Top Banner
TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh : Bertha jaenetha (A1M010023) Fika Puspita (A1M012001) Fitri Wulandari (A1M012003) Tiffany Gumilang W (A1M012005)
58

TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Feb 22, 2023

Download

Documents

Kharis Mustofa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

TUGAS TERSTRUKTURDASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN

EKSTRUSI

Oleh :

Bertha jaenetha (A1M010023)

Fika Puspita (A1M012001)

Fitri Wulandari (A1M012003)

Tiffany Gumilang W (A1M012005)

Page 2: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PURWOKERTO

2013I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan

teknologi pada bidang pengolahan makanan juga

sebagai jawaban dari tuntutan masyarakat luas akan

tersedianya produk makanan yang mudah disajikan,

aman, bergizi, memiliki karakteristik organoleptik

yang menarik serta terjangkau, maka teknologi

ekstrusi semakin berkembang dan diminati oleh

kalangan pengolah makanan. Teknologi ekstrusi

bukanlah teknologi yang baru tetapi telah lama

ditemukan dan terus berkembang hingga saat ini. Pada

awalnya prinsip ekstrusi ini banyak digunakan untuk

keperluan-keperluan yang berkaitan dengan industri

logam, polimer, plastik dan produk makanan pasta,

namun karena prinsipnya yang sama, maka dapat pula

diterapkan pada proses pengolahan produk-produk

makanan secara luas.

Berkembangnya teknologi ekstrusi pada bidang

pengolahan produk makanan juga ternyata dikarenakan

banyaknya keuntungan-keuntungan yang diperoleh

Page 3: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dengan menggunakan teknologi ini. Teknologi ekstrusi

memungkinkan kita untuk melakukan serangkaian proses

pengolahan seperti mencampur, menggiling, memasak,

mendinginkan, mengeringkan dan mencetak dalam satu

rangkaian proses saja. Belum lagi produk makanan

yang dihasilkan oleh teknologi ini sangat beragam.

Hingga saat ini perubahan-perubahan dasar yang

terjadi selama proses ekstrusi, hubungan antara

rancangan mesin, parameter-parameter proses dan

karakteristik produk dalam ekstrusi masih sedikit

dimengerti. Walaupun teknologinya berkembang pesat

namun masih sedikit penelitian-penelitian yang

dilakukan untuk mepelajari teknologi ekstrusi ini,

terutama penelitian tentang ekstrusi dengan

menggunakan ekstruder ulir ganda. Hal ini

diantaranya disebabkan oleh sulitnya prosedur-

prosedur pengujian dan dibutuhkan alat yang canggih

juga biaya yang besar untuk mengukur secara tepat

faktor-faktor seperti suhu, tekanan, viskositas dan

waktu yang dihabiskan bahan di beberapa bagian yang

berbeda pada ekstruder yang sedang digunakan. Tambah

lagi hanya beberapa laboratorium saja yang dapat

melakukan peneitian-penelitian atau pengukuran-

pengukuran tersebut (van Zuilichem, et. al. dalam

Jowitt 1982).

Mesin ekstrusi atau biasa disebut ekstruder

merupakan alat yang cukup sederhana namun memiliki

Page 4: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

keunikan tersendiri. Prinsip dasar kerja alat ini

ialah memasukkan bahan-bahan mentah yang akan diolah

kemudian didorong keluar melalui suatu lubang

cetakan (die) dalam bentuk yang diinginkan. Bila

kita dahulu mengenal alat ekstrusi sistem ulir yang

disebut ekstruder berulir tunggal (Single Screw

Extruder/SSE) maka akhir-akhir ini telah dikembangkan

ekstruder dengan ulir ganda (Twin Screw Extruder/TSE)

yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan

pendahulunya.

Saat ini, banyak sekali jenis produk makanan

yang diolah dengan teknologi ekstrusi, contohnya

produk-produk pasta dan sejenisnya, sereal siap

makan, snack, makanan hewan, produk kembang gula,

pati yang dimodifikasi untuk produksi sup, makanan

bayi, makanan instan, minuman ringan dan TVP

(Texturized Vegetable Protein). Luasnya aplikasi teknologi

ekstrusi ini menantang kita untuk lebih memahami

prinsip kerja dan cara penggunaannya. Masyarakat

luas kini semakin membutuhkan produk-produk makanan

yang bergizi tinggi dan terjangkau. Selain dari

makanan utama, gizi juga dapat diperoleh dari

makanan penunjang atau makanan-makanan ringan yang

bersifat selingan. Kebanyakan makanan-makanan ringan

yang tersedia saat ini ialah makanan sintetik dengan

berbagai kandungan bahan kimia yang kadang-kadang

Page 5: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

membahayakan karena digunakan secara tidak bijaksana

dan semata-mata hanya mengejar keuntungan.

Makanan ringan (snack), sereal, makanan bayi,

roti, bubuk minuman atau makanan siap saji merupakan

produk ekstrusi yang telah dikenal luas dan relatif

terjangkau. Produk-produk olahan tersebut dan

berbagai macam produk olahan lainnya yang dapat

dihasilkan oleh proses ekstrusi, merupakan produk

makanan yang sangat menjanjikan untuk memenuhi

kebutuhan protein masyarakat. Daerah-daerah dengan

permasalahan gizi, baik itu dikarenakan alasan

ekonomi atau langkanya bahan baku, sangat potensial

untuk distribusi makanan dengan teknologi ekstrusi

yang bergizi tinggi dan terjangkau. Fakta bahwa

supermarket, toko, hingga warung-warung kecil

menjual beragam produk ekstrusi dan perusahaan-

perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk

mengiklankan produk jenis ini menyebabkan semakin

dibutuhkannya pengolahan makanan produk ekstrusi

dengan formulasi yang lebih seimbang dan kandungan

protein yang lebih tinggi. Produk ekstrusi

memungkinkan kita untuk memproduksi suatu produk

makanan dengan jumlah besar, terjangkau dan cukup

mudah untuk melakukan pengolahan lebih. Ekstruder

terkenal dengan prosesnya yang mampu meminimalkan

kerusakan pada zat-zat gizi termasuk menjaga

kualitas protein bahan (Ang et.al., 1984).

Page 6: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Mutu produk ekstrusi dipengaruhi oleh variable

bebas dan variable tidak bebas di dalam suatu proses

ekstrusi. Variable bebas merupakan parameter yang

secara langsung dapat dikontrol oleh operator mesin

ekstrusi, sedangkan variable tidak bebas merupakan

parameter yang dapat berubah mengikuti perubahan

variable bebas. Formula bahan baku, kadar air bahan

baku, kecepatan masuk bahan, kecepatan ulir

ekstruder, suhu barrel dan konfigurasi ekstruder

merupakan contoh dari variable bebas. Energy

mekanik, kadar air produk, suhu pada saat proses,

waktu tunggu dan tekanan di dalam ekstruder

merupakan contoh dari variable tidak bebas.

Pada proses ekstrusi kali ini diaplikasikan

pada pembuatan 'fura' dari millet mutiara dan

campuran tepung kedelai . Proses ekstrusi yang

dilakukan pada keduanya dapat mempengaruhi variable

yang terdapat pada pencampuran millet mutiara dan

tepung kedelai.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan teknologi proses

ekstrusi pada bahan pangan.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tahap-tahap ekstrusi

3.Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja ekstrusi

( ekstruder)

Page 7: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

4.Mahasiswa dapat menjelaskan keuntungan apa saja

yang diperoleh dengan menggunakan teknologi

ekstrusi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi ekstrusi merupakan teknologi yang

cukup tua. Pada tahun 1797 di Inggris, Joseph Bramah

menciptakan mesin untuk membuat pipa tanpa sambungan

yang diperkirakan sebagai mesin ekstrusi pertama.

Tidak lama kemudian produk-produk lain seperti

sabun, macaroni, dan bahan-bahan bangunan diproses

menggunakan mesin yang sama. Pada mesin ini untuk

menggiling dan mencampur bahan digunakan piston yang

dioperasikan oleh tangan. Karena keterbatasan proses

yang dilakukan ekstruder terdahulu maka ekstruder

yang menggunakan ulir (screw) diciptakan untuk

kebutuhan industri kabel. Konsep awal yang diketahui

mengenai ekstruder ulir tunggal ditemukan di tahun

1873 pada suatu gambar rancangan milik Phoenix

Gummiwerke A.G.

Sementara ekstruder ulir ganda yang pertama

dikembangkan pada tahun 1869 oleh Follows dan Bates

di Inggris untuk keperluan industri sosis. Sejak

saat itu penggunaan ekstruder bagi pengolahan

Page 8: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

semakin meningkat (Janssen, 1978). Ekstruder

memiliki banyak jenis ukuran, bentuk dan metode

pengoperasian. Ada ekstruder yang dioperasikan

secara hidraulik dimana pada ekstruder ini piston

berperan untuk mendorong adonan melalui lubang

pencetak (die) yang terletak pada ujung ekstruder.

Terdapat pula ekstruder tipe roda, dimana bahan

didorong keluar atas hasil kerja dua roda yang

saling berputar. Kemudian yang telah banyak dikenal

saat ini ialah ekstruder tipe ulir (screw) dimana

putaran ulir akan memompa bahan keluar melalui die.

Ekstruder digunakan pada pengolahan bahan

makanan karena ekstruder mampu menghasilkan energi

mekanis yang digunakan untuk proses pemasakan bahan.

Ekstruder mendorong bahan/adonan dengan cara

memompanya melalui sebuah lubang dengan bentuk

tertentu. Ekstruder mampu melakukan proses

pencampuran dengan baik yang bertujuan agar bahan

homogen dan terdispersi dengan baik (Frame, 1994).

Prinsip ekstrusi dalam pengolahan makanan yang

menggabungkan proses pendorongan bahan, pencampuran

dan pembentukan bukanlah hal yang baru.

Prinsip ekstrusi telah diterapkan dalam

industri makanan sejak tahun 1930an untuk pembuatan

pasta. Pada tahun-tahun berikutnya diterapkan pada

industri kembang gula, industri roti dan kue,

terutama pada proses frosting kue. Pada tahun 1950,

Page 9: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

kemudian digunakan juga untuk produksi sereal,

campuran minyak biji-bijian untuk industri pakan.

Proses-proses pengolahan tersebut merupakan

teknologi ekstrusi pada generasi pertama. Pada tahun

1960an teknologi ini digunakan untuk mengubah ikatan

silang dan mengikat biopolimer untuk membuat protein

nabati bertekstur. Terobosan ini menyediakan

pengetahuan dasar bagi ekstrusi HTST (High Temperature

Short Time) modern yang memungkinkan diciptakannya

produk-produk baru pada industri makanan.

Prinsip penerapannya pada industri makanan

umumnya berdasarkan pada gelatinisasi pati,

pembentukan kompleks lemak-pati, denaturasi dan

teksturisasi protein, pengikatan, reaksi kimia dan

biokimia, pengaruh tekanan/penggilingan dan

pengembangan (Linko, et. al. dalam Jowitt, 1982).

Dewasa ini ekstrusi telah berkembang penerapannya

untuk beragam produk yang perlu dimasak/dimatangkan.

Salah satu kunci dalam beranekaragamnya hasil produk

ekstrusi terletak pada bagian die-nya, dimana dari

sinilah bahan akan didorong keluar. Fungsi die dalam

pembuatan produksi pasta telah meningkatkan

keragaman penggunaannya dalam menghasilkan produk

dengan berbagai macam bentuk, kandungan air dan

konsistensi (Holmes, 2007).Gambar 2.1 Contoh Dua Tipe Die yang Digunakan Pada

Ekstruder

Page 10: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Gambar 2.2 Istilah-istilah Umum pada Die

Sumber : Holmes, 2007.

Formulasi bahan yang digunakan dapat menjadikan

produk akhir berbeda hasilnya. Beragam jenis biji-

bijian dan umbi-umbian seperti jagung dan kentang,

dapat digunakan sebagai bahan baku pada proses

ekstrusi. Bahan-bahan tersebut dapat menghasilkan

produk akhir yang ringan dan renyah. Dengan

tersedianya beranekaragam bahan, maka lahirlah produk

ekstrusi generasi kedua yang memiliki kemampuan untuk

mengembang dengan beragam bentuk. Produk generasi

ketiga dari proses ekstrusi dihasilkan dari campuran

berbagai macam formulasi bahan, yang pada umumnya

Page 11: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

berbahan dasar pati. Untuk mendapatkan kandungan air

yang dikehendaki, maka produk dilewatkan pada suatu

alat pengering.

Setelah itu tersedia teknologi untuk melakukan

proses ko-ekstrusi (coextrusion). Proses ini

memungkinkan pembentukan produk yang memiliki selubung

luar dari suatu bahan dan mengisinya dengan bahan lain

yang dilakukan hanya dalam satu proses saja. Sebagai

hasilnya dapat diperoleh makanan ringan dengan lapisan

luar yang renyah dan lapisan dalam yang lembut. Teknik

ekstrusi dengan menggunakan ulir (screw) merupakan

teknik yang paling sering digunakan secara luas.

Tujuannya ialah untuk merubah polimer bahan mentah

dalam bentuk tepung atau pelet melalui serangkaian

kombinasi proses seperti pencampuran, penggilingan,

pembentukan dan proses pencetakan menjadi bahan jadi

atau bahan setengah jadi. Bentuk dan tekstur produk

yang dihasilkan hanya dapat diperoleh melalui proses

ekstrusi. Bentuk, ukuran, jenis dan jumlah bahan

mentah yang ditambahkan ke dalam ekstruder tergantung

dari 7 spesifikasi mesin ekstruder yang digunakan

(Nowjee,2004). Dewasa ini telah tersedia banyak jenis

ekstruder yang mampu mengolah bahan mentah dengan

bentuk yang masih kasar, berukuran cukup besar (flake,

irisan, potong, cincangan, dll.)dan mengandung kadar

air yang tinggi dalam jumlah yang besar.

Unsur-unsur Pengolahan Makanan dengan Ekstrusi

Bahan makanan yang diolah :

Page 12: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Ekstrusi dapat digunakan untuk proses pemasakan

tepung mentah menjadi tepung masak ataupun produk

setengah jadi yang siap menjadi bahan dasar untuk

industri pengolahan selanjutnya. Ekstruder yang

telah lama dikenal untuk melakukan proses ini ialah

ekstruder tipe Brady Cooker. Bahan yang digunakan

pada alat ekstrusi ini biasanya memiliki kandungan

air yang rendah dan produk akhir yang dihasilkan

dengan alat ini tidak selalu matang sempurna dan

seringkali harus digiling lebih lanjut untuk

mencapai keseragaman ukuran partikel yang

diinginkan.

Ekstruder ini banyak digunakan untuk pembuatan

konsentrat dan banyak membantu program perbaikan

gizi masyarakat. Bila produk akhir yang diinginkan

berbentuk produk yang mengembang maka digunakan

ekstruder yang dapat mengolah bahan pada kadar air

sedang.Produk akhir yang dihasilkan hampir selalu

mencapai tingkat matang sempurna. Produk ekstrusi

menjadi renyah karena terbentuknya rongga-rongga

berupa gelembung gas di dalamya sehingga

menghasilkan dinding-dinding gelembung yang tipis

dan rapuh. Kerenyahan akan hilang jika produk

menyerap air dan tekstur melembek. Dengan menyerap

air maka dinding gelembung tidak lagi kaku tetapi

lentur dan lembek serta mudah hancur (Hudaya, 1999).

Page 13: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Bahan-bahan yang digunakan pada proses ekstrusi

untuk pengolahan makanan pada umumnya sama saja

dengan bahan-bahan yang digunakan pada proses

pengolahan makanan lainnya, dalam arti bahan-bahan

tersebut memiliki kualitas yang baik sebagai bahan

makanan dan bila akan ditambahkan bahanbahan

tambahan lainnya maka harus digunakan bahan-bahan

yang diizinkan dan memenuhi kemurnian yang

dibutuhkan. Tetapi perlu diperhatikan juga, bahwa

semua jenis bahan yang akan ditambahkan dalam proses

pengolahan akan memiliki kecenderungan untuk ikut

memodifikasi proses dan mempengaruhi produk akhir

yang diolah. Proses ekstrusi menggunakan energi

mekanis dan energi panas yang besar dengan tekanan

yang tinggi, hal ini akan mengakibatkan bahan-bahan

yang berbentuk bubuk, butir dll., berubah menjadi

lebih cair. Oleh karena itu karakteristik-

karakteristik bahan seperti friksi permukaan,

kekerasan, kepadatan partikel menjadi penting untuk

diperhatikan.

Kunci dari keberhasilan pemilihan bahan untuk

ekstrusi ialah dengan mengetahui bagaimana tiap

bahan-bahan tersebut bereaksi di bawah parameter -

parameter pengolahan yang terjadi dalam proses

ekstrusi.

Salah satu faktor yang menentukan pada produk

ekstrusi yang mengembang (puffed) ialah kandungan

Page 14: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

amilosa dari bahan dasar yang digunakan, semakin

tinggi kandungan amilosa maka akan menghasilkan

proses pengembangan produk yang lebih buruk.

Perubahan struktur pati pada proses ektrusi akan

mempengaruhi tekstur, flavor dan mouthfeel dari produk

akhir yang dihasilkan. Agar pati dapat

tergelatinisasi dengan baik maka ada baiknya sebelum

bahan diekstrusi dilakukan perlakuan pendahuluan

dulu pada pati yang akan digunakan. Pemberian air

dan pra kondisi merupakan dua metode yang akan

membuat pati menyerap air yang dibutuhkan untuk

melakukan gelatinisasi yang baik. Berbagai macam

bahan seperti agar-agar dan garam dapat mempengaruhi

proses gelatinisasi.

Faktor lain yang berpengaruh dalam penentuan

formulasi produk ekstrusi ialah flavor dan bahan

aditif yang dapat membantu memodifikasi formula.

Sementara itu untuk menghasilkan produk ekstrusi

yang baik dapat pula ditambahkan pati yang telah

dimodifikasi yang berfungsi untuk membantu proses

pengembangan produk pada produk ekstrusi yang

mengembang. Emulsifier sering digunakan untuk

memperbaiki karakteristik produk. Emulsifier akan

berikatan dengan molekul pati dan mempengaruhi

gelatinisasi, mengurangi viskositas dari adonan.

Selain itu, beberapa jenis enzim juga dapat

digunakan pada saat pra kondisi pati untuk

Page 15: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

memperbaiki flavor dan warna dari produk (Prepared

Foods, 1993).

Ekstruder yang biasanya tersedia di pasaran

adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal (single screw

extruder/SSE) dan ekstruder ulir ganda (twin screw

extruder/TSE) yang dapat digunakan secara luas pada

produksi bahan-bahan

makanan komersial. Ekstruder tipe ulir biasanya

dikelompokkan berdasarkan seberapa banyak energi

mekanis yang dapat dihasilkan. Sebagai contoh,

ekstruder dengan energi mekanis yang rendah

dirancang untuk mencegah proses pemasakan pada

adonan bahan. Ekstruder tipe ini biasanya digunakan

pada pembuatan pretzel, pasta dan beberapa jenis

makanan ringan dan sereal. Ekstruder dengan energi

mekanis tinggir dirancang untuk memberikan energi

yang besar agar dapat diubah menjadi panas untuk

mematangkan adonan bahan dan biasa digunakan dalam

produks makanan hewan, makanan ringan dengan bentuk

mengembang dan sereal (Frame,1994).

Dalam hal mekanisme penggerakkan bahan dalam

ekstruder, terdapat perbedaan yang nyata antara

ekstruder ulir tunggal dan ganda. Pada ekstruder

ulir tunggal daya untuk menggerakkan bahan berasal

dari pengaruh dua gesekan, yang pertama adalah

gesekan yang diperoleh dari ulir dan bahan sedangkan

yang kedua adalah gesekan antara dinding barrel

Page 16: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

ekstruder dan bahan. Ekstruder ulir tunggal

membutuhkan dinding barrel ekstruder untuk

menghasilkan kemampuan menggerakkan yang baik, maka

dari itulah dinding selubung ekstruder pada

ekstruder ulir tunggal memainkan peran penting dalam

menentukan rancangan ekstruder (Linko, et. al. dalam

Jowitt, 1982).

Perbedaan Utama Antara Ekstruder Ulir Tunggal dan

Ulir Ganda

Perbedaan Ekstruder Ulir

Tunggal

Eekstruder

Ulir GandaMekanisme

penggerakan

bahan

Friksi antaralogam danbahan makanan

Penggerakkanbahan kearah positif

(die)Penyedia

energi utama

Panas gerakan

ulir

Panas yangdipindahkanpada barrel

Kapasitas(Throughputkg/hour)

Tergantung padakandungan air,lemak dantekanan

Tidak

tergantung

apapunPerkiraanenergi yangdigunakan

per kg

produk

900 – 1500 kJ

kg-1

400 – 600 kJ

kg-1

Distribusi

panasPerbedaantemperaturnyabesar

PerbedaantemperaturKecil

Page 17: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Biaya

keseluruhanRendah Tinggi

Kandungan

air minimum10% 8%

Kandunganairmaksimum

30% 95%

Sumber : van Zuilichem, et. al. dalam Jowitt 1982.

Secara umum, ulir pada ekstruder ulir ganda

dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu ulir

intermeshing dan non-intermeshing. Pada ulir ekstruder

tipe non-intermeshing, jarak antara poros ulir

setidaknya sama dengan diameter luar ulir. Sedangkan

pada ulir tipe intermeshing, jarak antar poros ulir

lebih kecil daripada diameter luar ulir, atau

permukaan ulir dimungkinkan dalam keadaan saling

bersentuhan.

Pada ulir tipe ini bahan yang tergelincir dari

dinding barrel menjadi tidak mungkin karena ulir

intermeshing yang satu akan mencegah bahan pada ulir

lain untuk berputar dengan bebas (Linko, et. al.

dalam Jowitt, 1982). Selain dua kategori utama

tersebut, terdapat juga beberapa jenis konfigurasi

ulir pada ekstruder ulir ganda berdasarkan arah

putarannya. Yang pertama ialah intermeshing/non-

intermeshing counter rotating, dimana pada tipe ini arah

putaran ulir saling berlawanan.

Page 18: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Kedua ialah tipe intermeshing/nonintermeshing co-

rotating, dimana arah putaran ulir sama. Selain itu ada

juga konfigurasi ulir self wiping dimana bentuk kedua

ulirnya berbeda dengan ulir tipe intermeshing. Semua

perbedaan jenis ulir dan arah putarannya tersebut

akan menghasilkan karakteristik aliran, mekanisme

gerak bahan dan pencampuran dengan pengaruh yang

berbeda-beda pada bahan karena tipe-tipe ulir

tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing.

Gambar 2.4. Contoh Kerapatan Ulir Intermeshing, Counter

Rotating

Sumber : van Zuilichem, et. al. dalam Jowitt 1982.

Tipe-tipe Ulira. counter rotating, intermeshingb. co-rotating, intermeshingc. counter rotating, non-intermeshingd. co-rotating, non-intermeshing

Page 19: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Sumber : Janssen, 1978

Dua Ulir Paralel Pada Ekstruder Ulir Ganda

Tahap-Tahap dalam Proses Ekstrusi

Pembagian tahap-tahap pengolahan ekstrusi dapat

dilihat dari berbagai segi. Ada yang

menggolongkannya berdasarkan pada kebutuhan

pengolah, spesifikasi mesin, jenis proses yang

terjadi, dll. Disini akan dijelaskan beberapa tahap

dengan berbagai dasar yang digunakan. Beberapa

pengolah membagi proses pengolahan ekstrusi menjadi

tiga tahap yaitu pra ekstrusi, ekstrusi dan tahap

setelah ekstrusi (post-extrusion), tetapi hal ini

Page 20: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

sangat bergantung pada kebutuhan pengolah, jenis

produk yang akan dihasilkan dan proses pengolahan

apa saja yang akan dilakukan.

Tahap pra ekstrusi biasanya melibatkan dua langkah

utama yaitu :

- Pencampuran (Blending)

Pencampuran dari berbagai komponen bahan yang

akan diekstrusi sesuai dengan formulasi yang telah

ditentukan merupakan salah satu syarat penting dalam

proses ekstrusi. Selain harus memperhatikan ukuran

bahan yang akan dicampur, cara mencampur komponen

yang benar juga penting untuk diketahui.

- Penambahan air (Moisturizing)

Jumlah penambahan kandungan air pada tahap

pencampuran bahan ekstrusi ini biasanya berkisar

diantara 4% hingga 8%. Hal ini tentu saja bergantung

pada banyak faktor, seperti tingkat kelembaban bahan

saat pencampuran awal, tekstur produk akhir yang

diinginkan, dsb. Cara penambahan kandungan air ini

harus dapat menjamin penyebaran kelembaban yang

merata pada campuran adonan bahan mentah.

Ketidakseragaman penyebaran air bahan akan

mengakibatkan kondisi ekstrusi yang sukar

diprediksi, akibatnya produk ekstrusi yang

dihasilkan juga menjadi tidak konsisten.

Mesin yang umum digunakan pada tahap pra

ekstrusi terdiri dari mixer dan moisturiser. Mixer disini

Page 21: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

berfungsi untuk proses pencampuran bahan awal

sebelum dimasukkan ke ekstruder. Pada umumnya

ekstruder yang diproduksi sekarang, terutama

ekstruder ulir ganda, telah dapat melakukan

pengaturan proses pencampuran dan penambahan kadar

air ini di dalam alat itu sendiri. Bahan mentah

hanya tinggal dimasukkan kedalam feeder (tempat bahan

masuk yang terletak pada bagian atas ekstruder),

lalu kandungan air dapat ditambahkan melalui suatu

lubang inject pada ekstruder sesuai dengan kebutuhan

kelembaban produk akhir yang dihasilkan (Schaaf

Technologie GmbH, 2007).

Tahap kedua yaitu proses ekstrusi, mesin yang

digunakan ialah berbagai jenis ekstruder dan beragam

aksesorisnya sesuai kebutuhan pengolah. Produk yang

keluar dari tahap ini disebut ekstrudat dan

tergantung dari kebutuhan kita atau jenis ekstruder

yang digunakan, ekstrudat ini dapat merupakan produk

akhir ekstrusi ataupun juga produk yang harus diolah

lagi lebih lanjut. Tahap terakhir adalah proses

setelah sektrusi (post extrusion). Mesin yang tersedia

untuk proses ini ialah mesin pengering, flavouring,

pemanggang, pelapis dan pendingin yang semuanya

disesuaikan dengan kebutuhan pengolah. Sebagai

akibat dari perkembangan teknologi di bidang

ekstrusi yang pesat akhir-akhir ini, maka selain

dapat berfungsi sendiri terpisah dari ekstruder,

Page 22: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

mesin-mesin tersebut juga dapat dipasangkan pada

ekstruder.

Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan

teknologi ekstrusi :

1. Bagian pati dari bahan yang diolah tergelatinisasi

penuh yang menyebabkan produk makanan menjadi mudah

untuk dicerna.

2. Menjamin penyebaran yang merata bahan-bahan seperti

protein, vitamin, mineral dan bahan tambahan lainnya

bersama karbohidrat di seluruh campuran bahan.

3. Mengurangi jumlah kehilangan kandungan gizi bahan

dan meminimalkan kerusakan pada kualitas protein.

4. Tekstur dan bentuk bahan mentah yang tadinya keras,

tidak berbentuk, berpasir, tidak menarik, dsb.,

berubah menjadi produk akhir dengan tekstur dan

bentuk sesuai dengan yang kita inginkan.

5. Bahan baku utama yang mengandung pati tersedia

dengan luas.

6. Produk ekstrusi yang dikemas dengan benar mempunyai

daya simpan yang baik tanpa harus disimpan pada suhu

rendah.

7. Proses ekstrusi merupakan proses termodinamika yang

efisien, energy yang dibutuhkan untuk menghasilkan

per ton bahan lebih rendah dibandingkan dengan bahan

yang sama dan diolah dengan proses pemasakan dalam

bentuk lainnya.

Page 23: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

8. Biaya operasionalnya rendah, membutuhkan lebih

sedikit tenaga kerja dan memerlukan luas lahan yang

kecil.

9. Jalur-jalur proses pada ekstruder mudah sekali untuk

dibongkar-pasang. Hal ini penting untuk keperluan

pembersihan dan mobilitas alat. Bila pengolahan yang

dilakukan memenuhi persyaratan sanitasi yang benar

maka produk yang dihasilkan relatif bebas dari

bakteri, serangga, larva dan patogen lainnya.

10. Proses ekstrusi bebas polusi dan bahan mentah

dimanfaatkan seluruhnya tanpa adanya limbah yang

tidak diinginkan atau zat-zat yang berbahaya bagi

lingkungan.

11. Serbaguna (mampu melakukan berbagai macam proses

pengolahan dalam satu alat saja dan mampu

menghasilkan jenis produk yang sangat beragam).

12. Produktivitas produk yang dihasilkan tinggi (mampu

melakukan pengolahan berkesinambungan).

13. Biaya operasional relatif murah.

14. Proses pengolahan dalam ekstruder memungkinkan

resiko mesin untuk overheat rendah.

15. Kualitas produk makanan yang dihasilkan tinggi

(proses pengolahan HTST karena pemasakan ekstrusi

melibatkan suhu tinggi dalam waktu pendek sehingga

komponen bahan pangan yang peka tidak mengalami

kerusakan dan terjadinya degradasi yang minimal pada

kebanyakan bahan makanan).

Page 24: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

16. Efisien dalam penggunaan energi. Tidak

menghasilkan limbah atau polutan.

17. Keberagaman produk dalam kisaran luas yg

kebanyakan tidak dengan mudah dihasilkan oleh metode

pengolahan lain, dapat dihasilkan dengan mengubah

bahan baku, kondisi pengoperasian, dan cetakan

III. BAHAN DAN METODE

1.Persiapan tepung dari millet

Metode tradisional persiapan tepung yang

digunakan dalam penelitian ini . Proses itu

terdiri dari pembersihan kering millet (sorghum )

dengan menggunakan sebuah aspirator . Kernel yang

kemudian ditumbuk setelah pembasahan ringan dari

gandum menggunakan penumbuk beras,India pada

Jimeta Main Market , Yola , Nigeria . Setelah

penumbukan , butir dicuci dan kemudian dikeringkan

dalam oven konveksi pada 50 ° C selama 24 jam

sampai 14 % kelembaban konten . Biji-bijian kering

digiling menggunakan roller mill dilengkapi dengan

layar 150 mm .

Page 25: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

2.Persiapan tepung dari kacang kedelai

Benih kedelai direndam dalam air pada suhu 28 °

C selama periode dari 24 jam dalam mangkuk

plastik. Kernel yang kemudian ditumbuk menggunakan

alu tradisional dan mortir. Hasil tumbukan

disaring menggunakan aspirator. Tepung diayak

melewati ukuran layar 150 mm.

3.Persiapan Spice

Kimba (Negro lada) dan jahe yang diurutkan dan

dibersihkan secara manual sebelum disimpan dalam

oven konveksi pada suhu 60 ° C selama lima jam.

Benih kemudian ditumbuk menggunakan alu

tradisional dan mortir. Hasil tumbukan kemudian

diayak menggunakan ukuran layar 150 mm

4.Persiapan Blend dan penyesuaian kelembaban

Tepung millet (MF) dan tepung kedelai (SF)

dicampur dengan berbagai rasio berat, dan

kelembaban total campuran disesuaikan dengan

nilai-nilai yang diinginkan dengan mixer seperti

yang dijelaskan oleh Zasypkin dan Tung-Ching

(1998). Bobot komponen harus dicampur yaitu

dihitung dengan menggunakan rumus berikut Zasypkin

dan Tung-Ching Lee (1998):

CSF = [rSF × M × (100 - w)] / [100 × (100 - wSF)]

CMF = [rMF × M × (100 - w)] / [100 × (100 - wMF)]

Wx = M - CSF – CMF

Page 26: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Dimana CSF atau CMF adalah massa baik tepung

kedelai (SF) atau tepung millet (MF), masing-

masing RSF atau RMF adalah persentase masing-

masing dari tepung kedelai baik (SF) atau tepung

millet (MF) dalam campuran, db (RSF + RMF = 100%),

M adalah massa total campuran, w, kelembaban isi

campuran akhir, persentase berat basah dasar

(WWB); Wx adalah berat air ditambahkan, dan WSF

dan WMF adalah kelembaban isi SF dan MF, masing-

masing. Campuran dicampur dalam mangkuk plastik

dan dikemas dalam kantong polietilen dan disimpan

dikulkas semalam untuk memungkinkan equilibrium

kelembaban. Kemudian sampel itu, dibawa ke suhu

kamar sebelum proses ekstrusi.

5.Desain eksperimental

Desain eksperimen adalah suatu rancangan

percobaan dengan setiap langkah tindakan yang

terdefinisikan, sehingga informasi yang

berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan

yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara

faktual. Dengan kata lain, desain sebuah

eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang

perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan

agar data yang semestinya diperlukan dapat

diperoleh.

Respon Surface Methodology (RSM) adalah

diadopsi secara luas alat untuk kualitas proses

Page 27: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

optimasi (Myers dan Montgomery, 1995). RSM,

origially dijelaskan oleh Kotak Wilson (1951)

berlaku efektif untuk respon yang mempengaruhi

banyak faktor dan interaksi. Desain eksperimental

(Box dan Hunter, 1957) telah diadopsi untuk

memprediksi tanggapan berdasarkan beberapa set

data eksperimen di mana semua faktor-faktor yang

bervariasi dalam kisaran yang dipilih. Ada tiga

faktor dan tiga tingkat desain eksperimental yang

diadopsi untuk pekerjaan ini. variabel independen

considerd adalah komposisi X1 (%),kadar air X2 (%)

dan sekrup X3 kecepatan (rpm). variabel independen

dan tingkat variasi mereka ditunjukkan pada Tabel

1.

Tingkat masing-masing variabel yang didirikan

sesuai dengan informasi literatur dan uji coba

awal. Garis besar tata letak eksperimen dengan

nilai-nilai kode dan alami disajikan pada Tabel 2.

Page 28: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Latihan Ekstrusi

Ekstrusi dilakukan dalam ekstruder ulir

tunggal, model (Brabender Duisburg DCE-330),

Jerman yang dilengkapi dengan variabel DC

kecepatan unit drive, dan strain gauge jenis torsi

meteran. Sekrup (screw) tersebut memiliki batang

linear meruncing dan 20 equidistantly diposisikan

penerbangan. Extruder ini diumpankan secara manual

melalui sekrup(screw) yang dioperasikan hopper

kerucut pada kecepatan 30 rpm yang menjamin

penerbangan dari screw diisi dan menghindari

akumulasi materi di hopper. Jenis ini menyediakan

adonan dekat dengan laju alir maksimal untuk

parameter proses yang dipilih (suhu konstan, die

konstan dan geometri sekrup tetapi dengan tiga

sekrup variabel kecepatan) dan tiga komposisi

umpan yang dirancang dan kelembaban adonan.

Sebuah saluran die yang bentuknya bulat dengan

pemanas tertutup terpisah telah digunakan. Die

yang digunakan adalah saluran berbentuk kerucut

Page 29: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dengan 45 derajat masuk sudut, pembukaan diameter

3 mm dan panjang 90 mm. perbandingan sekrup

(screw) adalah rasio kompresi 3:1. The inner barel

disediakan dengan permukaan berlekuk untuk

memastikan nol slip pada dinding. Barel dibagi

menjadi dua zona independen yang dipanaskan dengan

listrik (yaitu zona akhir adonan dan zona pusat).

Ada zona ketiga pada die barel,dipanaskan dengan

listrik tetapi udara tidak didinginkan. Wadah

ekstruder memiliki 20 mm diameter dengan panjang

terhadap diameter (L: D) 20:1. ekstruder terdiri

dari dua zona yang dipanaskan dengan listrik. Suhu

barel dipertahankan oleh air keran yang

dikendalikan oleh inbuilt thermostat dan unit

kontrol suhu.

Bahan baku diumpankan ke dalam gerbong dipasang

secara vertikal di atas ekstruder yang dilengkapi

dengan sekrup (screw) yang diputar dengan

kecepatan variabel. Sekrup (screw) berputar terus,

zona bahan baku terisi penuh untuk mencapai

kondisi 'tersedak makanan '. Sampel eksperimental

dikumpulkan saat steady state dicapai, yaitu

ketika torsi variasi plus atau minus 0,28 joule

(Nm) atau sekitar (0,5%) dari penuh skala (Likmani

et al., 1991).

Indeks penyerapan air (WAI) dan indeks kelarutan

air (WSI)

Page 30: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

The WAI dan WSI ditentukan dengan menggunakan

metode yang dijelaskan oleh Qing-Bo et al. (2005).

Extrudate dihentikan di air pada suhu 30 ° C

selama 30 menit, kemudian diaduk perlahan selama

periode ini dan disentrifugasi pada 3000 xg selama

15 menit.WSI dianggap sebagai berat padatan kering

dalam supernatan yang dinyatakan sebagai

persentase dari berat asli sampel. WAI dianggap

sebagai berat gel yang diperoleh setelah

penghapusan supernatan melalui saringan (ukuran

pori = 500 pm) per unit berat padatan kering asli

(gH20/1g sampel). penentuan yang dibuat dalam

rangkap tiga dan rata-rata diambil.

Viskositas

Viskositas ditentukan dengan bantuan rotasi

Model viskometer (Rheotest 2 jenis) dibuat di

Hungaria, dilengkapi dengan konsentris silinder.

Sistem ini memiliki ketentuan untuk kapal temper,

yaitu, menghubungkan termostat sirkulasi cairan

dengan suhu yang dipastikan. Pengukuran viskositas

dilakukan pada 30 ° C. Penentuan dilakukan

rangkap tiga dan di rata-rata hasilnya

Analisis statistik

Varians Homogen atau homoscedasticity merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk model regresi

(linear). Oleh karena itu, penurunan variabilitas

dalam respon obyektif (variabel dependen) adalah

Page 31: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dengan mengubah data dengan skor standar.......

dimana x = variabel dependen kepentingan; x = mean

dependen variabel bunga dan s = standar deviasi).

Untuk setiap standar skor, analisis varians

(ANOVA) dilakukan untuk menentukan perbedaan yang

signifikan antara perlakuan kombinasi. Selain itu,

data dianalisis dengan menggunakan regresi

berganda prosedur (MATLAB 1984-2000,). Untuk

memperkirakan komposisi umpan, kelembaban adonan

dan efek kecepatan sekrup setiap respon obyektif,

skor standar yang dipasang ke polinomial kuadrat

model regresi dengan menggunakan teknik kuadrat

terkecil (Gacula dan Singh, 1984; Wanasundara dan

Shahidi, 1996). Model diusulkan untuk setiap

respon Y adalah:

Y = b + b X + b X + b X + b X +b X + b X + b X X + b X X + b X X

Dimana Y = respon, X1 = Komposisi bahan, X2 =

Kelembaban bahan, X3 = Screw Kecepatan, b0 =

penyadapan, b1, b2, b3 adalah linear, B11, B22,

b33, = adalah kuadrat dan b12, b13 dan B23 adalah

masing-masing interaksi koefisien regresi istilah.

Koefisien determinasi (R2) dihitung. Kecukupan

model diuji dengan memisahkan jumlah residu

kuadrat menjadi murni. Untuk setiap respon, respon

plot permukaan dihasilkan dari persamaan, dengan

memegang variabel dengan setidaknya efek pada

Page 32: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

respon sama dengan nilai konstan, dan mengubah dua

variabel lainnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstrusi

Ekstrusi adalah proses pembentukan bahan pangan

dengan menggunakan tekanan, bahan dipaksa mengalir

di bawah pengaruh satu atau lebih konsentrasi

operasi seperti pencampuran dan gesekan melalui

suatu cetakan yang dirancang untuk menghasilkan

hasil ekstrusi yang mengembang dan kering. Tujuan

ekstrusi adalah untuk meningkatkan keragaman jenis

produk pangan dalam berbagai bentuk, tekstur,

warna, dan cita rasa. Mesin yang digunakan untuk

Page 33: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

ekstrusi disebut ekstruder. Saat ini hasil

teknologi ekstrusi yang ditujukan untuk membuat

produk makanan ringan dibagi menjadi 2 kelompok :

1. Produk yang menggunakan satu macam bahan

utama, misalnya gandum jagung,beras,serta sumber

pati lainnya.

2. Produk yang terbuat dari campuran berbagai

sumber pati seperti tepung ubi jalar atau yang

dicampur dengan kacang-kacangan yang mengandung

potein tinggi.

Pemasakan dengan menggunakan ekstrusi merupakan

proses yang menggunakan prinsip suhu tinggi dalam

waktu singkat (HTST/ High Temperature Short Time).

Meskipun saat ini proses ekstrusi juga dapat

dilakukan dalam keadaan suhu rendah, namun

memerlukan persyaratan lain seperti kondisi

pengisian. Terdapat dua macam ekstruder yang

berkembang saat ini yaitu ekstruder ulir tunggal

dan ulir ganda (Harper, 1981a).

Hal yang mendukung proses ekstrusi adalah

gelatinisasi pati, denaturasi protein serta

inaktivasi enzim yang terdapat dalam bahan mentah.

Perbandingan antara amilosa dan amilopektin dan

pati juga berpengaruh terhadap pemekaran produk,

untuk menghasilkan produk dengan tekstur baik

dianjurkan untuk menggunakan pati dengan kandungan

amilosa 5-25% dan kandungan amilopektin >50%.

Page 34: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Dalam jurnal “Influence of of extrusion variables on some

functional properties of extruded millet-soybean for the

manufacture of ‘fura’: A Nigerian traditional food”, Pada

proses ekstrusi kali ini diaplikasikan pada

pembuatan 'fura' dari millet mutiara ( sorghum)

dan campuran tepung kedelai dengan menggunakan

jenis ekstruder ulir tunggal (Single Screw

Ekstruder / SSE).

Pada umumnya zona operasi pada SSE (tergantung

spesifikasi mesin) terbagi menjadi tiga bagian

yaitu :

a.       Solid transport zone yang terletak di bawah

hopper/feeder.

Pada zona ini bahan digerakkan dalam bentuk bubuk

atau granula. Berhubung output produk yang

dihasilkan harus sama dengan input bahan yang

dimasukkan maka perencanaan yang buruk pada zona

ini akan membatasi output yang dihasilkan.

b.      Melting zone.

Pada zona ini bahan padat akan dipanaskan

c.       Pump zone.

Pada bagian pertama zona ini, tinggi saluran

berkurang disebabkan oleh peningkatan diameter

dari ulir. Pada zona ini bahan mengalami tekanan

untuk mengurangi jumlah ruang-ruang kosong pada

bahan. Pada bagian kedua zona ini yang disebut

juga sebagai metering zone, bahan digerakkan dan

Page 35: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dihomogenisasi lebih lanjut. Pada beberapa

ekstruder peningkatan tekanan terjadi di zona ini.

Pearl millet (Pennisetum glaucum (L.) R.Br.)

ditanam luas di daerah kering dari barat dan

selatan India dan di sepanjang sub wilayah Afrika

Barat termasuk Nigeria, di mana ia digunakan

sebagai makanan bagi sekitar 400 juta orang

(Hoseney et al., 1992). Lebih dari 80% dari

produksi digunakan untuk konsumsi manusia,

khususnya di tropik daerah semi-kering Afrika dan

Asia. 'Fura' adalah salah satu dari beberapa

olahan makanan adat yang terbuat dari millet

mutiara di Afrika Barat khususnya di Nigeria. fura

adalah camilan yang diproduksi terutama dari

millet atau sorgum. Modus persiapan bervariasi

hanya sedikit di antara komunitas yang berbeda di

wilayah tersebut, tapi bahan dasar tetap (sama

yaitu, millet atau sorgum). Tergantung pada

masyarakat, secara tradisional dikonsumsi dengan

'nono' (makanan lokal yang diproduksi dari susu

sapi) atau tumbuk dalam air sebelum dikonsumsi

dalam bentuk bubur. Namun, metode produksi

memiliki spesifikasi proses yang mengatur fungsi,

komposisi, bahan, aditif dan umur simpan.

Pengolahan tetap kegiatan berbasis rumah atau

artisanal yang dilakukan dengan peralatan dasar

dan teknik, yang dicirikan oleh kualitas produk

Page 36: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

yang tidak konsisten, kebersihan yang buruk, umur

simpan yang sangat pendek dan tidak dapat diterima

standar.

Fura memiliki kehidupan penyimpanan yang

terbatas dengan 3-4 hari pada penyimpanan

pendinginan (5oC), 1-2 hari pada ruang temperatur

(25oC) dan 18 jam pada suhu 35oC (Jideani et al.,

2002) ; menjadi produk berbasis sereal tunggal itu

membatasi dalam asam amino esensial lisin. Kedelai

dimasukan sebagai bahan dasar dalam memproduksi '

fura ' melalui ekstrusi dapat meningkatkan kadar

protein dan fungsionalitas . Dengan adanya

kesadaran konsumen akan manfaat kesehatan dari

bunga kedelai, terutama dengan bahan kedelai

terkait yang digunakan sebagai salah satu utama

sumber fortifikasi protein tinggi ( Amerika

Kedelai Dewan , 2006; Yeu et al , 2008 ) . .

Pemasakan ekstrusi memiliki beberapa fitur unik

dibandingkan dengan proses panas lainnya . Hal ini

mampu memecah ikatan kovalen di biopolimer dan

memfasilitasi reaksi jika tidak dibatasi oleh

difusi reaktan dan produk ( Iwe et al . , 2001) .

Ekstrusi mengubah sifat banyak konstituen makanan,

termasuk pati dan protein , dengan perubahan fisik

, kimia dan nutrisi . Suhu tinggi waktu singkat

( HTST ) teknologi ekstrusi memiliki aplikasi

terbatas dalam pengolahan produk berbasis sereal .

Page 37: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Pengolahan dengan Ekstrusi berarti mempersiapkan

makanan ringan dan siap untuk dimakan.

Ekstrudat (produk ekstrusi ) yang memiliki

sifat mikrobiologis aman, dapat disimpan untuk

jangka waktu lama karena kelembaban rendah tanpa

perlu untuk pendinginan dan memerlukan lebih

sedikit tenaga kerja untuk penanganan dan ruang

penyimpanan ( Filli dan Nkama , 2007) . Teknologi

ekstrusi dapat diterapkan untuk pengolahan' fura '

untuk tujuan meningkatkan umur simpan dan nilai

tambah pada produk dengan membuatnya menjadi

makanan item nyaman ( Nkama dan Filli , 2006;

Filli dan Nkama , 2007) .

Indeks penyerapan air ( WAI ) mengukur volume

yang ditempati oleh pati ekstrudat setelah

membengkak kelebihan air, yang mempertahankan

integritas dispersi pati berair ( Qing - Bo et

al . , 2005) . Indeks kelarutan air ( WSI )

menggambarkan tingkat dan sejauh mana komponen

bahan bubuk atau partikel larut dalam air . Hal

ini tergantung terutama pada komposisi kimia dari

bubuk dan juga komposisi fisiknya . WSI sering

digunakan sebagai indikator degradasi komponen

molekul ( Kirby dkk . , 1988 ) , mengukur tingkat

pati konversi selama ekstrusi yang merupakan

jumlah polisakarida larut yang dilepaskan dari

komponen pati setelah ekstrusi .

Page 38: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Binoy et al . ( 1996) melaporkan bahwa indeks

kelarutan air meningkat dengan keparahan sekrup

konfigurasi. Pelembe et al . ( 2002) melaporkan

meningkatkan indeks kelarutan nitrogen dalam

sorghum cowpea diekstrusi menjadi bubur . Di

antara sifat fungsional, kapasitas air memegang

peran penting karena adanya ikatan - ikatan

hidrogen yang dibentuk antara air dan residu kutub

molekul protein. Peningkatan input energi geser

selama ekstrusi dapat menyebabkan menyebarkan

polimerisasi dan degradasi komponen bahan . Geser

tinggi juga dapat menyebabkan fragmentasi produk

dari kedua pati dan protein ; produk degradasi

molekul kecil dan umumnya larut air . Air diserap

dan terikat pada pati molekul dengan hasil

perubahan struktur granula pati ( Binoy et al . ,

1996) .

Viskositas fluida mencerminkan ketahanan

terhadap aliran dan mempengaruhi penerimaan

makanan cair. viskositas tergantung pada kelarutan

dan kemampuan menahan kapasitas air serta struktur

komponen dalam makanan. Profil viskositas dapat

dianggap sebagai refleksi dari perubahan granular

dalam granula pati yang terjadi selama

gelatinisasi, (Thomas dan Atwell, 1997). Ekstrusi

dapat menginduksi pati dextrinzation yang dapat

mengakibatkan pengurangan viskositas dalam gruels

Page 39: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dan seiring bertambahnya kalori dan nutrisi

density (Jansen et al., 1981).

Di Afrika, karena deforestasi oleh pemanfaatan

kayu untuk bahan bakar, ada kebutuhan besar untuk

makanan pre-cooked (sebelum dimasak). Suhu tinggi,

waktu singkat (HTST) pengolahan ekstrusi dapat

digunakan untuk menghasilkan seperti makanan

kualitas gizi yang tinggi dan siap untuk produk

makanan, (Pelembe et al., 2002). Meskipun

penggunaan dengan satuan-ased ekstrusi pengolahan,

ekstrusi masih merupakan proses yang rumit yang

belum dikuasai. Variasi kecil dalam contions

pengolahan mempengaruhi variabel proses-proses

serta kualitas produk (Qing-Bo et al., 2005).

Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mempelajari

pengaruh komposisi umpan, kelembaban adonan dan

kecepatan sekrup pada penyerapan indeks air,

indeks kelarutan air dan viskositas , 'fura' dari

millet mutiara diekstrusi dan dicampuran dengan

tepung kedelai menggunakan metodologi respon

permukaan.

Indeks penyerapan air (WAI) dan indeks kelarutan

air (WSI)

Pengaruh variabel linear, kuadrat atau

koefisien interaksi yang rinci pada Tabel 3. Titik

desain 1 (komposisi umpan 10%, 20% kelembaban

adonan dan 150 rpm kecepatan sekrup) mencatat

Page 40: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

maksimal Nilai WAI dari 5,62 gH2O / g sampel.

Nilai terendah adalah 4.26 gH2O / g, namun

direkam untuk desain titik 10 (Komposisi 36,8%

bahan, 25% kelembaban bahan dan 200 rpm kecepatan

sekrup). Model ini tidak menunjukkan hasil yang

signifikan (p = 0,0915) dengan R2 = 0,73, dan

probabilitas nilai F untuk model = 0,05 yang dapat

menjelaskan alasan untuk variasi. Mengukur nilai

R2 variasi total tentang respon rata-rata seperti

yang dijelaskan oleh regresi. Karena model orde

kedua yang dipasang cocok, maka digunakan untuk

mencari optimal tingkat komposisi umpan,

kelembaban bahan dan sekrup kecepatan. Pengaruh

variabel linear, kuadrat atau interaksi koefisien

pada Tabel 3. Koefisien korelasi r = 0,85

signifikan pada (p 0,05?), sehingga, model ini

dapat digunakan untuk menavigasi desain ruang.

Oleh karena itu, model orde kedua adalah

dinilai tidak cukup pada 0,05%. Kondisi pengaruh

ekstrusi di WAI dipengaruhi oleh linear dan

kuadrat istilah signifikan (p <0,05). Interaksi

Istilah tidak menunjukkan pengaruh signifikan (p>

0,05). Tinggi kapasitas penyerapan air yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 'fura' dengan

fleksibilitas yang dapat diterima konsistensi.

Maksimum Nilai WSI dari 6,83% yang diamati untuk

desain titik 13 (Komposisi umpan 20%, 116% dan 25

Page 41: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

kecepatan sekrup rpm), sedangkan nilai terendah

yang diamati dari 5,18% untuk sampel 12 mewakili

komposisi bahan 20%, 33,4% dan 200 rpm kecepatan

sekrup (Tabel 3).

WSI adalah sama dipengaruhi secara signifikan

oleh linear dan kuadrat istilah, (p <0,05), model

tidak menunjukkan signifikan dan merekam koefisien

penentu R2 = 0,76 WSI. WSI sering digunakan

sebagai indikator degradasi komponen molekul (Yang

et al., 2008). yang mengukur tingkat konversi pati

selama ekstrusi yang merupakan jumlah polisakarida

larut yang dilepaskan dari komponen pati setelah

proses ekstrusi. WAI umumnya telah dikaitkan

dengan dispersi pati dalam air berlebih, dan

dispersi meningkat dengan tingkat kerusakan pati

karena gelatinisasi dan ekstrusi diinduksi

fragmentasi, yaitu pengurangan berat molekul

amilosa dan molekul amilopektin (yagci dan Gogus,

2008).

Hubungan antara variabel independen

ditunjukkan dalam presentasi tiga dimensi, respon

menunjukkan bahwa, meningkatkan kelembaban bahan

secara signifikan ,menurunkan WAI dari ekstrudat;

meningkat tingkat tepung kedelai untuk cenderung

menurunkan WAI. Hal ini diperkirakan karena minyak

kedelai yang mengganggu penyerapan air. Singh et

al. (2007) mengamati penurunan WAI dengan

Page 42: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

penambahan bubur jagung di ekstrusi dengan kacang

beras. Mereka menjelaskan bahwa penurunan WAI

adalah karena dilusi pati dalam campuran kacang

beras. WAI mengukur volume yang ditempati oleh

ekstrudat pati setelah bengkak karena kelebihan

air, yang mempertahankan integritas pati dispersi

berair (Qing-Bo et al., 2005). Mercier dan Feillet

(1975) mengamati bahwa tinggi amilosa menghasilkan

WAI tinggi. Colonna et al. (1989) menunjukkan

bahwa WAI menurun dengan timbulnya dextrinization.

Pelembe et al. (2002), dilaporkan meningkatnya WAI

sebagai persentase dari kacang tunggak meningkat

pada ekstrudat sorgum. Protein kacang tunggak

memiliki kadar air relatif lebih tinggi dari

kelarutan protein sorgum (Chavan dan Kadam 1989b).

3D plot untuk WSI menunjukkan bahwa peningkatan

kecepatan sekrup tampaknya meningkatkan WSI sambil

meningkatkan kelembaban umpan, serta penurunan WSI

secara signifikan.

Altan et al. (2008) melaporkan peningkatan WSI

dengan peningkatan di sekrup selama ekstrusi

campuran jelai-tomat. Peningkatan WSI dengan

meningkatkan kecepatan sekrup adalah konsisten

dengan hasil yang dilaporkan untuk tepung jagung

dan ekstrudat gandum (Jin et al, 1995;.. Mezreb et

al, 2003). Mezreb et al. (2003) melaporkan bahwa

peningkatan kecepatan sekrup memicu peningkatan

Page 43: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

tajam spesifik energi mekanik, geser mekanik yang

tinggi , terdegradasi makro molekul, sehingga

berat molekul granula pati menurun dan karenanya

meningkatkan WSI. Dapat diharapkan bahwa WSI akan

berkurang karena ekstrudat konten kacang-kacangan

tinggi mengandung lebih banyak pati agregat atau

microgels yang akan ditangguhkan dalam air (Gomez

dan Aguilera, 1983). Hal ini menunjukkan bahwa

Indeks kelarutan air (WSI) tidak hanya karena

komponen pati tetapi juga karena komponen yang

larut dalam air, seperti protein yang ada dalam

kedelai.

Mercier dan Feillet (1975) melaporkan

peningkatan pati terlarut dengan meningkatnya suhu

ekstrusi dan mengurangi kelembaban bahan atau

adonan . WSI sering digunakan sebagai indikator

degradasi komponen molekul (Kirby dkk., 1988).

Gelatinisasi, konversi pati mentah untuk dimasak

dan dicerna oleh aplikasi air dan panas, merupakan

salah satu efek penting dalam pemasakan ekstrusi

pada makanan yang memiliki komponen pati (Qing-Bo

et al., 2005). Air diserap dan terikat dengan

molekul pati dengan hasil perubahan dalam struktur

granula pati. Telah ditetapkan (Pomeranz, 1991;

Serigala dan Conan, 1971) bahwa protein merupakan

komponen yang paling reaktan dalam makanan . Di

antara sifat fungsional, daya ikat air penting

Page 44: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

karena ikatan hidrogen yang dibentuk antara air

dan residu kutub molekul proteinnya.

Viskositas

Viskositas pasta tergantung pada sebagian besar

pada derajat gelatinisasi dari granula pati dan

laju kerusakan molekul. Viskositas maksimum nilai

8,34 NSM-2 diamati untuk sampel 4 (10% komposisi

pakan / adonan, 30% kelembaban pakan/adonan dan

250 sekrup kecepatan), sedangkan yang paling

sedikit nilai 4,34 NSM-2 tercatat untuk titik

desain 7 mewakili komposisi umpan 30%, 20%

kelembaban bahan dan 250 rpm sekrup kecepatan .

Viskositas dipengaruhi oleh istilah linier secara

signifikan ( p <0,05 ) . Koefisien penentu

viskositas adalah R2 = 0,74 .

Peningkatan jumlah tepung kedelai dan

peningkatan kelembaban bahan menurunkan

viskositas ekstrudat . Tambahan dengan efek

ekstrusi , pengurangan viskositas mungkin

dikaitkan dengan tingkat tinggi minyak dari tepung

kedelai yang akibatnya menurunkan efek geser

sebagai hasil pelumasan di zona metering .

Kenaikan kelembaban di sisi lain , lebih lanjut

akan melumasi adonan yang mengarah ke efek geser

sedikit. Kelembaban rendah di bahan mungkin dapat

Page 45: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

meningkatkan kerusakan gesekan , terutama ketika

waktu tinggi karena kecepatan sekrup rendah.

Viskositas umumnya tergantung pada kelarutan dan

air memegang kapasitas serta struktur komponen

dalam sistem pangan . Profil Viskositas dapat

dianggap sebagai refleksi dari perubahan granular

dalam granula pati yang terjadi selama

gelatinisasi ( Thomas dan Atwell , 1997) .

Ekstrusi dapat menginduksi pati dextrinization

mengakibatkan pengurangan viskositas dalam gruels

dan bersamaan dengan peningkatan kepadatan kalori

dan nutrisi ( Jansen et al . , 1981) . Arambular

et al . ( 1998) melaporkan penurunan viskositas

jelas tepung jagung instan diekstrusi saat suhu

meningkat . Davidson et al . ( 1984) melaporkan

viskositas bahwa selama pemanasan dan siklus

pendinginan telah digunakan untuk

mengkarakterisasi perubahan produk yang diekstrusi

dalam berbagai penelitian . Karakteristik ini

dipengaruhi oleh modifikasi fisik struktur granula

serta perubahan struktur dari pati polimer .

Mereka lebih lanjut melaporkan bahwa ,

karakteristik dari kurva viskositas pasta secara

signifikan diubah oleh proses ekstrusi dengan

ekstrudat menunjukkan nilai rendah . Pelembe et al

. ( 2002) melaporkan bahwa , penurunan viskositas

Page 46: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

protein - sorgum - ekstrudat kacang tunggak bisa

bermanfaat untuk menyusui bayi .

Kepadatan nutrisi rendah pada sereal adalah

penyebab utama kekurangan gizi pada bayi di

Afrika , karena terbatasnya asupan gizi ( Da et al

. , 1982) . Hagenimana et al . ( 2006) ,

melaporkan bahwa viskositas nilai tepung beras

diekstrusi jauh kurang dibandingkan tepung beras

yang diproses , sesuai mereka tersebar di Micro

Visco Amylo Grafik ( MVAG ), menunjukkan bahwa

pati mereka sebagian telah pregelitinized dengan

proses ekstrusi . Mereka melaporkan bahwa

viskositas puncak ditunjukkan korelasi positif

tinggi dengan viskositas pasta panas dan

viskositas pasta dingin dengan r > 0,70 ( p < 0,01

) . Galatasaray dan Jackson (2005 ) melaporkan

bahwa selama ekstrusi pati jagung , pati

diekstrusi memiliki penyerapan air dan indeks

kelarutan air yang lebih tinggi, dan mereka

memiliki menurunkan profil viskositas

viscoamylograph cepat ketika dibandingkan dengan

pati mentah.

Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa

degradasi pati terjadi selama ekstrusi . Hal ini

menunjukkan bahwa degradasi pati dalam produk

diekstrusi adalah kemungkinan faktor penting

terkait profil viskositas rendah. Campuran pati

Page 47: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

mentah dan diekstrusi memiliki potensi aplikasi di

industri untuk sifat fungsional . Arambular et

al . ( 1998) melaporkan penurunan jelas viskositas

tepung jagung instan diekstrusi saat suhu

meningkat , meskipun suhu yang digunakan dalam

penelitian ini tidak bervariasi , namun dalam

rezim tinggi. Likimani et al . ( 1991) menunjukkan

bahwa degradasi ikatan molekul pati selama

ekstrusi dipengaruhi karakteristik dari produk

ekstrusi dan digunakan untuk mengkarakterisasi

parameter sasaran ( kelarutan dan viskositas ).

Sebagian tinggi ( kepadatan nutrisi rendah)

pada sereal penyapihan bubur merupakan penyebab

utama kekurangan gizi pada bayi di Afrika , karena

membatasi asupan gizi ( Da et al . , 1982) .

Peningkatan kecepatan sekrup (screw) menghasilkan

peningkatan energi input yang menyebabkan

peregangan fraktur matriks protein - protein ,

sehingga membuat produk kurang kental ketika

dilarutkan , kecepatan sekrup dari penelitian ini

dipengaruhi viskositas . Linkimani et al . ( 1991)

melaporkan bahwa ekstrusi diinduksi pati

dextrinization yang mengakibatkan pengurangan

viskositas dalam gruels dan bersamaan dengan

peningkatan kepadatan kalori dan nutrisi .

Adeyemi dan Beckley ( 1986) , melaporkan bahwa

tingkat tinggi kerusakan pati akan mengurangi

Page 48: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

viskositas maksimal tepung atau ' Ogi ' . pati

dextrinization selama ekstrusi , namun terjadi

terutama di bawah kondisi pengolahan suhu tinggi

dan kelembaban rendah ( Gomez dan Aguilera ,

1983 ) di mana efek geser yang signifikan. Umumnya

peningkatan penyerapan air ekstrudat sorgum adalah

dilaporkan oleh Gomez et al . ( 1988) .

Tanggapan fotografi ekstrudat

Pengaruh variabel ekstrusi (komposisi umpan,

umpan kelembaban dan kecepatan sekrup) dapat

dilihat seperti yang ditunjukkan pada Pelat 1-15.

Pengaruh variabel bebas terhadap rasio ekspansi

ekstrudat jelas. Hasil ditampilkan dalam foto-foto

menggambarkan perubahan terjadi selama ekstrusi

yang dipengaruhi oleh ekstrusi variabel.

Variabel dependen dan model prediksi mereka

Nilai eksperimental diperoleh bagi individu

tanggapan y untuk poin desain. Regresi koefisien

yang diperoleh dengan menggunakan sebuah kuadrat

teknik untuk memprediksi model polinomial kuadrat

untuk tanggapan Y. Model regresi kuadrat untuk

variabel dipengaruhi disajikan dalam persamaan, di

mana X1, X2, dan X3 adalah nilai-nilai kode untuk

komposisi umpan, kelembaban bahan dan tingkat

kecepatan sekrup, masing-masing. koefisien dengan

satu faktor merupakan efek dari faktor tertentu,

sedangkan koefisien dengan dua faktor dan mereka

Page 49: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dengan istilah urutan kedua mewakili masing-masing

interaksi antara dua faktor dan efek kuadrat,.

Tanda positif di depan istilah menunjukkan efek

sinergis, sedangkan tanda negatif menunjukkan efek

antagonis.

Kondisi optimum

Kombinasi yang optimal dari komposisi umpan

(17,7%), kelembaban umpan (27,3%) dan kecepatan

sekrup (161 rpm) mengakibatkan WAI optimal 4,6

gWater per g Sample. Semua variabel ekstrusi

berada dalam kisaran nilai-nilai eksperimental

dari variabel independen, maka persamaan respon

dipasang cukup untuk menggambarkan tanggapan dekat

titik stasioner. Kombinasi yang optimal antara

komposisi bahan (14,77% kedelai, kelembaban bahan

(15,23%) dan kecepatan sekrup (220 rpm)

mengakibatkan WSI optimal 6,15%. Kombinasi yang

optimal antara Komposisi bahan (46,97%),

kelembaban bahan (29,34%) dan rendahnya kecepatan

sekrup (174,52) menghasilkan viskositas optimal

4,58 Nsm-2.

Page 50: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

V. KESIMPULAN

1.Extruded 'fura' dihasilkan dari millet mutiara dan

campuran kedelai menggunakan ekstruder ulir

tunggal melalui eksperimen dirancang menggunakan

RSM. Keputusan untuk menambahkan tepung kedelai

pada adonan dan mengadopsi pengolahan ekstrusi

termotivasi oleh kebutuhan untuk meningkatkan

kandungan protein dan kualitas, keadaan fisik,

fungsi, keamanan, kehidupan rak- produk akhir. The

(RSM) adalah efektif dalam menjelaskan pengaruh

variabel proses (komposisi umpan, kelembaban umpan

Page 51: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

dan kecepatan sekrup) selama optimalisasi

penyerapan air, indeks kelarutan air dan

viskositas 'fura' dari millet / kedelai campuran

terigu selama ekstrusi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel yang signifikan pada

parameter sasaran. Pentingnya variabel proses pada

parameter sasaran dapat peringkat dalam urutan

sebagai berikut: Komposisi bahan (X1)> Moisture

bahan (X2)> Screw Kecepatan (X3). variabel respon

diprediksi dengan persamaan model dalam kondisi

optimum berada dalam perjanjian umum dengan data

eksperimen.

2. Hasil dari penelitian ini dapat diproyeksikan

untuk mengeksplorasi kemungkinan oleh prosesor

tertarik untuk prediksi efektif dari kondisi

proses yang dikenal untuk tujuan mencapai kualitas

produk yang diinginkan. Ekstrusi 'fura' merupakan

perbaikan besar pada produk tradisional yang

biasanya pada kadar air tinggi antara 60 - 75% dan

mudah memburuk pada penyimpanan pada suhu kamar.

Ekstrudat yang diperoleh dalam penelitian ini

memiliki kadar air kurang dari 7 g/100g dan tidak

akan membutuhkan Refigeration untuk penyimpanan.

3.Ekstrusi merupakan suatu proses dimana bahan

dipaksakan oleh sistem ulir untuk mengalir dalam

suatu ruangan yang sempit sehingga akan mengalami

pencampuran dan pemasakan sekaligus.

Page 52: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

4.Keuntungan menggunakan teknologi ekstrusi yaitu

produktivitas produk yang dihasilkan tinggi, biaya

operasional relatif murah, kualitas produk makanan

yang dihasilkan tinggi, efisien dalam penggunaan

energi, tidak menghasilkan limbah atau polutan.

5.Ekstruder adalah alat untuk melakukan proses

ekstrusi. Ekstruder dapat digolongkan berdasarkan

jumlah ulirnya menjadi dua kelompok, yaitu

ektruder berulir tunggal dan ekstruder berulir

ganda.

6.Ekstruder terdiri dari suatu ulir (sejenis ulir

bertekanan) yang menekan bahan baku sehingga

berubah menjadi bahan semi padat. Bahan tersebut

ditekan keluar melalui suatu lubang terbatas

(cetakan/die) pada ujung ulir. Jika bahan baku

tersebut mengalami pemanasan, maka proses ini

disebut pemasakan ekstrusi (ekstrusi panas)

7.Tahap – tahap ekstrusi yaitu tahap pra ekstrusi

terdiri dari blending ( pencampuran ), penambahan

air dan mixer, tahap kedua yaitu proses ekstrusi ,

dan tahap yang terakhir post ekstrusi

Page 53: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

DAFTAR PUSTAKA

Ang, H.G., W. L. Kwik, C.Y. Theng, K.K. Lim. 1984. HighProtein Extruded

Snackfood. Asean Protein Project Occasional PaperNo. 1. Singapore.

Badan Standardisasi Nasional. 2000. Makanan RinganEkstrudat. Standar

Nasional Indonesia 01-2886-2000 , Jakarta.Chang, Y.K., F. Martinez Bustos, H. Lara. 1998. Effect ofSome Extrusion

Variables on Rheological Properties and Physicochemical ChangesofCornmeal Extruded by Twin Screw Extruder. BrazilianJournal ofChemical Engineering, Volume 15, December 1998diambil dari

Page 54: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0104 66321998000400006,diakses pada hari Jumat 18 oktober 2013

Clextral. 2007. Twin Screw Extrusion. Clextral FAQ diambildari www.clextral.com/tools_FAQ.htm, diakses padahari Jumat 18 Oktober 2013

Frame, N.D. 1994. The Technology of Extrusion Cooking.Springer

Publisher,diambil darihttp://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=w6SrO7EI0gMC&oi=fnd&pg=PA1&dq=Frame+N.D,+extrusion&ots=FtvBJ2bZ6g&sig=mtLojB_XzwYgO1gzyDJp, diakses padahari Kamis 17 Oktober 2013

Holmes, Zoe Ann. 2007. Extrusion. Food Resource OregonState University

Website. U.S diambil darifood.oregonstate.edu/g/extrusion.html, diaksespada hari Kamis 17 Oktober 2013

Hudaya, Saripah. 1999. Modul Perkuliahan Teknologi PengolahanPangan.

Program Studi Teknologi Pangan, FakultasPertanian, UniversitasPadjadjaran. Jatinangor.

Hulya, Akdogan. 1999. High Moisture Food Extrusion.International Journal of

Food Science & Technology, Volume 34, June 1999,Blackwell Publishing diambil darihttp://www.ingentaconnect.com/content/bsc/ijfst /1999 /00000034/00000003/art00001, diaksespada hari Jumat 18 Oktober 2013

Janssen, Leon, P.B.M. 1978. Twin Screw Extrusion. ElsevierScientific Publishing

Company, Amsterdam.Linko, P., Y.Y.Linko, J. Olkku. 1982. Extrusion Cooking andBioconversions

dalam Ronald Jowitt (edt.). Extrusion CookingTechnology. ElsevierApplied Science Publishers , London.

Muchtadi, Tien R., Deddy Muchtadi, Dede R. A. 1993.Pengembangan Produk

Page 55: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Olahan Ikan Cucut Dari Bahan Dasar Hasil Pemasakan Ekstrusi.Penelitian LPPM IPB. Program Studi TeknologiPangan dan Gizi,FATETA, Institut Pertanian Bogor .

Nowjee, C. Nitin. 2004. Extrusion of Starch. Article onPersonal Website,

Department of Chemical Engineering, University ofCambridge. U.K.diambil dariwww.cheng.cam.ac.uk/research/groups/polymer/RMP/nitin/Extrusion.html, diakses pada hari Rabu 16 Oktober2013

Prepared Foods. 1993. A Formulation Guide to Extrusion.Magazine, June 1993

diambil darihttp://findarticles.com/p/articles/mi_m3289/is_n7_v162/ai_14172669, diakses pada hari Rabu 16 Oktober2013

Schaaf Technologie GmbH. 2007. Machine/Systems, Pre-ExtrusionSystems,

Extrusion Systems, Post Extrusion Systems, Special Accesories andMachines, Drying/Roasting Systems, Flavouring Systems diambildarihttp://www.schaaf-technologie.de/machines.html,diakses pada hari Minggu 6 Oktober 2013

Schlosburg, Joel. 2005. Twin-Screw Food Extrusion: Control CaseStudy. HowardP. Isermann Department of Chemicaland Biological Engineering,Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, New York .

van Zuilichem, D.J., W. Stolp, L.P.B.M Janssen. 1982.Engineering Aspects of

Single- and Twin-screw Extrusion-cooking of Biopolymers dalamRonaldJowitt (edt.). Extrusion Cooking Technology. ElsevierApplied SciencePublishers, London.

Yacu, Wakeed A. 2007. Food Extrusion Technology. CourseRegistration, dalam

Page 56: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

www.cfpa.com/pdf/2007/0689,C6-233,0709-303.pdf,diakses pada tanggalhari Sabtu 5 Oktober 2013

Hoseney RC, Faubion JM, Reddy VP .1992. Orgnolepticimplications of milled pearl millet pages 27-32 inutilization of sorghum and millets (Gumez MI,House LR, Rooney LW, Dendy DAV. (eds). Patancheru,A.P. 502 324, India: International Crops ResearchInstitute for the Semi-Arid Tropics.

Yeu K, Lee Y, Lee SY (2008). Consumer Acceptance of anExtruded Soy-Based High-Protein Breakfast Cereal.J. Food Sci., 73(1): S20- S25.

Iwe MO, Van Zauilichem DJ, Ngoody PO, Ariahu CC(2001). Residence Time Distribution in a Single-Screw Extruder Processing Soy- Sweet PotatoMixtures. Lwt., 34 (7).

Filli KB, Nkama I (2007). Hydration properties ofextruded fura from millet and legumes. Br. FoodJ., 109(1): 68-80.

Qing –Bo D, Ainsworth P, Tuker G, Marson H (2005). Theeffect of extrusion conditions on thephysicochemical properties and sensorycharacteristics of rice – based expanded snacks. J.Food Eng. 66: 284-289.

Kirby AR, Ollet AL, Parker R, Smith, AC (1988). Anexperimental study of screw configuration effectsin the twin-screw extrusion-cooking for maizegrits. J. Food Eng., 8: 247-272.

Binoy KG, Aaron JO, Gour SC (1996). Reverse screwElement(s) and Feed Composition effects duringTwin-Screw Extrusion of ice Flour and Fish MuscleBlends. J. Food Sci., 61(3): 590-595.

Pelembe LAM, Erasmus C, Taylor JRN (2002). Developmentof aProtein – rich Composite Sorghum – CowpeaInstant Porridge by Extrusion Cooking Process.Lebensm – Wiss. U. – Technol., 35: 120- 127.

Thomas DJ, Atwell WA (1997). Starches. Eagan PressHandbookSeries. Eagan Press, Minnesota, U. S. A.

Jansen GR, O’Deen L, Tribelhorn RE, Harper JM (1981).The Caloriedensities of gruels made from extrudedcorn-soy blends. Food Nutr. Bull., 3(I): 39

Page 57: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Yang S, Peng J, Lui W, Lin Jenshinn (2008). Effects ofadlay species and rice flour ratio on thephysicochemical properties and texturecharacteristic of adlay-based extrudates. J. FoodEng., (84): 489-494.

Yagci S, Gogus F (2008). Response Surface Methodologyfor Evaluation of Physical and FunctionalProperties of Exruded Snack Foods Developed fromFood – by – Products. J. Food Eng., (86) 122–132.

Singh B, Sekhon KS, Singh N (2007). Effects ofmoisture, temperature and level of pea grits onextrusion behavior and product characteristics ofrice. Food Chem., 110: 198-202

Mercier C, Feillet P (1975). Modification ofcarbohydrate components by extrusion-cooking ofcereal products. Cereal Chem., 52: 283-297.

Colonna P, Tayer J, Mercier C (1989). Extrusioncooking of starch and starchy products. In:Mercier C, Linco P, Harper JM (Eds) ExtrusionCooking. St Paul, MN:American Association ofCereal Chemists. pp. 247-319.

Chavan JK, Kadam SS (1989). Nutritional improvement ofCereals fermentation. Crit. Rev. Food Sci. Nutr.,28(5): 349-400.

Altan A, McCarthy KL, Maskan M (2008). Evaluation ossnack foods from barley – tomatopomace blends byextrusion processing. J. Food Eng., (84): 231–242.

Mezreb K, Goullieux A, Ralainirina R, Queneudec M(2003). Application of image analysis to measurescrew speed influence on physical properties ofcorn and wheat extrudates. J. Food Eng., 57: 145 -152.

Gomez MH, Aguilera, JM (1983). Changes in the starchfraction during extrusion-cooking of corn. J. FoodSci., 48: 378-831

Pomeranz Y (1991). Functional Properties of FoodComponents, 2nd Edition. Academic Press, Inc., NY.

Gonzalez-Hernandez J (1998). Milling and processingparameters for Corn Tortillas from Extrudedinstant Dry Masa flour. J. Food Sci., 63 (2): 338-341

Page 58: TUGAS TERSTRUKTUR DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN EKSTRUSI Oleh

Davidson VJ, Paton D, Diosady LL, Larocque G (1984).Degradation of wheat Starch in a single-screwextruder: Characteristics of extruded starchpolymers. J. Food Sci., 49: 453-458.

Adeyemi IA, Beckley O (1986). Effect of period of maizefermentation and souring on Chemical propertiesand amylograph pasting viscosity of Ogi. J. CerealSci., 4: 353.

Altan A, McCarthy KL, Maskan M (2008). Evaluation ossnack foods from barley – tomatopomace blends byextrusion processing. J. Food Eng., (84): 231–242.

Hagenimana A, Xiaolin-Ding, Tao-Fang (2006).Evaluation of rice flour modified by extrusioncooking. J. Cereal Sci., 43(1): 38-46

Likimani TA, Sofos JN, Maga JA, Harper JM (1991).Extrusion cooking of corn/soy bean mix is presenceof thermostable a-amylase. J. Food Sci., (56)1:99-105.