak diketahui mengapa resolusi spontan dari

keadaan ini dapat terjadi.Diagnosis gliosis hanya dapat ditentukan secara

bedah atau nekropsi patologis.(3)

2. Sarkoma Sel Retikulum

Neoplasma ini biasanya terjadi pada penderita-penderita dengan

kelainan imunologi, dapat berupa lesi yang tunggal atau ganda, berlokasi

khas pada basal ganglia, talamus, korpus kalosum, periventrikuler pada

substansia alba dan vermis serebeli.

Gambaran CT :

Berupa lesi-lesi iso hiperdens, non-kalsifikasi dan dengan enhancement

noduler yang homogen.

3. Ependimoma

Ependimoma pada hemisferium serebri dapat memperlihatkan

gambaran kistik atau kalsifikasi. Biasanya memperlihatkan enhancement

kontras dengan densitas yang komplek, dan tidak dapat dibedakan dari

glioma yang lain.

4. Oligodendroglioma

Biasanya berlokasi di dalam hemisferium serebri. Tanda patologi yang

sangat khas adalah perkapuran peritumoral yang padat.

Gambaran CT :

Perkapuran di bagian perifer, linear atau pola globuler yang padat. Dapat

mempunyai gambaran hipodens di bagian sentral yang merupakan nekrosis

sentral, pembentukan kista atau degenerasi mukoid gelatinosa.

Page 27: Tumor Serebri

27

Oligodendroglioma biasanya memperlihatkan enhancement yang lemah.

Apabila ada perubahan anaplastik, maka enhancement kontras yang intensif

dapat terlihat. (2,3,4)

2.9. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita

tumor serebri yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang

teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan

MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh

penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di

atas.Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang.Sedangkan

melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala

seperti edema papil dan deficit lapangan pandang. (6)

2.10. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita

tumor serebri ialah :

a. Gangguan fisik neurologist

b. Gangguan kognitif

c. Gangguan tidur dan mood

d. Disfungsi seksual (7)

2. 11. Diagnosis Banding

Gejala yang paling sering dari tumor serebri adalah peningkatan tekanan

intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap

proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak

sukar membedakan tumor serebri dengan beberapa hal berikut :

• Abses intraserebral

• Epidural hematom

• Hipertensi intrakranial benigna

Page 28: Tumor Serebri

28

Meningitis kronik. (6)

2. 12. Prognosis

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di

Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat

melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup

5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10

tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor serebri di Indonesia

secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang

dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta. (1)

2.13. Terapi

Pengobatan tumor serebri akan mencapai suatu hasil yang baik, bila hal itu

didasarkan pemeriksaan histopatologi yang dibuat sebelumnya. Biasanya ahli

bedah saraf atau ahli radioterapi menentukan pengobatan yang terbaik bagi

pasiennya berdasarkan basil pemeriksaan histopatologi; tapi kenyataannya

tindakan untuk mengambil contoh jaringan sering mendapat kesulitan-

kesulitan. Terlebih bila tindakan biopsi tersebut harus melewati daerah

penting seperti area motorik, juga bila dijumpai penyulit lain seperti

peningkatan tekanan di dalam kepala, atau pada lesi yang banyak mengandung

pembuluh darah.(10)

Lesi-lesi tertentu di dalam kepala sering diobati dengan radiasi external

hanya berdasarkan gambaran klinis dan radiologi, tanpa didasarkan

pemeriksaan biopsi. Lesi-lesi tersebut termasuk tumor intrinsik dari batang

otak, lesi di daerah pineale dan posterior dari ventrikel ketiga, lesi yang

terletak pada susunan subkortikal yang dalam (terutama thalamus), walaupun

pengobatan tumor serebri paling baik berdasarkan pemeriksaan biopsi terlebih

dahulu.(10)

Untuk mendapatkan contoh jaringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan cara open surgery atau biopsi aspirasi. Biopsi aspirasi paling baik

dilakukan dengan cara stereotaktik. Tindakan ini mempunyai keuntungan

dibandingkan open surgery; persiapan pasien lebih mudah, karena tindakan

tersebut dapat dikerjakan dengan bius lokal (kecuali pada anak-anak), terlebih

pada pasien dengan risiko tinggi, seperti usia lanjut, hipertensi dan sebagainya.

Page 29: Tumor Serebri

29

Keuntungan lain ialah masa perawatan dan masa operasinya singkat, lapangan

operasinya Icbih kecil, serta biayanya relatif lebih murah. Sedangkan pada

open surgery, orientasi ahli bedah akan berkurang dengan makin dalamnya

letak tumor di bawah cortex, dengan risiko tidak menemukan tumomya dan

bahkan merusak susunan saraf.(10)

Sebagian ahli bedah saraf memilih open surgery daripada tindakan stereotaktik

pada Iesi-lesi sebagai berikut :

o Adenoma kistik

o Kista hipofisis non ncoplastik

o Abses intrasellar

o Tubereulous atau non tubereolous granuloma cell cysto-

blastoma

o Pituisitoma

o Ancurisma intrasellar

o Hemangioma kavcrnosa hipofisis

o Pelebaran sella tursika karena dilatasi bagian anterior ventrikel

ketiga

o Empty sella syndrome(10)

BIOPSI STEREOTAKTIK

Instrumen untuk biopsi stereotaktik ada beberapa macam, tapi yang paling

populer ialah forsep yang mempunyai cup 1 mm atau side window canule.

Morbiditas dan mortalitas prosedur biopsi stereotaktik rendah, morbiditasnya

4% dari 83 kasus (Appuso dan Sabshin). Menurut Lunsford dan Martinez dari

98 kasusnya tidak ada yang mengalami komplikasi, sedangkan PJ Kelly

melaporkan dari 424 kasus, 2 pasien mengalami defisit neurologi dan satu

meninggal. Pemeriksaan dengan cara ini menurut dia mempunyai nilai

diagnostik yang tinggi (98%).(10)

ASPIRASI DAN PENGOBATAN LESI KISTIK

Aspirasi kista koloidal dapat dikerjakan secara stereotaktik. Hal ini dapat

digunakan untuk terapi paliatif pada pasien-pasien dengan keadaan umum

Page 30: Tumor Serebri

30

yang buruk, di mana tindakan kraniotomi tidak mungkin dikerjakan. Juga

dapat dikerjakan untuk pencegahan reakumulasi kista seperti pada

kraniopharingioma dan glioma dengan menyuntikkan beta-emitting colloid.

(10)

INTERSTITIAL IRRADIATION

Penetrasi iradiasi ke dalam dinding kista hanya 600-900 um. Konsep

implantasi interstitial pada brachyterapi secara stereotaktik telah dikenal lcbih

dari 20 tahun yang lalu. Sumber-sumber radionuklid menghasilkan distribusi

yang isodose, dan dosis radiasi yang tinggi dapat diberikan pada tumor,

sedangkan efek radiasi pada jaringan otak sekitarnya minimal. Saat ini yang

sering dipakai di Bedah Saraf untuk radiasi interstitial ialah 125iodine dan

192iridium. Ada dua cara radiasi interstitial :

1) Implantasi permanen dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas rendah.

2) Implantasi sementara dari sumber-sumber spesifik dengan aktivitas yang

tinggi, dan setelah radiasi selesai, sumber tersebut disingkirkan. (10)

PROSEDUR OPERASI

Tindakan operasi stereotaktik dilakukan dengan anestesi lokal kecuali pada

anak-anak. Tindakan ini morbiditas dan mortal itasnya sangat rendah. Lesi di

daerah pons dan brakhium pontin merupakan tantangan bagi ahli bedah saraf,

karena sulitnya prosedur diagnostik; dan tindakan operasinya berdasarkan

perkiraan gambaran CT Scan dan MRI, tanpa contoh jaringan PA. Dalam hal

ini penatalaksanaan dan pengobatan pasiennya tidak adekuat karena tidak

berdasarkan pemeriksaan histologi. (7)

Tindakan operasi di daerah pons dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Suboccipital approach melalui ventrikel ke empat

2) Approach melalui suboccipital retromastoid

Kraniotomi melalui cerebellopontine angle

3) Subtemporal transtentorial technique

4) CT-guided stereotactic biopsy.

Page 31: Tumor Serebri

31

Biopsi stereotaktik melalui transeortical frontal trajector) approach atau

suboccipital transeerebellar approach temyata lebih efektif untuk

mendapatkan jaringan dalam menunjang diagnostik.(7)

OPERASI

Penentuan tindakan konservatif daripada tindakan operatif dipertimbangkan

bila ditunjang salah satu atau lebih dari hal-hal sebagai berikut :

1) Daerah tersebut relatif sukar dicapai.

2) Menurut statistik jenis tumor tersebut sering terdapat pada daerah tersebut.

3) Sering terjadi kesulitan reseksi tumor-tumor tersebut dan pengobatan

paliatif tidak ada manfaatnya.

4) Menurut statistik lesi-lesi tersebut dapat diobati dengan radiasi paliatif.(7)

Terapi komprehensif terhadap pasien tumor serebri diberikan secara

multimodalitas yang terdiri atas :

1. Terapi medikamentosa

Obat steroid seperti dexamethasone dan obat antikonvulsi digunakan untuk

pasien tumor serebri, jika diperlukan. Steroid ini digunakan untuk

mengurangi peradangan jaringan serta pembengkakan yang terjadi di

sekeliling tumor serebri. Obat anti konvulsi seperti phenytoin diberi untuk

mencegah serangan kejang dan biasanya diberi setelah pembedahan. Obat-

obatan lain yang mungkin juga diberikan antara lain:

• Obat diuretik osmosis seperti mannitol untuk mengurangi tekanan

intrakranial

• Analgesik

• Antasid atau penyekat histamin untuk mencegah ulser stres. (7)

2. Terapi pembedahan

Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan

yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko deficit

neurologic setelah operasi. Tujuan pembedahan : (1) menghasilkan

diagnosis histologic yang akurat, (2) mengurangi tumor pokok, (3)

memberikan jalan untuk CSF mengalir, (4) mencapai potensial

Page 32: Tumor Serebri

32

penyembuhan.(7)

3. Radioterapi

Pengobatan terpilih tumor serebri adalah ekstirpasi radikal, namun apabila

hal ini tidak dapat dilakukan maka dekompresi merupakan hal yang harus

dikerjakan semaksimal mungkin. Selanjutnya radiasi diberikan sebagai

pengobatan ajuvan setelah dilakukan pengangkatan tumor tersebut.

Tindakan ajuvan ini dilakukan pada astrositoma (derajat keganasan II,

III,IV), ependimoma, oligodcndroglioma, kraniofaringioma, serta

kordoma. Pada kasus-kasus yang tidak lagi resektabel atau tidak layak

operasi ataupun menolak operasi maka radioterapi harus berperan sebagai

modalitas tunggal. Kasus ini terjadi pada tumor-tumor yang letaknya

sentral, pada batang otak,ventrikel 3, pada metastasis otak yang multipel.

Sebagai terapi kombinasi maka radioterapi pada pengobatan tumor-tumor

intrakranial dilakukan setelah pembedahan (radiasi pasca bedah), yakni

bertujuan untuk mengeradikasi sisa-sisa sel tumor yang masih tertinggal

baik secara mikroskopik dan bila mungkin juga untuk tumor yang masih

tampak.(7)

Untuk mencegah terjadinya udem yang mikroskopik pada parenkim

otak yang dapat menambah tinggi tekanan intrakranial maka dianjurkan

pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Dosis radiasi ditentukan oleh jenis

histologik, respons terhadap radiasi, lokasi anatomik dan toleransi jaringan

sehat disekitarnya. Luas lapangan radiasi ditentukan oleh ekstensi tumor

dan daerah-daerah potensial, seperti halnya radiasi elektif yang dianjurkan

diberikan pada meduloblastoma. Usia merupakan faktor penting pada

anak-anak usia muda, pada umumnya tumor ini lebih sensitif, tetapi tingkat

toleransinya juga rendah.(7)

Teknik radiasi seluruh otak (So; whole brain) serta sebagian otak

(parsial) atau hanya lokal pada lesi yang tampak, sampai saat ini masih

tetap kontroversial. Efek samping yang terjadi tentunya sangat tergantung

pada daerah-daerah yang dilintasi oleh sinar pengion yakni kulit, subkutis,

tulang tengkorak, telinga, tulang sendi tempormandibular. Terjadinya

cedera akibat radiasi meliputi proliferasi intima vaskuler dan demielinisasi.

Pada kulit terjadi epilasi rambut setelah dosis 3000 cGy dan pada

umumnya bersifat reversibel, kecuali apabila dosis lebih dari 5000 cGy.

Page 33: Tumor Serebri

33

Kerontokan rambut ini seringkali merupakan salah satu efek samping yang

ditakuti pasien terlebih pasien wanita. Eritema dan deskuamasi kulit

merupakan gejala ringan lain yang biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Udema jaringan otak merupakan salah satu efek samping akut radiasi yang

tentunya akan memperburuk keadaan klinis pasien. Nekrosis radiasi

merupakan komplikasi yang seringkali dilaporkan oleh berbagai peneliti,

meskipun frekuensi terjadinya tidak terlalu tinggi.(7)

4. Khemoterapi

Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien

dengan malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata

pertahanan semua pasien tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya

bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi.

Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan

lowgrade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk

pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.(7)

5. Immunoterapi

Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti

lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor,

khususnya allograft, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu.

Hal itu hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan

pertumbuhan tumor. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang

berbeda (dibandingkan protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa

protein mengandung asam amino substitusi atau deletions, atau mengubah

phosphorylation atau glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh

tumor sudah mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang

dihasilkan tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk

melawan protein-protein tersebut.(7)

6. Terapi rehabilitasi

Orientasi pada tujuan untuk setiap penderita harus diseleksi agar

sesuai dengan kebutuhan penderita yang semuanya bisa dikategorikan

kepada : restoratif, bila penderita bisa diharapkan kembali seperti keadaan

semula; suportif bila penderita karena penyakitnya menjadi cacat; paliatif

bila karena penyakitnya keadaan penderita semakin memburuk dari waktu

Page 34: Tumor Serebri

34

ke waktu. Suatu program rehabilitasi pada pasien dengan tumor haruslah

dibuat untuk pegangan dari sekian banyak anggota tim yang turut

menangani keberhasilan usaha yang berorientasi kepada tujuan yang

tergantung dari sistim pola rujukan, komunikasi diantara anggota tim

(seperti; dokter rehabilitasi medik, dokter onkologi, dokter saraf, perawat,

keluarga pasien, dan lainnya) serta efektivitas proses pelaksanaan

rehabilitasi. (8)

Hal-hal yang timbul akibat tumor serebri baik primer atau metastase ke

otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada

rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan

bicara, gangguan koordinasi, gangguan sensorik dan kejiwaan). Untuk

menangani banyak masalah tersebut perlu kerja sama tim yang terpadu.

a. Gangguan Lokomotor

Penyebab gangguan lokomotor yang paling umum adalah hemiplegia

motorik akibat gangguan pembuluh darah atau paraplegia dan

quadriplegia akibat penekanan pada sumsum tulang belakang atau

penyakit demyelinasi; masalah tersebut akan memerlukan fisioterapi

tergantung dari luasnya lesi saraf tersebut apakah statis, memburuk

atau membaik. Pertimbangan utama adalah mobilisasi dan

ketergantungan penderita; anggota gerak yang sehat harus dipelihara

kekuatannya dan anggota yang lumpuh digerakkan secara pasif untuk

memelihara gerakan sendi yang normal jangan sampai kaku. Bila ada

spastisitas, harus diusahakan sedemikian rupa sehingga fungsi untuk

berjalan bisa terpenuhi; baik dengan cold pack atau hot pack maupun

dengan vibrasi atau menggunakan refleks hambatan. Kadang-kadang

diperlukan suntikan lokal langsung pada saraf dengan phenol atau

alkohol yang bermanfaat untuk beberapa minggu sampai beberapa

bulan, sehingga penderita telah dapat diperbaiki mobilitasnya.(8)

b. Ketrampilan tangan

Sistim piramidalis sangat mempengaruhi kemahiran ketrampilan

tangan; walaupun proses penyakit telah sembuh namun dalam hal ini

selalu ada defisit. Walaupun kekuatan otot telah pulih, gerakan sendi

telah balk, pengendalian anggota gerak telah dikuasai namun

ketrampilan tangan ini masih bagian yang penting dalam proses

Page 35: Tumor Serebri

35

rehabilitasi. Sebagian dapat dikerjakan fisioterapist tetapi lebih

terperinci lagi oleh okupasi terapist. Ketrampilan dapat dipulihkan

melalui latihan terapi okupasi seperti menulis, mengetik, memasukkan

kancing baju, bertukang dan menjahit. Akhirnya kemampuan yang

semakin rumit sehubungan dengan kebutuhan penderita dalam

pekerjaannya, memerlukan latihan yang lebih rumit pula.(8)

c. Gangguan bicara

Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang bisa

disandang oleh penderita. Cacat demikian memerlukan evaluasi yang

teliti dan penanganan khusus. (8)

Berbagai klasifikasi gangguan berkomunikasi, diantaranya yang mudah

dan praktis adalah klasifikasi Sehuell :

Gol. 1 : Afasia sederhana. Terdapat pengurangan semua bahasa, tidak

ada gangguan sensorik dan motorik, ada disarthria.

Gol. 2 : Serupa dengan gol. 1 ditambah dengan gangguan visual dan

terdapat gangguan diskriminasi, pengenalan dan pengungkapan simbol

visual.

Gol. 3 : Afasia disertai gangguan proses pendengaran dan sensorik-

motorik.

Gol. 4 : Campuran gangguan pendengaran, penglihatan dan motorik

dan tanda-tanda kerusakan otak yang menyeluruh.

Gol. 5 : Afasia, ireversibel dan hilangnya semua modalitas fungsi

berbahasa. Dari klasifikasi dapat diduga prognosisnya; gol. 1 afasia

sederhana adalah baik sedang gol. 5 afasia ireversibel adalah jelek.

Apapun golongan penderita ada kemungkinan memberi bantuan

komunikasi yang sesuai oleh speech therapist.(8)

d. Gangguan kordinasi

Gangguan kordinasi timbul akibat kerusakan pada serebellum. Lesi

serebellum, dan campuran lesi serebellum dan piramidal

mengakibatkan gangguan koordinasi dan kurangnya gerak trampil.

Suatu hal yang perlu diperhatikan apakah lesi bersifat tetap, sembuh

atau memburuk dan hubungannya dengan cacatnya apakah permanen

Page 36: Tumor Serebri

36

atau sementara. Gangguan kordinasi anggota gerak atas dilatih dengan

latihan sederhana dimulai dari gerakan jari-jari sendiri-sendiri,

ditingkatkan dengan antar jari, berarti sudah ada kordinasi tangan dan

mata. Sangat menolong adalah rekreasi permainan benda kecil atau

kerajinan tangan. Gangguan kordinasi anggota gerak bawah, tidak

perlu dipaksakan untuk latihan jalan (walking gait); cukup dengan

memulai yang sederhana menempatkan kaki dalam berbagai posisi

secara statik, dilanjutkan dengan kordinasi pergerakan sendi. Sebelum

berdiri ada baiknya posisi tegak dilatih pada tilting table dulu, latihan

keseimbangan berdiri di lantai, baru latihan jalan dengan bantuan

terapis. Selanjutnya dapat dilatih dengan alat bantu seperti kruk, tripod

atau tongkat untuk berjalan sendiri. Gangguan kordinasi karena defek

pada ekstrapiramidal lebih sulit diatasi terutama kalau bilateral. Selain

kekuatan yang menghambat untuk bergerak, ada kegagalan mulai

bergerak walaupun penderita sudah mengerti instruksi dan penerangan.

Kadang-kadang bisa ditolong dengan bantuan visual dan pendengaran;

pasien dengan sindrom Parkinson lebih sulit berjalan pada jalan yang

rata daripada berlekuk-lekuk karena rangsangan sensorik kerikil akan

memudahkan gerakan.(8)

e. Gangguan sensorik

Selain pendengaran, mengecap, penciuman dan penglihatan, perasaan

merupakan modalitas yang penting. Gangguan sensorik ini dapat

dibagi 3 yaitu:

1. Perasaan dalam (propriosepti}) :

Memberi perasaan posisi dan pergerakan badan, reseptor terletak pada

jaringan tubuh : otot, tendon, periost dan sendi juga memberi informasi

tegangan otot dalam setiap gerakan. Gangguan proprioseptif akan

mengganggu hubungan sensorik motorik.(8)

2. Perasaan superfisial (eksterosepuf) :

Reseptor terletak pada kulit sangat penting untuk perabaan, tekanan,

panas dingin dan nyeri. Gangguan sensorik superfisial ini akan

menyebabkan mudah cedera pada kulit tanpa disadari.(8)

3. Stereognosis

Perasaan ini adalah kemampuan mengenal benda tiga dimensi dengan

Page 37: Tumor Serebri

37

meraba, tampaknya merupakan kombinasi perasaan dalam dan

superfisial. Gangguan stereognosis ini menyebabkan astereognosis atau

hilangnya perasaan taktil-kinestetik.(8)

Test yang penting secara praktis adalah :

a. Perasaan superfisial

b. Suhu

c. Nyeri

d. Perasaan dafam

e. Pembedaan ringan-berat

f. Stereognosis

g. Bentuk persepsi dsb.

Untuk mengatasi gangguan sensorik ini perlu latihan berulang-ulang

setiap rangsangan untuk memulihkan fungsi anggota gerak misalnya

untuk berdiri, jalan, ADL memasang kancing baju, sikat gigi, makan

dengan garpu dan sebagainya. Variasi rangsangan bisa diberikan

melalui permainan dengan bahan berlainan misalnya balok-balok kayu,

plastik dan tanah fiat. Latihan secara bertahap dari ringan sampai berat

sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai.(8)

f. Gangguan kejiwaan

Gangguan kejiwaan yang timbul akan sangat menghambat usaha-usaha

rehabilitasi pemulihan fungsi-fungsi tubuh. Akibat kerusakan otak bisa

timbul hilangnya intelek, perubahan kepribadian dan jadi agresif. Perlu

pemeriksaan dan evaluasi oleh psikiater. Depresi, cemas, kelelahan

berlebihan, konsentrasi pikiran yang rendah dan kurangnya ingatan

bisa karena defisit neurologik tetapi belum tentu karena kerusakan

otak. Gambaran gangguan jiwa dapat diobati sehingga penderita dapat

diubah keadaannya, program rehabilitasi dapat dimulai. (4)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma

Page 38: Tumor Serebri

38

seluruh tubuh. tumor serebri adalah lesi intra kranial yang menempati ruang

dalam tulang tengkorak.

Penyebab tumor serebri masih belum diketahui secara pasti, meskipun

banyak faktor turut mendukung perkembangan brain tumor seperti herediter,

sisa sel embrional, radiasi, virus, substansi kardiogenik dan trauma.

Manifestasi klinis tumor serebri dapat berupa gejala serebral umum

seperti nyeri kepala dan kejang, gejala tekanan tinggi intracranial, dan gejala

tumor serebri yang spesifik.

EEG, foto polos kepala, arteriografi, MRI dan CT Scan dapat

digunakan dalam penegakan diagnosis tumor serebri. MRI lebih dianjurkan

untuk digunakan daripada CT Scan karena low-grade tumor pada posterior

fossa dapat terlewatkan oleh CT Scan.

Pengobatan tumor serebri dilakukan komprehensif terhadap pasien

secara multimodalitas, yaitu medikamentosa, pembedahan, radiasi,

khemoterapi, imunoterapi, dan terapi rehabilitasi. Faktor prognosis

berhubungan dengan beberapa faktor-faktor penting seperti tingkat pathologi,

usia pasien dan keseluruhan kondisi klinis pada diagnosis.

3.2. Saran

tumor serebri termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara

klinis sukar membedakan antara tumor serebri yang benigna atau yang

maligna. Dipikirkan menderita tumor serebri bila didapat adanya gangguan

cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi

intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472

2. Clar HE et al. Classification otot-otot tumor in the sellar using CT and

Enchenphatomography. Neuro chir 1979 (22):153-157

3. Ramsey RG. Neuroradiology with computed tomography.

Philadelphia:WB, Sounders, 1981

Page 39: Tumor Serebri

39

4. Weisberg MD et al. Cerebral computed tomography, a text atlas.

Philadelphia:WB, Sounders, 1984

5. Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990,

2967-2981

6. Harsono, tumor serebri dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah

Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207

7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi

Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

8. Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi

susunan saraf manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13

9. Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6,

EGC. Jakarta.2005. 1183-1189

10. Stephen,Huff. Brain neoplasms. Access on www.emedicine.com.

February, 15th 2010

11. Informasi tentang tumor serebri access on http://www.medicastore.com

February,16th 2010.

12. Goldman H. Organic Mental Disorders, Review of General Psichiatry,

Singapore: Maruzen Asia, 1984.