MENULIS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliahDesain
Sistem Instruksional Dosen :Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd.Disusun
oleh Kelompok IIAbdiel Ginting:8146122001Junika Hotmaida
Sinaga:8146122022Kennedy Tambunan:8146122023
TEKNOLOGI PENDIDIKANPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI
MEDAN2014KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Model
Model Pengembangan instruksional ini dengan waktu sesuai yang
diharapkan.Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Desain Sistem
Instruksional.Tak ada yang sempurna, kami sangat menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dikarenakan berbagai hal.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pada
penyusunan makalah selanjutnya. Harapan kami makalah ini dapat
memberikan manfaat yang besar bagi pembaca pada umumnya dan
penyusun khususnya.
Medan , Februari 2015 Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULIAN1A.Latar Belakang
Masalah1B.Rumusan Masalah2C.Tujuan Penelitian2D.Manfaat
Penelitian2BAB II PEMBAHASAN3A.Model Pengembangan
Instruksional3B.Model Model dalam Pengembangan
Instruksional5C.Tujuan dan Fungsi Model Instruksional12BAB III
PENUTUP14A.Kesimpulan14B.Implikasi15C.Saran15DAFTAR PUSTAKAiii
i
BAB IPENDAHULIAN
A. Latar Belakang MasalahPengembangan sistem pembelajaran
(instruksional) merupakan salah satu bentuk pembaharuan sistem
instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama
meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses
pembelajaran.Istilah pengembangan sistem instruksional
(instructional system design) dan disain instruksional
(instructional design) sering dianggap sama. disain berarti membuat
sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan
mengembangkan berarti membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan
sebagainya.Berbagai macam model pengembangan pembelajaran
dikembangkan dengan tujuan: :1. Mudah dikomunikasikan kepada calon
pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan.2.
Memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk
pengelolaan pembelajaran.3. Memperlihatkan struktur antara tujuan
belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan antara satu
dengan yang lainnya.Namun demikian, pendekatan yang sistematis
dalam kegiatan instruksional ini dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan
itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain
instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan
program instruksional, pengembangan produk instruksional,
pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar.
Tetapi istilah populer yang lazim digunakan adalah pengembangan
instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari istilah
instructional development. Istilah yang disebutkan terakhir ini
adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi
profesi AECT (Association for Educational Communication and
Technology) di Amerika Serikat.Dalam operasionalnya pengembangan
sistemintruksionalini dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun
jangka panjang; dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu
periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu
sistem yang lebih besar lagi.Pengembangan pendekatan sistem dalam
desain instruksional telah menghasilkan berbagai model. Tidak semua
model itu serupa. Sebagian sesuai untuk digunakan untuk memecahkan
masalah yang lebih luas, sebagian lagi sesuai untuk pemecahan
masalah yang lebih sempit, Dalam makalah ini di paparkan lima model
yang tergolong paling awal (tahun 1960-an) dan digunakan, baik oleh
pengarangnya sendiri maupun oleh orang lain. Pebandingan kelima
model ini di turunkan dari karya Twelker, Urbach, dan Buck
(1972).
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka yang
menjadi rumusan masalahnya adalah:1. Apa yang dimaksud dengan
pengembangan sistem intruksional .2. Bagaimana Model pengembangan
instruksional.
C. Tujuan Pembahasan Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar
kita dapat memahami tentang model pengembangan intruksional,
sehingga kita dapat mengetahui model model intruksional yang
berkembang dan kita dapat mengaplikasikanya model yang harus
dipakai dalam pembelajaran.D. Manfaat PembahasanSetelah menyusun
makalah ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Sehingga mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai
dengan kebutuhan di lingkungan belajarnya. BAB IIIPEMBAHASANA.
Model Pengembangan Instruksional1. Pengembangan Sistem
InstruksionalIstilah pengembangan sistem instruksional
(instructional system design) dan disain instruksional
(instructional design) sering dianggap sama. disain berarti membuat
sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan
mengembangkan berarti membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan
sebagainya.Pengembangan Sistem Instruksional ialah suatu proses
menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang
menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga
terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carey, 1977).Sedangkan
menurut Ely : Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses
secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem
pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitas dan
praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979).Pengembangan sistem
intruksional ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu
yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan
perilaku dan mempelajari problem-problem pengajaran, agar
mendapatkan pemecahan yang teruji validitas dan praktis bisa
dilaksanakan. Pengembangan ini senantiasa didasarkan pada
pengalaman. Pengamatan yang sesama dan percobaan yang
terkendali.Ada dua proses pengembangan, pertama ialah pendekatan
secara empiris yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran
disusun berdasarkan pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah
dengan pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada
langkah-langkah secara sistem : cara mencapainya dipilihkan
cara-cara tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu. Hasil
uji coba memberi informasi tertentu yang dapat dijadikan bahan
penilaian perihal tingkat kesulitan suatu program.Pada dasarnya
desain instruksional merupakan proses mengidentifikasi subsistem
yang menjadi bagian dari sistem,mengidentifikasi fungsi fungsi dan
kaitan setiap sub sistem yang satu dengan yang lain, mengembangkan
fungsi setiap sub sistem, mensintesis semua sub sistem yang ada di
dalamnya menjadi satu kesatuan, dan kemudian mengevaluasi fungsinya
sebagai suatu sistem keseluruhan.
2. Model pengembangan intruksionalModel merupakan seperangkat
prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti
penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi (Briggs,
1978: 23).Istilah pengembangan dan desain sebenarnya mengandung
pengertian yang berbeda. Pengembangan pembelajaran mempunyai arti
yang lebih luas karena meliputi desain pembelajaran. Pengembangan
pembelajaran adalah : suatu pendekatan sistematik dalam desain,
produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang
lengkap, meliputi semua komponen system yang tepat dengan suatu
pola manajemen untuk menggunakannya; desain pembelajaran merupakan
satu tahapan dari pengembangan pembelajaran (AECT, 1986).Reigeluth
(1983) mengatakan bahwa desain pembelajaran merupakan proses yang
menentukan metode pembelajaran apa yang terbaik untuk mata
pelajaran tertentu bagi siswa tertentu agar mencapai tujuan
tertentu.
3. Proses Pengembangan Sistem InstruksionalProsedur atau proses
yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa
meliputi dua cara: 1. Dengan pendekatan secara empirisProses ini
dilaksanakan tanpa menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis.
Di sini paket atau bahan pengajaran disusun berdasar pengalaman si
pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila
hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, materi pengajaran
tersebut direvisi dan pekerjaan penyusunan paket (materi)
pengajaran diulang. Adapun pendekatan semacam ini mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya :a. Setiap pengembang harus mulai
dari awal untuk mencari atau menemukan semua langkah dan dasar yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu materi pengajaran. b. Berulang
kalinya pembuatan materi (paket) pengajaran baru. Hal ini berarti
menghendaki berulang kau uji coba, dan ini berarti kurang
efisien.
2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm
approach). Menurut pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan,
bisa diklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk, tiap
tipe tujuan khusus (objective) dapat dipilihkan cara-cara tertentu
untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa
bisa diciptakan, dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa
diadakan. Di dalam penyusunan disain instruksional, diadakan
langkah-langkah secara sistematis, sehingga uji coba secara empiris
terhadap suatu program dapat mendorong untuk adanya informasi
mengenai efektifitas suatu program, yang sekaligus bisa untuk
menguji model tersebut.
4. Model Desain Instruksional A.Secara MikroModel pengembangan
sistem pembelajaran yang berorientasi kelas biasanya ditujukan
untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya
dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.Menyiapkan
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang.1.Model PAKEM
(Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Pembelajaran Partisipatif, yaitu pelibatan siswa secara optimal.
Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas siswa (self
discovery learning). Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi dan
memunculkan kreatifitas siswa. Pembelajaran Efektif, yaitu memberi
pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan. Pembelajaran
Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan (joyfull
learning).
2.Model ASSURE, merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga
model berorientasi kelas.Menurut Heinich at.al. (2005) model ini
terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu: Analyze Learners(analisis
peserta didik), disesuaikan dengan tingkat perkembangan, gaya
belajar , dan kebutuhan peserta didik. States Objectives(menyatakan
tujuan), difokuskan pada tujuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Select Methods, Media, and Material(memilih metode,
media, dan materi), pemilihan metode yang tepat dengan tugas
pembelajaran, memilih media yang tepat dengan materi yang
disampaikan . Utilize Media and materials(penggunaan media dan
bahan), menggunakan dan mendesaian media sebagus mungkin agar
pembelajaran lebih menarik dan menantang. Require Learner
Participation(partisipasi peserta didik di kelas), partisipasi
aktif peserta didik dalam kelas akan berpengaruh pada pengalaman
belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran. Evaluate and
Revise(penilaian dan revisi), melihat seberapa efektif dan
efisiennya metode dan media pembelajaran yang dipakai dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
3.Model berorientasi produkadalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran,
misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul.
Contoh modelnya adalah modelHannafin and Peck. Tahap-tahap dalam
model Hannafin and Peck: tahap analisis keperluan, tahap desain,
dan tahap pengembangan dan implementasi. Penilaian dan evaluasi
dilaksanakan dalam setiap tahap.Tahap-tahap model Hannafin and Peck
: Tahap analisa kebutuhanMengidentifikasi kebutuhan yang meliputi
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran; (a) tujuan
dan objek media pembelajaran yang dibuat, (b) pengetahuan dan
kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, (c)peralatan dan
keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan
diidentifikasi, Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan
penilaian terhadap hasil itu sebelum melanjutkan ke tahap desain.
Tahap desainBertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan
kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media
tersebut (informasi dari tahap analisa kebutuhan). Salah satu
dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board
yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan keperluan
pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam
tahap analisis keperluan. Penilaian perlu dijalankan dalam tahap
ini sebelum dilanjutkan ke tahap pengembangan dan implementasi.
Tahap pengembangan dan implementasiPenghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses
pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media
selesai dikembangkan). Dokumenstory boardakan dijadikan landasan
bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan
media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang
dihasilkan seperti kesinambunganlink, penilaian, dan pengujian.
Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam
proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang
dikehendaki.Model ini sangat menekankan proses penilaian dan
evaluasi yang mengikutsertakan proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan.4.Model Bella H. Bannaty,yang berorientasi pada
tujuan pembelajaran. Komponen-komponen model Bella H. Bannaty
menjadi acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan,
sebagai berikut :a)Merumuskan tujuan (formulate
objectives).b)Mengembangkan tes (develop test).c)Menganalisis tugas
belajar (analyzing learning task).d)Mendesain system pembelajaran
(design system).e)Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
(implement and test output).f)Melakukan perubahan untuk perbaikan
(change to improve).
B.Secara MakroModel beroreintasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum
sekolah.1.Model Gagne, Briggs, & Wager.Komponennya : Jenjang
Sistem 1a) Analisis kebutuhan, tujuan kurikuler, dan prioritas
kurikulum.b) Analisis sumber-sumber, hambatan, dan alternative
system penyampaian.c) Penentuan cakupan dan urutan dari kurikulum
dan mata ajar serta disain sistem penyampaian . Jenjang Mata
Ajara)Menentukan struktur dan urutan mata ajar.b)Analisis tujuan
umum pembelajaran mata ajar Jenjang KBMa)Merumuskan tujuan
pembelajaran/kinerja.b)Mempersiapkan satuan pelajaran (atau
modul).c)Mengembangkan dan memilih bahan ajar dan media pengukur
kinerja peserta. Jenjang Sistem 2a)Didik (menentukan
asesmen).b)Persiapan pengajar.c) Evaluasi formatif.d)Uji coba,
perbaikan.e)Evaluasi sumatif.f)Penggunaan dan penyebaran
2.Model ADDIE, muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh
Reiser dan Mollenda. Tahap-tahap model ADDIE
(Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation):
Analysis(analisa kebutuhan, identifikasi masalah, dan identifikasi
tugas pembelajaran). Design(merumuskan tujuan pembelajaran yang
SMAR;specific, measurable, applicable, and realistic, menyusun tes,
memilih strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat).
Development(mewujudkan desain tadi dalam bentuk nyata, misalnya
dengan mencetak modul, kemudian mengembangkan modul dengan sebaik
mungkin). Implementation(langkah nyata menerapkan sistem
pembelajaran yang kita buat). Evaluation(sudah efektifkah sistem
pembelajaran yang kita kembangkan).
3.Model Dick and CarreyModel ini termasuk ke dalam model
prosedural. Langkahlangkah desain pembelajaran menurut Dick and
Carey adalah:a)Mengidentifikasikan tujuan umum
pembelajaran.b)Melaksanakan analisi pembelajaran.c)Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.d)Merumuskan tujuan
performansi.e)Mengembangkan butirbutir tes acuan
patokan.f)Mengembangkan strategi pembelajaran.g)Mengembangkan dan
memilih materi pembelajaran.h)Mendesain dan melaksanakan evaluasi
formatif.i)Merevisi bahan pembelajaran.j)Mendesain dan melaksanakan
evaluasi sumatif.
4.Model KempModel Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar.
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu: Menentukan tujuan dan daftar
topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya.
Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran
tersebut didesain. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku
pelajar. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap
tujuan. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan
latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap
suatu topic. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran
yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi
siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal
untuk melaksanakan rencana pembelajaran. Mengevaluasi pembelajaran
siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat
kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari
perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi
yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.5.Model DSI-PK (Desain Sistem Instruksional Berorientasi
Pencapaian Kompetensi), yaitu gambaran proses rancangan sistematis
tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian
kompetensi. Karakter utama desain berorientasi pencapaian tujuan
adalah :a)Memuat sejumlah kompetensi yang harus dikuasai
siswa.b)Menekankan proses pengalaman dengan memperhatikan keragaman
tiap individu.c)Evaluasi hasil dan proses belajar.
6.Model IDI(INTRUKSIONAL DEVELOPMENT INSTITUTE).IDI secara umum
memiliki langkah sebagai berikut:a)Pembatasan,ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan :Karakteristik Siswa,Kondisi,Sumber-sumber yang
relevanb) Pengembangan, tujuan yang hendak dicapai.c)Penilaian.
B. Model - Model dalam pengembangan intruksional
Penggunaan pendekatan system dalam pengembangan instruksional
telah menghasilkan berbagai model. Model-model pengembangan
instruksional telah banyak diciptakan para ahli atau
institusi.Judul dan pengarang model yang tergolong sebagai
pendahulu adalah sebagai berikut:
No.JudulPengarangTahun
1System Approach for Education (SAFE)Corrigan1966
2MichiganStateUniversityInstructionalSystems Development
ModelBarson1967
3Project MINERVA Instructional SystemsDesignTracey1967
4Teaching Research SystemHamreus1968
5Banathy Instructional Development SystemBanathy1968
Kelima pengarang tersebut mengembangkan model begitu kompleks (
baca : M. Atwi Suparman, 2001 : 34-39).Mereka menggunakan
istilah-istilahtidak sama dan urutan langkah-langkah yang berbeda.
Ini menunjukkan bahwa proses pengembangan instruksional itu tidak
memiliki urutan langkah-langkah yangbaku atau harga mati. Hal
yangbaku adalah model dasar untuk pengembangan instruksional, yaitu
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi atau
merevisi.Kelima model pendekatan system yang diterapkan dalam
desain instruksional tidak ada yang terbaik atau standar untuk
diterapkan dalam kegiatan instruksional. Setipa model itu baik dan
sesuai untuk kondisi tertentu. Kondisi yang dimaksud adalah besar
kecil atau kompleks tidaknya suatu lembaga pendidikan, ruang
lingkup tugas lembaga pendidikan,serta kemampuan pengelola.Model
MINERVA cocok digunakan dalam diklat karena menghasilkan system
instruksional yang mengarah pada pembentukan ketrampilan kerja
karyawan.
1. SYSTEM APPROACH FOR EDUCATION (SAFE) (CORRIGAN 1966)Langkah
Langkah Model Pengembangan System Approach For EducationAdalah
Sebagai Berikut :a.Tahap I Analisis Sistem1.Menilai
kebutuhan2.Menentukan tujuan misi3.Menentukan persyaratan
misi4.Menentukan hambatan5.Menentukan profil misi dan persyaratan
serta hambatan6.Melakukan analisis fungsional tentang persyaratan
dan hambatan7.Melakukan analisis tugas dan persyaratan dan
hambatan8.Melakukan analisis metode, alat dan persyaratan dan
hambatan9.Membuat keputusan final tentang meneruskan atau
berhentib.Tahap II Sistesis Sistem1.Mengidentifikasi strategi
perencanaan masalah2.Mendesain pengelolaan/rencana pelaksanaan
untuk setiap alternatif3.Menganalisis alternatif dari segi
keefektifan dan efisiensi biaya4.Memilih rencana pengelolaan dan
pelaksaan yang mempunyai keefektifan biaya yang optimal5.Menyusun
rencana validasi atau tes lapangan (metode/media) yang
sesuai.6.Implementasi/ pengelolaan penggunaan rencana
pelaksanaan7.Mengevaluasi penampilan (proses dan produk)8.Merevisi
untuk mencapai prestrasi yang dipersyaratkan
2. MICHIGAN STATE UNIVERSITY INTRUCTIONAL SYSTEMS DEVELOPHMENT
MODEL (BARSON 1967)Langkah Langkah Model PengembanganMICHIGAN STATE
ModelAdalah Sebagai Berikut :1.Menentukan tujuan pendidikan umum,
perguruan tinggi, fakultas, jurusan,mata
kuliah2.Mulai3.Mengumpulkan data masukan4.Menentukan perilaku awal
dan akhir5.Mengembangkan rasional untuk ujian awal dan
akhir6.Mengkombinasikan seluruh data masukan7.Mengembangkan contoh
pengajaran untuk isi pelajaran tertentu8.Memilih berntuk informasi
yang representatif9.Rencana strategi10.Menentukan alat transmisi
berdasarkan hasil pemilihan bentuk informasi11.Mengumpulkan,
mendesain, memproduksi media yang telah
ditentukan12.Merampungkan13.Tes lapangan dengan kelompok peserta
didik14.Mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan15.Mengembangkan
instrumen evaluasi dengan menggunakan data mahasiswa dan informasi
media berdasarkan hasil pengembangan rasional untuk ujian awal dan
akhir16.Penerapan pada mata kuliahberdasarkan hasil langkah 15 dan
1417.Evaluasi dan mengulang kembali untuk memperbaiki sebagaimana
diperlukan
3. PROJECT MINERVA INSTRUCTIONAL SYSTEMS DESIGN (TRACEY
1967)Model ini sangat sesuai digunakan untuk pengembangan diklat.
Langkah Langkah Model Pengembangan Project Minerva adalah sebagai
berikut:1.Pengumpulan data pekerjaan2.Mengidentifikasi persyaratan
pelatihan3.Merumuskan tujuan penampilan4.Menyusun tes
penampilan5.Memilih isi mata pelajaran6.Memilih strategi
instruksional7.Memproduksi bahan instruksional8.Melaksanakan
kegiatan instruksional9.Melaksanakan dan menganalisis
tes10.Mengevaluasi kegiatan instruksional11.Tindak lanjut
lulusan
4. TEACHING RESEARCH SYSTEM (HAMREUS 1968)Langkah Langkah Model
PengembanganTEACHING RESEARCH SYSTEMadalah sebagai berikut:a.Tahap
I Pendefinisian dan Pengelolaan Sistem1.Mengidentifikasi masalah
instruksional2.Menentukan dan memilih staf pendukung3.Menentukan
kontrol pengelolaan4.Berdasarkan butir 2 dan 3 mengidentifikasi
populasi siswa / peserta didik5.Berdasarkan butir 2 dan 3 bahan
pengajaran6.Berdasarkan butir 2 dan 3 menganalisa context
instruksionalb.Tahap II Analisis Desain1.Mengidentifikasi tujuan
perilaku2.Menyusun pengukur penampilan3.Berdasarkan butir 1
menentukan tujuan tujuan khusus4.Menyusun pengukur penampilan
khusus5.Berdasarkan butir 3 mengidentifikasi jenis
belajar6.Menentukan kondisi belajar7.Berdasarkan butir 5 menentukan
penyesuaian terhadap pekerjaan individual8.Menentukan bentuk
kegiatan instruksionalc.Tahap III Pengembangan dan
Penilaian1.Pengembangan prototiva instruksional2.Review teknis dan
komunikasi3.Berdasarkan butir 1 melakukan uji coba
prototipe4.Menyelenggarakan tes penampilan5.Berdasarkan butir 3
menganalisis hasi l uji coba6.Manganalisis tes7.Berdasarkan butir 5
mengidentifikasi sistem instruksional8.Mengulang kembali
5. BANATHY INSTRUCTIONAL DEVELOPHMENT SYSTEM (BANATHY
1968)Langkah Langkah Model PengembanganTHE BANATHY MODELadalah
sebagai berikut:a.Tahap I analisis dan Perumusan tujuan1.Maksud
sistem2.Spesifikasi tujuan3.Tes acuan patokanb.Tahap II Analisis
dan Perumusan Tugas Tugas Belajar1.Menentukan tugas tugas
belajar2.Menilai kompetensi masukan3.Melakukan tes
masukan4.Mengidentifkasi dan karakterisasi tugas tugas belajar yang
aktualc.Tahap III Desain Sistem1.Analisis fungsi, isi dan
tujuan2.Analisis komponen3.Distribusi fungsi antar
komponen4.Penjadwaland.Tahap IV Implementasi dan kontrol
kualitas1.Latihan sistem2.Tes sistem3.Pelaksanaan4.Mengevaluasi
dengan menggunakan tes acuan patokan5.Mengubah untuk
meningkatkan
6. MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL ( MPI )Atwi Suparman (2012)
mengemukakan analisis hasil perbandingan dari beberapa model
instruksional terdiri dari tiga tahap yakni: tahap definisi, tahap
analisis dan pengembangan system, dan tahap evaluasi. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa perbedaan antara model yang satu dengan model
yang lain antara lain terletak pada: sasaran/tingkat penggunaanya
(Institusi atau mata pelajaran), Penggunaan istilah pada setiap
tahapan, Jumlah tahapan atau langkahnya, kelengkapan konsep dan
prinsip yang digunakan. Berdasarkan analisis di atas Atwi Suparman
mengembangkan Model Pengembangan Desain Instruksional (MPI).Desain
instruksional masa depan yang dikembangkan oleh Atwi Suparman
diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran dan dapat
digunakan baik untuk pembelajaran tatap muka maupun pendidikan
jarak jauh. Dengan berlandaskan teori belajar dan pembelajaran
(aliran psikologi: humanisme, behaviorisme, kignitivisme,
konstruktivisme, dan cybernetisme), prinsip-prinsip pembelajaran,
dan pendekatan system.Model Pengembangan Instruksional (MPI)
terdiri dari 3 tahap yakni:1. Definisi, langkah-langkahnya
adalah:a. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis
tujuan instrksional umum.b. Melakukan analisis instruksionalc.
Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik2.
Analisis dan pengembangan prototype sistem, langkah-langkahnya
adalah:a. Menulis tujuan instruksional umumb. Menulis alat
penilaian hasil belajarc. Menyusun Strategi Instruksionald.
Mengembangkan bahan instruksional3. Melaksanakan evaluasi formatif,
langkah-langkahnya adalah:a. Penelaahan oleh pakar dan revisib.
Evaluasi oleh 1-3 peserta didik dan revisic. Uji coba dalam skala
terbatas dan revisid. Uji coba lapangan dengan melibatkan semua
komponen dalam system sesungguhnya.
MPI di maksudkan untuk digunakan pada skala luas seperti
merancang program studi dn skala kecil seperti tingkat mata kuliah,
mata pelajaran, kursus dan sesi. Keahlian mendesain instruksional
ini diperlukan oleh dosen dan pengelola program studi serta guru
dan pengelola sekolah yang bertujuan mengembangkan sistem
instruksional secara sistematik,efektif dan efisien.Konsep,prinsip
dan prosedur yang digunakan pada setiap langkah MPI lebih banyak
dimaksudkan untuk membantu mereka agat dapat bekerja secara praktis
berdasarkan konsep-konsep toritis. Untuk itu uraian dan contoh
setiap langkah MPI di buat menjadi sederhana, dan menghindari hal
yang rumit,terlalu rinci dan membatasi kretivitas atau sebaliknya
tidak terlalu abstrak agar dapat di jadikan panduan praktis Di
samping itu latihan yang mengikuti setiap langkah MPI diarahkan
kepada pengembangan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab
pengajar. Dengan demikian, hasilnya diharapkan memberikan pengaruh
kepada penampilan pengajar dalam menciptakan inovasi dalam kegiatan
instruksional.
C. Tujuan dan Fungsi Model Instruksional Pada umumnya setiap
kegiatan memiliki tujuan dan fungsi, demikian pula pengembangan
instruksional ini. Sesuai definisi dari pengembangan instruksional,
tujuan utama pengembangan instruksional adalah untuk menghasilkan
sistem instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran
dan pendidikan.Sedangkan secara lebih khusus tujuan pengembangan
instruksional adalah sebagai berikut:1. Untuk mengidentifikasi
masalah-masalah instruksional dan mengorganisasi alat pemecahan
masalah tersebut.2. Untuk menghasilkan stretegi belaJar mengajar
yang efektif, dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.3.
Untuk menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam
rangka perbaikan pengasjaran dan pendidikan4. Untuk menghasilkan
evaluasi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan5. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
karakteristik peserta didik.6. Untuk mengidentifikasi alat dan
media yang cocok untuk sesuatu tujuan instruksional tertentu dalam
proses belajar-mengajar.7. Untuk menentukan dan mengidentifikasi
materi pengajarn yang cocok, agar belajar-mengajar dapat
efektif.
Sedangkan fungsi dari pengembangan instruksional dalam
belajar-mengajar adalah:1. Sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam perbaikan situasi
pengajaran dan pendidikan.2. Sebagai pedoman guru dalam mengambil
keputusan instrusional, yang meliputi:a. Mengidentifikasi kebutuhan
dan karakteristik perserta didik.b. Menentukan tujuan
instruksional.c. Menentukan strategi belajar-mengajar.d. Menentukan
materi pelajarane. Menentukan media dan alat peragaf. Menentukan
evaluasi pengajaran dan lain-lain3. Sebagai alat
pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan instruksional
dengan pelkasanaan belajar-mengajar.4. Sebagai balikan/feed back
bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaanbelajar-mengajar dalam
rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan. Agar
pengembangan instruksional mampu mencapai tujuan dan fungsi secara
baik, pengembangan instruksional hendaknya memenuhi kriteria
sebagai berikut: 1. kualitas pengembangan, 2. efektivitas
pengembangan3. efesiensi pengembangan dan 4. relevansi
pengembangan.
BAB IVPENUTUP
A. KesimpulanPendidik sebagai penangung jawab utama dalam
perbaikan proses pembelajaran dan fasilitator peserta didik dalam
belajar dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih agar tujuan
pembelajaran yang di laksanakan dapat tercapai dengan
sebaik-baiknya. Pembelajaran tidak harus dilakukan oleh seorang
teknolog pendidikan atau suatu tim yang terdiri dari ahli media dan
ahli materi ajar tertentu. Belajar adalah proses alami yang
menyebabkan perubahan apa yang kita ketahui, apa yang bisa kita
lakukan, dan bagaimana kita berperilaku. Namun, salah satu fungsi
dari suatu sistem pendidikan adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran yang dalam rangka mencapai tujuan instruksi.Penggunaan
pendekatan system dalam teknologi instruksional hingga kini
berkembang terus. Selain komponen pengajar, peserta didik,
fasilitas, kegiatan instruksional juga terdiri dari subsistem
diantaranya adalah tujuan instruksional, tes, strategi
instruksional, bahan instruksional, dan evaluasi. Oleh karena
kompleksnya yang terkait dalam kegiatan instruksional, maka untuk
memecahkan masalah perlu menguji setiap komponen tersebut melalui
analisis system.Model desain instruksional yang berkembang dalam
dunia pendidikan dewasa ini, misalnya SAFE (System Approach For
Education), Michigan State University Instructional Systems
Development Model, Project MINERVA Instructional System Design,
Teaching Research System, Banathy Instructional Development System,
, Dick & Carey model, Kemp model , Three Phase Design Model,
The 4CID Model, ARCS Model, dan banyak lagi model instruksional
lainnya. Persoalan model mana yang tepat yang akan di gunakan
sangat bergantung pada pendidik itu sendiri dengan pertimbangan
kesesuaian dengan kondisi tertentu pula. Setiap model dimaksudkan
untuk menghasilkan suatu system instruksional yang efektif dan
efisien dalam memfasilitasi pencapain tujuan belajar, yang pada
akhirnya bahwa untuk menciptakan pembelajaran yang sukses, yakni
dapat membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan.B.
Implikasi Model-model pengembangan atau desain instruksional
semakin lama semakin banyak, karena setiap ahli dan setiap intitusi
cenderung menciptakan model sendiri sesuai kebutuhan institusi yang
akan menggunakannya. Hasil akhir pengembangan instruksional
terhadap materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan
secara empiris secara konsisten untuk mencapai tujuan instruksional
tertentu.Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat
kegiatan meliputi perencanaan, pengembangan dan evaluasi terhadap
sistem instruksional yang sedang dikembangkan tersebut sehingga
mengalami revisi beberapa kali dan dapat memuaskan bagi
pengembangan.Model desain instruksional yang berkembang dalam dunia
pendidikan dewasa ini, misalnya SAFE (System Approach For
Education), Michigan State University Instructional Systems
Development Model, Project MINERVA Instructional System Design,
Teaching Research System, Banathy Instructional Development System,
, Dick & Carey model, Kemp model , Three Phase Design Model,
The 4CID Model, ARCS Model, dan banyak lagi model instruksional
lainnya. Persoalan model mana yang tepat yang akan di gunakan
sangat bergantung pada pendidik itu sendiri dengan pertimbangan
kesesuaian dengan kondisi tertentu pula. Setiap model dimaksudkan
untuk menghasilkan suatu system instruksional yang efektif dan
efisien dalam memfasilitasi pencapain tujuan belajar, yang pada
akhirnya bahwa untuk menciptakan pembelajaran yang sukses, yakni
dapat membantu peserta didik mencapai kompetensi yang
diinginkan.
C. SaranMakalah ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi
semua pihak Sehingga mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat
sesuai dengan kebutuhan di lingkungan belajarnya. Sehingga mampu
memberikan kontribusi yang baik bagi kualitas pengajaran hingga
mampu meningkatkan kualitas pendidikan.DAFTAR PUSTAKA
Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Pembelajaran.
Jakarta: Erlangga
Ahmad. 2008.Model Pengembangan Instruksional [online]. Tersedia
di :
http://makalahpaperjournal.blogspot.com/2008/12/model-pengembangan-intruksional_22.html
( 18 Februari 2015 )Hadzuka. 2010. Model Pengembangan instruksional
[online]. Tersedia di
:http://hadzuka.blogspot.com/2010/11/model-pengembangan-instruksional.html
( 18 Februari 2015 )Khansa.2011. Model desain instruksional dan
pelatihan [ online] Tersedia di
:http://0700259khansa.blogspot.com/2011/03/model-desain-instruksional-dan.html
( 18 Februari 2015 )Sitra .2012.Model model pembelajaran
instruksional. [online]. Tersedia di
:http://sitrabio117.blogspot.com/2012/10/model-model-pembelajaran-instruksional_1733.html
( 18 Februari 2015 )Kasyiful.2014.Model Pengembangan sistem dan
desain instruksional. Tersedia di :
http://iipkasipulqulub.blogspot.com/2014/03/perencanaan-pembelajaran-model.html