Populasi, 2(3), 1992 PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA 1990-2010 Tukiran* Abstract The conformity between population projection and both the survey and census results depends very much on the assumption used. The fertility, mortality, and the migrationdynamics may affect boththe number and structure of the projectionresults of the population. In line with this, the population projection is formed by using several different assumptions to be able to obtain a clear description about the minimum and maximum conditions of the population in the years to come. The population growth rate of Indonesia in the coming years is estimated to remain high as a consequence of the population structure of the younger age group. The fertility reduction that has taken place has only affected the number of population aged less than ten years, whereas the growth rate of the population aged ten years and over will remain high because of the mortility reduction. The main challenge of the future could be that the population number of the teenage group and the adolescence may be higher than that of the previous period. The female population of the productive age group and the population of the old age group have also increased in number. This phenomenon is very closely related with the expansion of the employment opportunities, consumtion needs, healthservices, and of many other facilities. The number of population of the economically productive age group and the eligible female age group will, in the coming years, be much greater than that in 1990. This needs serious and effective planning to tackle the problem so that it may not become a burden to the country's development. Pendahuluan Perkiraan jumlah dan struktur penduduk pada masa mendatang merupakan kebutuhan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah perencanaan yang melibatkan penduduk sebagai konsumen. Suatu perencanaan yang baik paling tidak memperhatikan dua aspek. Pertama, perencanaan upaya untuk mengatasi masalah yang pernah dan masih dialami dan kedua, perencanaan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial budaya dan ekonomi penduduk yang lebih baik. Masalah ini biasanya muncul sebagai akibat belum adanya kesesuaian dari jumlah dan struktur maupun penawaran dan permintaan dari penduduk itu sendiri. Jumlah dan struktur penduduk pada masa mendatang dapat diperoleh dari proyeksi penduduk berdasarkan komponen yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk itu sendiri, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Asumsi dari perkembangan ketiga variabel demografi selama jangka waktu proyeksi disusun dapat berpengaruh terhadap jumlah dan struktur penduduk dari hasil proyeksi. Drs. Tukiran, M.A. adalah dosen Fakultas Geografi UGM dan staf peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan UGM 60
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Populasi, 2(3), 1992
PROYEKSI PENDUDUKINDONESIA 1990-2010
Tukiran*
Abstract
The conformity betweenpopulationprojection and both the survey and censusresults depends very much on the assumption used. The fertility, mortality, and themigrationdynamicsmayaffectboththenumberandstructureoftheprojectionresultsof the population. In line with this, the population projection is formed by usingseveral different assumptions to be able to obtain a clear description about theminimum and maximum conditions of the population in the years to come.
The population growth rate of Indonesia in the coming years is estimated toremainhighas a consequence of the populationstructure of the younger age group.The fertility reductionthat hastakenplacehasonlyaffected thenumberofpopulationaged less than ten years, whereas the growth rate of the population aged ten yearsand over will remainhighbecause of the mortility reduction. The mainchallenge ofthe future could be that the population number of the teenage group and theadolescence may be higher than that of the previous period. The female populationof the productive age group and the population of the old age group have alsoincreased innumber. This phenomenon isvery closely relatedwith the expansion ofthe employment opportunities, consumtionneeds,healthservices, andofmanyotherfacilities. The number of population of the economically productive age group andthe eligible female age group will, inthe comingyears, be muchgreater than that in1990. This needs serious and effective planning to tackle the problem so that it maynot become a burdento the country's development.
Pendahuluan
Perkiraan jumlah dan strukturpenduduk pada masa mendatangmerupakan kebutuhan yang cukuppenting bila dihubungkan denganmasalah perencanaan yang melibatkanpenduduk sebagai konsumen. Suatuperencanaan yang baik paling tidakmemperhatikan dua aspek. Pertama,perencanaan upaya untuk mengatasimasalah yang pernah dan masih dialamidan kedua, perencanaan sebagai upayauntuk meningkatkan taraf kehidupansosial budaya dan ekonomi pendudukyang lebih baik. Masalah ini biasanyamuncul sebagai akibat belum adanya
kesesuaian dari jumlah dan strukturmaupun penawaran dan permintaandari penduduk itusendiri.
Jumlah dan struktur penduduk padamasa mendatang dapat diperoleh dariproyeksi penduduk berdasarkankomponen yang mempengaruhiperubahan jumlah penduduk itusendiri, yakni kelahiran, kematian, danmigrasi. Asumsi dari perkembanganketiga variabel demografi selama jangkawaktu proyeksi disusun dapatberpengaruh terhadap jumlah danstruktur penduduk dari hasil proyeksi.
Drs. Tukiran, M.A. adalah dosen Fakultas Geografi UGM dan staf peneliti pada PusatPenelitian Kependudukan UGM
60
Populasi, 2(3), 1992
Pemerintah Indonesia telahmemutuskan untuk mengambilkebijaksanaan antinatalis, yaknimenurunkan angka fertilitas untukmenurunkan laju pertumbuhanpenduduk. Kebijaksanaan ini didasariatas asumsi bahwa kemampuan dayadukungwilayah Indonesiaada batasnyasehingga tidak dapat membiarkanpertambahan jumlah pendudukIndonesia yang tidak terkendali.Kebijaksanaan antinatalis ini telahdilaksanakan sejak pemerintahan OrdeBaru. Sejalan dengan hal ini,pemerintah, dalam hal iniBKKBN, telahmenargetkan bahwa pada akhirpembangunan jangka panjangI(PJPT I)penurunan angka kelahiran telahmencapaisekitar 50persendarikeadaanawal Pelita I atau tahun 1971.Penurunan angka fertilitas inidiperkirakan sampai mencapai TFR =2,3 atau NRR = 1pada awal PJPT II.
Penurunan angka fertilitas dapatterjadi bilamana mortalitas telahmengalami penurunan pada periodelebih awal. Artinya, dalam keadaanderajat kesehatan yang cukup baik,terutama angkakematianbayidanangkakematian anak yang rendah, barudimungkinkan terjadi penurunanfertilitas. Penurunan fertilitas, misalnya(TFR) dari 4,8 menjadi 3.2 memerlukanwaktu relatif pendek daripadapenurunan fertilitas dari 3,2 menjadi2,3. Selain itu, pengaruh dari strukturumur pendudukyang telah ada juga ikutberperan dalam penurunan lajupertumbuhan penduduk. Komposisiumur penduduk muda akanberpengaruh terhadap hasil proyeksikarena jumlah wanita usia subur justrumasih meningkat, meskipun fertilitastelah mengalami penurunan. Demikianpula, apabila terjadi bahwa penurunanfertilitas tidak secepat seperti yang
diharapkan. Kedua hal ini tampaknyamasih merupakan variabel yang perlumendapatkanperhatiankhusus. Dengandemikian, time lag dan demographicmomentum yang digunakan dalammenyusun proyeksi akan berpengaruhpula terhadap hasil proyeksi penduduk.
Sampaisaat ini,telahbanyaklembagamaupun ahli yang menyusun proyieksipenduduk Indonesia pada masamendatang. Misalnya yang dibuat olehWidjojonitisastro (1970), Iskandar(1976), LEKNAS-LIPI (1976), CICRED(1974), Bank Dunia (1989), UnitedNation (1990), BKKBN (1990), BPS(1976, 1983, 1988),Lembaga DemografiUI (1991), dan Pusat PenelitianKependudukan UGM (1992). Padaumumnya berbagai proyeksi tersebutdibuat dengan asumsi pokok dari ketigavariabel demografi. Asumsi dasar dariketiga variabel demografi yang dipilihakan tercermin dalam model proyeksipenduduk maupun skenario dari modelyang ada. Perbedaan hasil proyeksidapat pula disebabkan oleh data dasaryang digunakan maupun asumsiperubahan dari ketiga variabeldemografi tersebut.
Untuk menambahwawasan proyeksipenduduk Indonesia, tulisan inimembahas beberapa hasil proyeksipenduduk, terutamayangmenggunakandata dasar tahun 1980 dan sesudahnya.Pembahasan tentang dinamikaperubahan variabel demografi daribeberapa proyeksi ini dianggap perlusebagai bahan pertimbanganpenyusunan proyeksi pendudukIndonesia pada masa mendatang. Daribeberapa asumsi yang pernahdigunakan tersebut, kemudian dipilihuntuk menyusun proyeksi pendudukIndonesiatahun 1990-2010. Proyeksiinihanyadisusun secaranasionaldan tidakmembahas secara regional. Dengan
61
Populasi, 2(3), 1992
demikian, perubahan penduduk padamasa mendatang diasumsikan hanyadipengaruhi oleh perkembanganfertilitas dan mortalitas.
Metodologi
Seperti diketahui bersama bahwaproyeksi penduduk lebih bersifatprediksi terhadap keadaan yang akanterjadi pada masa mendatang, sehinggapendekatan yang dipilih pun lebihbersifat developmental research. Iniberarti, peranan perubahan variabeldemografi dan rentang waktu yangdigunakan menjadi sangat pentingdalam proyeksi penduduk. Penggunaanasumsi perubahan variabel demografidalam jangka waktu yang relatif lamaperlu diamati secara teliti agar hasilproyeksi dapat mendekati kenyataanyang terjadi. Oleh sebab itu,palingtidaksetiap 10 tahun sekali, hasil proyeksitersebut sebaiknya ditinjau lagi,dibandingkan, dan disesuaikan denganhasil sensus maupun survaikependudukan yang ada. Apabila hasilproyeksi yang ada cukup besarperbedaannya, proyeksi penduduktersebut perlu diperbaiki atau direvisi.
Variasi perubahan fertilitas akantampak jelas padasetiap modelproyeksidan skenario. Artinya, setiap skenarioproyeksi yang dibuat dapatmenggunakan asumsi penurunanfertilitas yang berbeda-beda, dankemungkinan dapat menggunakanasumsi angka fertilitas konstan setelahTFRmencapai angka tertentu seperti 2,3atau 2,2. Keadaan ini sangat berbedadengan trend mortalitas. Kebanyakanproyeksi yang ada hanya menggunakansatu asumsi saja. Artinya, tidakdidapatkan perubahan asumsimortalitas di setiap skenario dariproyeksi yang ada. Dengan demikian,penyusunan proyeksi hanya
menggunakan satu asumsi mortalitassaja dalam setiap model. Kemudian,karena proyeksi yang dibuat hanyauntuk wilayah Indonesia tanpa dirincimenurut wilayah desa-kota maupunpropinsi, maka migrasi, dalam hal inimigrasi internasional, dianggap tidakberpengaruh terhadap hasil proyeksi.Hasil perkiraan jumlah penduduk padamasa mendatang lebih banyakdipengaruhi oleh perubahan fertilitasdaripada mortalitas. Sejalan dengan ini,maka variasi perubahan fertilitas dibuatberbeda-beda sesuai dengan skenarioyang ada, sedangkan mortalitasdianggap sama untuk setiap skenariodalam proyeksi.
1. Estimasi Mortalitas
Dari proyeksi yang ada, perubahanmortalitas didasarkan pada angka
Oharapan hidup ('e ). Variasi angkaharapan hidup dari setiap skenariodiasumsikan sama, artinya dari setiapskenario proyeksi yang dibuat,perkembangan angka harapan hidupdiasumsikan sama. Variasi perkembang¬an angka harapan hidup hanya berbedamenurut model atau instansi yangmenyusun proyeksi, bukan padaskenario. Halinididasarkanpadaasumsibahwa dampak dari pembangunansarana dan prasarana fisik wilayah,pembangunan di bidang sosial budaya,ekonomi, dan kesehatan akanmeningkatkan derajat kesehatanpenduduk. Variasi perubahan angkaharapan hidup dari waktu ke waktutidak akan besar karena angka harapanhidup yang dicapai pada saat ini sudahrelatif cukup tinggi.
Perubahan tingkat kesehatanpenduduk setelah tahun 1990 akanlebih lambat bila dibandingkan denganperiode-periodesebelumnya. Iniberartilaju penurunan angka kematian bayi
62
Populasi, 2(3), 1992
(IMR) dan peningkatan usia harapanhidup setelah tahun 1990 akan lebihlambat dengan periode sebelumnyakarena keadaan kesehatan pendudukpada tahun 1990 sudah cukup baik.
Angka kematianbayidan angka harapanhidup diasumsikan akan tetapmengalami perubahan; akan tetapi,perubahan tersebut akan semakinlambat seperti pada tabel berikut.
TABEL 2ESTIMASIANGKA HARAPANHIDUP INDONESIA 1990-2025
Populasi, 2(3), 1992
Beberapaproyeksimasihmengguna-kan angka distribusi fertilitas (ASFR)yang berbeda-beda menurut skenarioyang dibuat, meskipun angka fertilitastotal (TFR) adalah sama. Disadarisepenuhnya, bahwa dengan mengguna-kan angka TFR yang sama, akan tetapidistribusi ASFR yang berbeda, akanmemberikan perkiraan kelahiran ataufertilitas yang berbeda. Ini tidak lainkarena pengaruh dari komposisi umurpenduduk. Oleh sebab itu, cara inidipilih dalam proyeksi dengan harapandapat memberikan angka yang lebihmendekati kenyataan yang akan terjadipada masa mendatang. Distribusi angkafertilitas yang pernah digunakan adalahsebagai berikut.
Telah disebutkansebelumnyabahwaperubahan fertilitas lebih banyakdiperhatikan daripada mortalitas.Hampir tidak ditemukan satu modelproyeksi pun yang tidak menggunakanperbedaan penurunan fertilitas dariwaktu ke waktu. Ini berarti, semuaproyeksiyang ada menggunakan asumsiangka fertilitas yang berbeda menurut
skenario yang ada dalam satu modelproyeksi. Tampaknya, hal ini dilakukanuntuk mendapatkan angka trendpertumbuhan penduduk sebagai akibatdari reduksi fertilitas yang erat
a. Skenario I 3,2 2,9 2,6 2,3 2,1 1,9 -b.Skenario II 2,9 2,6 2,3 2,0 1,8 1,6 -c. Skenario III 2,7 2,3 2,0 1,7 1,5 1,3 -
3. World Bank
a. Skenario I 2,7 2,3 2,2 2,1 2,1 2,1 2,1
b.Skenario II 3,2 2,9 2,5 2,2 2,1 2,1 2,1
c. Skenario III 3,0 2,6 2,3 2,2 2,1 2,1 2,1
Asumsi yang Digunakan
1. Asumsi Fertilitas
Setelah disajikan asumsi penurunanfertilitas dan mortalitas yang digunakandalam proyeksi penduduk, bagian inimencoba memilih beberapa modeldistribusi fertilitas dan mortalitas untukdigunakan dalam menyusun proyeksipenduduk. Dari keempat model inidipilih angka fertilitas total (TFR) tidakkurangdari2,1.Angka inidipilihdenganpertimbangan bahwa TFR =2,1identikdengan pertumbuhan penduduk sangatrendah, atau identik dengan penduduktanpa pertumbuhan. Dengan demikian,skenario penurunan fertilitas yangmendapatkanprioritasuntukdigunakanadalah model dari Pusat PenelitianKependudukan UGM untuk skenario Idan II, model dari Lembaga DemografiFakultas Ekonomi UI untuk skenario I,dan model dari World Bank untukskenario II.
Perubahan angka fertilitas total dariwaktu kewaktuyakni tahun 1971(5,61),tahun 1980 (4,68), dan tahun 1990(3,67), dihitung dengan metode Brass
P/F ratio dan 3,33 dihitung denganmetodeAnak Kandung{OwnChildren),merupakan angka sementara.Tampaknya penurunan fertilitas selamaperiode 1980-1990tidak secepat sepertiyang diharapkan. Pada sisi lain, hasilperkiraan angka fertilitas dari SurvaiPrevalensi Keluarga BerencanaIndonesia tahun 1987 (SPI) maupunSurvai Demografi dan KesehatanIndonesia tahun 1991 (SDKI)memberikan angka fertilitas yang jauhlebih rendah daripada hasil sementara
Sensus Penduduk tahun 1990 (SP)untuk perkiraaan metode Brass, danhampir sama dengan metode AnakKandung. Hasil dari SPI dan SDKImenunjukkan bahwa angka fertilitastotal masing-masing adalah 3,39 (1987)dan 3,02 (1991).
65
Populasi,2(3), 1992
Jika demikian halnya timbulpertanyaan tentang angka fertilitas totaltersebut. Apakah hasil perkiraanfertilitas dari kedua survai yakni SPI1987dan SDKI 1991memberikanangkayang jauh lebih rendah daripada angkasensus 1990. Sebaliknya, meskipunangka ini masih sementara, TFR = 3,67atau 3,33 apakah tidak terlalu tinggi biladihubungkan dengan kegiatan
Skenario I: dihitung dengan fungsi eksponensial negatif dengan dasar TFR(1990-1995) = 3,100
Skenario II: dihitung dengan fungsi eksponensial negatif dengan dasar TFR(1990-1995) = 2.985
Skenario III: dihitung dengan fungsi eksponensial negatif dengan dasar TFR(1990-1995) = 2,911
pelaksanaan keluarga berencana?Bagaimana halnya dengan angkaprevalensi KB yang meningkat drastisselama 1980-1990; sementara itu,reduksi fertilitas cukup lambat?Meskipun angka fertilitas yangdihasilkan dari sensus maupun survaitersebut biasanya menggambarkankeadaan sekitar dua sampai tiga tahunsebelum penelitian dilakukan, akan
66
Populasi,2(3), 1992
tetapi, angka dari sensus 1990cenderung tinggi dan angka dari survaicenderung agak rendah.
Denganmemperhatikanakanhalini,maka sekiranya perlu dipilih angkafertilitas yang diasumsikan lebihmendekati keadaan yang sebenarnya.Sebenarnya, angka fertilitas total 3,33dari SP 1990 ini diperkirakanmenggambarkan keadaan sekitar tahun1987, bukan keadaan tahun 1990 danangka 3,39 dari SPI 1987 menggambar¬kan keadaan fertilitas tahun 1984/1985.Selanjutnya, angka 3,02 dari SDKI 1991pun menggambarkan keadaan sekitar
"tahun 1988/1989, dan bukan keadaanfertilitas ketika waktu penelitiandilakukan. Dengan melihat perubahanfertilitas dari tahun 1980-1990 danperkiraan angka fertilitas periode1990-2010, maka diperlukan suatu
asumsi penurunan fertilitas yangberbeda-beda, yang tercermin padamodel penurunan fertilitas lambat,sedang, dan cepat. Proyeksi Skenario Idisusun atas dasar penurunan fertilitaslambat, Skenario II menggunakanasumsi penurunan fertilitas sedang, danSkenario III menggunakan asumsipenurunan fertilitas cepat. Secara rinciasumsi penurunan angka fertilitas totalyang digunakan dalam menyusunproyeksi penduduk periode 1990-2010dapat dilihat padaTabel 5
2. Asumsi Mortalitas
Perkembangan mortalitas diukurdengan angka harapan hidup. Seperti,halnya proyeksi penduduk lainnya,asumsi angka harapan hidup untuksetiap skenario dianggap sama. Iniberarti variasi perubahan mortalitasdiasumsikan tidak banyak perbedaan,tidak seperti perubahanfertilitas. Angkaharapan hidup diambil dari ModelBarat/West Family Tables dengan
distribusi sebagai berikut.
1990 1995 2000 2005 2010
Perempuan 63,5 65,2 68,0 68,9
Laki-laki 60,5 62,1 63,8 65,6
Angka harapan hidup ini digunakanuntuk proyeksipenduduk skenario I,II,dan III.
3- Migrasi
Penyusunan proyeksi penduduk inimasih menggunakan asuransi klasikyakni mengabaikan pengaruh migrasiinternasional. Dewasa ini semakinbanyak jumlah pekerja Indonesia yangmelakukan migrasi internasionalseperti bekerja ke Singapura, Brunei,Malaysia, Arab Saudi, dan sekitarnya,namun jumlahnya sulit untuk diketahuisecarapasti. Sebagian besar darimerekayang bekerjadi negara SaudiArabia dansekitarnya adalah wanita dalamkelompok umur reproduksi. KemudianyangbekerjadiSingapura, Malaysia,dansekitarnya adalah laki-laki berumurmuda. Namun demikian, dari kelompoktersebut tidak diketahui secara pastiberapa jumlah dan bagaimanakecenderungannya pada masamendatang apakah masih meningkatterus.
4. Data Dasar
Data dasar yang digunakan dalamproyeksi penduduk ini adalah jumlahpenduduk menurut umur dan jeniskelamin publikasi dari Biro PusatStatistik, 1992;Penduduk IndonesiaSeriS Nomor 2. Jumlah penduduk yangdilaporkan dalam publikasi ini adalah179.247.783. Jumlah ini tidak diberikanketerangan apakah sudah termasukpenduduk gelandangan, tuna wisma,
67
Populasi, 2(3), 1992
anak/awak kapal. Sementara itu, datadari Biro Pusat Statistik, publikasiJanuari 1991, Seri L.I., menyebutkanjumlah penduduk Indonesia hasilSensus Penduduk adalah 179.321.641termasuk jumlah gelandangan, tuna
wisma, dan lain-lain, yang jumiahnya127.418 jiwa. Dengan demikian, keduapublikasi data tersebut mempunyaiperbedaan jumlah penduduk.
Apabila jumlah penduduk Indonesiasebesar 179.194.233 (tidak termasukyang tidak bertempat tinggal menetap)merupakan hasil pencacahan lengkap,maka semua karakteristik kependuduk-anyangdiperolehdarihasilpencacahan
sampel atau sensus sampel mengacupada hasil sensus lengkap. Perbedaantentang jumlah ini sedang ditelusuripenyebabnya. Kemudian, terlepas darijumlah pendudukyangsebenarnya ataumendekatikenyataanyangada, proyeksiini menggunakan data dasar jumlahpenduduk sebesar 179.247.783 atauSeri S. Nomor 2.
Komposisi umur pendudukmemegang peran penting dalamproyeksi penduduk. Artinya, denganjumlah penduduk serta asuransifertilitas, mortalitas, dan migrasi yangsama, setelah digunakan dalam proyeksidapat menghasilkan jumlah penduduk
TABEL 6KOMPOSISI PENDUDUK INDONESIAMENURUT UMUR 1990
UmurSebelum Dirapikan Setelah Dirapikan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
yang berbeda menurut skenario. Iniberarti komposisi umur juga ikutmempengaruhi perkiraan jumlahpenduduk pada masa mendatang.Dengan demikian, komposisi umurpenduduk data dasar yang digunakanperlu dievaluasi kualitasnya agar dapatmengurangi kesalahanyang diakibatkanoleh struktur umur itu sendiri. Sejaiandengan ini maka struktur umurpenduduk hasil sensus penduduk perludievaluasi. Evaluasiinidiharapkandapatmengetahui kualitas data yang akandigunakan.Apakah hasilsensus tersebutdapat langsung digunakan untukproyeksi atau perlu dilakukan perapianterlebih dahulu sebelum digunakan.
Ada beberapametodeuntuk evaluasidata komposisiumur penduduk, namundalam kesempatan ini hanya digunakanmetode Myers Index dihitung denganpaket program yang telah tersedia.Index Myer's untuk tahun 1990.,penduduk laki-laki sebesar 8,9 persen,perempuan 10,1 persen. Dibandingkandengan indeks untuk tahun 1980, makaselamakurunwaktusepuluh tahun tidakditemukan perubahan yang cukupberarti dalam peningkatan kualitas datakomposisi umur. Kecenderungan untukmemilih angka akhir 0 dan 5 masihcukup dominan. Sejaian dengan inimaka data komposisi umur perludirapikan sebelum digunakan untukproyeksi penduduk. Perapian datakomposisiumur dilakukandenganpaketprogram komputer yang tersediadengan metode QuadraticReorientation. Hasil komposisi umursebelum dan sesudah dirapikan dapatdilihat pada Tabel 6.
HasilProyeksi
Jumlah penduduk hasil proyeksisangat tergantung pada asuransi yangdigunakan yakni perkembangan
fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Dalamhal ini migrasi dianggap tidakberpengaruh terhadap laju pertumbuh-anpenduduk. Kemudianperkembanganmortalitas diasumsikan sama dari ketigaskenario yang dibuat. Demikian puladistribusi jumlah penduduk menurut
umur untuk ketiga skenario .adalahsama, dan ini berbeda dengan asumsi ->
perkembangan fertilitas. Perkembanganfertilitas diasumsikan ada tiga pilihanyang masing-masing tercermin padaskenario dari setiap proyeksi. Dengandemikian, perbedaan jumlah danstruktur penduduk padasetiap skenariohanya disebabkan oleh perubahanfertilitas yang terjadi selama jangkawaktu proyeksi. Hasil proyeksi padasetiap skenario seperti pada Tabel 7,Table 8, dan Tabel 9-
Implikasi
Berdasarkanasumsiyangdigunakan,maka hasilproyeksipenduduk SkenarioIakan memberikan angka atau jumlahpenduduk yang lebih banyak daripadaSkenario IIdan III.Perbedaandi antaraskenario yang dipilih ini hanyamendasarkari pada perbedaankecepatan penurunan fertilitas, disamping angka fertilitas awal yangsedikit berbeda. Penurunan fertilitasSkenario Ilebih lambat daripadaSkenario II dan III, dan penurunanangka fertilitas Skenario IIIlebih lambatdaripada Skenario II. Sejaian denganasumsi yang digunakan, maka proyeksiSkenarioIdapatmemberikanangkaatau
jumlah penduduk yang maksimalsedangkan pada Skenario IImemberikan jumlah penduduk minimalberdasarkan kecepatan perubahanfertilitas. Kemudian Skenario IIIdiasumsikan dapat memberikangambaran perubahan fertilitas di antaraSkenario Idan II. Pembahas tentang
72
Populasi,2(3), 1992
implikasi dari hasil proyeksi penduduklebih menekankan pada keadaanSkenario Idan II.
1. Jumlah dan PerturabuhanPenduduk
Telahdisebutkansebelumnya bahwapertumbuhan penduduk tahun1980-1990 seldtar 1,92 persen setahun.Berdasarkan keadaan ini, makapertumbuhan penduduk pada periode1990-1995 diasumsikan masihmengalami penurunan yakni 1,9 persen(Skenario I) atau 1,84 persen (SkenarioII).Jumlahpendudukdiperkirakanakanmencapai 197,2 juta (Skenario I) atau196,51juta (Skenario II).Meskipun lajupertumbuhan penduduk diperkirakanmengalami penurunan selama1995-2000 menjadi 1,77 persen(Skenario I) dan 1,40 persen (SkenarioII), jumlah penduduk tahun 2000 akanmencapai sekitar 215,4 juta (Skenario I)dan210,8 juta (Skenario II). Pada tahun2005, jumlah penduduk Indonesiadiperkirakan menjadi 231,6 juta(Skenario I) atau 223,2 juta (SkenarioII). Dengan laju pertumbuhanpenduduk yang lebih rendah lagi,jumlah penduduk pada tahun 2010
berkisar antara 245,6 juta (Skenario I)atau 236,6 juta (Skenario II).
Dengan memperhatikan hubunganantara asumsi penurunan fertilitasdengan laju pertumbuhan penduduk,ada kecenderungan bahwa angkafertilitas yang rendah pun akanmenghasilkan pertumbuhan pendudukyang relatifmasih tinggi. Inidisebabkandari perubahanmortalitasyang ada danpengaruhdaristruktur umurpenduduk.Meskipunadaperubahanstruktur umurpenduduk Indonesia, perubahantersebut baru dirasakan untukkelompok umur 0-9 tahun. Kelompokberikutnya, seperti umur 10+, tidakmengalami penurunan karenaperubahan fertilitas, dan jumlahnyahanyaberkurangsedildt karenakeadaankesehatan masyarakat semakin baik.Tampaknya perubahan fertilitas yangada belum berpengaruh terhadapstruktur umur penduduk usiareproduksi (15-49), sehingga kecepatanpenurunan pertumbuhan pendudukmenjadi lambat.
2. Penduduk Perempuan Usia Subur
Meskipun pertumbuhan penduduktelah mengalami penurunan, hal ini
TABEL to
JUMLAH DANPERTUMBUHANPENDUDUK INDONESIA 1990- 2010
Tahun Skenario I Skenario 11 Skenario III Pertumbuhan (%)
(000) (000) (000) I II III
1990 179.248 179.248 179.248 - - -
1995 197.152 196.521 195.738 1,90 1,84 1,76
2000 215.354 210.774 210.971 1,77 1,40 1,50
2005 231.597 223.236 224.590 1,45 1,17 1,23
2010 245.561 236.625 236.837 1,17 1,14 1,08
Sumber: HasilProyeksi
73
Populasi, 2(3), 1992
TABEL 11
JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN USIA 15-49DIINDONESIA 1990-2010
Tahun Skenario I Skenario II Skenario III Pertumbuhan (%)
(000) (000) (000) I II III
1990 46.994 46.994 16.994 - - -
1995 52.970 52.970 52.970 2,42 2,42 2;42
2000 59.161 59.160 59.162 2,24 2,24, 2,24
2005 63.490 63.490 63.490 1,42 1,42 1,42
2010 67.486 67.183 66.808 1,23 1,14 1,02
keadaan tahun 1980 harus dapatditurunkan lagi, bilamana menghendakiangka fertilitas (TFR= 2,7) seperti yangpernah ditargetkan sebagai tujuandemografis. Upaya menurunkanfertilitas dari TFR= 3,3 menjadi 2,7merupakan pekerjaanyang cukup beratkarena jumlah yang harus ditanganisangat banyak (Tabel 11). Selain jumlahyang besar, sebagian besar darikelompok ini berpendidikan lebihtinggi, lebih mengetahui dan menuntut
pelayanan kontrasepsiyang baik.
3- Penduduk Usia Tua
Pengertian tentang penduduk usialanjut seringkali belum dicapaikeseragaman. Ada yang menggunakanbatasan usia 55 tahun ke atas, 60 tahunke atas, 65 tahun ke atas, dan ada pulayang 70 tahun dan lebih untukmenyebut penduduk usia lanjut.Batasan penduduk usia lanjut yangberagam ini disebabkan perbedaanasumsi antara usia dengan kegiatanekonomi yang dilakukan. Usia lanjutdiasumsikan sudah tidak mampu lagimelakukan kegiatan ekonomi untukmendapatkan upah. Pendekatan inilebih mengacu pada kegiatan yang
74
-Sumber: Hasil Proyeksi
tidak diikuti oleh kelompok pendudukperempuan usia subur (15-49). Justrusampai tahun 2000 nantidiperkirakandiatas 2,2 persen setahun. Baru setelahtahun 2000, yakni tahun 2005 dan 2010pertumbuhan penduduk perempuanusia subur hampir sama denganpertumbuhan penduduk. Penurunankelahiran selama 1980-1990 ini hanyaberpengaruh pada kelompok usia 0-9tahun pada tahun 2000. Jumlahpendudukusia 10-49tidak berpengaruholeh penurunan fertilitas selama kurunwaktu tersebut. Tingginya jumlahpenduduk perempuan usia subur inijuga dipengaruhi oleh komposisi umuryang masih relatif muda.
Dalam jangka waktu 10 tahunmendatang jumlah pendudukperempuan usia 15-49 masih akanbertambah. Proporsi jumlah pendudukperempuan usia 15-49 terhadap jumlahpenduduk pada tahun 2000 dan 2010relatif tetap yakni sekitar 27 persen.Dengan memperhatikan jumlahpenduduk perempuan usia subur yangcukup besar ini, bagi BKKBN tentu
merupakan tugas yang cukup beratdalam menurunkan fertilitas. Angkafertilitas yang sudah menurun dari
Populasi,2(3), 1992
sifatnya formal, padahal dalamkenyataannya tidak demikian halnya.Banyak ditemui, penduduk usia lanjutmasih tetap berusaha bekerja sejauhkeadaan fisik memungkinkan dan adakesempatan yang diberikan. Sejalandengan ini, maka penduduk usia lanjutdisajikan dalam tiga pendekatan batasumur. Penduduk usia lanjut kelompokIdihitungberdasarkanusia 55 tahun danlebih, kelompok IIdengan batas usia60tahun dan lebih, dan kelompok IIImenggunakan batas usia 65 tahun danlebih.
Apabila digunakan batasan usia 55tahundanlebih,makajumlah pendudukusia lanjut sangat besar yakni dari 13,8
juta pada tahun 1990 bertambahmenjadi 21,8 juta pada tahun 2000kemudian menjadi 31,2 juta pada tahun2010. Ini berarti pertumbuhanpendudukusialanjutsangat tinggi,yakni4,7 persen per tahun selama 1990-2000,kemudian menurun menjadi 3,6 persensetahun selama 2000-2010. Proporsipenduduk usia lanjut pada tahun 1990hanya 7,7 persen bertambah menjadi10,1 persen pada tahun 2000 dan 12,7persen pada tahun 2010. Jumlahproporsi dan pertumbuhan pendudukusia lanjut untuk Skenario I, II, dan IIIadalah sama karena reduksi fertilitastidak akan berpengaruh terhadapkelompok ini (Tabel 12).
Umur 1990 1995 2000 2005 2010
Perempuan (000)
60-64 2.136 2.498 2.856 3.284 3.637
65-69 1.661 1.874 2.205 2.538 2.939
70-74 297 1.348 1.532 1.819 2.112
75 + 303 352 1.130 1.650 2.133
55 + 7.109 9.280 11.543 13.664 16.331
60 + 4.397 6.071 7.724 9.291 10.821
65 + 2.261 3.573 4.868 6.007 7.185
Laki-laki (000)
60-64 1.988 2.277 2.568 2.983 3.429
65-69 1.545 1.673 1.929 2.190 2.563
70-74 295 1.189 J.297 1.510 1.730
75 + 271 314 934 1.296 1.621
55 + 6.656 8.393 10.267 12.206 14.858
60 + 4.099 5.454 6.730 7.979 9.343
65 + 2.111 3.176 4.162 4.996 5.914
Laki-laki + Perempuan (000)
55 + 13.765 17.673 21.810 25.870 31.188
60 + 8.496 11.525 14.455 17.270 20.164
65 + 4.372 6.749 9.030 11.003 13.099
TABEL 12PENDUDUK USIA LANJUT DIINDONESIA 1990-2010
SKENARIOI= II= III- PPI, 1990-2010
75
I
Populasi, 2(3), 1992
Penduduk usia lanjut denganbatasan usia 60 tahun dan lebihjumlahnya lebih sedikit yakni sekitar 61persen atau sekitar dua per tiga darikelompok usia 55 tahun dan lebih.Kemudian, apabila digunakan batasanusia 65 tahun dan lebih, maka jumlahpenduduk usia lanjut hanya 32 persenatausekitar sepertigadarikelompokusialanjut umur 55 tahun dan lebih.Kemudian, jika digunakan usia 75 tahundan lebih, maka jumlahnya semakinberkurang. Dengan demikian, batasanusia lanjut mana pun yang digunakan,pertumbuhan jumlah penduduk usialanjut sangat tinggi, jauh lebih tinggipertumbuhan penduduk perempuanusia subur maupun pertumbuhanpenduduk itusendiri.
Biladiperhatikanmenurut rasio jeniskelamin, akan terjadi perbedaan yangcukup besar. Rasio jenis kelaminpenduduk Indonesiatahun 1990adalah99, untuk penduduk usia lanjut 94,kemudian menurun menjadi 90 padatahun 2000 dan 2010. Apa yang akanterjadi nanti apabila penduduk usialanjut atau penduduk yang ringkih itujumlahnya besar dan didominasipenduduk perempuan? Jenis pekerjaanapa saja yang dapat dilakukan olehmerekayangringkihiniagar dapathidupdan siapa yang akan mengasuh,sementara anak-anak merekameninggalkan rumah untuk bekerja ditempat lain. Banyak aspek sosial budayalainyangkemudian diduga akan muncnlseperti dalam rumah tangga akan adatiga generasi, perawatan, rekreasi,transportasi, maupun fasilitas lainnyauntuk penduduk usia lanjut.
Kesimpulan
Hasil proyeksi penduduk pada masamendatang sangat dipengaruhi olehpemilikan asumsi tentang laju
pertumbuhan penduduk. Ketepatanmemilihperubahan fertilitas, mortalitas,dan migrasi akan memberikan hasilproyeksi mendekati kenyataan yangterjadi. Sejalan dengan ini, perludisadari bahwa bagaimanapun baiknyaasumsiyangdigunakan, karenaproyeksimerupakan perkiraan, maka.watakkebenarannya terletak pada rentangderajat kepercayaan yang ada dengannilai rata-rata hasil proyeksi. Akan lebihbermanfaat bilamana setiap lima atausepuluh tahun sekali hasil proyeksidikoreksi atau dibandingkan denganinformasi yang lebih baru agar dapatdiketahui besarnya kesalahan yang adauntukmemperbaiki proyeksi itusendiri.
Perbedaan hasil proyeksi pendudukIndonesia tahun 2000 maupun 2010diantaraproyeksiyangada lebihbanyakdisebabkan perbedaan asumsi dalammemperkirakan perubahan variabeldemografi, terutama fertilitas. Hampirtidak dijumpai perbedaan yang cukupbesar tentang asumsi penurunanmortalitas di antara proyeksi yang ada.Sebaliknya, banyak dijumpai perbedaanperubahan fertilitas yang cukup berartidi antara proyeksi itu sendiri. Dengandemikian, perbedaan hasil proyeksipenduduk yang ada lebih banyakdisebabkan oleh perbedaan kecepatanpenurunan fertilitas.
Hasil proyeksi pendudukmengungkap ada beberapa hal pokokyang sekiranya perlu dicermati. Denganmenggunakan asumsi pertumbuhanpenduduk menurun sampai 1,4 persentahun 2000, penduduk Indonesiadiperkirakan tercatat antara 211 sampai215 juta jiwa. Bilamana pertumbuhanpenduduk pada tahun 2010 menurunlagi sampai 1,1 persen, jumlahpenduduk antara 237 sampai 246 jutajiwa. Meskipun angka fertilitasdiasumsikan mengalami penurunan
76
Populasi, 2(3), 1992
sampai rendah, jumlah pendudukIndonesia pada masa mendatang masihcukup besar. Jumlah penduduk yangbesar ini tentu membutuhkan berbagaiimplikasi kebijaksanaan untuk dapatdimanfaatkan dengan baik.
Asumsi tentang reduksi fertilitasselama 1990-2000 tidak akanberpengaruh terhadap jumlahpendudukperempuanusiasubur (15-49tahun), dan baru berpengaruh setelahperiode tersebut, yakni tahun2000-2010. Pengaruhnya pun hanyaterbatas pada usia 15-19 tahun sajauntuk tahun 2010. Dengan demikian,jumlah penduduk perempuan usia15-49 tahun masih akan bertambah.Hasil proyeksi mengungkapkan bahwalaju pertumbuhan pendudukperempuan tersebut sangat tinggi. Padatahun 2000 nanti diperkirakan jumlahpenduduk perempuan usia 15-49 tahunmencapai59,2 juta danpadatahun 2010bertambahmenjadi67,2 juta. Tentu sajahal ini merupakan tantangan bagiBKKBN untuk mengelolanya.
Asumsi tentang mortalitas yangsemaldn menurun akan menyebabkanusia harapanhidup semakin meningkat.Usia harapan hidup yang meningkatpaling tidak akan meningkatkanproporsi penduduk usia lanjut. Jumlahpenduduk usia lanjut denganmenggunakan batasan usia 60+ padatahun 2000 diperkirakan sekitar 14,4juta dan bertambah menjadi 20,2 jutapada tahun 2010. Apabila digunakanbatasanusia55+ sebagaipendudukusialanjut,jumlah tersebut hampirmencapaisatu setengah kali lipat dari kelompok60 + . Berapa pun batas usia yangdigunakan, pertumbuhan jumlahpenduduk usia lanjut sangat tinggi.Apabila selama rentang waktu proyeksidisusun, mortalitasmenurunlebihcepatdaripada yang diperkirakan, proporsi
penduduk usia lanjut akan lebih besardaripada yang diperkirakan.
DAFTAR PUSTAKA
Coale,AnsleyJ. dan Paul Demeny. 1983.Regional model life tables andstable populations. New York:Academic Press.
Indonesia. Biro Pusat Statistik. 1978.Proyeksi penduduk Indonesia,1976-2001.Jakarta.......... Biro Pusat Statistik. 1983-Proyeksi penduduk Indonesia,1980-2001.Jakarta........... Biro Pusat Statistik. 1987.Proyeksi penduduk Indonesia,1985-2005.Jakarta, (seri SUPAS no.33).......... Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Lembaga Ekonomi danKemasyarakatan Nasional. 1976.Proyeksi penduduk Indonesia,1970-2005.Jakarta.
Iskandar, N. 1976. Beberapa proyeksipenduduk Indonesia, menurutpulau-pulau utama. Jakarta.Lembaga Demografi, FakultasEkonomi, Universitas Indonesia.
Nitisastro, Widjojo. 1970. Populationtrends in Indonesia. Ithaca:Cornell University Press.
Shryock, Henry S. dan Jacob S.Siegel.1976. The methods and materialsof demography. New York:Academic Press.
Tri Sucipto dan Tukiran. 1992.Proyeksipenduduk Indonesia 1990-2050.Yogyakarta: Pusat PenelitianKependudukan, UGM.