Top Banner
 Bab V Re-konseptualisasi Pendidikan Matematika sebagai Ilmu Desain Richard Lesh dan Bharath Sriraman  Disusun untuk memenuhi tugas Metode Pembelajaran Matematika  yang diampu oleh Idris Harta, Ph. D. Disusun oleh : Uun u ni !rmita "#$%&'()#&&)* Pendidikan Matematika ! PR+,R!M P!S! S!R.!/! PR+,R!M S0UDI P1/DIDI2!/ M!01M!0 I2! U/IV1RSI0!S /1,1RI +,!2!R0! +,!2!R0! (&#$
11

Tugas PMA_uun yuni armita_13709251005 _meringkas buku sriraman.docx

Oct 08, 2015

Download

Documents

uunarmita
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Bab VRe-konseptualisasi Pendidikan Matematika sebagai Ilmu DesainRichard Lesh dan Bharath Sriraman

Disusun untuk memenuhi tugas Metode Pembelajaran Matematika yang diampu oleh Idris Harta, Ph. D.

Disusun oleh :Uun Yuni Armita (13709251005)Pendidikan Matematika A

PROGRAM PASCA SARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTAYOGYAKARTA2013Bab VRe-konseptualisasi Pendidikan Matematika sebagai Ilmu DesainRichard Lesh dan Bharath Sriraman

Berdasarkan laporan National Mathematics Advisory Panel Report (2008) yang dirilis di Amerika Serikat, laporan ini membahas pendidikan matematika di Amerika Serikat. Namun demikian, akan tetap membawa konsekuensi untuk penelitian dan pengembangan di negara-negara lain. Terutama pada Laporan Panel dengan definisi yang sempit untuk dasar ilmiahnya dan pada metode kuantitatif yang mengorbankan penelitian kualitatif. Lesh dan Siraman dalam bab ini akan membantu memperbaiki kesalahpahaman yang ada pada Laporan Panel dengan melihat pendidikan matematika sebagai ilmu desain. Lesh dan Sriraman menunjukkan bahwa ilmu desain justru sangat kuat karena ditujukan pada kompleksitas mengajar dan belajar, dengan peserta didik yang terus mengalami perubahan dan dipengaruhi oleh keadaan sosial serta lingkungan. Ilmu desain juga menunjukkan bagaimana melakukan eksplorasi sistem yang kompleks. Dengan demikian, dalam ilmu desain terdapat pengembangan bermacam-macam teori yang mampu menjelaskan isu-isu yang sedang berkembang.Re-konseptualisasi penelitian pendidikan matematika sebagai ilmu desain bertujuan untuk memunculkan ilmu yang melibatkan interaksi subjek, sistem konsep dan teknologi yang dipengaruhi oleh kendala sosial dan lingkungan. Ilmu desain dimaksudkan sebagai kerangka kerja dan bukan sebagai teori utama. Artinya, dalam ilmu desain menyediakan kerangka kerja (sistem berpikir, konsep, bahasan, metodologi, alat, dan sebagainya) untuk membantu peneliti pendidikan matematika mengembangkan antara teori dan model.

A. Sejarah SingkatJurnal pertama muncul pada tahun 1960, contoh: Zentralblatt fur Didaktik der Mathematik (ZDM) dan Educational Studies in Mathematics (ESM). Pada awal tahun 1970 muncul barbagai jurnal yang ditujukan untuk penelitian, contoh: the Journal for Research in Mathematics Education (JRME) dan the Journal fur Mathematik Didaktik (JMD). Dalam periode ini, tidak ada organisasi profesional bagi peneliti dan tidak ada identitas yang stabil, seperti: teori, metodologi, dan alat yang dijadikan prioritas penelitian untuk dapat memecahkan masalah. Salah satu tantangan setiap bidang yang baru berkembang adalah mempunyai identitas. Dalam hal ini, identitas pendidikan matematika adalah dipandang sebagai ilmu desain.

B. Ilmu DesainKarakteristik ilmu desain:1. Subjek yang diteliti adalah kreativitas manusia, yang mencoba membantu peserta didik dan guru mengembangkan materi dengan cara berpikir. 2. Subjek yang diteliti untuk mewujudkan sistem kompleks. Terdapat 2 dasar penelitian, yaitu: a. Berfokus pada alatArtinya, peneliti dapat mengembangkan sumber daya untuk mendukung pembelajaran. Sumber daya (alat) tersebut, sebaiknya mudah untuk dimodifikasi sesuai perubahan zaman. Jadi, diperlukan prinsip-prinsip ilmu desain untuk memproduksinya.b. Berfokus pada sistem konsepArtinya, peneliti dapat mengembangkan sistem konsep untuk mendasari pemikiran peserta didik dan guru dalam pembelajaran.3. Penerapan ilmu desain ini dapat memberi manfaat yang kuat (dalam situasi dan tujuan tertentu), dapat saling berbagi, dan selalu dapat digunakan.4. Subjek yang diteliti terus mengalami perubahan dan sistem konseptual yang perlu pemahaman dan penjelasan sebelum diterapkan.5. Subjek yang diteliti dipengaruhi oleh keadaan sosial dan lingkungan.6. Tidak ada teori utama untuk dapat memecahkan masalah yang kompleks, karena dalam pendidikan matematika tidak pernah terbatas oleh sumber daya.7. Pengembangan biasanya melibatkan siklus desain dimana dilakukan uji coba dahulu dan direvisi untuk mencapai tujuan.Ilmuwan ilmu desain berharap agar dapat menciptakan model/ sistem konsep yang mendasar antara siswa, guru, dan peneliti untuk memahami perkembangan sistem kompleks di kehidupan.

.C. Pengamatan tentang Pendididkan Matematika sebagai Bidang yang Berbeda dalam Penyelidikan IlmiahDalam sebuah survei terhadap dampak penelitian pendidikan tentang pendidikan matematika, William (2003) menjelaskan bahwa dua revolusi dalam pendidikan matematika di masa lalu mungkin tidak benar secara universal, mengingat heterogenitas perubahan di negara-negara yang berbeda. Dua revolusi ini diaplikasikan dengan baik di Amerika Serikat, yaitu revolusi teknologi dan revolusi konstruktivis. Dalam hal ini mengungkapkan adanya ketidakcocokan antara peneliti dan praktek. Sedangkan dalam hal lain, mengungkapkan keberhasilan mengintegrasikan teknologi dalam mengajar matematika. Secara umum hal ini tetap benar, karena revolusi ini telah menghasilkan konstruktivis yang sekarang.

D. Implikasi Awal untuk Pendidikan MatematikaPada saat negara-negara di seluruh dunia menuntut pertanggungjawaban di bidang pendidikan adalah ironis, bahwa banyak negara yang mengadopsi tanpa mempertanyakan teori kurikulum dan belum teruji kuat pada sekolah-sekolah, guru, dan peserta didik. Salah satu komponen yang terpenting dari setiap inovasi kurikulum adalah yang mudah untuk dimodifikasi dan beradaptasi dengan keadaan yag terus berubah. Jadi, dalam inovasi kurikulum yang terpenting juga karakteristik desain dan penilaian. Keberhasilan program tergantung pada seberapa banyak dan seberapa baik diimplementasikan.

E. Sistem Perlu Pemahaman Kompleks, Dinamis, dan Terus BeradaptasiSistem matematis yang kompleks adalah sistem keseluruhan memiliki sifat yang tidak dapat disimpulkan dari sifat-sifat unsur dari sistem, sifat ini tidak dapat dijelaskan menggunakan fungsi model tunggal. Dengan mempertimbangkan jenis sistem, pendidik matematika perlu memahami inovasi program dan kegiatan belajar yang kompleks sehingga peserta didik dan guru dapat berinteraksi dan terus beradaptasi.

F. Perumpamaan Penjelasan untuk Membandingkan Dua Sistem Kompleks Meskipun pengamatan ini peserta didik, guru, dan program terus dikembangkan dan dinilai, seolah-olah keunggulan ditangkap dari contoh dibeberapa daftar buku masak dengan berbagai gaya aturan. Koki yang baik, perlu mengikuti resep dalam buku masak yang menggunakan standar bahan, dengan cara:1. Membuat sesuatu dalam resep dengan menggunakan bahan-bahan yang segar dan terbaik.2. Memahami cara membuat selera yang harmonis sehingga menarik dan kreatif .3. Menyesuaikan resep dengan komposisi sehingga menghasilkan rasa yang sesuai.4. Memahami hal-hal yang sulit untuk dikontrol, contoh: aliran panas dalam oven.Jadi buku resep yang digunakan adalah sebagai silabus (terencana), cenderung dikembangkan dan terus beradaptasi dalam penerapannya.

G. Kurangnya Kumulatif adalah Masalah UtamaSalah satu alasan utama penelitian matematika gagal karena hasilnya memiliki catatan akumulasi yang buruk. Kurangnya akumulasi merupakan isu penting karena masalah yang paling realistis kompleks hanya akan diselesaikan dengan menggunakan koordinasi studi, menggambarkan beberapa perspektif praktis dan teoritis, selama jangka waktu (Lesh et al 2005: Kelly dan Lesh 2000). Kekurangan yang terkait erat dengan pekerjaan individu terus memperkenalkan persyaratan baru untuk mendaur ulang ide lama, tanpa nilai tambah; terus menghiasi ide-ide untuk memeriksa kembali dasar (tingkat asumsi); tidak mengembangkan alat untuk mendokumentasikan dan menilai konstruksi. Demikian pula, Scholend (1993) mengatakan bahwa upaya untuk mengajar siswa perlu menggunakan strategi pemecahan masalah umum (contoh: menggambar, mengidentifikasi tujuan, mempertimbangkan masalah yang sama), umumnya belum berhasil. Hasil yang lebih baik diperoleh dengan cara: 1. Mengembangkan dan mengajar strategi pemecahan masalah yang lebih spesifik.2. Belajar bagaimana mengajar strategi metakognitif, sehingga siswa belajar efektif. Berdasarkan artikel tambahan:(dari link http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimana-untuk-belajar/ ), metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan yang tidak diketahui. Dalam pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, kemampuan, dan strategi belajar.3. Mengembangkan dan mempelajari cara-cara menghilangkan ketidakmampuan siswa dan meningkatkan kepercayaan produktif siswa.

H. Ringkasan Membandingkan Ideologi, Teori dan ModelSebagian besar penelitian dalam pendidikan matematika tampaknya lebih memperhatikan ideologi-ideologi daripada model. Ideologi lebih seperti agama daripada ilmu. Pengembangan teori sangat penting agar kemajuan signifikan dapat dibuat dalam pemikiran masyarakat atau individu di dalamnya. Pragmatis (seperti Dewey, James, Pierce, Meade, Holmes) berpendapat bahwa satu teori besar akan memberikan dasar yang cukup untuk pengambilan keputusan untuk isu-isu yang muncul dalam kehidupan (Lesh dan Sriraman 2005).1. Model yang bertujuan/ mudah dimodifikasi/ dibagikan dengan orang lain/ digunakam/ multi media pengetahuan.2. Model lebih utama daripada teori.3. Berikut adalah beberapa cara, supaya model lebih utama daripada teori, antara lain:a. Menyatukan ide-ide dari teori besar.b. Dapat diungkapkan dengan menggunakan berbagai representasi media.c. Diarahkan untuk keberhasilan pemecahan masalah.4. Berikut adalah berapa cara yang model jauh lebih kecil daripada teori, antara lain:a. Model diciptakan untuk tujuan tertentu dalam situasi tertentu. b. Model dimaksudkan untuk dapat dibagikan dengan orang lain.c. Model dimaksudkan untuk dapat digunakan kembali dalam situasi lain.5. Jadi, salah satu karakteristik model yang sangat baik adalah seharusnya mudah untuk dimodifikasi dan beradaptasi.

Terdapat 3 macam sistem yang kompleks, antara lain:1. Kehidupan nyata, yaitu sistem yang terjadi dalam situasi sehari-hari.2. Sistem konsep bahwa manusia berkembang untuk desain atau model.3. Model yang dikembangkan peneliti untuk menggambarkan dan menjelaskan siswa memiliki kemampuan model.Ketiga macam sistem sesuai dengan alasan tentang sistem yang kompleks harus produktif bagi para peneliti, yaitu untuk memajukan pembangunan teori ilmu pembelajaran dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Sistem konsep bahwa manusia berkembang untuk memahami pengalaman mereka, umumnya disebut sebagai model. Oleh karena itu, pemodelan siswa adalah studi tentang sistem kompleks dengan lapisan ide yang muncul membuat evolusi yang berkelanjutan. Sistem konsep yang kita sebut sebagai model & permodelan (Lesh dan Inggris 2005) tidak dimaksudkan untuk menjadi teori utama. Sebaliknya, hal ini dimaksudkan untuk menjadi kerangka (yaitu, sistem berpikir bersama dengan konsep-konsep yang menyertainya, bahasa, metodologi, alat, dan sebagainya) yang menyediakan struktur untuk membantu para peneliti pendidikan matematika mengembangkan model dan teori. Kami mendorong keragaman, tapi kami juga menekankan lainnya seperti Proses Darwin: seleksi (pengujian ketat), komunikasi (bahwa cara-cara produktif berpikir menyebar ke seluruh komunitas yang relevan), dan akumulasi (agar cara berpikir produktif tidak hilang dan bisa menyatu dalam perkembangan masa depan).

I. Komentar-Komentar Re-konseptualisasi Pendidikan Matematika sebagai Ilmu Desain1. Miriam AmitPenelitian desain dari ilmu desain dimana: (a) sistem perlu dipahami, dirancang, atau dikembangkan oleh manusia, (b) sistem konsep, bahwa manusia berkembang untuk merancang atau memahami sistem sebelumnya untuk membuat adaptasi baru, dan (c) perspektif multi-disiplin (pandangan dari berbagai macam ilmu) biasanya diperlukan untuk memecahkan masalah yang paling kompleks. Lesh et al (2008 ) menunjukkan, fitur penting dari penelitian sebenarnya desain yang dipelopori jauh lebih awal oleh pendidik matematika yang cenderung menggunakan istilah-istilah seperti percobaan mengajar untuk merujuk pada metodologi penelitian yang mereka gunakan. Dan , eksperimen pengajaran ini telah diadaptasi dari penelitian sebelumnya bahkan Krutetsky, dimana ia merintis mengajar metodologi penelitian (Kilpatrick et al 1969) .Lesh dan Sriraman berpendapat bahwa bahwa pendidik matematika harus menggunakan metodologi penelitian dengan berbagai asumsi yang diteliti. Lesh dan Sriraman setuju bahwa orang-orang yang menyediakan dana untuk pendidikan berhak untuk menuntut pertanggungjawaban. Lesh dan Sriraman mengklaim bahwa tidak cukup untuk menunjukkan sesuatu yang bekerja, tetapi juga untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana cara kerjanya. Mereka berpendapat bahwa kurangnya akumulasi adalah kelemahan utama dari penelitian dan pengembangan di pendidikan matematika. Selain itu, dalam pendidikan matematika, lembaga seperti serta organisasi profesi dan bahkan bagian dari komunitas riset telah mengabaikan tanggung jawab mereka untuk membangun infrastruktur dan tidak cepat memperbaiki dengan strategi yang tepat jenisnya. Ada kebutuhan untuk merancang metodologi penelitian sehingga mereka menarik pada beberapa perspektif teoritis dan praktis, serta menyatukan agenda penelitian yang terus dilakukan oleh beberapa peneliti dan membangun infrastruktur yang membantu peneliti, pengembang, dan praktisi satu sama lain selama jangka waktu yang lama.2. Claus MichelsenThe Lesh dan Sriraman mengusulkan re-konseptualisasi dari bidang penelitian pendidikan matematika sebagai ilmu desain. Usulan ini sejalan dengan Greeno et al 's (1996) penekanan perubahan yang signifikan antara karya teoretis dan praktis dalam penelitian pendidikan. Para peneliti tidak hanya harus berkonsentrasi pada pertanyaan apakah teori menghasilkan prediksi yang akurat, tetapi juga pada jenis penelitian yang meliputi pekerjaan pembangunan dalam merancang lingkungan belajar, merumuskan kurikulum, dan menilai prestasi kognisi dan pembelajaran. Berdasarkan proses meninjau dalam penelitian pendidikan selama beberapa dekade terakhir Schoenfeld (1999) menyimpulkan bahwa bidang pendidikan penelitian telah berkembang ke titik dimana dimungkinkan untuk bekerja pada masalah yang pemecahannya membantu membuat hal-hal yang lebih baik dalam praktek mengajar dan memberikan kontribusi teoritis pemahaman.

Penelitian dalam memahami sifat pemikiran matematis, pengajaran, dan pembelajaran sangat terkait dengan penggunaan pemahaman tersebut untuk meningkatkan pembelajaran matematika, karena alasan sederhana, bahwa tanpa pemahaman yang mendalam berpikir, belajar mengajar, mungkin tidak ada kemajuan yang berkelanjutan di masa depan. Wittmann (1998) menggambarkan pendidikan matematika sebagai desain ilmu pengetahuan dan perhatian panggilan ke pentingnya desain kreatif untuk konseptual dan inovasi praktis. Tugas khusus pendidikan matematika hanya dapat diaktualisasikan jika penelitian dan pengembangan memiliki hubungan khusus dengan praktek dan perbaikan praktek yang tergabung dengan kemajuan bidang secara keseluruhan. Meskipun pandangan pendidikan matematika muncul sebagai sebuah disiplin desain dalam komunitas pendidikan dan matematika penelitian pendidikan, prinsip utama dan metode masih harus diartikulasikan. Lesh dan Sriraman memberikan kontribusi untuk diskusi ini dengan menguraikan motif untuk melakukan desain penelitian dan mengeksplorasi masalah yang khas. Sebuah motif dasar untuk mempertimbangkan pendidikan matematika sebagai ilmu desain datang dari pengalaman pendekatan tradisional dalam pendidikan matematika, dengan mereka fokus pada pengetahuan deskriptif, tidak memberikan guru dengan solusi yang berguna untuk berbagai masalah dalam mengajar matematika. Hali ini dapat membedakan berbagai kegiatan, dengan penekanan yang berbeda dalam tujuan utama penelitian desain. Dengan mengejar gagasan re-konseptualisasi dari bidang pendidikan matematika penelitian seperti yang dilakukan oleh desain ilmu penelitian, pengembangan, dan penyebaran praktek tidak lagi dipisahkan secara tegas. Dalam Lesh dan Sriraman mengungkapkan pentingnya menjelaskan mengapa dan bagaimana cara kerjanya, dan fokus pada interaksi antara komponen yang berbeda dari sistem. Selama dekade terakhir pekerjaan yang luas telah dilakukan pada peningkatan pendidikan matematika. Hasil dari upaya ini, hanya cukup sukses dan tampaknya kita masih perlu menemukan cara yang lebih baik mengajar matematika. Satu cara yang lebih baik bisa menjadi yang terbaik, berasal dari penerapan hasil dari pendidikan matematika dalam praktek. Pendekatan desain penelitian bertujuan untuk membuat baik kontribusi praktis dan ilmiah. Sebuah re-konseptualisasi matematika pendidikan belum mengkristal dengan cara apapun. Dalam komentar ini ke Lesh dan Sriraman, telah berfokus pada isu-isu interaksi antara peneliti dan guru, perubahan perspektif isu sentral penelitian pendidikan, isi matematika dan metodologi, yang untuk maju membawa diskusi diprakarsai oleh Lesh dan Sriraman dan penekanan dengan mengacu pragmatis seperti Dewey dan Pierce bahwa itu adalah arogan untuk menganggap satu teori utama akan memberikan dasar yang cukup untuk pengambilan keputusan untuk isu-isu yang paling penting muncul dalam kehidupan harus dengan sendirinya mengundang kita untuk maju.3. David N. BooteLesh dan Sriraman menyarankan untuk mengatasi masalah re-konseptualisasi lapangan sebagai ilmu desain memiliki manfaat yang cukup besar. Namun, banyak pernyataan dan argumentasi pendukung solusi ini terlalu luas atau tidak akurat. Strategi umum saya dalam menanggapi ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendukung desain penelitian Lesh dan Sriraman disertakan, perlu lebih berhati-hati dengan klaim mereka dan pilihan bahasa mereka (lihat juga Cobb et al 2003; Collins et al . 2004; berbasis penelitian Desain kolektif 2003; Ford dan Forman 2006; Hoadley 2004; Sandoval dan Bell 2004; Steffe dan Thompson 2000) . Ilmu desain adalah salah satu komponen penting yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan pendidikan matematika, tetapi kita harus memiliki peran realistis. Saya percaya bahwa re-konseptualisasi penelitian pendidikan matematika sebagai ilmu desain memiliki potensi untuk mengatasi salah satu masalah. Manfaat utama dari ilmu desain yang Lesh dan Sriraman tidak membahas potensi sebagai bentuk pengembangan profesional. Keterlibatan dalam ilmu desain pengetahuan dapat memberikan kesempatan untuk memahami kekuatan dan kelemahan ide-ide dan praktek pendidikan; untuk memperbaiki penelitian, kolaborasi, dan keterampilan pendidikan, dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Memang, pengembangan profesional untuk semua peserta mungkin lebih penting dan mempertahankan daripada praktek pendidikan yang dikembangkan dan pengetahuan yang didapat. Singkatnya, Lesh dan advokasi Sriraman untuk rekonseptualisasi pendidikan matematika sebagai ilmu desain, kami berpikir pendidikan matematika sebagai perilaku ilmu pengetahuan adalah salah satu manifestasi logis dari pekerjaan yang menghargai standar kerja, keterampilan subjek, dan kontrol terpusat.

J. KesimpulanIlmu desain memiliki peran utama untuk masa depan pendidikan matematika, penelitian kita hanya mulai memahami nilai dalam menjembatani kesenjangan antara penelitian dan praktek . Lesh dan Sriraman tampak benar, ketika mereka menyatakan bahwa ilmu desain memiliki potensi untuk mengembangkan lebih halus, pengetahuan yang berguna tentang pendidikan matematika, yang lebih baik merespon kompleksitas pendidikan praktek, yang dapat menghasilkan produk pendidikan yang berguna, dan bahwa ia memiliki potensi besar untuk mendukung pengambil kebijakan, dan kurikulum. Tapi itu bukanlah solusi dan membawa keuntungan secara signifikan. Kami juga perlu untuk mengakui bahwa ada banyak masalah lain dalam pendidikan matematika yang ilmu desain tidak bisa membantu dan banyak terjadi masalah serta manfaat yang tak terduga dengan penggunaannya. Para pendukung ilmu desain dalam pendidikan matematika memahami betapa sulitnya untuk melakukannya dengan baik. Mengingat semua tantangan ini, maka dengan menerapkan ilmu desain dalam pendidikan matematika secara hati-hati tampaknya akan lebih tepat.