Modul 1 Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ketritunggalan Pdt. Drs. Samuel Tando, M.S. ejak zaman dahulu kala, nenek moyang kita telah mengakui dan mempercapai adanya kekuatan di luar diri manusia yang ditampilkan dalam berbagai acara dan upacara untuk menyembah dan menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan yang disembahnya. Negara Republik Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, sila pertama dari Pancasila. Tuhan Yang Maha Esa bagi umat Kristen dipercaya dan diyakini melalui doktrin Tritunggal, Trinitas, Keesaan Tuhan, Allah Bapa, Allah Yesus Kristus dan Allah Roh Kudus. Pengertian Tritunggal adalah tiga oknum/pribadi Allah yang berbeda (Bapa, Anak dan Roh Kudus), namun Esa, dan sehakikat, ini dinyatakan dalam Alkitab sejak awal Kitab Kejadian (Kej 1: 1-2 band. Roh 1:1) sampai akhir Kitab Wahyu (Why 21:22). Ketiganya ada sejak Alpha dan Omega (Why 1:8; 21:6; 22:13) dan Arche dan Telos (yang Awal dan Akhir, Why 1:17; 2:8; 21:6; 22:13), ketiganya dibedakan namun ketiganya adalah Allah Yang Esa yang sama-sama bekerja dalam penciptaan, penyelamatan dan penghakiman di akhir zaman. Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat menjelaskan tentang Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Secara lebih terperinci Anda diharapkan dapat menjelaskan: 1. Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan. 2. Konsep Alkitab tentang siapa Allah. 3. Pemahaman manusia tentang siapa Allah. 4. Konsep Alkitab tentang siapa Yesus Kristus. 5. Ajaran dan kehidupan Yesus Kristus. 6. Konsep Alkitab tentang siapa Roh Kudus. 7. Makna dan kehadiran Roh Kudus. S PENDAHULUAN
38
Embed
Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ketritunggalan · 7. Makna dan kehadiran Roh Kudus. S PENDAHULUAN . ... sebagai suatu lambang religius. Beberapa contoh dapat disebutkan untuk membantu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Modul 1
Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Ketritunggalan
Pdt. Drs. Samuel Tando, M.S.
ejak zaman dahulu kala, nenek moyang kita telah mengakui dan
mempercapai adanya kekuatan di luar diri manusia yang ditampilkan
dalam berbagai acara dan upacara untuk menyembah dan menjaga hubungan
harmonis antara manusia dengan yang disembahnya.
Negara Republik Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
sila pertama dari Pancasila.
Tuhan Yang Maha Esa bagi umat Kristen dipercaya dan diyakini melalui
doktrin Tritunggal, Trinitas, Keesaan Tuhan, Allah Bapa, Allah Yesus
Kristus dan Allah Roh Kudus.
Pengertian Tritunggal adalah tiga oknum/pribadi Allah yang berbeda
(Bapa, Anak dan Roh Kudus), namun Esa, dan sehakikat, ini dinyatakan
dalam Alkitab sejak awal Kitab Kejadian (Kej 1: 1-2 band. Roh 1:1) sampai
akhir Kitab Wahyu (Why 21:22). Ketiganya ada sejak Alpha dan Omega
(Why 1:8; 21:6; 22:13) dan Arche dan Telos (yang Awal dan Akhir, Why
1:17; 2:8; 21:6; 22:13), ketiganya dibedakan namun ketiganya adalah Allah
Yang Esa yang sama-sama bekerja dalam penciptaan, penyelamatan dan
penghakiman di akhir zaman.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat menjelaskan
tentang Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan Allah, Yesus Kristus, dan Roh
Kudus. Secara lebih terperinci Anda diharapkan dapat menjelaskan:
1. Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan.
2. Konsep Alkitab tentang siapa Allah.
3. Pemahaman manusia tentang siapa Allah.
4. Konsep Alkitab tentang siapa Yesus Kristus.
5. Ajaran dan kehidupan Yesus Kristus.
6. Konsep Alkitab tentang siapa Roh Kudus.
7. Makna dan kehadiran Roh Kudus.
S
PENDAHULUAN
1.2 Pendidikan Agama Kristen
Untuk memudahkan Anda mempelajari modul ini, materi disajikan
dalam 3 kegiatan belajar yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : membahas tentang Allah.
Kegiatan Belajar 2 : membahas tentang Yesus Kristus.
Kegiatan Belajar 3 : membahas tentang Roh Kudus.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini ikutilah
petunjuk belajar sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan!
2. Bacalah modul ini secara saksama dan kerjakan semua latihan yang ada!
3. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan belajar!
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok belajar
Anda!
Selamat belajar, semoga Anda berhasil!
MKDU4222/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
Allah
ada Kegiatan Belajar 1 ini kita akan membahas tentang Allah.
Pembicaraan akan diawali dengan pembahasan tentang bagaimana
pemahaman umat Allah mengenai Allahnya, sesudah itu akan diuraikan
konsep dasar tentang Allah. Oleh karena yang akan diuraikan pertama kali
adalah pemahaman umat Allah tentang Allahnya maka ada baiknya kita
terlebih dahulu menyamakan pemahaman tentang umat Allah. Siapakah yang
dimaksud umat Allah?
A. PENGERTIAN UMAT ALLAH DAN SIKAP HIDUP MANUSIA
MODERN
Perlu ditekankan bahwa pengertian umat Allah tidak seperti pengertian
penduduk Jakarta, atau warga negara Indonesia atau suku Jawa, dan
sebagainya. Ada penekanan yang berbeda, karena kata Allah dalam ungkapan
umat Allah merujuk pada suatu dimensi dalam kehidupan persekutuan, ini
yang berbeda dengan kehidupan persekutuan lain, berdasarkan ikatan
kekeluargaan atau ikatan politis. Persekutuan umat Allah adalah persekutuan
iman yang didasarkan pada penghayatan dan keyakinan tertentu/khusus, serta
diwarnai oleh suatu cara pengungkapan tertentu dan khusus pula.
Pengertian umat Allah secara singkat adalah suatu persekutuan
(komunitas) yang percaya kepada Allah, suatu komunitas iman, suatu
komunitas yang dikuasai dan dibentuk oleh suatu kepentingan tertentu.
Hubungannya dengan Allah dilakukan dengan suatu pola berbahasa tertentu,
bahasa Ilahi. Dalam hal ini, Allah dilihat sebagai Allah yang mengatur,
menguasai, mengarahkan, dan menentukan kehidupan umat-Nya.
Namun, sejauh mana pengertian dan pemahaman kita tentang apa yang
disebut sebagai Allah itu, benar-benar tampak sebagai Yang mengatur,
mengatasi, mengarahkan dan menentukan kehidupan manusia, terutama bagi
kita yang hidup pada masa kini? Sejauh mana Allah berperan dalam
kehidupan manusia?
Pertanyaan di atas muncul karena, tampaknya dalam kehidupan modern
ini, yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi, Allah
seakan-akan sudah tidak berbuat dan berperan apa pun dan tinggal sekedar
P
1.4 Pendidikan Agama Kristen
sebagai suatu lambang religius. Beberapa contoh dapat disebutkan untuk
membantu memahami pertanyaan di atas. Dahulu manusia sering berdoa
kepada Allah meminta hujan, tetapi kini dengan kemajuan teknologi yang
ada, manusia berusaha menciptakan hujan buatan dan terlihat cukup berhasil.
Pada saat yang lain, manusia memohon agar Allah memberkati usaha mereka
di bidang pertanian untuk mendapatkan panen yang berlimpah. Tetapi kini
banyak usaha manusia dengan mempergunakan teknologi yang ada dapat
meningkatkan hasil panennya. Atau juga pada masa lalu (mungkin sekarang
masih ada) ketika terjadi wabah penyakit menular, manusia berdoa kepada
Allah untuk menghentikan wabah tersebut dan memandang wabah itu
sebagai murka dan hukuman Allah atas dosa-dosa manusia. Namun kini,
dunia kedokteran modern telah memberikan jawaban bagi usaha
pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.
Apakah Allah sudah tidak dibutuhkan lagi oleh manusia modern?
Apakah Allah hanyalah sisa-sisa pemahaman masa lampau? Apakah Allah
telah mengalami “kematian” dalam proses pemahaman dan penghayatan
manusia modern? Bukankah dalam banyak bidang, yang pada masa lalu
berada di bawah kontrol dan penguasaan Allah, seperti: gejala-gejala alam,
bidang-bidang yang menyangkut kehidupan manusia, dan sebagainya, telah
dapat dikuasai dan diarahkan serta diperhitungkan oleh manusia sendiri?
Masih adakah daerah-daerah dan bidang-bidang dalam kehidupan manusia
yang menampakkan ketergantungan mutlak pada Allah? Dalam bidang
etikakah, atau masih adakah unsur-unsur dalam kehidupan manusia modern
yang belum dijamah oleh ilmu dan teknologi modern?
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita perlu berhati-hati
sebab bahaya kesalahpahaman akan mungkin terjadi. Kita perlu berhati-hati
untuk tidak cenderung berpikir menurut paham-paham sekularisme atau
bahkan menyangkali adanya Allah. Misalnya, salah satu aspek dari proses
sekularisasi adalah secara bertahap membebaskan dunia alamiah ini dari yang
dianggap berada di bawah kontrol/pengawasan sesuatu yang supernatural
(Allah) dan bersamaan dengan itu memperluas pengawasan (kontrol)
manusia; sehingga dunia alamiah (natural) ini makin menjadi dunia
manusiawi. Padahal rasa ketergantungan yang absolut (mutlak) merupakan
intisari religi dan menunjuk kepada realitas Allah. Pertanyaan-pertanyaan di
atas dapat saja dibutuhkan untuk pemahaman yang lebih luas dan mendalam
tentang siapakah Allah itu menurut pemahaman iman kita.
MKDU4222/MODUL 1 1.5
Teologi bukanlah suatu pengetahuan yang statis, demikian pula dengan
ajaran tentang kepercayaan kepada Allah, harus terus dikembangkan agar
dapat menjawab masalah-masalah yang dihadapi manusia modern. Namun di
pihak lain pemahaman akan Allah tidak harus berarti bahwa ajaran dan
konsepsi tentang Allah harus sesuai dengan konsepsi manusia. Biarlah Allah
tetap menjadi Allah dan bukan menjadi seperti apa yang kita inginkan.
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya bahwa pengertian persekutuan
dari umat Allah ini adalah suatu persekutuan iman, yang berdasarkan pada
penghayatan dan keyakinan tertentu/khusus, dan diwarnai oleh suatu cara
pengungkapan yang khusus pula. Manusia dapat disebut sebagai umat Allah,
karena adanya suatu hubungan khusus antara manusia (sebagai umat) dengan
Allahnya. Ada sesuatu yang mempertalikan keduanya. Dan apakah sesuatu
yang menghubungkannya itu?
Apabila kita berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan di atas
dari segi manusia, maka langkah pertama adalah mencari jawab atas
pertanyaan: “Bagaimana manusia (umat Allah) mengakui adanya tindakan
Allah dalam hidupnya?” Jawabnya adalah dari pengalaman-pengalaman
manusia yang dialaminya di sepanjang hidupnya. Manusia mengalami
adanya sesuatu yang berada di luar jangkauan akal pikiran dan
pengetahuannya. Ada sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya. Manusia
merasa bahwa hidup dan kehidupan-Nya berasal dari suatu sumber dan ini
merupakan anugerah yang diterimanya. Hal ini diketahui lewat pewahyuan
dan penyataan-Nya kepada manusia, bukan sebagai sesuatu yang telah
direncanakan oleh manusia sebelumnya. Berdasar pengalaman-pengalaman
ini, manusia melihat kehidupannya secara baru atau manusia hidup sebagai
manusia baru. Dua kata kunci yang berhubungan dengan pengalaman
manusia adalah kata anugerah dan kata penyataan.
Dengan demikian Allah dipandang sebagai sumber dari segala anugerah
yang dikaruniakan kepada manusia, dan sumber dari segala penyataan yang
diwahyukan kepadanya. Dan sebagai jawaban manusia akan anugerah dan
penyataan-Nya itu adalah manusia mengimani Allah. Dalam iman, Allah
menjadi pola hidup manusia dan sumber dari adanya manusia, tetapi di pihak
lain Allah juga menuntut agar kehendak-Nya ditaati dan dilaksanakan oleh
umat-Nya.
1.6 Pendidikan Agama Kristen
B. KONSEPSI DASAR TENTANG ALLAH DAN KETERBATASAN
PEMAHAMAN MANUSIA
Allah dalam konsepsi dasar dipahami sebagai sumber dan asal mula
segala sesuatu. Allah bekerja dalam segala hal dan terhadap semua manusia,
dan mengangkat serta mempertinggi keberadaan manusia. Umat Allah
menguji kebenaran dari konsepsi ini lewat pengalaman-pengalaman hidup
mereka yang membuktikan bahwa Allahlah yang membawa umat-Nya ke
dalam keberadaan sebagai umat Allah, dan melalui sejarah umat ini Allah
membangun kehidupan mereka menjadi kehidupan yang sempurna dan
berharga. Dan itu ternyata merupakan kelimpahan hidup yang tidak habis-
habisnya. Misalnya, pengertian tentang Allah adalah kasih tampak dalam
pandangan tentang “Allah sebagai Allah yang seharusnya itu”.
Tampaknya diakui pula adanya suatu kewajiban moral tanpa
menyangkali status kita sebagai pribadi. Agar dapat menjadi bagian dalam
persekutuan (komunitas) maka syarat yang harus dipenuhi adalah
melaksanakan kewajiban dasar yang harus dipatuhi. Kewajiban dasar ini
bukanlah ciptaan pribadi atau masyarakat. Apabila kita mengatakan
kewajiban dasar itu ciptaan Allah, maka kita dapat mengatakan bahwa
kewajiban itu dimasukkan dalam struktur realitas dan kewajiban moral
merupakan petunjuknya. Dalam hal ini, kewajiban moral termasuk pada
keberadaan Allah, dalam pengertian bahwa kewajiban moral adalah
“karunia” Allah.
Mungkin masih ada banyak lagi pendekatan terhadap Allah, tetapi
umumnya semua itu melihat Allah sebagai suatu realitas spiritual utama.
Namun, pendekatan di atas terjadi dalam pengalaman-pengalaman akan
anugerah dan penyataan dari semua komunitas iman. Hal ini tidak berarti
bahwa percaya kepada Allah terjadi melalui perenungan akan pertanyaan:
“Mengapa suatu dunia?” atau “Apakah kewajiban moral itu?” Pertanyaan-
pertanyaan ini merupakan akibat dari iman dan bukan sebab dari iman. Iman
berasal dari peristiwa-peristiwa yang memperluas pandangan, seperti:
kehidupan dan kematian Yesus dalam pengalaman Kristen, atau pembebasan
dari Mesir dalam pengalaman bangsa Israel, dan argumen-argumen yang
melawan realitas Allah hanya berlangsung ketika terjadi pemahaman tentang
makna dari pengalaman-pengalaman nyata. Namun, iman dan pernyataan
tidaklah berdiri sendiri. Pernyataan bukanlah pembuktian diri dan harus
MKDU4222/MODUL 1 1.7
ditempatkan dalam konteks seluruh pengalamannya, serta bertanya sejauh
mana pernyataan didukung oleh pengalaman.
Allah adalah unik dan tak tertandingi. Maka bagaimanakah kita dapat
menerima suatu pernyataan tentang Allah atau membentuk suatu konsep
tentang Allah atau bahkan mengucapkan nama-Nya. Bahasa dikembangkan
untuk alat berkomunikasi/berbicara tentang hal-hal yang terbatas di sekitar
kita. Selanjutnya bagaimana kita dapat berbicara tentang Allah? Bahasa kita
tentang Allah bukanlah bahasa literal/bahasa khayal. Apabila manusia
bersikeras memakai bahasa Allah secara harfiah maka manusia menjadikan
Allah sama dengan makhluk-makhluk yang terbatas dan menyebabkan
seluruh catatan tentang Allah menjadi tidak masuk akal.
Ada dua bentuk prinsip bahasa Allah, dan kedua bentuk ini berhubungan
dengan sifat manusia yang menunjuk kepada Allah. Kedua bentuk itu adalah:
1. Manusia diarahkan kepada Allah secara negatif oleh pengertiannya yang
terbatas, dan ini menimbulkan cara negasi (penyangkalan dalam
berbicara tentang Allah). Banyak kata yang kita pergunakan tentang
Allah merupakan kata-kata negatif, misalnya: tidak terbatas dan tidak
berubah.
2. Manusia berbicara dengan analogi (persamaan). Pada dasarnya manusia
berada dalam peninggian diri. Selalu ada sesuatu yang “lebih”, yang
disebut kemajuan. Apa pun yang baik dalam kehidupan manusia, seperti:
kebijaksanaan, kebaikan, kasih, dan sebagainya; menunjuk pada
kelebihan itu sendiri dan bukan persoalan sejauh mana kita meninggikan
sifat-sifat ini, tidak pernah berakhir dalam pemahaman. Jika Allah adalah
realitas utama dan nilai utama, maka Allah harus berada pada batas dari
semua sifat-sifat baik ini. Batas itu dapat kita bayangkan, namun ke
mana kita diarahkan bila kita berkata Allah adalah kasih, Allah adalah
bijaksana.
Oleh karena bahasa kita tentang Allah bukanlah bahasa literal (harfiah)
tetapi bahasa yang khusus, maka hal ini sering menyebabkan perbedaan
makna. Akibatnya kita juga harus menggunakan pengertian lain untuk
menyeimbangkannya. Misalnya, apabila kita berkata tentang Allah sebagai di
atas dunia, kita juga harus berbicara tentang Allah sebagai yang di dalam
dunia. Ini bukan pertentangan, tetapi muncul dari ketidaktepatan bahasa kita.
Hubungan Allah dengan dunia juga unik. Bila kita membayangkannya
dengan menggunakan gambaran dari hubungan yang renggang, maka kita
1.8 Pendidikan Agama Kristen
akan memberikan pandangan yang sepihak dan menyimpang, seperti bila
berbicara tentang Allah hanya sebagai di atas atau hanya sebagai di dalam.
Kita harus berkata bahwa Ia berada di atas dan di dalam. Secara harfiah, jika
seseorang berbicara tentang objek-objek yang terbatas dalam lingkungan
dunia maka hal ini agaknya tidak mungkin. Tetapi secara analisis, Ia
menolong menjelaskan suatu hubungan yang kompleks dan unik.
Bacalah Yesaya 40: 18-31; Kolose 1 : 15-19.
1) Meskipun Allah tidak dapat disamakan dengan siapa pun juga (Yes. 40:
18, 25), tetapi Allah telah menyatakan keadaan-Nya. Bagaimana keadaan
Allah menurut Yes. 40: 26-29?
2) Apa aspek kekekalan Allah dalam Yes. 40: 28?
3) Apa yang Alkitab katakan tentang keadaan Allah dalam diri Yesus
menurut Kol. 1 : 15-19?
4) Dimanakah keberadaan Allah nyata dalam hidup Anda? Adakah Anda
melihat kebesaran Allah dan mengucap syukur untuk hal itu?
5) Jikalau Allah mengatur dan memperhatikan dunia ini dengan adil dan
kasih, mengapa masih banyak kejahatan, penderitaan, kemiskinan, dan
sebagainya?
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Keadaan Allah menurut Yes. 40:26-29 adalah sebagai berikut.
a. Pencipta langit, bumi dan segala isinya.
b. Bersifat kekal.
c. Sumber kekuatan dan semangat.
2) Aspek kekekalan Allah dalam Yes. 40:28 adalah Pencipta langit, bumi
dan segala isinya; tidak lelah dan tidak lesu; serta tidak terduga
pengertian-Nya.
3) Keadaan Allah dalam diri Yesus menurut Kol. 1:15-19 adalah sebagai
gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan yang lebih utama
dari segala yang diciptakan.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
MKDU4222/MODUL 1 1.9
4) Coba Anda perinci dan hitung dalam berbagai hal dalam kenyataan
hidup Anda sehari-hari.
5) Coba Anda membahasnya dengan menghubungkan antara kebesaran
Allah dan akibat kesalahan perbuatan manusia.
1. Allah adalah Maha Agung. Di dalam kebesaran dan kemuliaan-Nya,
Allah tetap memperhatikan dan mengatur seluruh alam semesta dan
seluruh kehidupan manusia.
2. Allah adalah nyata. Meskipun Allah tidak dibatasi oleh waktu dan
tempat (karena Allah kekal) tetapi keberadaan-Nya tetap nyata.
Sebagaimana angin bertiup dapat dirasakan dan dinikmati, demikian
juga keberadaan Allah dapat dirasakan dan dinikmati.
1) Dalam ungkapan umat Allah terkandung adanya pengertian bahwa ....
A. Allah itu ada karena adanya umat
B. Allah merupakan bagian dari umat
C. umat Allah ada karena Allah yang memilih dan memanggil umat-
Nya ke dalam persekutuan dengan Allah
D. umat Allah ada karena manusia selalu mencari persekutuan dengan
Allah
2) Allah hanyalah merupakan lambang religius belaka, apabila ....
A. peranan Allah tidak nyata lagi dalam kehidupan manusia
B. manusia tidak lagi membutuhkan Allah
C. manusia menyebut Allah tetapi tidak memahami kegunaannya
D. hanya untuk mengatakan manusia masih beriman
3) Allah dikenal dan diakui keberadaan-Nya oleh manusia melalui berbagai
cara, di antaranya melalui ....
A. usaha manusia untuk mencari dan mengenal Allah
B. perasaan manusia bahwa Allah itu ada
C. penampakan diri Allah dalam bentuk-bentuk gaib
D. penyataan Allah sendiri lewat firman dan karya-Nya
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1.10 Pendidikan Agama Kristen
4) Dalam Alkitab diceritakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi
dalam enam hari, sedang ilmu pengetahuan menyebutkan jutaan tahun.
Terhadap perbedaan pendapat tersebut, maka sikap Anda adalah ....
A. tidak mempertentangkan perbedaan tersebut, karena cerita Alkitab
hanya ingin menjelaskan adanya pengakuan bahwa Allah adalah
pencipta
B. cerita Alkitab tidak benar
C. ilmu pengetahuan bertentangan dengan iman
D. ilmu pengetahuan tidak ada hubungannya dengan iman
5) Abraham dipanggil ke luar dari tanah kelahirannya untuk pergi ke negeri
yang akan ditunjukkan Allah kepadanya. Maksud pemanggilan Abraham
adalah Allah berkehendak agar ....
A. lewat Abraham, bangsa Israel menjadi bangsa yang terutama
B. lewat Abraham, rencana penyelamatan manusia dapat terwujud
C. Abraham tidak perlu mengakui lagi kaum keluarganya
D. Abraham tidak menjadi manusia berdosa
Petunjuk untuk soal nomor 6 sampai dengan 10.
Pilihlah: A. jika 1, 2 benar
B. jika 1, 3 benar
C. jika 2, 3 benar
D. jika 1, 2, dan 3 benar
6) Bahasa yang digunakan manusia tentang Allah adalah bahasa ....
1. literal
2. negatif
3. analogi
7) Hubungan Allah dan manusia unik ....
1. Allah sebagai yang di atas
2. Allah berada di atas dan di dalam
3. Allah yang awal dan yang akhir
8) Sering dalam kehidupan umat Allah, dirasakan ada perubahan (berbeda
dari sebelumnya) yang disebut manusia baru. Yang disebut manusia baru
adalah ....
1. terjadi transformasi kehidupan dari kehidupan lama menjadi baru
2. terjadi transformasi kehidupan dari kehidupan negatif ke positif
3. adanya revolusi pemikiran dan gejolak perasaan
MKDU4222/MODUL 1 1.11
9) Umat Allah percaya bahwa Allah campur tangan di dalam hidupnya.
Karena ....
1. adanya pengalaman kehidupan di masa sulit ataupun suka
2. umat Allah beriman bahwa Allah menjadi pola hidup manusia dan
sumber hidup
3. sepanjang kehidupan umat percaya mengetahui dan terkait dengan
anugerah dan penyertaan
10) Allah berperan dalam kehidupan umat-Nya ....
1. tampak di bidang pertanian jika tanaman petani diserang hama,
manusia datang kepadaNya mohon pertolongan
2. wabah penyakit menyerang negeri, umat berdoa minta pertolongan
Tuhan
3. bencana alam terus menerus mengguncang suatu negeri, secara
nasional semua umat datang kepada Tuhan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
1.12 Pendidikan Agama Kristen
Kegiatan Belajar 2
Kristus
erlu ditegaskan pertama-tama bahwa bagi umat Kristen, Kristus adalah
pusat kehidupan umat-Nya. Yesus Kristus adalah pendiri dan pembentuk
umat Allah yang baru, yang dengan kebangkitan-Nya mengubah dunia. Pada
saat yang sama, Kristus adalah penggenapan umat Allah yang pertama dan
dimulai dengan pemilihan Abraham.
A. KRISTUS DAN PENGAJARANNYA
Gelar yang diberikan kepada Yesus sebagai Kristus menyatakan, bahwa
Yesus sebagai penggenapan dari harapan-harapan umat Allah yang pertama.
Gelar ini juga dimengerti oleh komunitas Kristen, tidak hanya dalam hal
penggenapan nubuatan atau pengharapan Mesianis, tetapi di dalam Yesus
Kristus pengharapan ini tampak sejak awal pertama. Oleh sebab itu Kristus
selain disebut Mesias tetapi juga Firman Kekal (Yoh. 1:14), sebab di dalam-
Nya maksud dan tujuan seluruh kosmos dinyatakan. Hal ini diperjelas dengan
ucapan Yesus: “Sesungguhnya, sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yoh.
8:58). Dalam hal ini, Yesus Kristus adalah pendiri dan penggenap, yang awal
dan yang akhir, agen penciptaan dan prototipe penciptaan. Yesus Kristus
adalah Firman yang mendaging, Allah-manusia.
Pemahaman akan Kristus dalam teologia disebut Kristologi. Kristologi
juga merupakan cabang teologi. Dalam Kristologi, kita berusaha memahami
makna Kristus bagi iman, yang sepanjang sejarah umat Kristen telah
memberikan banyak bentuk pemahaman. Bagaimanakah pemahaman tentang
Kristus di abad ke-20 ini? Yesus adalah Manusia.
Untuk menjawab makna Yesus Kristus di abad ke-20 ini, kita dapat
mulai dengan pernyataan bahwa Yesus adalah manusia, yang memiliki
daging, darah, dan roh; sama seperti manusia lainnya. Ia hidup pada masa
tertentu, di provinsi Palestina. Kemanusiaan Yesus yang sungguh-sungguh
ini banyak disangkal oleh beberapa ahli. Kesaksian tentang Yesus ini
diberikan dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan
pendukung lainnya dari penulis Kristen pada masa lalu. Tetapi bukti pokok
yang tidak dapat disangkal berasal dari gereja itu sendiri, dan dari orang
Kristen sebagai umat Allah. John Knox menulis, “The principal argument
P
MKDU4222/MODUL 1 1.13
the historians have for the existence of Jesus is the church’s prior knowledge
of it, that is, a memory of Jesus which can be traced back continuously
through the centuries to the time when the church first emerged into
consciousness of it self.” (Argumentasi prinsip yang dikemukakan para
sejarawan mengenai keberadaan Yesus merupakan pengetahuan dini gereja
mengenai hal tersebut, yaitu kenangan akan Yesus dapat ditelusuri secara
kontinu selama berabad-abad sampai pada waktu gereja pertama kali mulai
menyadarinya).
Pengetahuan kita akan Yesus tidak terbatas pada fakta bahwa Ia ada,
karena hal ini tidaklah terlalu penting. Hal yang lebih penting adalah
pengajaran-Nya yang kita miliki secara mendetail dan dapat dipercaya.
Beberapa catatan tentang pengajaran Yesus antara lain:
1. Pengajaran Yesus berhubungan dengan pengharapan-pengharapan
eskatologis umat Yahudi pada waktu itu, artinya aturan-aturan yang
berlaku pada waktu itu segera akan berakhir dan digantikan oleh aturan
dari “zaman baru”. Pemberitaan dan perbuatan-perbuatan Yesus dapat
digunakan sebagai tanda dimulainya zaman baru, dan zaman baru ini
disebut “Kerajaan Allah”. Datangnya Kerajaan Allah berarti tibanya
zaman pengadilan atas aturan-aturan yang ada, penghancuran semua
kekuasaan jagat dan setan, dan aturan baru berlaku sepenuhnya di dalam
pemerintahan Allah. Hal ini terlihat dalam banyak perumpamaan dan
pengajaran-Nya.
2. Pengajaran eskatologis-Nya tidak dapat dipisahkan dengan pengajaran
etika Yesus, yang mendapat sifat atau karakter kesungguhan dan radikal
dari pengharapan semakin dekatnya akhir zaman. Pada zaman akhir ini
manusia harus memutuskan apakah percaya kepada Allah atau tidak, jika
ingin berpartisipasi dalam Kerajaan Allah. Sebagai catatan tambahan,
pengajaran etika Yesus dikembangkan dalam dialektika dengan hukum
tradisional Yahudi. Bersamaan dengan itu, Yesus juga menyatakan
tuntutan Allah. Dengan mempertentangkan pengajaran-Nya dengan
pengajaran yang telah mentradisi dalam suatu seri antitese; Yesus
mengajarkan bahwa ketaatan lahiriah akan hukum tidaklah cukup. Selain
ketaatan lahiriah, ketaatan batiniah terhadap Allah juga harus tampak
dalam perubahan kemanusiaan. Ini juga terlihat dalam kritik Yesus akan
tuntutan kultus dan ritual dari hukum tradisional, dan membuat tuntutan
moral benar-benar penting. Tuntutan moral ini adalah tuntutan “kasih”
yang tidak dibatasi oleh pertimbangan kekeluargaan atau persahabatan,
1.14 Pendidikan Agama Kristen
tetapi kasih dalam memperhatikan sesama manusia yang membutuhkan
uluran kasih (Luk. 10:25-37). Catatan lain yang juga penting adalah
pengajaran Yesus tentang prinsip-prinsip balas jasa dan anjuran-Nya
untuk tidak mempergunakan kekerasan dan perlawanan (Mat. 5:38-42).
3. Pengajaran teologis Yesus tentang pemahaman akan Allah sebagai
“Bapa”. Allah ini tetap sama dengan yang dikenal lewat Taurat, tetapi
akan lebih dikenal lewat tuntutan-tuntutan-Nya yang baru sebagai
penguasa Kerajaan yang akan datang.
B. KEHIDUPAN KRISTUS DAN MAKNA KRISTUS BAGI IMAN
KRISTEN
Siapakah Yesus? Bagaimanakah kehidupan, pekerjaan dan diri-Nya?
Pertanyaan-pertanyaan ini sifatnya lebih besar dibanding persoalan
keberadaan dan pengajaran Yesus.
Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa Injil bukanlah biografi, apabila
yang dimaksudkan adalah catatan-catatan kronologis dari kehidupan Yesus,
perkembangan karakter dan pemikiran-Nya, dan sebagainya. Injil adalah
hasil karya umat Allah yang mengakui dan percaya pada Yesus Kristus.
Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa catatan mereka bukanlah netral
(objektif) sebagaimana dituntut oleh sejarawan modern, melainkan suatu
penyajian tentang Yesus yang dipengaruhi oleh pengakuan “kita telah
melihat kemuliaan-Nya, kemuliaan sebagai anak tunggal Bapa” (Yoh. 1:14).
Cerita Injil tidak dimaksudkan untuk menceritakan fakta nyata dari
kehidupan Yesus, melainkan untuk menjelaskan kemualian-Nya dan makna
yang terdalam dari Yesus sebagai pembawa anugerah dan penyataan dari
Bapa. Oleh karena itu, Injil sebenarnya masuk ke dalam tipe literatur khusus.
Injil diceritakan dalam dua cara, yaitu:
1. Mencatat kata-kata dan perbuatan Yesus yang dapat diselidiki secara
umum;
2. Menempatkan kejadian-kejadian yang dapat diselidiki dalam konteks
catatan pelengkap. Seperti: suara dari surga pada berita pembaptisan dan
pemuliaan, penampakan malaikat dalam cerita kelahiran dan
kebangkitan, keterangan teologis dalam kesengsaraan, dan penunjukan
akan nubuatan Perjanjian Lama (PL).
MKDU4222/MODUL 1 1.15
Memang ada banyak cerita dan peristiwa yang diceritakan mempunyai
dasar aktual/faktual, yang menyebabkan banyak sarjana pada abad ke-19
berusaha menguraikan fakta dari catatan pelengkap. Tetapi pada umumnya
mengakui bahwa pertanyaan tentang “Yesus yang historis” adalah sesuatu
yang sulit (impossible). Fakta telah demikian menyatu dengan catatan
pelengkap.
Namun, tidak berarti bahwa kita boleh menyangkali semua pengetahuan
tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dan tentang siapakah
Yesus. Ada fakta dan peristiwa yang tidak perlu diragukan; khususnya dalam
hal yang menyangkut kesukaran, ketidaktahuan dan ketidakmengertian para
murid. Contohnya peristiwa pembaptisan Yesus. Peristiwa ini aneh tetapi
merupakan fakta yang tidak dapat disangkal, bahkan Matius dalam Injilnya
berusaha menemukan penjelasan yang dapat diterima (Mat.3:14-15).
Demikian juga tentang cerita penyaliban dan seruan di atas salib (Mrk.15:34),
suatu contoh yang aneh dalam penafsiran.
Dalam beberapa kasus lain diungkapkan tentang Yesus yang
menyembuhkan dan mengusir setan, pergaulan-Nya dengan mereka yang
berada di luar lingkungan sosial dan religius, kritiknya terhadap kemapanan
religius para pemimpin yang mengakibatkan terjadinya konflik dengan
mereka. Kita dapat juga membuat kesimpulan dari pengajaran Yesus akan
kehidupan yang dijalani-Nya, tetapi tidak dengan mudah kesimpulan itu
dibuat. Misalnya, beberapa kali tampak pandangan bahwa Yesus adalah
seorang revolusioner dengan kekerasan. Hal ini tentu bertentangan dengan
pengajaran-Nya mengenai non-violence (tanpa kekerasan) yang ditekankan
dalam pengajaran-Nya.
Ada banyak kesaksian gereja dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan
bahwa pengajaran Yesus mendapat contoh yang baik dalam kehidupan Yesus
sendiri, dan tidak ada alasan untuk meragukannya. Sebaliknya jika ada
ketidaksesuaian antara pengajaran dan kehidupan-Nya, maka akan sukar
untuk melihat bagaimana umat Allah yang baru dapat tiba pada keberadaan
mereka.
Agar kita mengerti makna Kristus bagi iman Kristen, maka perlu
diperhatikan beberapa peristiwa tertentu dalam kehidupan Yesus. Tiap-tiap
peristiwa ini mengandung kejadian faktual dan historis yang sering terlihat
jelas ataupun kurang terlihat jelas. Misalnya:
1.16 Pendidikan Agama Kristen
1. Sekitar Kelahiran Yesus
Hanya Matius dan Lukas yang menceritakan kelahiran Yesus, tetapi
saling berbeda. Cerita kelahiran kemudian ditempatkan secara benar dan
tetap dalam liturgi dan ibadah, walaupun cerita ini lebih bersifat puitis
daripada catatan sejarah. Seluruh perhatian penulis tidak ditujukan untuk
memberikan informasi faktual tentang kelahiran Kristus, tetapi untuk
menyatakan makna Yesus bagi dunia. Cerita ini seluruhnya merupakan
sesuatu yang teologis, yang terkandung dalam ide kelahiran oleh Roh Kudus
dari Anak Dara Maria. Ini merupakan unsur interpretatif yang berusaha
menjelaskan makna kelahiran itu, yaitu dengan kedatangan Yesus suatu
humanitas baru terjelma. Suatu umat baru dan suatu dunia baru telah
dilahirkan, yang semuanya itu menggambarkan cara Allah yang baru masuk
ke dalam ciptaan-Nya. Dan tentang umat baru ini, Injil Yohanes
menyebutkan bahwa mereka, diperanakkan bukan dari darah atau dari
daging, bukan pula secara jasmaniah oleh keinginan seorang laki-laki,
melainkan dari Allah” (Yoh. 1:13). Konsep tentang kelahiran Yesus dari
seorang anak dara tidak perlu ditafsirkan dengan mengecilkan humanitas
Yesus. Yang ditegaskan di sini yaitu Yesus adalah seorang manusia, lahir
dari seorang perempuan dalam solidaritasnya dengan semua manusia.
Sebagai seorang manusia yang seluruh kemanusiaan-Nya telah diangkat pada
suatu kedudukan yang baru, maka persekutuan yang dikumpulkan di sekitar-
Nya mengambil bagian dalam humanitas baru itu harus mengakui bahwa
orang ini adalah dari Allah lewat cara yang unik dan belum pernah terjadi.
2. Pembaptisan Yesus
Pemunculan Yesus ke dalam sejarah merupakan suatu peristiwa yang
bermakna besar dalam kehidupan-Nya. Tetapi oleh Injil, peristiwa itu
diberikan penafsiran teologis dan dinyatakan sebagai peristiwa (moment)
konsentrasi diri Yesus sebelum memulai misi Mesias-Nya. Mungkin pada
mulanya hanya merupakan jawaban Yesus akan pengajaran Yohanes
Pembaptis dan rasa kebersamaan-Nya dengan pengikut-pengikut Yohanes
yang lain. Tetapi apabila kita memegang humanitas Yesus dengan sungguh,
kita harus menganggap Yesus sama dengan orang lain. Hal ini berbahaya,
karena kita dapat menyimpulkan bahwa makna peristiwa pembaptisan Yesus
hanyalah suatu mite. Yang pasti adalah bahwa lewat pembaptisan-Nya oleh