LAPORAN PENELITIAN KONSEP DIRI PADA KESENJANGAN SOSIAL di KALANGAN PELAJAR Laporan ini di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah APTL I Sesya Dias Mumpuni M.Pd Mukhamad Arif Rizqi 1114500026 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENELITIAN KONSEP DIRI
PADA KESENJANGAN SOSIAL di KALANGAN PELAJAR
Laporan ini di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
APTL I
Sesya Dias Mumpuni M.Pd
Mukhamad Arif Rizqi
1114500026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Pertama – tama mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat mengerjakan tugas
inin dengan lancer dan baik.
Kedua kalinya Sholawat dan Salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa ucapan terimakasih terhadap dosen
Pengampu dan teman mahasiswa yang telah membantu dalam proses
pengerjaannya.
Yang terakhir semoga Riset ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
memberikan pengetahuan baru tentang isinya. Kami membutuhkan saran dan
kritik yang membangun agar dalam pembuatan riset selanjutnya lebih baik lagi.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Tegal, 15 Juni 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai peristiwa tentang kesenjangan sosial pada jaman sekarang
sepertinya sudah tidak asing lagi terdengarr ditelinga kita, karena di lihat
dari kenyataannya banyak yang terjadi bahwa anak - anak ( pelajar ) dari
orang tua yang berpendidikan tinggi ataupun anak dari kalangan pejabat,
mengejek anak orang miskin tetapi mereka kebanyakan tidak memberikan
contoh yang baik bahwa mereka sendiri adalah keturunan atau bangsawan
orang yang berpendidikan lebih tinggi atau bisa dikatakan sebagai panutan
atau percontohan dari orang yang diawahnya. Bahkan sering kali mereka
melakukan perbuatan atau tindakan yang terduga sebelumnya, seperti
Tawuran, Perkelahian dan perasaan kecemasan, rasa takut yang ada pada
diri individu yang mengakibatkang kurang percaya diri di dalam jiwa diri
individu. Tidak hanya dilakukan oleh anak saja tetap orang tuannya juga
yang dikatakan orang baik bermaartabat, orang yang dicontoh., polisi,artis
dll yang notabenya mereka adalah orang baik, orang yang menjadi
panutan, orang yang di contoh terkadang mereka pula melakukan
perbuatan yang tidak selayaknya dilakukan orang bermartabat hanya krena
membela sang anak.
B. RUMUSAN MASALAHBagaimana deskripsi mengenai fenomena yang terjadi tentang KONSEP
DIRI KESENJANGAN SOSIAL Di KALANGAN PELAJAR
C. TUJUANMengetahui deskripsi mengenai fenomena yang terjadi tentang KONSEP
DIRI KESENJANGAN SOSIAL Di KALANGAN PELAJAR
BAB II
KAJIAN TEORI
I. DEFINISI VARIABEL / DESKRIPSI TEORITIK
Ketika melakukan penelitian dan kesimpulan atau hasilnya dijadikan
sebuah laporan menggunakan berbagai referensi dan teori yang digunakan atau
yang sesuai. Tetapi laporan kali ini penulisan menggunakan buku referensi dan
teori dari buku GERALD COREY ( 2009 ) karena referensi dan teori dalam
pengaplikasiannya sesuai dengan materi yang dibahas.
Dalam hal ini menerangkan bahwa konseli itu yang berperan
aktif bukan konselor, jika ada suatu masalah yang sedang diderita oleh
konseli, konseli tersebut di usahakan mempunyai solusi untuk
mengatasinya sendiri agar biisa mandiri, berkembang pemikirannya
dan tidak selalu bergantung pada konselor. Konselor dalam hal ini
Menurut Rogers yang dikutip oleh Gerald Corey menyebutkan bahwa terapi
client centered merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan
adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri
terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian
bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong
dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.
Cabell’s Directories of Publishing Opportunities, U.S.A.International Journal ofResearch in Social Scienceshttp://www.ijmra.us 89August 2012A Comparative Study of Self Confidence ofSingle Child and Child with SiblingDr. Manisha Goel*Preeti Aggarwal**
__________________________________________________________ABSTRACTSelf Confidence is one of the personality trait which is a composite of a person‟s thoughts and feelings, strivings and hopes, fears and fantasies, his view of what he is , what he has been, what he might become, and his attitudes pertaining to his worth. Self Confidence is a positive attitude of oneself towards one‟s self concept. It is an attribute of perceived self. Self Confidence refers to a person‟s perceived ability to tackle situations successfully without leaning on others and to have a positive selfevaluation. A self confident person perceives himself to be socially competent, emotionally mature, intellectually adequate, successful, satisfied, decisive, optimistic, independent, self reliant, selassured, forward moving, fairly assertive and having leadership qualities.So the concept of SelfConfidence enjoys important position in the theories of human behavior and personality and is regarded as a basic condition of human existence in modern day world by many thinkers
Key Words : Child with sibling, Single Child,Self Confidence,ASCI.
Associate Professor, Department of Management Studies, YMCA University of Science & Technology, Faridabad, Haryana (India).
Assistant Professor, Tusthi Global Academy, Ghaziabad.
International Journal of Research in Social Scienceshttp://www.ijmra.us 90 August20121. INTRODUCTIONConfidence is learned, it is not inherited. If you lack confidence, it probably means that, as a child, you were criticized, undermined, or suffered an explicable tragic loss, for which you either blamed yourself or were blamed by others. A lack of confidence isn‟t necessarily permanent but it can be if it isn‟t addressed. Our religion, the influence of the culture which formed our perspectives, our gender, social class and our parents, in particular, are all factors which influence and contribute to our level of confidence.Confident people have deep faith in their future and can accurately assess their capabilities. They also have a general sense of control in their lives and believe that, within reason, they will be able to do what they desire, plan and expect, no matter what the foreseeable obstacle. But this faith is guided by more realistic expectation so that, even when some of their goals are not met, those with confidence continue to be positive, to believe in themselves and to accept their current limitations with renewed energy. However, having high self confidence does not mean they will be able to do every thing they want. That view is unrealistic, one for the perfectionist. A desire to be good at every thing we do, in order to impress
others, stems from a competitive instinct and lack of personal reinforcement. Any truly successful life as both rewards and the ability to learn from any set backs, which increase our resilience, self belief and determination. Real confidence requires that we face the possibility of failure constantly and deal with it. However, if we consistently lose out on both achievement and validation, even our identy is called into question. Self Confidence is essentially an attitude which allows us to have a positive and realistic perceptionof ourselves and our abilities. It is characterized by personal attributes such as assertiveness, optimism, enthusiasm, affection, pride, independence, trust, the ability to handle criticism and emotional maturity.In the words of Basavanna(1975),“Self Confidence refers to an individual‟s perceived ability to act effectively in a situation to overcome obstacles and to get things go all right.”Having self confidence does not mean that individuals will be able to do everything. Self confident people may have expectations that are not realistic. However, even when some of their expectations are not met, they continue to be positive and to accept themselves.People who are not self confident tend to depend excessively on the approval of others in order to feel good about them. As a result, they tend to avoid taking risk because they fear failure. They
International Journal of Research in Social Scienceshttp://www.ijmra.us91August2012generally do not expect to be successful. They often put themselves down and tend to discount or ignore complements paid to them. By contrast, Self Confident people are willing to risk the disapproval of others because they generally trust their own abilities. They tend to accept themselves; they don‟t feel they have to confirm in order to be accepted.
Self Confidence is not necessarily a general characteristicwhich pervades all aspects of a person‟s life. Typically, individuals will have some areas of their lives where they feel quite confident, e.g. academics, athletics, while at the same time they do not feel at all confident in other areas, e.g. personal appearance, social relationships.Many factors affect the development of self-confidence. Parents‟ attitudes are crucial to children‟s feelings about themselves, particularly in children‟s early years. When parents provide acceptance, children receive a solid foundation for good feelings about themselves. If one or both parents are excessively critical or demanding, or if they are overprotective and discourage moves toward independence, children may come to believe they are incapable, inadequate or inferior. However, if parents encourage children‟s move toward self reliance and accept and love their children when they make mistakes, children will learn to accept themselves and will be on their way to developing self-confidence.Surprisingly, lack of self-confidence is not necessarily related to lack of ability. Instead it is often the result of focusing too much on the unrealistic expectations or standards of others, especially parents and society. Friends‟ influences can be as powerful as of parents and societ
y in shaping feelings about one‟s self. Students in their teens re-examine values and develop their own identities and thus are particularly vulnerable to the influence of their peer group.2. LITERATURE REVIEWMany studies have been conducted in the areaof child development. Some of the studies havebeen mentioned here.Chowdhury Aparajita & Muni, Anita Kumari (1995) in their study about „Role of parental support in children need satisfaction and academic achievement‟, found that need satisfied by parents was much more than need satisfied by outside family members. With regards to academic it was found from the academic marks of the children that the average ranging (40-60) students were getting more parental support.
International Journal of Research in Social Scienceshttp://www.ijmra.us92August2012Feldman (2006), in his article, „Discovering the life span‟, writes that, during middle childhood, children spend less time with their parents. Sibling becomes an important influencing force, for good and for bad. Although brothers and sister can provide support, companionship, and security,they can also be a source of strife. Sibling rivalry can occur, especially when the siblings are the same sex and similar in age. He further in his article views with disproving the stereotype that only-children are spoiled and self-centred, they are as well adjusted as children with brothers and sisters. In fact, in some ways, only
-children are better adjusted, with higher self-esteem and stronger motivation to achieve. The time alone also gives children a chance to focus on homework and school or personal projects.Heidi Riggio(1999),"Personality and social skill differences between adults with and without siblings," tried to put an end to some of the only child misconceptions and negativism in her work on the importance of family structure for personalitydevelopment. She looked at core personality traits and social skillsincluding the ability to express feelings, to interpret verbal andnonverbal communication,to control emotions and social sensitivity, among other traits generally thought to benefit children who have siblings. Riggio explainedthat the common thinking is only children "may experience social-skill
deficits because of a lack ofsiblingrelationships during key developmental periods."Riggio found that adult only children are quite the opposite of the lonely stereotype: They did not differ in social skills from those children with siblings. In fact, the two groups were "remarkably" similar. In other words, singletons turn out as socially competent as children with siblings-they make friends as easily as their peers with siblings.Lazarus And Alfert(1972) pointedout that thedifferences in defensive personality disposition may lead to differentreaction to stressful conditions. In a study of personality differences in defensive personality disposition may lead to differences in reactions to stressful conditions. In a study of personality differences between reactions to vicariously experienced threat and to direct threat Alfert (1967) has obtained definite clusters of personality dimensions as self confidence, intro
version, extroversion, dominance, sociability, impulse control & was highly active.
JURNAL PSIKOLOGI
2003, NO. 2, 67 – 71
ISSN : 0215 - 8884
KEPERCAYAAN DIRI DAN KECEMASAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA
Siska, Sudardjo & Esti Hayu Purnamaningsih
Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
The main problem in interpersonal communication anxiety is there are
feeling of worried another respons or jugdment for her or him about something
that sent and how she was send. Dependability for others judgment is one of
characteristics from low self confidence.
The purpose of the study was to see the relation between self confidence
and interpersonal communication anxiety and differences between communication
anxiety at male and female students.
The subjects of this study were 61 female and 57 male students from
Economic Faculty of UKRIM at Yogyakarta. The hypothesis were: 1. There is a
negatif correlation between self confidence and interpersonal communication
anxiety, 2. There is a difference communications anxiety between male and
female studens. The first and the second hypothesis has analysed by Pearson's
product moment correlation and by t test respectivelly. Data were gethered by
Self confidence scale modification from Lauster (1978) and interpersonal
communication anxiety scale modification from Syarani (1995).
The result showed there was significant negatif correlation between self
confidence and interpersonal communication anxiety (r = - 0,725 ; p < 0,01) and
the t test showed a value of r = -0,678 and p > 0.05. From the values above, it
could be concluded that there was no differences of interpersonal
communication axxiety in male and female students.
Kemampuan untuk dapat berkomunikasi
secara efektif sangat dituntut pada
mahasiswa calon pemimpin bangsa dan
intelektual muda. Berbeda dengan masa
selama menjadi siswa, di tingkat Perguruan
Tinggi mahasiswa dihadapkan pada situasi
belajar yang menuntut mereka lebih
mandiri, aktif, dan berinisiatif dalam mencari
informasi. Semua ini untuk mempersiapkan
mahasiswa menjadi pribadi yang
mandiri dan inovatif ketika terjun ke
masyarakat mengabdikan ilmunya.
Pada kenyataannya ada mahasiswa
yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang lain (komunikasi
interpersonal), baik dalam proses belajar di
kelas maupun dalam suasana informal di
luar kelas. Salah satu kemungkinan besar
SISKA, SUDARDJO & PURNAMANINGSIH
ISSN : 0215 - 8884
68
yang menjadi penyebab terjadinya
kesulitan komunikasi interpersonal adalah
adanya kecemasan diantaranya adalah rasa
takut menerima tanggapan atau penilaian
negatif dari komunikan atau orang yang
menerima pesan.
Rakhmat (1986) mengatakan bila orang
merasa rendah diri, ia akan mengalami
kesulitan untuk mengkomunikasikan
gagasannya pada orang yang dihormatinya
dan takut berbicara didepan umum karena
takut orang lain menyalahkannya. Hal ini
sesuai dengan yang diutarakan oleh Heider
(1958), bahwa kemampuan seseorang,
termasuk kemampuan komunikasi, tidak
hanya ditentukan oleh masalah fisik &
ketrampilan saja, tetapi juga dipengaruhi
oleh kepercayaan diri. Sementara banyak
penelitian menunjukkan adanya perbedaan
kepercayaan diri antara laki-laki dan
perempuan, dimana laki-laki lebih percaya
diri dari pada perempuan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara
kepercayaan diri dengan kecemasan
komunikasi interpersonal pada mahasiswa,
dan mengetahui apakah ada perbedaan
kecemasan komunikasi interpersonal antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Komunikasi merupakan kebutuhan
manusia yang sangat penting, karena
merupakan satu-satunya cara bagi manusia
untuk bisa mengenal dirinya dan dunia di
luar dirinya (Taylor dkk 1986). Jika
seseorang melakukan komunikasi, berarti
sedang melakukan kesamaan (commones)
dengan orang lain tentang suatu informasi,
gagasan atau sikap dengan orang lain.
Karena pada hakekatnya adalah membuat
si penerima & si pemberi sama-sama
"sesuai" untuk suatu pesan (Schram dalam
Onong,1973).
Taylor dkk (1986), mengungkapkan
bahwa komunikasi interpersonal terjadi
ketika seseorang berkomunikasi secara
langsung dengan orang lain dalam situasi
One-to-one atau dalam kelompokkelompok
kecil
Penelitian pada mahasiswa yang
dilakukan oleh Utami dan Prawitasari
(1991) mengenai efektivitas relaksasi dan
terapi kognitif dalam usaha untuk
mengurangi kecemasan komunikasi pada
mahasiswa, menunjukkan bahwa fenomena
kecemasan komunikasi memang tampak di
kalangan mahasiswa.
Menurut Buklew (1980) tanda-tanda
kecemasan bisa dilihat dari dua sisi, yaitu:
a. Tingkat psikologis, seperti tegang,
bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi,
dll
b. Tingkat fisiologis, yaitu kecemasan
yang sudah mempengaruhi fisik,
terutama fungsi sistem syaraf seperti
sukar tidur, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sering gemetar dan perut
mual.
Dalam kaitannya dengan jenis kelamin,
Myers (1983) mengatakan bahwa perempuan
lebih cemas akan ketidakmampuannya
dibanding dengan laki-laki. Lakilaki
lebih aktif, eksploratif, sedangkan
perempuan lebih sensitif. Menurut Morris
(dalam Leavy, 1983), sifat sensitif pada
perempuan membuat dirinya lebih mudah
dipengaruhi rasa khawatir akan efek-efek
yang timbul dalam hubungan interpersonal.
Kepercayaan diri merupakan suatu
keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa
dirinya mampu berperilaku seperti yang
dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti
yang diharapkan (Bandura, 1977). Lauster
(1978), mengungkapkan ciri-ciri orang
KEPERCAYAAN DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL …
ISSN : 0215 - 8884
69
yang percaya diri adalah: mandiri, tidak
mementingkan diri sendiri, cukup toleran,
ambisius, optimis, tidak pemalu, yakin
dengan pendapatnya sendiri dan tidak
berlebihan. Sementara itu Taylor dkk
(1986) mengatakan bahwa orang yang
percaya diri memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri.
Meskipun kepercayaan diri diidentikan
dengan kemandirian, orang yang kepercayaan
dirinya tinggi umumnya lebih
mudah terlibat secara pribadi dengan orang
lain dan lebih berhasil dalam hubungan
interpersonal (Goodstadt & Kipnir, dalam
Bunker dkk, 1983). Menurut Lauster
(1978), rasa percaya diri bukan merupakan
sifat yang diturunkan (bawaan) melainkan
diperoleh dari pengalaman hidup, serta
dapat diajarkan dan ditanamkan melalui
pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu
dapat dilakukan guna membentuk dan
meningkatkan rasa percaya diri. Dengan
demikian kepercayaaan diri terbentuk dan
berkembang melalui proses belajar di
dalam interaksi seseorang dengan
lingkungannya.
Permasalahan utama dalam kecemasan
komunikasi interpersonal adalah adanya
rasa khawatir tentang respon atau penilaian
orang lain terhadap dirinya, yaitu mengenai
apa yang disampaikannya dan bagaimana
ia menyampaikannya. Ketergantungan
terhadap penilaian orang lain ini
merupakan salah satu ciri dari orang yang
kurang percaya diri (Lauster, 1978).
Menurut Krech (1962), bagaimana cara
seseorang menghadapi orang lain
dipengaruhi oleh bagaimana ia memandang
dirinya. Respon-respon interpersonal
seseorang sering merupakan refleksi dari
kognisinya terhadap diri sendiri.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada korelasi negatif antara kepercayaan
diri dengan kecemasan komunikasi
interpersonal pada mahasiswa.
2. Ada perbedaan tingkat kecemasan
komunikasi interpersonal antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Mahasiswa perempuan lebih tinggi
kecemasannya dibanding mahasiswa
laki-laki.
METODE
Variabel-variabel dalam penelitian ini
adalah:
Variabel bebas : Kepercayaan diri
Variabel tergantung : Kecemasan komunikasi
interpersonal
Variabel moderator : Jenis kelamin
Subjek penelitian adalah mahasiswa
Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Imanuel
(UKRIM) Yogyakarta. Jumlah subjek 118
orang, terdiri dari 61 orang mahasiswi dan
57 orang mahasiswa.
Data dikumpulkan dengan menggunakan
dua (2) skala, yaitu Skala Kepercayaan
Diri yang terdiri dari 43 aitem, yang
merupakan modifikasi dari The Test of Self
Confidence yang disusun oleh Peter
Lauster (1978), dan Skala Kecemasan
Komunikasi Interpersonal yang terdiri dari
57 aitem, dimodifikasi dari skala yang
disusun oleh Syarani (1995) berdasarkan
aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan
oleh Sue (1986).
Data dianalisis dengan menggunakan
korelasi moment tangkar dan uji t, dengan
SISKA, SUDARDJO & PURNAMANINGSIH
ISSN : 0215 - 8884
70
bantuan Seri Program Statistik (SPS) edisi
Sutrisno Hadi dan Seno Pamardiyanto.
HASIL PENELITIAN
Analisis terhadap data penelitian
menghasilkan koefisien korelasi sebesar -
0,725 dengan p < 0,01 yang berarti ada
hubungan negatif yang signifikan antara
kepercayaan diri dengan kecemasan
komunikasi interpersonal. Berarti semakin
tinggi kepercayaan diri, maka semakin
rendah kecemasan komunikasi interpersonalnya,
begitu pula sebaliknya. Sementara
dari uji t diperoleh hasil sebesar - 0,678
dengan p>0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan kecemasan komunikasi interpersonal
yang signifikan antara subjek
perempuan dan laki-laki.
PEMBAHASAN
Diterimanya hipotesis yang diajukan
menguatkan pendapat beberapa ahli bahwa
salah satu penyebab kecemasan berkomunikasi
adalah keraguan terhadap kemampuan
diri sendiri (Taylor dkk, 1986 & Rakhmat,
1986). Penelitian yang dilakukan oleh
Utami dan Prawitasari (1991), menunjukkan
bahwa terapi kognitif efektif untuk
mengurangi kecemasan berbicara di muka
umum. Dalam terapi kognitif ini yang
dilakukan adalah usaha-usaha untuk
mengubah penilaian negatif dan irasional
subjek terhadap dirinya, menjadi penilaian
positif dan rasional. Dari si dapat
disimpulkan bahwa penyebab kecemasan
berbicara di muka umum adalah pikiranpikiran
negatif bahwa dirinya tidak mampu,
tidak akan berhasil, dan akan dinilai negatif
oleh orang lain. Bisa dikatakan bahwa
semua ini berawal dari kurangnya rasa
percaya diri subjek.
Kepercayaan diri memberikan
sumbangan efektif sebesar 52,6 % terhadap
kecemasan komunikasi interpersonal,
sementara sisanya 47,4 % ditentukan oleh
faktor lain di luar kepercayaan diri, seperti
ketrampilan berkomunikasi, situasi,
pengalaman kegagalan atau kesuksesan
dalam komunikasi interpersonal, dan
predisposisi genetik.
Hasil uji t menunjukkan tidak ada
perbedaan kecemasan komunikasi antara
subjek laki-laki dan perempuan.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh faktor lingkungan.
Fakta yang bisa dilihat pada lingkungan
subjek penelitian yaitu di kampus, tidak
menunjukkan adanya perbedaan perlakuan
terhadap laki-laki dan perempuan. Selain
itu model pendidikan dalam keluarga saat
ini sudah mulai berubah, dimana tidak
menonjol lagi diskriminasi perlakuan
terhadap laki-laki dan perempuan, sehingga
kedua-duanya dapat mengaktualisasikan
dirinya dengan leluasa.
Dalam penelitian ini diperoleh rerata
empirik kecemasan komunikasi sebesar
144,542 sedangkan rerata hipotetik sebesar
171. hal ini menunjukkan bahwa
kecemasan komunikasi subjek cenderung
rendah. Kondisi seperti ini akan memberi
pengaruh positif bagi pengembangan diri
mahasiswa. Karena kecemasan komunikasi
tidak lagi menjadi penghambat dalam
mencari informasi, merundingkan sesuatu
atau dalam kerjasama. Selain itu diperoleh
rerata empirik kepercayaan diri subjek
sebesar 148,499, dan rerata hipotetiknya
129. hal ini menunjukkan kepercayaan diri
subjek cukup baik. Hal ini merupakan
potensi yang berharga mengingat pendapat
beberapa ahli bahwa kepercayaan diri
merupakan prediktor yang akurat bagi
KEPERCAYAAN DIRI DAN KECEMASAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL …
ISSN : 0215 - 8884
71
keberhasilan seseorang, disamping kemampuan
dan ketrampilan yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A.,1977, Social Learning Theory,
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Buklew,J., 1980, Paradigm for Psychopathology.
A Contribution to Case
History Analysis, New York: J.B.
Lippencott Company
Bunker,B.B., Major,B., & Instone,D.,
1983, Gender, Self Confidence, and
Influence Strategies: An Organizational
Simulation, Journal of Personality
and Social Psychology, Volume 44, No
2,322-333, USA: APA Inc.
Heider,F., 1958, The Psychology of
Interpersonal Relations, New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Krech,D., Crutchfield, R,S., & Ballachey,
E.L., 1962, Individual in Society: Mc
Graw-Hill Inc.
Lauster,P., 1978, The Personality Test,
London: Pan Books
Myers,E.G., Social Psychology, Tokyo: Mc
Graw-Hill
Onong, E.U., 1973, Komunikasi dan
Modernisasi, Bandung: Alumni.
Rakhmat,J., 1986, Psikologi Komunikasi,
Bandung: Remaja Karya
Sue, D., & Sue,S., 1986, Understanding
Abnormal Behavior, Boston: Houghton
Mifflin Company
Syarani,D., 1995, Perilaku Asertif dan
Kecemasan Komunikasi Interpersonal,
Fakultas Psikologi UGM, Skripsi, tidak
diterbitkan.
mellya haryati Rabu, 31 Desember 2014Model Pelaksanaan Pendekatan Client-Centered
o ▼ Desember (7) PENDEKATAN LINTAS BUDAYA DALAM BIMBINGAN DAN
KONSE... model konseling Rasional Emotive Model Pelaksanaan Pendekatan Client-Centered MODEL PELAKSANAAN KONSELING EGO KONDISI INTI KETERAMPILAN KONSELING TITIK SINGGUNG ANTARA KESEHATAN MENTAL, TASAWUF, D... PSIKOTERAPI DALAM PSIKOLOGI ISLAM