ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS KACANG EDAMAME (Studi Kasus di Kabupaten Jember) Rantai Nilai Dalam Sektor Pertanian Dosen : Dr. Ir. Sukardi, MM Disusun Oleh : Ali Murtado P056111713.EK10 Dian Widi Prasetyo P056111773.EK10 Dyah Kusuma Wardani P056111793.EK10 Edi Sucipto P056111803.EK10 Ujang Tri Cahyono P056111963.EK10 0
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS KACANG EDAMAME (Studi Kasus di Kabupaten
Jember)
Rantai Nilai Dalam Sektor Pertanian
Dosen :Dr. Ir. Sukardi, MM
Disusun Oleh :
Ali Murtado P056111713.EK10Dian Widi Prasetyo P056111773.EK10Dyah Kusuma Wardani P056111793.EK10Edi Sucipto P056111803.EK10Ujang Tri Cahyono P056111963.EK10
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER MANAJEMEN TERAPAN AGRIBISNIS
MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGORDUAL MODE SYSTEM
DENGAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013
0
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sejak terjadi krisis ekonomi, sosial dan politik pada tahun 1997 yang
dialami bangsa Indonesia membuat masyarakat terpuruk dan makin miskin.
Kondisi demikian menyadarkan bahwa berbagai kebijakan dan program
pembangunan selama ini belum mampu secara tuntas menyelesaikan masalah
kemiskinan terbukti dan sangat rentannya terhadap krisis ekonomi, sosial dan
politik. Permasalahan masyarakat berasal dari faktor internal yaitu dipengaruhi
oleh faktor yang ada pada individu, keluarga atau komunitas masyarakat miskin
itu sendiri, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya tingkat
pendapatan. Faktor eksternal yaitu dipengaruhi oleh kebijakan global seperti
sosial, politik, hukum dan ekonomi. Dampak kemiskinan akan menimbulkan
permasalahan besar jika tidak ditanggulangi, seperti menurunnya kualitas sumber
daya manusia, munculnya ketimpangan dan kecemburuan sosial, terganggunya
stabilitas sosial, meningkatnya angka kriminalitas dan dampak sosial lainnya.
Hanya saja dari peristiwa tersebut memunculkan fakta bahwasanya pertanian
sebagai sektor yang mampu menopang perekenonomian nasional dan daerah.
Sehingga perlunya pengembangan dibidang ini secara maksimal dan strategis
untuk kedepannya karena sektor pertanian membuktikan dirinya sebagai sektor
yang tahan terhadap krisis perekonomian dan merupakan aset kekayaan dasar bagi
kesejahteraan masyarakat dan kegiatan pembangunan perekonomian secara
keseluruhan.
Pembangunan perekonomian di Indonesia masih sangat bergantung pada
sektor pertanian, karena sektor pertanian mampu memberikan sumbangan yang
sangat besar terhadap pendapatan nasional terutama dalam menyediakan lapangan
pekerjaan dan penyediaan bahan pangan. Selain itu, resources based negara
Indonesia memang terletak terletak pada sektor-sektor primer (termasuk pertanian
dalam arti luas), baik dari sisi kelimpahan potensi sumber daya alam maupun
besarnya potensi yang dimilkinya. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus
1
tetap mengembangkan sektor pertanian karena memiliki pernan penting dalam
menghasilkan bahan makanan, penghasil devisa, memberikan dampak yang
lainnya.
Visi pengembangan pertanian masa depan haruslah bertumpu kebijakan
pembangunan nasional yang ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan pertanian saat ini
adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan.
Sehingga diharapkan ke depan dapat tercipta suatu inovasi yang dapat
dikembangkan dan diusahakan oleh masyarakat dalam menciptakan nilai tambah
pada produk pertanian guna memperoleh daya saing.
Tabel 1. 1 Struktur PDB (Produk Domestik Bruto) Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2010-2012 (persen)
Sumber : BPS (2012)
Sejalan dengan itu, sektor pertanian pun masih menjadi salah satu sektor
strategis delam perekenomian Indonesia, ini ditunjukkan oleh kontribusinya
terhadap PDB nasional seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. 1 Kontribusi sektor
pertanian dalam jangja waktu 2010-2012 adalah sebesar 14-15 % dari total PDB
nasional. Angka tersebut tergolong besar karena masuk dalam 2 besar
penyumbang PDB nasional dibawah sektor industri pengolahan sebesar 23,94 %.
Akan tetapi, secara pertumbuhan antara 2010 sampai dengan 2012, sektor
pertanian mengalami trend penurunan sebesar 5,56 %.
2
Peluang untuk memajukan ekonomi yang berbasis kerakyatan tersebut
(dalam hal ini pertanian) didukung oleh pemerintah Indonesia sebagai negara
agraris dan yang memiliki keragaman hayati yang melimpah. Hal ini disebabkan
karena kompetisi dalam dunia bisnis menjadi semakin tajam. Konsumen yang
merupakan orientasi dalam suatu bisnis merupakan kunci utama dalam
memenangkan persaingan ini. Selain itu, sisi kritis yang dimiliki oleh konsumen
juga menjadi bahan pertimbangan yang harus dipenuhi oleh masing-masing
produsen. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan-terobosan yang terbaru guna
memperbaharui sesuatu yang dianggap masih kurang dalam pelaksanannya.
Dari sekian banyak kota-kota yang merupakan lumbung komoditas
pertanian di Indonesia, Kabupaten Jember adalah salah satu yang patut
diperhitungkan dalam komoditas pertanian. Kabupaten Jember adalah kabupaten
yang dijuluki dengan kota pertanian karena potensinya akan bidang ini
dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain. Tembakau, kopi, kakao, buah
naga, dan padi adalah komoditas unggulan yang dihasilkan oleh kabupaten
Jember, tak terkecuali komoditas kacang kedelai edamame. Komoditas yang satu
ini sudah menembus pasar ekspor utama pada negara asal kacang ini, Jepang.
Adanya kesempatan tujuan ekspor keluar negeri ini akan membuka lebar-lebar
kesempatan bagi pengusaha-pengusaha untuk tetap menggenjot produksi
komoditas ini.
Saat ini, pengembangan edamame secara besar-besaran di Jember hanya
dilakukan oleh beberapa pengusaha dan perusahaan saja. Salah satu perusahaan
yang mengembangkan budi daya kacang kedelai edamame melalui skala besar
adalah PT Mitra Tani Dua Tujuh. Pengembangan yang dilakukan perusahaan ini
melibatkan petani disekitarnya.
Edamame merupakan kedelai asal Jepang yang sangat dikenal di Indonesia.
Bentuk tanaman, biji, dan polongnya lebih besar daripada kedelai biasa. Di
Indonesia, edamame merupakan produk andalan, terutama di daerah Jember.
Syarat tumbuh edamame ini adalah hawa yang cukup panas dengan curah hujan
relatif tinggi. Sehingga edamame sangat cocok ditanam di Indonesia yang
beriklim tropis. Edamame pada umumnya diolah menjadi camilan, namun bisa
3
juga dijadikan sebagai bahan sayuran. PT. Mitra Tani 27 mencoba untuk mencari
terobosan baru yaitu dengan mengolah edamame menjadi edamame beku siap
makan. Pasar utama edamame beku ini selain pasar domestik adalah Jepang dan
Amerika. Permintaan mereka akan edamame beku maupun segar sangat besar,
tetapi Indonesia belum mampu memenuhi semua permintaan pasar luar negeri
tersebut.
Dengan tuntutan yang berasal dari konsumen yang semakin kompleks pada
produk yang diproduksi oleh PT. Mitra Tani 27 maka perlu adanya bagaimana
refleksi dan potensi yang dimiliki oleh perusahaan ini guna memberikan nilai
tambah pada barang yang diproduksi sesuai dengan tuntutan dari konsumen.
Berdasarkan masalah di atas, berencana mengangkat bagaimana potensi dan
rantai nilai komoditas kacang kedelai edamame di kabupaten Jember serta apa-apa
saja faktor dominan yang berpengaruh pada masalah ini. “Analisis Rantai Nilai
Komoditas Kacang Edamame (Studi Kasus di Kabupaten Jember)” adalah judul
yang akan coba penulis angkat sebagai judul tesis.
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, berikut adalah rumusan
permasalahan yang akan dikaji antara lain:
1. Bagaimana rantai nilai komoditas kacang edamame di kabupaten Jember?
2. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari komoditas kacang edamame di
kabupaten Jember?
3. Apa yang menjadi tantangan dan bagaimana solusinya dalam rantai nilai
komoditas kacang edamame?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Menganalis rantai nilai komoditas kacang edamame di kabupaten Jember,
2. Memetakan rantai nilai komoditas kacang edamame di kabupaten Jember,
3. Menganalisis permasalahan dan merumuskan solusi dalam mengatasi
permasalah komoditas kacang edamame, dan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Strategi Bersaing
Strategi bersaing adalah kombinasi antara tujuan yang diperjuangkan oleh
perusahaan dengan kebijaksanaan atau alat dimana perusahaan berusaha sampai
kesana. Produk yang dihasilkan oleh masing – masing perusahaan tidaklah sama,
maka konsumen dan para pengelola secara sendiri – sendiri mempunyai kekuatan
yang cukup untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran. Oleh sebab itu,
pengelola dituntut kepiawaiannya dalam mempengaruhi dan membuktikan kepada
konsumen tentang keistimewaan produknya sehingga tetap unggul dalam
persaingan. Semakin tinggi tingkat persaingan, meningkatnya kompleksitas pasar
dan konsumen yang mulai kritis akan pasar, mengakibatkan kegiatan pemasaran
perlu dilakukan dengan profesional dan agresif. Dengan pemasaran yang baik,
maka akan diperoleh strategi bersaing yang baik.
Perumusan strategi bersaing harus mempertimbangkan empat faktor utama
yang menentukan batas-batas yang dapat dicapai oleh perusahaan agar berhasil,
antara lain :
1. Kekuatan dan kelemahan perusahaan merupakan profil dari kekayaan
dan keterampilannya relatif terhadap pesaing yang meliputi sumber daya
keuangan, posisi teknologi, identifikasi merek, dan lain-lain.
2. Nilai-nilai pribadi dari organisasi, merupakan motivasi dan kebutuhan
para eksekutif kunci dan personal lain yang harus menerapkan strategi
yang sudah dipilih
3. Peluang dan ancaman industri dan lingkungan persaingan, dengan resiko
serta imbalan potensial yang menyertainya
4. Harapan masyarakat, mencerminkan dampak dari hal-hal seperti
kebijakan pemerintah, kepentingan sosial, adat istiadat yang berkembang
dan banyak lagi yang lain terhadap perusahaan.
5
Pilihan strategi bersaing didasarkan pada keunggulan kompetitif yang dapat
dikembangkan oleh organisasi. Keunggulan kompetitif akan timbul dengan cara
memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh pesaing lainnya.
2. 2 Value Chain
2. 2. 1 Pengertian Value Chain
Menurut Kaplinsky dan Morris (2001) rantai nilaiatau value chain
menggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk membawa produk atau
layanan dari konsepsi, melalui berbagai tahapan produksi (melibatkan kombinasi
transformasi fisik dan masukan dari berbagai layanan produser), pengiriman ke
konsumen akhir, dan pembuangan akhir setelah digunakan. Dalam rantai ini ada
rentang kegiatan dalam setiap elemen. Meskipun sering digambarkan sebagai
rantai vertikal, hubungan intra-rantai yang paling sering bersifat dua arah -
misalnya, lembaga desain khusus yang tidak hanya mempengaruhi sifat dari
proses produksi dan pemasaran, tetapi pada gilirannya dipengaruhi oleh kendala
dalam elemen hilir dalam rantai.
Menurut Barnes (2004), value chain adalah sebuah aliansi perusahaan
berkolaborasi secara vertikal untuk mencapai posisi yang lebih menguntungkan di
pasar. Karakteristik dasar dari sebuah rantai nilai adalah kolaborasi fokus ke
pasar: perusahaan bisnis yang berbeda bekerja sama untuk memproduksi dan
memasarkan produk dan jasa secara efektif dan efisien. Rantai nilai
memungkinkan perusahaan untuk merespon pasar dengan menghubungkan
kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran untuk permintaan pasar.Vertikal
sejajar berarti bahwa perusahaan yang terhubung dari satu ujung proses produksi
primer (misalnya, bidang petani), melalui pengolahan, dan mungkin ke tahap
pemasaran akhir di mana konsumen membeli produk jadi. Pada setiap tahap
produk meningkatnya nilai.
Selanjutnya Porter (1985) menjelaskan, analisis value chain merupakan alat
analis yang digunakan untuk memahamikeunggulan kompetitif, untuk
mengidentifikasi aspek peningkatanvalue pelanggan atau penurunan biaya, dan
untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan
6
pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.Tujuan dari
analisis value chain adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap value chain di
mana perusahaan dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk
menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan nilai tambah (Value added)
dapat membuat perusahaan lebih kompetitif.
2. 2. 2 Konsep Value Chain
Value Chain adalah model yang digunakan untuk membantu menganalisa
aktifitas-aktifitas spesifik bisnis yang terjadi, yang dapat menciptakan nilai dan
keuntungan kompetitif bagi organisasi. Analisa yang dilakukan berdasarkan
efisiensi dan efektifitas. Tiap langkah yang diambil pada suatu segmen, akan
berdampak pada keseluruhan proses. Jadi dapat dikatakan bahwa semua segmen
saling bergantungan.
Analisis value chain sejatinya merupakan sebuah analisa untuk
mengidentifikasi rantai proses apa yang paling memberikan value dalam seluruh
proses organisasi. Dalam contoh yang simpel, bisa mengatakan bahwa dalam
bisnis rumah makan, maka rantai proses yang paling memberikan nilai adalah
proses pembelian bahan baku dan proses pemasakan oleh para koki. Sementara
dalam industri kreatif clothing, maka key value chain ada dalam proses desain dan
proses penjahitan/pembuatan busana.
Value chain mengidentifikasikan dan menghubungkan berbagai aktivitas
stratejik di perusahaan. Sifat value chain tergantung pada sifat industri dan
berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang
tidak berorientasi pada laba. Tujuan dari analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan dapat meningkatkan
value untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Penurunan biaya atau
peningkatan nilai tambah (value added) dapat membuat perusahaan lebih
kompetitif.
Dalam bisnis perbankan, value chain yang amat penting adalah pada sisi
penggalangan dana dan penyaluran kredit. Dalam industri manufakturing, tentu
saja yang paling penting adalah pada mata rantai proses procurement bahan baku,
7
proses produksi dan quality assurance. Dalam organisasi yang sekarang, proses
value chain analisis itu perlu dijalankan agar diketahui pada area apa saja terdapat
proses yang paling memberikan valued added bagi kinerja organisasi. Tahapan
selanjutnya tentu jelas dalam area yang teridentifikasi sebagai high value added
areas, maka segala sumber daya untuk menopang proses itu mesti diolah tinggi-
tinggi mulai dari sumber daya peralatannya, teknologi, sistem operasi, hingga
SDM yang menjalaninya.
Analisis value-chain merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk
memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk
mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan
biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan
pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.
Analisis value-chain mempunyai tiga tahapan :
1. Mengidentifikasi aktivitas Value Chain
Perusahaan mengidentifikasi aktivitas value chain yang harus
dilakukan oleh perusahaan dalam proses desain, pemanufakturan, dan
pelayanan kepada pelanggan. Beberapa perusahaan mungkin terlibat dalam
aktiviatas tunggal atau sebagian dari aktivitas total. Contohnya, beberapa
perusahaan mungkin hanya memproduksi, sementara perusahaan lain
mendistribusikan dan menjual produk. Pengembangan value chain
berbeda-beda tergantung pada jenis industri. Contohnya dalam perusahaan
industri, fokusnya terletak pada operasi dan advertensi serta promosi
dibandingkan pada bahan mentah dan proses pembuatan. Aktivitas
seharusnya ditentukan pada level operasi yang relatif rinci, yaitu level untuk
bisnis atau proses yang cukup besar untuk dikelola sebagai aktivitas bisnis
yang terpisah (dampaknya out-put dari proses tersebut mempunyai “market
value” ). Contohnya jika pembuatan sebuah chip atau komputer dipandang
sebagai aktivitas (output yang mempunyai pasar), maka operasi pengepakan
chip atau ‘computer board’ bukan merupakan aktivitas dalam analisis value
chain.
8
2. Mengidentifikasi Cost driver pada setiap aktivitas nilai
Cost driver merupakan factor yang mengubah Jumlah biaya total, oleh
karena itu tujuan pada tahap ini adalah mengidentifikasikan aktivitas dimana
perusahaan mempunyai keunggulan biaya baik saat ini maupun keunggulan
biaya potensial. Misalnya agen asuransi mungkin menemukan bahwa Cost
driver yang penting adalah biaya pecatatan berdasarkan pelanggan.
Informasi Cost driver strategik dapat mengarahkan agen asuransi
tersebutpada pencarian cara untuk mengurangi biaya atau menghilangkan
biaya ini mungkin dengan cara menggunakan jasa perusahaan lain yang
bergerak dibidang pelayanan komputer (computer service) untuk menangani
tugastugas pemrosesan data, sehingga dapat menurunkan biaya dan
mempertahankan atau meningkatkan keunggulan kompetitif.
3. Mengembangkan keunggulan kompetitif
Pada tahap ini perusahaan menentukan sifat keunggulan kompetitif
potensial dan saat ini dengan mempelajari aktivitas nilai dan cost driver yang
diidentifikasikan diatas. Dalam melakukan hal tersebut, perusahaan harus
melakukan hal-hal berikut
2. 3. 3 Aktivitas Rantai Nilai
Gambar 2. 1 Value Chain by Porter (1985)
Model rantai nilai merupakan alat analisis yang berguna untuk
mendefinisikan kompetensi inti perusahaan di mana perusahaan dapat mengejar
9
keunggulan kompetitif sebagai berikut: Keunggulan Biaya: dengan lebih baik
memahami biaya dan menekannya keluar dariaktivitas penambahan nilai.
Differensiasi: dengan berfokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan
kompetensi inti dan kemampuan untuk melakukannya lebih baik daripada
pesaing.
Aktivitas nilai dapat dicabangkan menjadi dua tipe yang luas, aktivitas
primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer meliputi penciptaan fisik produk
dan penjualannya dan perpindahan kepada pembeli serta bantuan pasca penjualan.
Aktivitas pendukung mendukung aktivitas primer dan satu sama lain dengan
memberikan input pembelian, teknologi, sumber daya manusia, dan fungsi
berbagai perusahaan secara luas. Analisis rantai nilai memperlihatkan organisasi
sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dalam kegiatan penciptaan nilai.
Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai. Porter
membagi aktivitas-aktivitas kedalam dua kategori. Pertama adalah primary
activities (aktivitas primer), yaitu aktivitas yang berkaitan dengan penciptaan fisik
produk, penjualan dan distribusinya ke para pembeli, dan layanan setelah
penjualan. Aktivitas ini terdiri dari inbound logistics (logistik ke dalam),
operations (kegiatan operasi), outbound logistics (logistik ke luar), marketing and
sales (pemasaran dan penjualan), servis (pelayanan). Kedua adalah support
activities (aktivitas pendukung), yaitu aktivitas yang menyediakan dukungan yang
diperlukan bagi berlangsungnya aktivitas primer. Aktivitas ini terdiri dari
procurement (pembelian/pengadaan), technology development (pengembangan
teknologi), human resource management (manajemen sumber daya manusia) dan
firm infrastructure (infrastruktur perusahaan)
1. Aktivitas Primer
Inbound Logistics (logistik ke dalam), dihubungkan dengan menerima,
menyimpan, dan menyebarkan input-input ke produk. Termasuk di
dalamnya penanganan bahan baku, gudang dan kontrol persediaan.
Operations (operasi), segala aktivitas yang diperlukan untuk mengkonversi
input-input yang disediakan oleh logistik masuk ke bentuk produk akhir.
10
Termasuk di dalamnya permesinan, pengemasan, perakitan, dan
pemeliharaan peralatan.
Outbound Logistik (logistik ke luar), aktivitas-aktivitas yang melibatkan
pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian secara fisik produk final
kepada para pelanggan. Meliputi penyimpanan barang jadi di gudang,
penanganan bahan baku, dan pemrosesan pesanan.
Marketing and Sales (pemasaran dan penjualan), aktivitas-aktivitas yang
diselesaikan untuk menyediakan sarana yang melaluinya para pelanggan
dapat membeli produk dan mempengaruhi mereka untuk melakukannya.
Untuk secara efektif memasarkan danmenjual produk, perusahaan
mengembangkan iklan-iklan dan kampanye professional, memilih jaringan
distribusi yang tepat, dan memilih, mengembangkan, dan mendukung
tenaga penjualan mereka.
Service (pelayanan), aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan atau memelihara nilai produk. Perusahaan terlibat dalam
sejumlah aktivitas yang berkaitan dengan jasa, termasuk instalasi,
perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian.
2. Aktivitas Pendukung
Procurement (pembelian/pengadaan), aktivitas-aktivitas yang dilakukan
untuk membeli input-input yang diperlukan untuk memperoduksi produk
perusahaan. Input-input pembelian meliputi item-item yang semuanya
dikonsumsi selama proses manufaktur produk.
Technology development (pengembangan teknologi), aktivitas-aktivitas
yang dilakukan untuk memperbaiki produk dan proses yang digunakan
perusahaan untuk memproduksinya. Pengembangan teknologi dapat
dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya peralatan proses,
desain riset, dan pengembangan dasar, dan prosedur pemberian servis.
Human resources management (manajemen sumber daya manusia),
aktivitas-aktivitas yang melibatkan perekrutan, pelatihan, pengembangan,
dan pemberian kompensasi kepada semua personel.
11
Firm infrastructure (infrastruktur perusahaan) atau general administration
(administrasi umum), infrastruktur perusahaan meliputi aktivitas-aktivitas
seperti general management, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum,
dan relasi pemerintah, yang diperlukan untuk mendukung kerja seluruh
rantai nilai melalui infrastruktur ini, perusahaan berusaha dengan efektif
dan konsisten mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman,
mengidentifikasi sumber daya dan kapabilitas, dan mendukung
kompetensi inti.
Rantai nilai memberikan cara sistematik untuk membagi suatu perusahaan
kedalam berbagai aktivitas yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk
menelaah bagaimana cara pengelempokan berbagai aktivitas dalam perusahaan.
Dengan menggunakan analisas rantai ini perusahaan bisa mendeteksi aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah (non value added) sehingga bisa dihilangkan.
2. 4 Kacang Edamame
Edamame merupakan kedelai asal Jepang yang sangat dikenal. Bentuk
tanamannya lebih besar dari kedelai biasa, begitu pula biji dan polongnya. Warna
kulit polong bervariasi dari hitam, hijau, atau kuning. Biasanya orang Jepang
merebus polongnya yang muda sebagai cemilan saat minum sake. Edamame
mengandung antioksidan dan isoflavon. Konsumsi makanan yang kaya akan
antioksidan dikaitkan dengan penguatan sistem imun tubuh dan mengurangi risiko
kanker. Klasifikasi ilmiah edamame adalah sebagai berikut:
2. Net margin ada pada small trader yakni sebesar Rp 3500,- diikuti oleh super
market dan MT 27 dan terkahir adalah broker.
3. Banyak stajkeholder yang berpengaruh pada komoditas kacang edamame
inin baik dari hulu hingga hilir.
SARAN
1. Perlunya pengimplementasian solusi dari pelbagai tantangan yang
menghadapi perkembangan komoditas ini kedepannya.
2. Perlunya dukungan serta tindakan yang benar-benar nyata dari para
stakeholder yang berperan khususnya pihak pemerintah untuk memfasilitasi
sektor pendukung agar lebih mampu membawa sektor komoditas ini kearah
yang lebih baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Pertumbuhan Ekonomi. Indonesia. No. 14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013. Jakarta: Berita Resmi Statistika
Bahtiar and Janjte G. K. 2010. Penerapan Rantai Nilai (Value Chain Analysis) Dalam Rangka Akselerasi Pembangunan Sektor Pertanian Di Sulawesi Utara. Sulut: BPTP
Barnes, M. 2004. Value Chain Guidebook: A Process for Value Chain Development.Kanada: Alberta
Kaplinsky, R. and Morris, M. 2001. A Handbook for Value Chain Research
Nusinovic, M and Ivan D. M. 2003. The Apple Industry in Croatia: A Value Chain Analysis Approach. Zagreb: Economic Institute Zagreb
Porter, M. 1985. Competitive Advantage: Creating and Sutaining Superior Performance. New York: Simon and Schuster Inc.