TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman sangat diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan. Kebutuhan prasarana dan sarana bidang ke -PLP - an yaitu sistem penyaluran air hujan (drainase) dan sistem penyaluran air buangan (sewerage) saat ini sudah merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar lagi. Kondisi rendahnya tingkat kesehatan, degradasi kualitas sumber air baku dan lingkungan merupakan indikasi kebutuhan prasarana dan sarana, yang kini bukan hal yang mewah lagi. Sebab setiap masyarakat saat ini, apalagi yang tinggal di perkotaan (urban ) sudah sangat meningkat dengan pesat, dan sudah menuntut hidup dilingkungan yang bersih dan sehat. Hal lain perlu dicermati adalah perlunya paradigma dalam penanganan program ke-PLP-an yang mendasarkan pada pendekataan outcome dan dampak, serta keberpikiran pada lingkungan. Selain itu, masalah yang terjadi saat ini adalah air yang berkualitas sudah semakin sedikit, karena air yang digunakan tidak semua habis terpakai, misalnya air sisa mencuci atauoun mandi akan dibuang ke lingkungan, sisa dari aktifitas manusia ini apabila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kualitas lingkungan . berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dari pembuatan undang – undang IRMA YUNITA SALEH (09513021) 1
108
Embed
Tugas Perencanaan Drainase & Sewerage Kecamatan Jetis
Perencanaan jalur drainase dan sewerage untuk kecamatan Jetis, Yogyakarta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pembangunan bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman sangat diperlukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan.
Kebutuhan prasarana dan sarana bidang ke -PLP - an yaitu sistem penyaluran air hujan
(drainase) dan sistem penyaluran air buangan (sewerage) saat ini sudah merupakan
kebutuhan pokok yang tidak dapat ditawar lagi. Kondisi rendahnya tingkat kesehatan,
degradasi kualitas sumber air baku dan lingkungan merupakan indikasi kebutuhan prasarana
dan sarana, yang kini bukan hal yang mewah lagi. Sebab setiap masyarakat saat ini, apalagi
yang tinggal di perkotaan (urban ) sudah sangat meningkat dengan pesat, dan sudah menuntut
hidup dilingkungan yang bersih dan sehat. Hal lain perlu dicermati adalah perlunya
paradigma dalam penanganan program ke-PLP-an yang mendasarkan pada pendekataan
outcome dan dampak, serta keberpikiran pada lingkungan.
Selain itu, masalah yang terjadi saat ini adalah air yang berkualitas sudah semakin
sedikit, karena air yang digunakan tidak semua habis terpakai, misalnya air sisa mencuci
atauoun mandi akan dibuang ke lingkungan, sisa dari aktifitas manusia ini apabila tidak
dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kualitas
lingkungan . berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dari pembuatan undang –
undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup hingga memberikan penyuluhan kesehatan
lingkungan kepada masyarakat, tetapi sejauh ini upaya – upaya dari pemerintah tersebut
belum sepenuhnya berhasil karena kurangnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat itu
sendiri sebagai sumber terbesar dalam menghasilkan air buangan.
Diperlukan suatu penanganan khusus pada air buangan ini sebelum disalurkan ke
badan air seperti dengan membuat sistem pengelolaan air buangan baik yang bersifat off-site
(penanganan di luar terjadinya pembuangan) ataupun yang bersifat on-site (penanganan di
tempat terjadinya buangan) serta yang bersifat gabungan, sehingga air pengelolaan ini tidak
mengganggu lingkungan dan manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 1
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Maksud dari perencanaan sistem drainase dan sewerage ini adalah untuk
menghambat terjadinya limpasan air pada daerah up stream (hulu) selama aliran tersebut
tidak membahayakan kepentingan manusia, serta menyalurkan air buangan hasil aktifitas
manusia.
Tujuan dari perencanaan system drainase ini adalah :
o Mengendalikan banjir didaerah Kecamatan Jetis
o Mengendalikan elevasi air tanah pada lahan produktif
o Mencegah terjadinya erosi tanah
o Mencegah terjadinya lingkungan yang kurang sehat atau penyebaran penyakit
melalui air
Adapun tujuan dalam perencanaan suatu system penyaluran air buangan antara
lain :
o Mengurangi dan menghilangkan pengaruh negatif air buangan pada kesehatan
manusia dan lingkungannya yang akan berdampak pada terciptanya suatu
kondisi lingkungan yang sehat
o Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan, dan
atau pemanfaatan air buangan untuk kepentingan hidup manusia dan
lingkungannya
o Melalui desain sistem penyaluran yang baik akan diperoleh suatu jaringan
yang efektif dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan memperoleh
hasil yang maksimal.
o Mencegah timbulnya penyakit bawaan air dan secara estetika mencegah bau
tidak sedap yang ditimbulkan air buangan.
1.3 Ruang Lingkup
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 2
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tugas perencanaan system drainase ini yaitu wilayah pemukiman Kecamatan Jetis.
Adapun ruang lingkup perencanaan meliputi :
Perencanaan saluran drainase terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Penentuan daerah pelayanan
2. Perencanaan sistem jaringan drainase, meliputi :
a. Penentuan sistem yang direncanakan
b. Lay out jaringan
3. Perhitungan beban aliran :
a. Penentuan blok pelayanan (sub area)
b. Perhitungan kapasitas aliran (sesuai tata guna lahan)
c. 1. Menghitung curah hujan rata – rata (ekivalen) daerah dengan
menggunakan cara Thiessen, menghitung hujan harian maksimum dengan
metode :
Gumbel
Iwai kadoya
Log Pearson III
2. Menghitung distribusi hujan dengan menggunakan metode Hasper
Weduwen
3. Menghitung lengkung intensitas hujan untuk tinggi hujan rencana yang
dipilih menggunakan cara :
Talbot
Ishiguro
Sherman
4. Pemilihan bentuk dan bahan saluran
5. Perhitungan dimensi dan elevasi saluran
6. Rencana bangunan pelengkap :
a. Pompa dan rumah pompa (bila diperlukan)
b. Bangunan bantu bila diperlukan
7. BOQ dan RAB
Sedangkan untuk perencanaan saluran air buangan terdiri atas beberapa tahapan,
yaitu :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 3
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
1. Penetuan daerah pelayanan
2. Perencanaan jaringan saluran air buangan, meliputi :
a. Penentuan sistem yang direncanakan
b. Lay out jaringan
3. Kriteria perencanaan
4. Perhitungan beban aliran :
a. Penentuan sub area pelayanan
b. Perhitungan kapasitas aliran (domestik, non domestik, fasilitas umum, dll)
5. Perhitungan dimensi saluran
6. Rencana bangunan pelengkap (bila diperlukan)
a. Pompa
b. Bangunan perlintasan dan sebagainya
7. BOQ dan RAB
1.4 Peraturan Terkait
Agar suatu perencanaan dapat berjalan teratur, dan sesuai standar di Indonesia, maka
dalam perencanaan ini peraturan – peraturan terkait mengacu pada :
NSPM
Pereturan Pemerintah Republik Indonesia
Kementrian Pekerjaan Umum Permukiman dan Prasarana Wilayah
Buku – buku referensi
Dan sebagainya
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Administratif Wilayah
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 4
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kota
Yogyakarta. Berdasarkan hasil registrasi Kecamatan Jetis memilik penduduk tahun 2007
sebanyak 37.812 jiwa dengan mata pencahariannya sebagian besar di sektor jasa dan
perdagangan. Hal ini didukung oleh banyaknya perkantoran, dan tempat perdagangan/ pasar
yang ada di Kecamatan Jetis.
Kecamatan Jetis terletak diantara dua sungai yaitu sungai Code dan sungai Winongo
dengan iklim tropis yang memiliki suhu maksimum 33o C dan minimum 23oC. ketinggiannya
kurang lebih 100 m dari permukaan laut, dan curah hujan antara 1500 mm s/d 2500 mm per
tahun. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Table 2.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Jetis
Arah Kecamatan
Utara
Selatan
Timur
Barat
Tegalrejo
Gedongtengen
Danurejan
Gondokusuman
Tegalrejo
Sumber : BPS Kota Yogyakarta (2008)
2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kecamatan Jetis pada umumnya
berbasiskan pada kegiatan perdagangan dan sektor jasa. Hal ini disebabkan jarak yang relatif
dekat dengan pusat kota. Di Kecamatan Jetis tidak ada lahan yang digunakan sebagai lahan
pertanian dan perikanan, karena daerah tersebut merupakan daerah dengan kepadatan tinggi.
Apalagi dengan adanya beberapa industri kecil dan menengah serta pasar tradisional.
Berdasarkan analisis data yang terkumpul, pertumbuhan penduduk relatif lambat dan
stagnan. Untuk rasio pertumbuhan berkisar 0,5 – 0,6 % per tahun. Selain Karena sudah sangat
padatnya pemukiman, maka kebanyakan penduduk berpindah atau merantau ke luar kota.
2.3 Keruangan Wilayah Kecamatan Jetis
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 5
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Keruangan Kecamatan Jetis menunjukkan bahwa kecamatan ini berada di dalam Kota
Yogyakarta dan terdapat banyak jalan raya yang menghubungkan antara kecamatan yang satu
dengan yang lainnya di dalam Kota Yogyakarta.
Ruang – ruang fungsional yang ada di Kecamatan Jetis menunjukkan adanya beberapa fungsi
pokok yaitu perkantoran, tempat perdagangan/ pasar, tempat pelayanan jasa dan perumahan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk ruang yang merata di semua wilayah Kecamatan
Jetis.
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Perencanaan Drainase
Pada perencanaan ini menurut Kementrian PU dan Kimpraswil (2003). Dimana fungsi
drainase perkotaan yaitu :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 6
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Mengeringkan bagian – bagian wilayah kota Dari genangan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif
Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya
Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
3.1.1 Berdasarkan Fungsi Pelayanan
Sistem drainase kota yang dipakai dalam perencanaan ini, yaitu sistem drainase
utama, yang termasuk sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, dan
tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian besar warga
masyarakat. Tetapi dalam perencanaan ini hanya menggunaka saluran primer dan sekunder.
Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota (NSPM,
2009).
3.1.2 Berdasarkan Fisiknya
Sistem drainase yang digunakan dalam perencanaan ini, yaitu :
a. Sistem saluran primer (utama) adalah saluran utama yang menerima masukkan aliran
dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar, akhir saluran primer adalah
badan air penerima atau sungai
b. Sistem saluran sekunder adalah saluran terbuka yang berfungsi menerima aliran air
dari saluran tersier dan limpasan alir dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air
ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
3.1.3 Curah hujan Maksimum
Curah hujan rata – rata menggunakan curah hujan rata – rata untuk wilayah Kota
Yogyakarta. Dengan pertimbangan bahwa dalam satu kota memiliki curah hujan yang sama.
Dimana luas Kota Yogyakarta32 km2 yang terbagi dalam 4 stasiun pengamatan.
Data curah hujan maksimum menggunakan perhitungan metode Gumbel, Iwai Kadoya, dan
Log Pearson III. Untuk menghitung intensitas yang digunakan dalam Periode Ulang Hujan
(PUH). Hal ini berfungsi agar saluran memiliki kapasitas yang maksimal untuk digunakan.
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 7
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Sedangkan untuk PUH digunakan metode Talbot, Sherman, Ishiguro yang kemudian dicari
nilai beda yang mendekat nol, untuk dipakai dalam PUH perencanaan yang kemudian
menjadi dasar rumus intensitas dalam pembangunan saluran. Untuk perhitungan intensitas
digunakan PUH 5 tahun, dimana Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk luas wilayah 10 – 100
ha, menggunakan PUH 2 – 5 tahun (Suripin, 2003). Sehingga perencanaan ini untuk saluran
sekunder dan primer menggunakan PUH yang sama.
3.1.4 Perencanaan Saluran
Menurut Suripin (2003), saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan
debit rencana dengan aman. Dalam perencanaan ini, dapat disebutkan sebagai berikut :
Tipe saluran yang digunakan yaitu jenis saluran terbuka dengan pertimbangan
memudahkan dalam memantau salurannya
Bentuk saluran yang digunakan yaitu bentuk ekonomis segi empat, dengan
pertimbangan mengacu pada Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), dimana bentuk
saluran ini umumnya digunakan pada daerah yang lahannya tidak terlalu lebar, dan
harga lahan mahal. Umunya digunakan untuk saluran yang relatif besar dan sedang.
Hal ini sesuai untuk topografi di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
Berdasarkan material konstrusinya, saluran drainase perencanaan in menggunakan
saluran beton (yang diberi lapisan). Menurut Kementrian PU dan Kimpraswil (2003),
umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi yang terlalu miring atau
terlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas. Lapisan saluran
dimaksudkan untuk melindungi saluran dari erosi, serta untuk memudahkan
pengaliran pada volume air yang kecil
Perhitungan drainase kota menggunakan perhitungan sistem drainase , dari peta
situasi diperoleh data :
Kemiringan saluran rencana
Panjang saluran rencana
Luas masing – masing catchment area untuk masing – masing saluran
Koefisien run off masing – masing jenis catchment area untuk masing – masing
saluran. Dimana dalam perencanaan ini koefisien aliran ( c ) untuk periode desain5 –
10 tahun
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 8
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Slope limpasan dihitung dengan menggunakan beda tinggi elevasi, berdasarkan garis
kontur dan panjang limpasan dalam meter. Panjang limpasan merupakan panjang
jarak terjauh dari saluran drainase. Sedangkan slope saluran menggunakan panjang
saluran yang digunakan dalam meter
Waktu konsentrasi (Tc) menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich
(1940) untuk memudahkan perhitungan intensitas hujan
Luas area ditentukan berdasarkan luas zona/ blok yang dilayani saluran tersebut.
3.2 Perencanaan Sewerage
3.2.1 Periode Desain
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Kecamatan Jetis didesain untuk periode
15 tahun kedepan. Penentuan periode desain ini dilakukan berdasarkan sistem pembangunan
di Indonesia yang biasanya dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Dengan
demikian diharapkan selama dalam periode tertentu perencanaan tidak terlau kesulitan dalam
menyediakan dana untuk kelangsungan proyek tersebut. Selain itu, periode desain juga harus
disesuaikan dengan kondisi kota yang akan direncanakan sistem penyaluran air buangannya,
sehingga penduduk yang ada pada saat itu dan proyeksi penduduk yang akan datang dapat
terlayaniseluruhnya.
3.2.2 Sistem Jaringan Penyaluran Air Buangan
Sistem penyaluran air buangan yang akan digunakan untuk daerah perencanaan ini
adalah sistem terpisah (separate sewer system ) dengan pertimbangan bahwa daerah
perencanaan terletak di daerah tropis dengan periode musim hujan dan musim kemaraunya
cukup panjang sehingga dengan diterapkan sistem terpisah akan memerlukan dimensi saluran
air buangan yang kecil.
3.2.3 Sistem Pengaliran
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 9
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Sistem pengaliran air buangan yang digunakan adalah sistem pengaliran secara
gravitasi dengan mengikuti topografi daerah yang mempunyai kondisi tanah yang menurun.
3.2.4 Ketentuan Lokasi
Mengacu pada NSPM (2009) lokasi sewerage yang dipilih adalah lokasi yang
bermasalah terhadap pencemaran lingkungan akibat penduduk yang terlalu padat dan
umumnya terletak dipusat perkotaan. Masyarakat Kecamatan Jetis sangat memerlukan
dengan indikasi tingkat kesehatan lingkungan yang makin menurun. Dimana dalam
perencanaan ini mampu melayani kawasan perumahan/ lingkungan yang menampung air
mandi, cuci, dapur, tinja.
3.2.5 Penentuan Blok Pelayanan
Daerah pelayanan jaringan penyaluran air buangan disesuiakan dengan kebutuhan.
Pada perencanaan ini luas Kecamatan Jetis adalah 1,70 km2 dan daerah yang akan terlayani
adalah 80% dari luas total daerah perencanaan. Penentuan blok pelayanan in dilakukan
dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut mempunyai kepadatan yang cukup tinggi,
sehingga sistem penyaluran air buangan tidak mungkin menggunakan sistem on site, karena
terbatasnya lahan yang tersedia. Sedangkan untuk daerah – daerah yang mempunyai
kepadatan yang cukup rendah, penyaluran air buangannya dapat menggunakan sistem on site.
Penentuan luas blok daerah pelayanan berguna untuk mempermudah perencanaan
penyaluran air buangan dan untuk mempermudah penentuan beban aliran air buangan yang
akan disalurkan ke pipa yang akan melayani daerah pelayanan. Pembagian blok pelayanan
penyaluran air buangan biasanya berdasarkan kepadatan penduduk, keadaan topografi,
perkembangan daerah, dan tata guna lahan. Dalam perencanaan sistem penyaluran air
buangan Kecamatan Jetis dibagi dalam 4 blok pelayanan yang dapat dilihat pada peta
Kecamatan Jetisdalam lampiran gambar.
3.2.6 Perencanaan Pipa
Akan dijelaskan dalam 5.2.2
3.2.7 Penanaman Minimum Pipa
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 10
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Penempatan saluran air buangan perlu dipertimbangkan terhadap keadaan lapangan,
keamanan sistem jaringan itu sendiri dan pengaruh terhadap jaringan pipa distribusi yang ada
ataupun yang direncanakan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan pipa air buangan adalah sebagai
berikut :
Pipa service dipasang dibelakang rumah dan pipa lainnya dipasang di tepi jalan, di
bawah trotoar, hal ini mengingat kemungkinan penggalian jika diperlukan perbaikan,
atau ditengah median (jalur hijau) yaitu jalur antara jalur lambat dan jalur cepat
Kedalaman minimal saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran terhadap beban –
beban diatasnya. Kedalaman saluran harus disesuaikan dengan kedalaman
maksimum: 6 – 7 m.
BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE
4.1 Penentuan Daerah Pelayanan
Daerah yang akan dilayani dalam perencanaan ini adalah Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta dengan luas wilayah 170 ha2 (BPS Kota Yogyakarta, 2008).
4.2 Perencanaan sistem Jaringan Drainase
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 11
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Pada saluran ini menggunakan saluran terbuka, system jaringan dalam perencanaan
yang digunakan menggunakan system saluran terbuka. Dengan saluran yang digunakan yaitu
saluran primer dan sekunder (gambar terlampir).
4.3 Perhitungan Beban Aliran
4.3.1 Penentuan Blok Pelayanan
Blok yang dilayani dalam perencanaan ini dibagi dalam 4 blok, yang dibagi berdasarkan
jalan utama di Kecamatan Jetis (gambar terlampir).
Tabel 4.1 Pembagian Blok Kecamatan Jetis
Blok Luas ( km2)
I 0,54
II 0,24
III 0,21
IV 0,69
Total 1,7
4.3.2 Penentuan Kapasitas Aliran
Kapasitas aliran ditentukan berdasarkan curah hujan yang ada di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan menggunakan cakupan wilayah Kota Yogyakarta, dengan 4 stasiun pengamat.
Alasan menggunakan wilayah Kota Yogyakarta didasarkan atas pertimbangan curah hujan
dalam setiap kota sama.
Terdapat beberapa pengamatan stasiun yang hilang seperti dalam tabel 4.4, hal tersebut dapat
dilengkapi sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Harian Maksimum pada Stasiun Pengamat
Setelah dilengkapi data curah hujan maksimum setiap stasiun, maka luas stasiun pengamat hujan dapat dihitung dengan metode polygon Thiessen ( gambar terlampir ). Prosedur penerapan metode ini menurut Suripin, 2003 meliputi langkah – langkah sebagai berikut :
1. Lokasi pos stasiun pengamat hujan di plot pada peta DAS. Antar stasiun dibuat garis lurus penghubung
2. Tarik garis tegak lurus ditengah – tengah tiap garis penghubung sedemikian rups (90o), sehingga membentuk polygon Thiessen. Luas masing – masing stasiun dapat diketahui dalam tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Luas Stasiun Pengamat Hujan Cara Polygon Thiessen
Blok Luas ( km2 )
A 0,6
B 0,3
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 14
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
C 0,5
D 0,3
Jumlah 1,7
3. Hujan rata – rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sosrodarsono dan Takeda, 2006 ) :
X = PA A 1+PB A 2+PC A 3+Pn An
A 1+A 2+ A 3 … An (4.2)
Dari perhitungan luas setiap stasiun maka dapat diketahui data curah hujan rata – rata setiap tahun menggunakan metode polygon ThiessenContoh 4.2 Perhitungan curah rata – rata dengan menggunakan persamaan (4.2), sebagai berikut :R Tahun 1995
(239 x 0,6 )+(274 x 0,3 )+(269 x 0,5 )+(245 x0,3)1,7
Suatu data hujan adalah (x) akan mencapai suatu harga tertentu/ disamai (x1) atau kurang dar (x1 ) atau lebih dilampaui dari (x1 ) dan diperkirakan terjadi sekali dalam kurun waktu T tahun, maka T ini dianggap sebagai periode ulang dari (x1 ). Analisa frekuensi terhadapdata hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain Gumbel, Iwai Kadoya, dan Log Pearson III ( Hardihardjaja, 1997 ).
4.4.1 Metode Gumbel
Dari data hujan rata – rata yang telah diperoleh, maka dapat dihitung curah hujan harian maksimum dengan menggunakan metode Gumbel.
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Perhitungan dengan metode Gumbel mengikuti kaidah Sosrodarsono dan Takeda (2006), sebagai berikut :
Menghitung rata – rata ( r )
r =∑ Rn
(4.3)
Menghitung nilai Standar Deviasi (SD)
SD = √∑ (R−r ) ²n−1
(4.4)
Menghitung nilai reducer deviation ( Yt )
YT = [ ln x ln TT−1 ] (4.5)
Menghitung reducer standar deviation (Sn) yang juga tergantung pada jumlah data n (lampiran pustaka, 4)
Menghitung nilai faktor probabilitas (K) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan :
K = YT−Yn
Sn (4.6)
Contoh 4.3 : Perhitungan curah hujan metode Gumbel
1. Tahun PUH menggunakan 5, 10, 15, 20, dan 25
2.Yt dari persamaan (4.5) YT = [ ln x ln 55−1 ]
YT = 1,4999
3. Yn = 0,51 (lampiran pustaka)
4. Menghitung Sn =1,02 (lampiran pustaka)
5. Nilai K dari persamaan (4.6)
K = 1,499−0,5128
1,0206 = 0,9672
6. Nilai r dari persamaan (4.3)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 17
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
r = 4010,1
15 = 267,34
7. SD dari persamaan (4.4)
SD = √ 4835,4215−1
= 18,58
8. Untuk nilai RT selanjutnya dapat ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9 Curah Hujan Harian Maksimum Metode Gumbel
PUH YT Yn sn K Rrata SD RT
5 1,499939987 0,5128 1,0206 0,967215
267,34 18,584
285,315
10 2,250367327 0,5128 1,0206 1,702496 298,979
15 2,673752092 0,5128 1,0206 2,117335 306,689
20 2,970195249 0,5128 1,0206 2,407795 312,086
25 3,198534261 0,5128 1,0206 2,631525 316,244
RT adalah hasil curah hujan maksimum untuk metode Gumbel.
4.4.2 Metode Iwai Kadoya
Metode Iwai Kadoya disebut pula cara distribusi terbatas sepihak. Prinsipnya adalah mengubah variabel (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan maksimum ke log x atau mengubah kurva distribusi yang asimetris menjadi kurva distribusi normal.
Hal pertama yang dilakukan menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006), yaitu urutkan data curah hujan rata – rata terlebih dahulu dari terbesar sampai terkecil, seperti dalam tabel 4.10. Selanjutnya tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut :
Mencari harga pengamtan dengan nomor urut m dari yang terbesar (Xs) Mencari harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil (Xt) Menhitung nilai bt
Bt = Xs . Xt−(X o2)2 Xo−Xt−Xs
(4.7)
Memperkirakan harga m
m = n
10 (4.8)
Mencari harga konstanta b > 0 sebagai harga minimum variabel kemungkinan (Xo)
b = 1m
x(∑bt ) (4.9)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 19
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
jika nilai b < 0, maka nilai b dianggap b = 0 Menghitung nilai 1/ c
1C = √ 2n
n−1x √ X ²−(Xo) ² (4.10)
Dengan harga variabel normal (C) yang sesuai untuk tiap periode ulang (lampiran pustaka) dan curah hujan untuk periode ulang tertentu didapat dengan :
Log x = (Xo + 1C
ζ ¿−b (4.11)
x = anti log ( Xo + 1C
ζ ¿−b (4.12)
contoh 4.4 : Perhitungan curah hujan maksimum metode Iwai Kadoya
Mencari nilai Xo dari persamaan (4.6)
Xo = anti log 36,39208
15 = 266,77 mm
1. Xs didapat dari tabel 4.102. Xt didapat dari tabel 4.103. = Xs x Xt
= 318,94 x 248,05= 79116,17 mm
4. = Xs + Xt= 318,94 + 248,05= 567
5. = Xs x (Xt – Xo2)6. = 2Xo – (Xt + Xs)
= 2 . 266,77 – 248,05 – 318,94= - 33,45
7. bt dihitung menggunakan persamaan (4.7)hasil selanjutnya dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Nilai bt
Selanjutnya dapat dihitung perkiraan harga m, seperti dalam persamaan (4.8)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 20
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
m = 15 / 10 = 1,5 ≈ 2 Konstanta b dapat dihitung seperti persamaan (4.9)
4.4.3 Metode Log Pearson III
Metode ini didasarkan pada perubahan data yang ada didalam bentuk logaritma. Cara ini variabel pertama kali diubah dalam bentuk logaritma (dasar 10) dan data log tersebut dianalisa.
Langkah perhitungannya menurut Sosrodarsono dan takeda (2006), yaitu:
Ubah data dalam bentuk logaritma, Xi = log R
Hitung harga rata – rata :
Log X rata – rata = ∑i
n
log X
n(4.13)
Hitung harga simpangan baku :
SD = √∑i
n
¿¿¿¿ (4.14)
Hitung koefisien kemencengan :
G = n∑
i
n
( log Xi− log Xrata2) ³
(n−1 ) (n−2 ) SD ³ (4.15)
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Log XT = Log Xrata-rata + Ks (4.16)
Dimana K adalah variable standar (standardized variable) untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G. nilai K dapat dilihat dalam lampiran pustaka 6. Jika tidak terdapat dalam tabel PUH tersebut, dapat menggunakan rumus interpolasi :
PUHa−PUHbPUHx−PUHb =
Koef .Ga−Koef .GbKoef .Gx−Koef .Gb (4.17)
Contoh 4.5 : Perhitungan curah hujan maksimum metode Log Pearson III
Kita buat perhitungan dengan tabel untuk memudahkan, seperti di bawah ini :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 21
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.13 Perhitungan Nilai X
No. R (mm) Xi = log R Xi - Xrata (Xi - Xrata)^2 (Xi - Xrata)^3
Jumlah 36,39208 ~ 0,01164113 0,000457442Xrata 2,426139 ~ ~ ~
SD 0,028836 ~ ~ ~Cs 1,572373 ~ ~ ~
1. Menggunakan PUH, misal PUH 5, 10, 15, 20, 25
2. Menghitung nilai SD, persamaan (4.14)
SD = √ 0,01114
= 0,02
3. Mencari nilai Ks dapat dicari dalam lampiran pustaka 6. Jika tidak terdapat PUH yang dimaksud menggunakan rumus interpolasi seperti persamaan (4.17)
XT adalah curah hujan harian maksimum untuk metode Log Pearson III
Dari perhitungan ketiga metode curah hujan tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut :
Tabel 4.15 Perbandingan Curah Hujan
PUHCurah Hujan Harian Maksimum (mm)
Gumbel Iwai Kadoya Log Pearson Tipe III
5 285,3147 279,0142254 278,9991302
10 298,9792 288,8149231 291,3812017
15 306,6886 294,360731 296,6125702
20 312,0865 298,2572778 302,1384057
25 316,2443 301,2639995 307,9716028
Rata-rata 303,8626 292,3422314 295,4205821
Dari hasil perhitungan diatas, maka jumlah rata – rata terbesar adalah dengan metode Gumbel
4.5 Menghitung Disrtibusi Curah Hujan
Metode yang digunakan adalah Hasper Weduwen. Rumus ini berdasarkan anggapan hujan mempunyai distribusi simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari satu jam dan durasi hujan dari 1 – 24 jam (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Rumusan yang digunakan adalah :
a. 1 ≤ t ≤ 24 jam
RT =[√ 11300 x t
t+3,12 ] x[ Xt100 ]
t
(4.18)
b. 0 ≤ t ≤ 1 jam
RT =[√ 11300 x t
t+3,12 ] x[ Rt100 ]
t
(4.19)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 23
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
RT = [ Xt x (1218 54)Xt (1−t )+(1272 x t) ] (4.20)
Sehingga :
I = R/ T (4.21)
Contoh 4.6 : Perhitungan distribusi curah hujan PUH 5 tahun
1. Durasi 5 menit = 0,08 jam
2. Rt menggunakan persamaan (4.19)
RT =
285(1218x 0,08+54 )285 (1−0,08 )+(1272 x 0,08)
=120,67
t
3. RT menggunakan persamaan (4.20)
RT = [√ 11300 x285285+3,12 ] x [120,67
100 ]=20,69
4. Intensitas menggunakan persamaan (4.21)
I = 20,69/ 0,08 = 248,28
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.16 Distribusi PUH
Untuk PUH 5 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit (jam) (mm) (mm) (mm/
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 24
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
) jam)
285
5 0,0833
120,67 20,69 248,28
10 0,1667
162,95
39,006 234,04
20 0,3333
213,52
70,517 211,55
30 0,5 242,72
95,889 191,78
40 0,6667
261,73
116,74 175,11
60 1 ~ 149,26 149,26
80 1,3333 ~ 165,7
7 124,33
120 2 ~ 189,35 94,675
Untuk PUH 10 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit) (jam) (mm) (mm) (mm/
jam)
299
5 0,0833
122,33
20,973 251,68
10 0,1667
166,63
39,887 239,32
20 0,3333
220,65
72,873 218,62
30 0,5 252,37
99,703 199,41
40 0,6667
273,23
121,87 182,81
60 1 ~ 156,59 156,59
80 1,3333 ~ 173,9
2 130,44
120 2 ~ 198,65 99,325
Untuk PUH 15 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit (jam) (mm) (mm) (mm/
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 25
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
) jam)
307
5 0,0833
123,22
21,127 253,52
10 0,1667
168,65
40,371 242,22
20 0,3333
224,63
74,188 222,56
30 0,5 257,81
101,85 203,7
40 0,6667
279,76
124,78 187,17
60 1 ~ 160,78 160,78
80 1,3333 ~ 178,5
7 133,93
120 2 ~ 203,97 101,98
Untuk PUH 20 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit) (jam) (mm) (mm) (mm/
jam)
312
5 0,0833
123,77 21,22 254,64
10 0,1667
169,88
40,666 244
20 0,3333
227,09
74,999 225
30 0,5 261,18
103,18 206,37
40 0,6667
283,82
126,59 189,89
60 1 ~ 163,4 163,4
80 1,3333 ~ 181,4
8 136,11
120 2 ~ 207,29 103,64
Untuk PUH 25 Tahunan
XT Durasi t Ri RT I
(mm) (menit) (jam) (mm) (mm) (mm/
jam)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 26
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
316
5 0,0833
124,19
21,293 255,52
10 0,1667
170,85
40,899 245,39
20 0,3333
229,03
75,641 226,92
30 0,5 263,86
104,24 208,49
40 0,6667
287,05
128,03 192,05
60 1 ~ 165,49 165,49
80 1,3333 ~ 183,8 137,85
120 2 ~ 209,95 104,97
4.6 Menghitung Lengkung Intensitas Hujan
4.6.1 Metode Talbot (1881)
Rumus ini banyak digunakan Karena mudah diterapkan dan tetapan – tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang terukur (Suripin, 2003).
I = at+b (4.22)
Dimana :
I : Intensitas hujan (mm/ jam)
t : Lamanya hujan (jam)
a dan b :Konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
Intensitas didapat dari perhitungan lengkkung dalam Tabel 4.16
o Konstanta a, persamaan (4.29)
a = (7704,53 x 275311)−(1315577,11 x1429,02)(8x 275311)−(1429,02)² = 1503,48
o Konstanta b, persamaan (4.30)
b = (1429,02 x7704,53 )−(1315577,11)(8 x275311 )−(1429,02) ² = 60,43
o Intensitas Ishiguro menggunakan persamaan (4.28)
I = 1503,48√5+60,43
=732,81 mm/ jam
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel 4.19 berikut :
Tabel 4.19 Lengkung Intensitas Ishiguro
PUH 5 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 248,28 61643,1
2,23607
555,172
137838,157
732,81918
10 234,037 54773,5
3,16228
740,091
173209,061
535,88336
20 211,551 44753,8
4,47214
946,084
200145,042 396,6287
30 191,778 36779 5,47723
1050,41
201446,645
334,93659
40 175,109 30663 6,3245 1107,4 193929,88 298,1607
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 36
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
6 8 5 8
60 149,257 22277,7
7,74597
1156,14
172562,559
254,53788
80 124,329 15457,7
8,94427
1112,03
138257,665
228,53345
120 94,6747 8963,31
10,9545
1037,11 98188,094 197,6874
Jumlah 1429,02 275311 ~ 7704,5
31315577,1
1 ~
a 1503,489565b 60,43821006
PUH 10 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 251,682 63343,6
2,23607
562,777
141640,702
783,20783
10 239,322 57275,2
3,16228
756,804
181120,179
573,03389
20 218,62 47794,6
4,47214
977,697
213743,803
424,41846
30 199,406 39762,8
5,47723
1092,19
217789,807
358,57939
40 182,806 33417,9
6,32456
1156,16
211353,562
319,33149
60 156,589 24520,2
7,74597
1212,93
189932,476
272,77623
80 130,436 17013,6
8,94427
1166,66
152174,497
245,02378
120 99,3254 9865,54
10,9545
1088,06
108071,576
212,10424
Jumlah 1478,19 292994 ~ 8013,2
8 1415826,6 ~
a 1604,554848b 65,62909092
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 37
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
PUH 15 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 253,524 64274,5
2,23607
566,897
143722,081
812,49414
10 242,224 58672,5
3,16228 765,98 185538,78
4594,6557
3
20 222,565 49535,1
4,47214 995,34 221527,54
9440,6207
2
30 203,704 41495,3
5,47723
1115,73 227279,38 372,3806
7
40 187,17 35032,7
6,32456
1183,77
221566,058
331,70151
60 160,779 25849,8
7,74597
1245,39
200232,055
283,44852
80 133,926 17936,2
8,94427
1197,87
160426,551
254,68401
120 101,983 10400,5
10,9545
1117,17
113932,037
220,56398
Jumlah 1505,88 303197 ~ 8188,1
51474224,4
9 ~
a 1663,068509b 68,74729532
PUH 20 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 254,641 64841,9
2,23607
569,394
144990,784
830,96369
10 243,996 59534,1
3,16228
771,583
188263,215
608,30333
20 224,997 50623,5
4,47214
1006,22
226395,031
450,85868
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 38
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
30 206,368 42587,9
5,47723
1130,33 233263,28 381,1081
1
40 189,886 36056,5
6,32456
1200,94
228041,399 339,5285
60 163,397 26698,7
7,74597
1265,67
206807,384 290,2074
80 136,107 18525,2
8,94427
1217,38
165694,726
260,80617
120 103,644 10742,1
10,9545
1135,36
117673,399
225,93089
Jumlah 1523,04 309610 ~ 8296,8
71511129,2
2 ~
a 1699,881274b 70,75366863
PUH 25 Tahunan
t II^2 t^0,5 I .
(t)^0,5I^2 .
(t)^0,5
I Ishiguro
(menit)
(mm/jam)
(mm/jam)
5 255,515 65288 2,23607
571,349
145988,478
845,82455
10 245,391 60216,8
3,16228
775,995
190422,343
619,29113
20 226,924 51494,4
4,47214
1014,83 230289,77 459,1078
30 208,488 43467 5,47723
1141,93
238078,794
388,14396
40 192,051 36883,6
6,32456
1214,64
233272,215
345,84109
60 165,492 27387,7
7,74597 1281,9 212144,12
9295,6620
7
80 137,852 19003,3
8,94427
1232,99
169970,543
265,74943
120 104,973 11019,3
10,9545
1149,92
120710,007
230,26751
Jumlah 1536,69 314760 ~ 8383,5
51540876,2
8 ~
a 1729,449884b 72,39105332
Dari ketiga perhitungan metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Kemudian dapat dihitung selisih nilai terkecil yang mendekati nol, dalam tabel 4.20 berikut :
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 39
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
1 2 3 4 5 6 7 80
50
100
150
200
250
300
350
sherman 5 thn I Sherman (mm/jam)sherman 10 thn I Sherman (mm/jam)sherman 15 thn I Sherman (mm/jam)sherman 20 thn I Sherman (mm/jam)sherman 25 thn I Sherman (mm/jam)
Metode Ishiguro
1 2 3 4 5 6 7 80
100
200
300
400
500
600
700
800
900
ishiguro 5 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 10 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 15 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 20 thn I Ishiguro (mm/jam)ishiguro 25 thn I Ishiguro (mm/jam)
Metode Talbot
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 44
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
1 2 3 4 5 6 7 80
50
100
150
200
250
300
350
talbot 5 thn I Talbot (mm/jam)talbot 10 thn I Talbot (mm/jam)talbot 15 thn I Talbot (mm/jam)talbot 20 thn I Talbot (mm/jam)talbot 25 thn I Talbot (mm/jam)
Dari data diatas, tampak bahwa dengan cara Talbot untuk PUH 5 tahunan diperoleh beda terkecil yang mendekati nol, sehingga cara Talbot digunakan dalam menghitung debit limpasan.
4.7 Perencanaan Jaringan
Dalam perencanaan saluran drainase ini menggunakan sistem drainase utama (Kementrian PU dan Kimpraswil,2003). Saluran dalam sistem ini adalah saluran primer, sekunder, dan tersier. Namun, dalam perencanaan ini menggunakan saluran primer, dan sekunder. Pembuatan jaringan saluran disesuaikan dengan kondisi medan dan jalan yang ada (elevasi muka tanah). Pada saluran ini menggunakan saluran terbuka yang permukaannya terbuat dari beton dengan blok pelayanan (sub area) sebanyak 4 blok (gambar terlampir).
4.7.1 Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran (c) berbeda – beda sesuai tata guna lahan dan faktor – faktor yang berkaitan dengan aliran permukaan didalam sungai terutama kelembaban tanah. Menetapkan harga koefisien pengaliran (c) sesuai dengan tata guna lahan yang dilewati saluran pada tiap sub blok yang akan dilayani (peta tata guna lahan terlampir dan nilai c lampiran pustaka, 1). Tahapan dalam perhitungannya sebagai berikut :
Menentukan nilai c dari kondisi lahan yang ada
Menghitung luas (A) dalam persen, untuk mempermudah perhitungannya
A% = C1/∑C x 100%
Menghitung luas wilayah setiap koefisien pengalirannya
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 45
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
A = Luas wilayah area yang dilayani x A% / 100
Harga A dan C dikalikan, kemudian dijumlah dan didapat harga C gabungan
Tabel 4.21 Koefisien Pengaliran Saluran Sekunder
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
1--3 54,4Pemukiman 0,55 44 23,936 13,1648
0,474Jasa 0,5 40 21,76 10,88
Perusahaan 0,2 16 8,704 1,7408Jumlah 1,25 100 54,4 25,7856
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
C A A C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
5--4 21,4Pemukiman 0,55 44 9,416 5,1788
0,474Jasa 0,5 40 8,56 4,28
Perusahaan 0,2 16 3,424 0,6848Jumlah 1,25 100 21,4 10,1436
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
3--9 24,4Pemukiman 0,55 44 10,736 5,9048
0,474Jasa 0,5 40 9,76 4,88
Perusahaan 0,2 16 3,904 0,7808Jumlah 1,25 100 24,4 11,5656
JalurLua
sTipe
Daerah Pengaliran
C A A C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
4--8 69,8Pemukiman 0,55 44 30,712 16,8916
0,474Jasa 0,5 40 27,92 13,96
Perusahaan 0,2 16 11,168 2,2336Jumlah 1,25 100 69,8 33,0852
Tabel 4.22 Koefisien Pengaliran Saluran Primer
JalurLuas Tipe
Daerah Pengaliran
CA A
C x A C Gabungan(ha) (%) (m^2)
3--4 54,4 Pemukima 0,55 44 23,936 13,1648 0,474
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 46
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
nJasa 0,5 40 21,76 10,88
Perusahaan 0,2 16 8,704 1,7408Jumlah 1,25 100 54,4 25,7856
Slope limpasan adalah jarak terjauh panjang limpasan saluran. Sedangkan slope saluran adalah panjang saluran. Dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
So = ΔET/Lo (4.33)
Keterangan :
So : Slope limpasan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 47
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
ΔET : Elevasi tanah awal – Elevasi tanah akhir
Lo : Panjang limpasan
Sd = ΔET/Ld (4.34)
Keterangan :
Sd : Slope saluran
ΔET : Elevasi tanah awal – Elevasi tanah akhir
Lo : Panjang saluran
4.7.3 Waktu Konsentrasi (Tc)
Menurut Suripin (2003), waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik control) setelah tanah jenuh dan depresi – depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap DAS secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Salah satu metode yang telah dikembangkan oleh Kirpich (1940),
Tc = (0,87 x Ld2 / 1000 x Sd)0,385 (4.35)
4.7.4 Perhitungan Debit Limpasan
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum dipakai adalah metode rasional USSCS (1973). Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al, 1986). Persamaan matematik metode rasional dinyatakan dengan :
Q = 0,002778 x C x I x A
Dimana :
Q : Debit limpasan (m3/s)
C : Koefisien pengaliran (0 ≤ C ≤ 1)
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas daerah tangkapan (ha)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 48
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4 1 2
8--7 1898 632 110,8 110,6 0,00011
0,000316 221,6 65,3196 0,474 21,07 1,8122
5
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 50
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4.7.5 Perhitungan Dimensi Saluran
Pada perencanaan ini digunakan dimensi saluran berbentuk segi empat. Dengan mengacu pada Kementrian PU dan Kimpraswil (2003), bentuk saluran penampang efektif perencanaan adalah bentuk segi empat. Urutan dalam perhitungannya adalah sebagai berikut :
h : Kedalaman (m)
h : 0,917( Q / S0,5)3/8 (4.37)
b :Lebar saluran
b : 2 x h (4.38)
A : Luas penampang
A : b x h (4.39)
v : Kecepatan saluran
Kecepatan saluran dihitung menggunakan rumus Manning (1889),
v = (1/n) x R2/3 x Sd1/2 (4.40)
Dimana :
Angka kekasaran (n) menggunakan permukaan beton, n = 0,013
Radius hidrolik (R) = 0,5 x h
Kontrol kecepatan menggunakan rumus kecepatan aliran menurut Metcalf and eddy (1999) :
Q = V/A (4.41)
Tabel 4.25 Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 51
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
SaluranQ
Sdh R b A v v
kontrol(m3/
s) (m) (m) (m) (m2) (m/s) (m/s)
1--3 5,545 0,0049
0,93
0,466
1,865
1,739
3,242
3,24202
5--4 2,123 0,0009
0,89
0,443
1,772
1,569
1,377
1,37676
3--9 4,985 0,0028
0,99
0,496
1,986
1,972
2,573 2,573
4--8 6,785 0,0033
1,09
0,543
2,171
2,357 2,93 2,9295
4
Tabel 4.26 Perhitungan Dimensi Saluran Primer
SaluranQ
Sdh R b A v v
kontrol(m3/
s) (m) (m) (m) m2 (m/s) (m/s)
3--4 3,508 0,0003
1,34
0,668
2,672
3,571
1,004
1,00449
9--8 6,75 0,0003
1,73
0,866
3,465
6,005
1,151
1,15085
6--4 12,3 0,0007
1,82
0,909
3,637
6,615
1,925 1,9251
8--7 1,765 0,0003
1,02
0,509
2,038
2,076
0,873
0,87286
4.8 Perhitungan Elevasi saluran
Tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut:
Mengetahui panjang saluran
Mengetahui elevasi muka tanah awal dan akhir
Slope saluran persamaan (4.34)
Kedalaman saluran
Freeboard saluran (fb) = (c x h)0,5 (4.42)
Kehilangan energy akibat gesekan (Hf)
Sd x Ld (4.43)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 52
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Elevasi dasar saluran awal
Eawal – h – fb (4.44)
Elevasi dasar saluran akhir
Eakhir – h – fb (4.45)
Kedalaman awal = Eawal – Esaluran awal (4.46)
Keadalaman akhir = Eakhir – Esaluran akhir (4.47)
Elevasi muka akhirawal = Esaluran awal – h (4.48)
Elevasi muka akhirakhir = Esaluran akhir – h (4.48)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 53
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.27 Perhitungan Elevasi Saluran Sekunder
Saluran
Ld Elevasi Muka Tanah Sd h
FbHf Elevasi Dasar
Saluran Kedalaman Elevasi Muka Air
(m) Awal Akhir (m) (m) (m) Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1 2 3 4 5 6=(C*h)^0,5 7=1*4 8=2-5-
69=3-5-
610=2
-811=3-
912=8-
5 13=9-5
1--3 1160 118 112,3 0,0049
0,93 0,463 5,7 116,6 110,90
5 1,395 1,395 115,67
109,9721
5--4 527 113 112,5 0,0009
0,89 0,451 0,5 111,66 111,16
3 1,337 1,337 110,78
110,2769
3--9 527 112,3 110,8 0,0028
0,99 0,478 1,5 110,83 109,32
9 1,471 1,471 109,84
108,3364
4--8 580 112,5 110,6 0,0033
1,09 0,5 1,9 110,91 109,01
5 1,585 1,585 109,83
107,9293
Tabel 4.28 Perhitungan Elevasi Saluran Primer
Saluran
Ld Elevasi Tanah Sd hFb Hf
Elevasi Dasar Saluran Kedalaman Elevasi Muka
Air
(m) Awal Akhir (m) (m) Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1 2 3 4 5 6=(C*0,5)^0,5 7=1*4 8=2-5-
69=3-5-
610=2
-811=3-
912=8-
5 13=9-5
3--4 685 112,5 112,3 0,0003
1,34 0,554 0,2 110,61 110,40
9 1,891 1,891 109,27
109,0734
9--8 738 110,8 110,6 0,0003
1,73 0,631 0,2 108,44 108,23
6 2,364 2,364 106,7 106,5032
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 54
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
6--4 422 112,8 112,5 0,0007
1,82 0,647 0,3 110,33 110,03
5 2,465 2,465 108,52
108,2158
8--7 632 110,8 110,6 0,0003
1,02 0,484 0,2 109,3 109,09
7 1,503 1,503 108,28
108,0782
Profil Hidrolis
Tabel 4.29 Profil Hidrolis saluran 1--3
Keterangan SaluranPanjang Saluran Elevasi
(m) (m)Elevasi Muka Tanah 1 0 118
3 1160 112,3Elevasi Dasar Saluran 1 0 116,6
2 1160 110,9
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 55
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
0 200 400 600 800 1000 1200 1400106
108
110
112
114
116
118
120
Profil Hidrolis Pipa Sekunder Jalur 1 - 2
Elevasi Muka TanahElevasi Dasar Saluran
Panjang Pipa (m)
Elev
asi (
m)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 56
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
4.9 Bangunan Pelengkap
4.91 Gorong – gorong ( Culvert )
Gorong – gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati
jalan raya, jalan kereta api, ataun timbunan lainnya ( Suripin, 2003)
Tahapan perhitungan gorong – gorong :
Mengetahui debit di saluran tersebut
Slope saluran ( Sd )
Kecepatan saluran (v saluran )
Lebar saluran ( h saluran )
Kecepatan di gorong – gorong, asumsi harus lebih cepat daripada di v saluran, untuk
mencegah terjadinya penyumbatan
Panjang gorong – gorong
Luas gorong – gorong
A = Qsal / Vgor (4.49)
Lebar gorong – gorong ( hgor)
Hgor = (Agor / 2)0,5 (4.50)
Tinggi gorong – gorong ( bgor )
Bgor = 2 x hgor (4.51)
Kehilangan tekanan di inlet gorong – gorong (Hf in )
Hf in = 0,25 x (Vgor – Vsal)2/2 x g (4.52)
Kehilangan tekanan di outlet(Hf out)
Hf out = 0,5 x (Vgor – Vsal)2 / 2 x g (4.53)
Kehilangan tekanan akibat gesekan (Hf gesek)
Hf gesek = Sd x Pgor (4.54)
Kehilangan total (Hf total)
Hf total = Hf in + Hf out + Hf gesek (4.55)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 57
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Tabel 4.29 Perhitungan Gorong – gorong dan Hf Saluran Sekunder
Saluran
QSd
Dimensi Saluran Dimensi Gorong-gorong Kehilangan Tekananv
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Dari perhitungan mundur ketiga metode tersebut, maka dapat dicari harga deviasi terkecil untuk menentukan metode yang digunakan dalam proyeksi 20 tahun mendatang. Mengikuti aturan PERMEN (2007), untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :
Data statistik jumlah penduduk telah diketahui, mencari rata – rata jumlah penduduk ( Y mean), Y mean = ∑Y/n (5.10)
Data hasil perhitungan mundur ( Yi )
Standar deviasi (S)
S=√∑(Yi−Ymean)²n
(5.11)
Tabel 5.4 Deviasi Standar dari Hasil Perhitungan Aritmatik
TahunTahun ke Statistik
JumlahHasil
Perhitungan Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2(X) Penduduk Aritmatik (Yi)
Jumlah 55 350888 ~ ~ 56172241,79Ymean 35088,8 ~ ~ ~
Standar Deviasi ~ ~ ~ 2498,27
Tabel 5.6 Deviasi Standar dari Hasil Perhitungan Eksponensial
TahunTahun ke Statistik
JumlahHasil
Perhitungan Yi - Ymean (Yi - Ymean)^2(X) Penduduk Exponensial (Yi)
2001 1 37142 31120,28503-
3968,514973
15749111,09
2002 2 37335 31869,83203-
3218,967969
10361754,79
2003 3 36871 32637,43223-
2451,367765
6009203,921
2004 4 37142 33423,52046-
1665,279542
2773155,954
2005 5 38268 34228,54199-
860,2580068
740043,8382
2006 6 23736 35052,95286-
35,84714125
1285,017535
2007 7 26038 35897,22006 808,4200557
653542,9865
2008 8 37812 36761,82183 1673,021833
2799002,055
2009 9 37990 37647,24796 2558,44796 6545655,964
2010 10 38554 38554 3465,2 12007611,04
Jumlah 55 350888 ~ ~ 57640366,6
6
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 66
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Ymean 35088,8 ~ ~ ~Standar Deviasi ~ ~ ~ 2530,71
Dari perhitungan ketiga metode tersebut, maka dapat dilihat bahwa harga standar deviasi terkecil adalah metode geometrik. Sehingga metode ini digunakan untuk perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan jetis 20 tahun mendatang.
5.1.4 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang
Menggunakan metode geometrik persamaan (5.6). Perhitungannya dapat dilihat dalam tabel 5.7 berikut :
Tabel 5.7 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang Metode Geometrik
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Dalam perhitungan proyeksi fasilitas umum, jumlah unit diasumsikan dengan alasan untuk memperhitungkan fasum tidak bias diramalkan jumlah tahun mendatang, Karena tidak konstan dalam pertambahannya. Dalam tabel 5.8, macam – macam fasilitas umum dan jumlah unit tahun 2009 berasal dari BPS Kota Yogyakarta (2008) dengan asumsi tidak ada penambahan pada tahun 2009, sedangkan tahun selanjutnya asumsi.
Seperti yang dijelaskan di 3.2.3, perencanaan ini menggunakan sistem gravitasi. Penyalurannya dibagi dalam 6 blok (gambar terlampir). Untuk menghitung debit puncak (Qpeak) air buangan total tahapan perhitungannya sebagai berikut :
5.2.1 Debit Buangan
Dalam perhitungan debit buangan, terbagi menjadi 2 yaitu perhitungan debit air buangan domestik dan non domestik. Untuk debit air buangan domestik berasal dari masyarakat (Sugiarto,1987). Sedangkan non domestik berasal dari fasilitas umum seperti jasa, lembaga, dsb. Dalam menghitungan debit buangan domestik, urutannya adalah :
Menentukan luas wilayah pelayanan (ha)
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 68
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
Jumlah penduduk daerah pelayanan
¿ Luas daerah pelayanan x penduduk tahun proyeksiLuas total wilayah (5.12)
Debit air bersih
Q air bersih = Jumlah penduduk daerah pelayanan x Keb. Air/ jiwa/ hari (5.13)
Debit air buangan
Q air buangan = Q air bersih x Faktor kebocoran (5.14)
Sedangkan untuk perhitungan debit air buangan non domestik, urutannya :
Jumlah unit fasum
Rata – rata jumlah jiwa/unit
Kapasitas jiwa/unit
Kebutuhan air
Debit air buangan
Q air buangan = Jumlah unit x Rata – rata jumlah jiwa/unit x kapasitas unit (5.15)
Debit total air buangan
Q total = Q air buangan x faktor kebocoran (5.16)
Tabel 5.9 Debit Air Buangan Domestik
Blok Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Q Air Bersih Q Air Buangan
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 69
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
(Ha) (Jiwa) (l/hari) (m3/s) (m3/s)
I 54,4 20217,92 3032688
0,0351 0,028080444
II 24,4 9068,331765 1360250
0,0157 0,012594905
III 43,1 16018,24176 2402736
0,0278 0,022247558
IV 48,1 17876,50647 2681476 0,031 0,024828481
Total 170 63181 9477150
0,1097 0,087751389
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 70
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 71
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011
5.4 Bangunan Pelengkap
5.4.1 Lubang Kontrol ( Manhole)
Fungsi manhole sebagai lubang periksa, ventilasi dan pembersihan pada sluran air buangan (NSPM,2009).
Peletakkan manhole :
Pada jalur lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter saluran
Tabel 5.17 Jarak Manhole
Diameter Pipa Jarak Manhole
(mm) (m)
150 25 – 50
200 50 - 100
500 100 – 125
1000 125 – 150
2000 150 – 200
>2000 200
Sumber : Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering (1981)
Syarat utama diameter manhole adalah mudah dimasuki oleh pekerja bila akan dilakukan pemeliharaan saluran, diameter manhole bervariasi sesuai kedalaman saluran.
Tabel 5.18 Diameter Manhole
Kedalaman Diameter
(m) (m)
< 0,8 0,75
0,8 – 2,5 1 – 1,2
>2,5 1,2 – 1,8
Sumber : Metcalf & Eddy, Wastewater Eng (1981)
Detail manhole tertera pada lampiran gambar. Berikut jumlah manhole dalam perencanaan di Kecamatan Jetis.
IRMA YUNITA SALEH (09513021) 83
TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGEJURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA2011