-
DRAINASE DAN SEWERAGE BERKELANJUTAN
TL 3202
TUGAS 01-Pendahuluan
PUSTAKA, METODOLOGI, PRA PERENCANAAN
Anggota Kelompok :
1. Kiki Kumala Putri 15312028
2. Tania Alpiani 15312030
3. Kezia Theresia 15312032
4. Aji Gumelar 15312034
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Penyaluran Air Buangan merupakan salah satu sarana
pendukung yang
penting untuk membantu terciptanya kondisi sanitasi lingkungan
yang baik, yang
pada akhirnya dapat menunjang terciptanya suatu masyarakat yang
sehat dan
produktif. Perbaikan sanitasi lingkungan pemukiman yang bersih,
sehat dan
berkesinambungan akan meningkatkan taraf hidup masyarakat
melalui terciptanya
kesehatan masyarakat. Adapun keuntungan dari pelayanan air kotor
bagi masyarakat
antara lain :
a) Perbaikan lingkungan pemukiman terutama untuk daerah-daerah
padat
penduduk.
b) Penataan sistem saluran pembuangan.
c) Penataan sistem sanitasi lingkungan pemukiman.
d) Penurunan tingkat pencemaran pada badan-badan air penerima
akibat
pembuangan limbah domestik.
Limbah cair domestik adalah sisa air yang telah dipakai untuk
kegiatan
sanitasi manusia seperti minum, memasak, mandi, mencuci,
menyiram tanaman, dan
lain-lain. Kegiatan sanitasi di gedung perkantoran, komersial,
dan kegiatan industri
turut menyumbangkan air limbah domestik ke dalam sistem
penyaluran air buangan.
Air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi,
tergantung pada sumber
asal limbah tersebut.
Limpahan air hujan akan bergabung dengan air limbah, dan
sebagian air hujan
tersebut menguap dan ada pula yang merembes ke dalam tanah dan
akhirnya menjadi
air tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu dengan saluran
air limbah, maka
terjadi penyusupan air tanah ke saluran limbah melalui
sambungan-sambungan pipa
atau melalui celah -celah yang ada karena rusaknya saluran pipa
(Sudrajat, 2004). Jika
saluran pembuangan tidak direncanakan dengan baik, maka akan
terjadi pencemaran
terhadap air tanah yang mengakibatkan penurunan kualitas air
tanah. Dengan adanya
sistem pembuangan air kotor, maka kualitas air tanah dapat
terjaga dengan baik
-
Sistem Sewerage di Negara Berkembang
Peningkatan populasi yang terjadi terus-menerus juga akan
berdampak pada
peningkatan limbah buangan yang dihasilkan, karena setiap
manusia akan
menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk
gas. Limbah yang
dihasilkan dapat bertindak sebagai bahan pencemar bagi mahluk
hidup dan dapat
merusak lingkungan di sekitarnya jika tidak diolah dengan baik.
Untuk menjamin
tercapainya keseimbangan ekologis dari alam dan mahluk hidup di
sekitarnya perlu
dibangun suatu instalasi pengolahan limbah sebelum dialirkan
langsung ke badan air.
Saat ini, pengelolaan sistem sanitasi limbah buangan rumah
tangga perlu diperhatikan
lebih jauh karena dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Beberapa contoh
dampaknya antara lain ancaman kesehatan pada masyarakat,
pencemaran air tanah
dangkal, dan pencemaran badan air. Timbulan air limbah domestik
yang dominan
pada umumnya bersifat organo-mikrobiologis. Limbah cair ini
berasal dari
perumahan, perkantoran, hotel, tempat hiburan, dan
fasilitas-fasilitas umum lainnya
yang sering digunakan masyarakat untuk kebutuhan
sehari-hari.
Dalam perencanaan wilayah pemukiman banyak dijumpai
kesalahan
perencanaan saluran-saluran pembuangan yang mengakibatkan
saluran yang
direncanakan tidak dapat menampung debit puncak air buangan dari
pemukiman
tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena adanya salah
perhitungan besar debit puncak
per rumah tangga dan data curah hujan serta diabaikannya
faktor-faktor koefisien
perhitungan kemungkinan akan berkembangnya lokasi pemukiman atau
wilayah yang
direncanakan. Kemudian dalam pengolahannya pun masih kurang
direncanakan
dengan baik dan hanya dilakukan dengan pengolahan sederhana yang
dapat
menghasilkan kualitas air limbah yang sangat buruk bagi
lingkungan disekitarnya.
Pembuangan limbah domestik dibagi menjadi 2 sistem, yaitu sistem
setempat (on-site
sanitation) dengan menggunakan septik tank, dan sistem terpusat
(off-site sanitation)
dengan cara limbah dialirkan melalui perpipaan. Dari 2 sistem
tersebut, akan dilihat
bagaimana implementasinya di kawasan penelitian.
1.2 Tujuan
1. Menentukan sistem air buangan yang tepat untuk wilayah Kebon
kembang
2. Menentukan sistem jaringan perpipaan yang efektif untuk
menyalurkan air
buangan di wilayah kebon kembang
-
3. Menentukan sistem pengolahan air buangan yang sesuai dengan
kondisi
daerah Kebon Kembang
4. Menganalisis kondisi daerah studi setelah dan sebelum adanya
perancangan
sistemair buangan ini.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Hal-hal yang dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir yang menjadi
ruang lingkup
perencanaan, yaitu:
a. Tinjauan terhadap kondisi lingkungan perencanaan
b. Perencanaan jaringan induk penyaluran air buangan dengan
pembatasan
perencanaan pada periode perencanaan, batas daerah perencanaan
dan
pembagian blok pelayanan.
c. Penetapan criteria perencanaan jaringan induk sistem
penyaluran air buangan.
d. Penentuan jaringan penyaluran air buangan berdasarkan aspek
ekonomis dan
teknis.
e. Perhitungan kuantitas air buangan di daerah pelayanan.
f. Perhitungan dimensi pipa saluran berdasarkan kapasitas
pembebanan serta
bangunan pelengkap yang dibutuhkan.
g. Desain jaringan pipa dan aksesoris perencanaan yang
dibutuhkan
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang
berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya,
dan pada
umumya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin
ada (Notoatmodjo, 2003).
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha
atau
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen dan
asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air
seni, limbah
kamar mandi, dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga.
Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan
meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air
yang
dibuang berlebihan melebihi dari kemampuan alam untuk
menerimanya maka
akan terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang rusak
akan
menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal
pada
lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karenanya perlu
dilakukan
penanganan air limbah yang seksama dan terpadu baik itu dalam
penyaluran
maupun pengolahannya.
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air
yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu
kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem
penyaluran biasanya
menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang
berfungsi
menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya
di salurkan ke
saluran utama atau saluran drainase. Prinsip penyaluran air
buangan adalah membuat
suatu sistem penyaluran yang mengalirkan air buangan dari sumber
ke Bangunan
Pengolah Air Buangan (BPAB) melalui jarak yang
sependek-pendeknya agar waktu
penyaluran yang dibutuhkan singkat. Untuk menentukan teknologi
yang akan
-
digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis terhadap
kondisi umum, batasan-
batasan yang ada dan potensi yang dimiliki daerah pelayanan.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf,diakses
pada tanggal 4 Februari 2015, pukul 21.00).
2.1 Pengertian Sewerage
Sistem penyaluran air buangan adalah perlengkapan pengelolaan
air limbah
bisa berupa pipa ataupun selainnya yang dipergunakan untuk
membantu air buangan
dari sumbernya sampai ke tempat pengelollan atau ke tempat
pembuangan (Modul
Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana).Sistem
penyaluran air
buangan ini bertujuan untuk menyalurkan air limbah dari
perumahan dan fasilitas
umum, ada juga yang digabung dengan air limbah industri.
Air buangan sendiri terbagi menjadi dua, yakni:
1. Air hujan yang berlebihan (excess rainfall), yang dibicarakan
dalam drainase
2. Air limbah, yaitu air bekas pemakaian aktivitas masyarakat,
baik oleh
pemakaian domestik maupun oleh pemakaian non domestic
(komersial, institusional,
dan industri). Sifat air telah terkontaminasi dan cemar.
Air limbah domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari
aktivitas daerah
pemukiman yang kontaminasinya didominasi oleh bahan organik.Air
limbah non
domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari daerah
pemukiman, yaitu dari
daerah komersial, perkantoran, institusional, laboratorium,
rumah sakit, industri, dan
lain sebagainya (MODUTO, 2000).
2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting
dalam
memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan
datang. Prediksi
ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya,
arahan tata guna
lahan s erta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan
jumlah
penduduk.Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk
masa
lampau, maka metode statistikmerupakan metode yang paling
mendekati untuk
memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Ada beberapa
metode yang
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf
-
dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk
di masa
mendatang yaitu
Aritmatika
Geometrik
Linier
Eksponensial
Logaritmik
Least Square
2.2.1 Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode
ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan
yang relatif sama
tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang
kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak
terlalu pesat. Rumus
metode ini adalah :
Dengan:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = jumlah penduduk awal
r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
Tn = tahun yang diproyeksi
T0 = tahun awal
P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/12/picture31.jpg
-
2.2.2 Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila
data jumlah
penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke
waktu.Rumus metode
geometrik :
Dengan:
Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
P0 = jumlah penduduk tahun awal
r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = jangka waktu
2.2.3 Metode Regresi Linear
Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan
:
2.2.4 Metode Eksponensial
Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :
http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture215.jpghttp://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture311.jpg
-
2.2.5 Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :
2.2.6 Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk
Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan
dalam
perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar
deviasi dan keadaan
perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi
dan standar deviasi
diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan
yang ada dengan data
penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan.
Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kriteria korelasi adalah sebagai berikut:
http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture49.jpghttp://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture512.jpghttp://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture610.jpg
-
r< 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan
diantara
keduanya berbanding terbalik.
r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
r> 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang
kuat,
diantara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding
lurus.
Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar
deviasi terendah
dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota
sesuai dengan fungsi
kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan
metode proyeksi.
Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan
pertambahan
penduduk di masa mendatang.
(http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayah-
perencanaan-studi-kasus/, diakses tanggal 4 Februari 2015 pukul
11.00)
2.3Sistem Penyaluran Air Buangan
2.3.1 Sistem Sanitasi Setempat
Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) adalah sistem
pembuangan air
limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke
dalam suatu jaringan
saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air
buangan atau badan
air penerima, melainkan dibuang di tempat. Sistem ini dipakai
jika syarat-syarat
teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif
rendah.Sistem ini sudah
umum karena telah banyak dipergunakan di Indonesia.
Kelebihan sistem ini adalah :
Biaya pembuatan relatif rendah/ murah.
Bisa dibuat secara pribadi.
Teknologi dan sistem penanganannya cukup sederhana.
http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayah-perencanaan-studi-kasus/http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayah-perencanaan-studi-kasus/http://jujubandung.files.wordpress.com/2012/05/picture712.jpg
-
Operasional dan perawatannya merupakan tanggung jawab
pribadi.
Kekurangannya :
Umumnya tidak disediakan untuk menampung limbah dari proses
mandi,
cuci dan dapur.
Dapat mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan
dan
pemeliharaan tidak dilakukan sesuai dengan aturannya.
Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi
(DPU, 1989), antara lain :
Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ha.
Kepadatan penduduk 200 500 jiwa/ha masih memungkinkan dengan
syarat
penduduk tidak menggunakan air tanah.
Tersedia truk penyedotan tinja.
Beberapa contoh fasilitas sanitasi on site :
1. Cubluk
Cubluk merupakan sistem pembuangan tinja yang paling sederhana.
Terdiri
atas lubang yang digali secara manual dengan dilengkapi dinding
rembes air yang
dapat dibuat dari pasangan batu bata berongga, anyaman bambu dan
lain-lain. Cubluk
biasanya berbentuk bulat atau kotak, dengan potongan melintang
sekitar 0.5 1.0 m2,
dengan kedalaman 1 3 m. Hanya sedikit air yang digunakan untuk
menggelontorkan
tinja ke dalam cubluk. Cubluk ini biasanya di desain untuk waktu
5 10 tahun.
Beberapa jenis cubluk :
Cubluk tunggal
Cubluk tunggal dapat digunakan untuk daerah yang memiliki tinggi
muka
air tanah >1 m dari dasar cubluk.Cocok untuk daerah dengan
kepadatan 2 m dari dasar cubluk.
Pemakaian lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi 75%,
dan selanjutnya
lubang cubluk kedua dapat disatukan.Jika lubang cubluk kedua
terisi 75%, maka
lumpur tinja yang ada di lubang pertama dapat dikosongkan secara
manual dan dapat
digunakan untuk pupuk tanaman.Setelah itu lubang cubluk dapat
difungsikan
kembali.
-
2. Tangki Septik
Tangki septik merupakan suatu ruangan yang terdiri atas
beberapa
kompartemen yang berfungsi sebagai bangunan pengendap untuk
menampung/mengolah air limbah domestik dengan kecepatan alir
yang sangat lambat
sehingga member kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap
suspense
benda-benda padat dan kesempatan dekomposisi bahan-bahan organik
oleh mikroba
anaerobik. Proses ini berjalan secara alamiah yang sehingga
memisahkan antara
padatan berupa lumpur yang lebih stabil serta cairan
(supernatant). Proses anaerobic
yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan.
Untuk mendapat
proses yang baik, sebuah tangki septik haruslah hampir terisi
penuh dengan cairan,
oleh karena itu tangki septik haruslah kedap air (Sugiharto
1987).
Cairan yang terolah akan keluar dari tangki septik sebagai
efluen dan gas yang
terbentuk akan dilepas melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur
yang telah matang
(stabil) akan mengendap didasar tangki dan harus dikuras secara
berkala setiap 2-5
tahun bergantung pada kondisi. Efluen masih membutuhkan
pengolahan yang lebih
lanjut. Pengolahan lanjutan yang dapat digunakan adalah sumur
resapan dan small
bore sewer. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan
tangki septik
(Gambar 2.2):
Kecepatan daya serap tanah > 0.0146 cm/menit.
Cocok diterapkan di daerah yang memiliki kepadatan penduduk <
500 jiwa/ha.
Dapat dijangkau oleh truk penyedot tinja.
Tersedia lahan untuk bidang resapan.
-
Gambar 1.1. Tangki Septik.
3. Beerput
Sistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan.
Oleh karena
itu bentuknya hampir sama seperti sumur peresapan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem beerput antara lain
:
Tinggi air pada sumur beerput pada musim kemarau tidak kurang
dari 1,2 m
dari dasar.
Jarak dengan sumur minimal 8 m.
Volume air dalam sumuran harus lebih besar dari 1m3.
Apabila sumur tersebut dibuat bulat, maka diameternya tidak
boleh kurang
dari 1 m dan apabila dibuat segi empat maka sisi harus lebih
besar dari 0,9 m.
2.3.2 Sistem Sanitasi Terpusat
Sistem Sanitasi Terpusat ( Off site sanitation) merupakan sistem
pembuangan
air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah
kotoran) yang
menyalurkan dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke
saluran pengumpul air
buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan
pengolahan air
buangan sebelum dibuang ke badan perairan.
-
2.3.2.1 Sistem Penyaluran Terpisah
Sistem penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system
adalah sistem
dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol
tertutup, sedangkan
limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase
khusus untuk air yang
tidak tercemar. Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara
lain:
1. Periode musim hujan dan kemarau lama.
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air
buangan domestik.
3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu,
sedangkan air
hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima.
4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan)
pada musim
kemarau dan musim hujan relatif besar.
5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan
air hujan dapat
berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran
mempunyai
dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi
serta operasi dan
pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat
luas untuk
jaringan masing-masing sistem saluran
2.3.2.1.1 Sistem Penyaluran Konvensional
Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewer) merupakan
suatu jaringan
perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa
bangunan pengolahan
atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima.
Sistem ini terdiri dari jaringan pipa persil, pipa servis, pipa
lateral, dan pipa induk
yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup
luas.
Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa manhole
yang ditempatkan
pada lokasi-lokasi tertentu.Apabila kedalaman pipa tersebut
mencapai 7 meter, maka
air buangan harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya
dialirkan secara gravitasi
ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk
membersihkan
diri.Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem
penyaluran konvensional :
Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk
menggelontor.
Diameter pipa minimal 100 mm , karena membawa padatan.
Aliran dalam pipa harus aliran seragam.
Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0,6
m/detik). Aliran
dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat
mengalirkan padatan.
-
Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3 m/detik.
Kelebihan sistem penyaluran konvensional :
Tidak memerlukan tangki septik
Kekurangan sistem penyaluran konvensional :
Biaya konstruksi relatif mahal.
Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan
saluran small
bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan
dengan karakteristik
berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional
bersambung ke
saluran small bore sewer.
Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran secara
konvensional (DPU,
1989) :
Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional
atau dekat
dengan daerah yang punya sistem ini.
Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya
daerah
perumahan mewah, pariwisata.
Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan
cukup
tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan.
Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang
apabila tidak
dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk
pembuangan dan pengolahan
sendiri.
Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk >300 jiwa/ha dan
umumnya
penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan
sistem setempat
sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.
2.3.2.1.2 Sistem Riol Dangkal
Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau
Condominial Sewerage
(Mara, 1996).
Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah, sistem ini
mengangkut air buangan
dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih
landai.Peletakan saluran ini
biasanya diterapkan pada blok-blok rumah.Shallow sewer sangat
tergantung pada
pembilasan air buangan utnuk mengangkut buangan padat jika
dibandingkan dengan
cara konvensional yang mengandalkan self cleansing.
Sistem ini cocok diterapkan sebagai sewerage sekunder di daerah
perkampungan
dengan kepadatan tinggi, tidak dilewati oleh kendaraan berat dan
memiliki
-
kemiringan tanah sebesar 1%.Shallow sewer harus dipertimbangkan
untuk daerah
perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian
besar penduduk
sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi
tanpa pembuangan
setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari
kamar mandi, cucian,
pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan
pengolahan mini.
Gambar 1.2. Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage pada
Perumahan Tak Teratur
(A) dan Teratur (B) (Mara, 1996)
Biaya pembuatan shallow sewerage lebih murah bila dibandingkan
dengan
penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah
daripada sistem
sanitasi setempat (Gambar 3.2).Biaya murah ini dikarenakan
penggalian yang
dangkal, pipa yang digunakan berdiameter kecil dan unit
pengawasan yang sederhana
dalam tempat manhole yang tidak besar.
Gambar 1.3 Biaya Shallow Sewerage di Natal, Brazil (Mara,
1996)
2.3.2.1.3 Sistem Riol Ukuran Kecil
Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini
dirancang, hanya
untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi,
cuci, dapur dan
limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas
zat padat.Saluran
-
tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem
ini lebih murah
dibandingkan dengan sistem konvensional.
Daerah pelayanannya relatif lebih kecil, pipa yang dipasang
hanya pipa persil dan
servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan
pipa induk tidak
diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan
kepadatan penduduk
sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar.
Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini :
Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan
cairan,
tangki ini biasanya tangki septik.
Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan
Aliran yang terjadi dapat bervariasi.
Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan
self cleansing
karena tidak harus membawa padatan.
Kecepatan maksimum 3 m/detik.
Gambar 1.4 Skema Small Bore Sewer (TAG UNDP, 1985)
Kelebihan Sistem Riol Ukuran Kecil :
Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai
tinggi terutama
daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah
sekitarnya sudah tidak
mampu lagi menyerap effluen tangki septik.
Biaya pemeliharaan relatif murah
Mengurangi kebutuhan air, karena saluran tidak mengalirkan
padatan
-
Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening
Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk
bidang
resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena
permeabilitasnya jelek.
Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil :
Memerlukan lahan untuk tangki
Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang
kecil
2.3.2.2 Sistem Penyaluran Tercampur
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air
buangan
yang tercampur dengan air limpasan hujan. Sistem ini digunakan
apabila daerah
pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk
membangun saluran air
buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit
masing-masing air buangan
relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air
buangan dan air hujan
yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan
yang relatif kecil dari
tahun ke tahun.
Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan
sistem
penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan
pemeliharaannya akan lebih
ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar
air buangan karena
adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah
diperlukannya
perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain
itu karena salurannya
tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar
serta luas lahan yang
cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan. buangan.
2.3.2.2.1 Sistem Kombinasi
Pada sistem penyaluran secara kombinasi, air buangan dan air
hujan
disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui
saluran terbuka atau
tertutup, tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi antara air
buangan dan air hujan
dipisahkan dengan bangunan regulator.
Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke
lokasi
pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke
badan air penerima.
Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa
induk dan tidak
akan mencemari badan air penerima.
-
Sistem kombinasi ini cocok diterapkan di daerah yang dilalui
sungai yang airnya tidak
dimanfatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di daerah yang untuk
program jangka
panjang direncanakan akan diterapkan saluran secara
konvensional, karena itu pada
tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk
sementara dapat
dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.
2.4 Sistem Perpipaan
Pada umumnya sistem perpipaan penyaluran air buangan terdiri
dari :
1.Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam
rumah dan langsung
menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.Memiliki
diameter 3 4,
kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya dengan pipa servis;
membentuk
sudut 45 dan apabila perbandingan antara debit dari persil
dengan debit dari saluran
pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari
pipa persil yang
kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral.
Diameter pipa
servis sekitar 6 8, kemiringan pipa 0,5 1 %. Lebar galian
pemasangan pipa
servis minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0,6 m.
Sebaiknya pipa ini
disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa
servis untuk dialirkan
ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah
pelayanan. Diamter awal
pipa lateral minimal 8, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5
1%.
4.Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari
pipa-pipa lateral.
Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada
masing-msing pipa.
Kemiringan pipa sekitar 0,2 1%.
-
5.Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan
dari pipa-pipa
cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air
buangan. Kemiringan
pipanya sekitar 0,2 1%.
2.5 Pola Jaringan Saluran
Pola-pola jaringan yang umum diterapkan pada sistem penyaluran
air buangan (D A.
Okun, Community of Waste Water Treatment and Disposal,1975)
:
Pola Perpendicular (Tegak Lurus)
Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air
buangan pada sistem
terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan
Bangunan
Pengolahan Air Buangan (BPAB).
Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali yaitu ke
dalam pipa
riol hulu dimasukkan sejumlah tertentu air hujan dengan
pemasukkan
terkendali.Ujung akhir riol hulu didesain melintas di atas riol
interceptor, sedangkan
outfall bypassnya menuju badan air penerima terdekat.Pola ini
cocok untuk
diterapkan di daerah pantai.
Pola Zona
Pola zona atau wilayah adalah pola yang diterapkan pada daerah
pelayanan
yang terbagi dua oleh adanya sungai di daerah pelayanan, dimana
pipa penyebrangan
atau siphon tidak mungkin atau sangat mahal untuk dibangun.
Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang dapat diterapkan pada daerah
pelayanan yang terletak di
suatu lembah.Pada pola ini pengumpulan aliran ke arah dalam
dapat melalui lebih dari
dua cabang saluran, yang kemudian bersatu dalam pipa utama
menuju suatu outfall
atau BPAB.
Pola Radial
Pada pola radial, pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah ke
arah luar dimulai
dari daerah tinggi, jalur yang ditempuh pendek-pendek sehingga
diperlukan banyak
BPAB.Pola jaringan riol ini dapat dilihat pada Gambar 1.3.
a) Pola Interceptor
-
b) Pola Zona / Wilayah
c) Pola Kipas
d) Pola Radial
Gambar D Pola Jaringan Riol (Masduki, 2000)
2.6 Bentuk dan Bahan Saluran
-
2.6.1 Bentuk Saluran
Dalam pemilihan bentuk saluran terdapat beberapa pertimbangan,
diantaranya:
Segi konstruksi.
Segi hidrolis pengaliran untuk menjamin pengaliran air buangan,
kedalaman
berenang minimum dan kecepatan aliran minimum harus
terpenuhi.
Ketersediaan tempat bagi penanaman saluran.
Segi ekonomis dan teknis termasuk kemudahan memperoleh
materialnya.
Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul
air buangan adalah
lingkaran dan bulat telur.
1. Bentuk Lingkaran
Saluran bentuk lingkaran lebih banyak digunakan pada kondisi
debit aliran konstan
dan aliran tertutup.
Kondisi umum pengaluran saluran bulat lingkaran adalah :
V max tercapai pada saat d = 0.815 D
Q max tercapai pada saat d = 0.925 D
Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat lingkaran.
d D
Gambar E Pipa Bulat Lingkaran (Henny Wardhani, 2003)
2. Bentuk Bulat Telur
Saluran bentuk bulat telur, digunakan pada kondisi debit aliran
tidak konstan dengan
aliran tertutup dimana kondisi :
Vmax tercapai pada saat d = 0.89 D
Q max tercapai pada saat d = 0.94 D
Umumnya pipa bulat telur ini digunakan untuk pipa lateral,
cabang, dan induk.
-
d D
Gambar F Pipa Bulat Telur (Henny Wardhani, 2003)
Dari segi hidrolis, bentuk bulat telur ini mempunyai kelebihan
:
Kedalaman aliran lebih terjamin
Dapat mengatasi fluktuasi aliran dengan baik
Kekurangan bentuk saluran ini :
Pemasangan pipa bulat telur lebih rumit dan lebih lama
Mempunyai resiko tidak kedap yang lebih tinggi setelah
penyambungan
Sukar diperoleh
Harga pipa bulat telur lebih mahal
Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat
lingkaran
sehingga pemasangannya tidak efisien.
2.6.2 Bahan Saluran
Pemilihan bahan pipa perlu diperhitungkan dengan cermat,
mengingat di negara-
negara berkembang termasuk Indonesia, memiliki sumber daya
bahan-bahan
perlengkapan dan dana yang terbatas.
Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan bahan
pipa (Design and
Construction of Sanitary and Storm Sewers, 1969), adalah :
Kondisi lapangan, drainase, topografi tanah.
Sifat aliran dalam pipa, koefisien geseran.
Lifetime yang diharapkan.
Tahan gesekan, asam, alkali, gas, dan pelarut.
Mudah penanganan dan pemasangannya.
Kekuatan struktur dan tahan terhadap korosi tanah.
-
Jenis sambungan dan kemudahan pemasangannya serta kedap air dan
mudah
diperoleh di pasaran.
Tersedianya bahan, adanya pabrik pembuatan dan
perlengkapannya.
Tersedianya pekerja terampil dan tenaga ahli dalam riolering
sehingga dapat
memilih pipa yang tepat dan ekonomis.
Dalam penyaluran air buangan ada beberapa bahan pipa yang biasa
digunakan, yaitu :
Pipa tanah liat (clay pipe)
Pipa beton (concrete pipe)
Pipa asbes (asbestos cement pipe)
Pipa besi (cast iron)
Pipa HDPE (High Density Polyethilen)
Pipa PVC (Polyvinil Chlorida)
Berikut adalah tabel perbandingan bahan saluran yang dapat
dijadikan pertimbangan
dalam pemilihan bahan saluran :
Tabel 1Perbandingan Bahan Saluran.
(Sumber : Qasim, Sewerage and Treatment Plant)
Bahan Diameter
(inch)
Panjang
(m) Standar
Korosif
dan
erosi
Kekuatan Jenis
sambungan
1. Reinforced
Concrete
12 - 144 1.27.4 ASTMC76 Tidak
tahan
Kuat Bell spigot
2. Tanah Liat 4 - 48 1 - 2 ASTMC700 Tahan Mudah
pecah
Mortar,
rubber
gasket
3. Pipa
Asbes
4 - 42 AWWAC400 Tidak
tahan
Kuat Colar,
rubber ring
4. Cast Iron 2 - 48 6.1 AWWAC100 Tidak
tahan
Sangat
kuat
Bell spigot,
flanged
mechanical
5. Pipa Baja 8 - 252 1.2-4.6 AWWAC200 Tidak
tahan
Kuat Bell spigot,
socket,
6. PVC 4 - 15 3.2 ASTMD302 tahan Cukup Flexible
-
rubber,
gasket
7. HDPE 6 - 36 6.3 ASTM
D3212
Tahan Kuat Rubber
gasket, tight
bell,
coupler.
2.7 Penempatan dan Pemasangan Saluran
Berikut adalah beberapa alternatif penempatan dan pemasangan
saluran, berdasarkan
keadaan/kondisi daerah pelayanan:
Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila di bagian
kiri dan kanan
jalan terdapat jumlah rumah yang hampir sama banyak.
Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang pada satu bagian
sisi mempunyai
jumlah rumah yang lebih banyak daripada sisi lainnya , saluran
ditempatkan pada sisi
jalan dengan jumlah rumah terbanyak.
Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika di kedua
sisi jalan
tersebut terdapat banyak sekali rumah atau bangunan.
Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih
tinggi dari sisi
lainnya, perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang
mempunyai elevasi lebih
tinggi.
Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua
sisinya
dan mempunyai elevasi lebih tinggi dari jalan, maka penempatan
saluran dilakukan di
tengah jalan.
-
Gambar G Penempatan dan Pemasangan Saluran (DPU, 1986)
2.8 Kedalaman Penanaman Pipa
Kedalaman penanaman pipa air buangan tergantung dari fungsi pipa
itu
sendiri. Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil,
servis, lateral, dan induk.
Kedalaman awal pemasangan pipa :
Pipa persil (0.45 1.00) meter dari permukaan tanah.
Pipa servis (0.88 1.20) meter dari permukaan tanah.
Pipa awal lateral (0.88 1.20) meter dari permukaan tanah.
Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan
tidak
lebih dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan
dengan pompa.
Sedangkan kedalaman awal pipa induk dan cabang adalah 1.2 meter,
jika kurang dari
1.2 meter maka butuh drop manhole.(Pramadhita,2006)
-
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
1. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dilakukan untuk menentukan daerah observasi
sistem saluran air
buangan dan penyusunan draft untuk wawancara. Daerah yang akan
kami observasi
adalah daerah Tamansari-UNISBA.
2. Studi literatur
Mencari semua pustaka yang berhubungan dengan desain
penyaluran
air buangan.Baik itu berupa buku, catatan kuliah, jurnal,
majalah, artikel, maupun
data internet.
Semuanya dapat diakses melalui perpustakaan, internet, maupun
layanan publik.
Mencari data-data apa saja yang diperlukan dan dimana kita bisa
memperolehnya.
Diskusi Kelompok
Studi Literatur
Survey&wawancara
Menghitung proyeksi penduduk
Menghitung timbulan air buangan
Analisa dan pembahasan
Merencanakan desain saluran air buangan
Penyusunan laporan
-
3. Survey dan wawancara
Survey dan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi
eksisting
area dan untuk memperoleh data kuantitatif seperti jumlah warga,
banyaknya rumah,
banyaknya fasilitas umum (sekolah, masjid, pasar, fasilitas
kamar mandi umum, dll).
Oleh karena itu diperlukan koordinasi dengan pihak warga seperti
RT atau RW agar
pengambilan data dapat berjalan lancar.
4. Menghitung proyeksi penduduk
Data proyeksi penduduk selama 20 tahun ke depanakan membantu dan
berguna dalam
menentukan dimensi saluran yang akan didesain dan banyaknya
material yang akan
digunakan sehingga dapat disusun anggaran dana yang
dibutuhkan.
5. Menghitung timbulan air buangan
Setelah mendapatkan hasil proyeksi pernduduk selama 20 tahun
serta dari
literatur, hasil yang didapat digunakan untuk menentukan
timbulan air buangan. Data
yang didapat dijadikan acuan dalam menentukan desain bangunan
saluran air
buangan.
5. Analisa dan pembahasan
Data yang telah diperoleh kemudian diolah agar desain dapat
terumuskan dengan baik, misalnya jumlah penduduk diproyeksikan
untuk tahun
rancangan (misalnya 20 tahun ke depan). Pembahasan dilakukan
terhadap semua
aspek agar hasil desain bisa realistis dan optimal.Dijelaskan
pula pemilihan sistem
yang dipakai, sesuai dengan kriteria desain.
6. Merencanakan desain saluaran air buangan.
Rencana sistem saluran air buangan yang kami desain berdasarkan
pertimbangan
kondisi eksisting dan biaya yang efisien.
7. Penyusunan laporan
Data dan desain yang telah diolah dan dibahas, disusun dalam
bentuk laporan yang
baik.Termasuk di dalamnya pendahuluan, kondisi eksisting,
perhitungan, data &
analisa, serta rencana desain.Penyusunan yang sistematis akan
membuat desain
terlihat solid dan sempurna.
-
BAB IV
PENENTUAN PERIODE PERENCANAAN, PROYEKSI PENDUDUK DAN
PERKIRAAN DEBIT AIR BUANGAN
4.1 Penentuan Periode Perencanaan
Dalam merencanakan pembuatan sistem sewerage pada suatu
wilayah
perkotaan perlu ditentukan periode perencanaan sistem yang
tepat. Faktor-faktor
yang menjadi pertimbangan tahapan penentuan periode perancanaan
adalah:
Pertumbuhan penduduk di daerah layanan
Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung pada tahun 2012 tercatat
sebesar
1,26% (BPS Kota Bandung 2012). Seiring dengan bertambahnya
jumlah
penduduk, kebutuhan akan sarana dan prasarana sanitasi turut
meningkat. Oleh
karena itu dibutuhkan pembangunan sistem penyaluran air buangan
yang
berkelanjutan. Menurut Imhoff & Fair,1966, jika persentase
rata-rata
pertumbuhan penduduk di daerah perencanaan < 3%/tahun maka
lama periode
perencanaan 20-25 tahun, sedangkan jika persentase rata-rata
pertumbuhan
penduduk di daerah perencanaan > 3%/tahun maka lama periode
perencanaan 10-
15 tahun.
Kecepatan pertumbuhan sarana perkotaan
Penduduk membutuhkan sarana dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari.
Dengan adanya pertumbuhan penduduk, sarana untuk memenuhi
aktivitas pun
turut meningkat yang disesuaikan dengan masterplan pengembangan
kota.
Penekanan biaya
Periode perencanaan yang panjang akan menambah nilai investasi.
Biaya
pembangunan akan tertutup dengan nilai investasi yang
meningkat.
-
Mempermudah evaluasi
Periode perencanaan yang dibagi empat tahap akan mempermudah
dalam
proses evaluasi dalam pembangunan.
Setelah mempertimbangkan berbagai factor di atas makan
direncanakan
sistem penyaluran air buangan si daerah Cisitu Baru akan
berlangsung selama 20
tahun dimulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2035.
4.2 Proyeksi Penduduk
Pertumbuhan penduduk di suatu daerah akan meningkat seiring
dengan
perkembangan yang terjadi. Hal ini menyebabkan perlunya
dilakukan proyeksi
penduduk untuk mengetahui pertumbuhan penduduk di daerah
tersebut hingga
beberapa tahun yang akan datang. Proyeksi penduduk tersebut akan
digunakan
sebagai dasar untuk perhitungan proyeksi air buangan yang
dibuang di suatu daerah
tersebut. Perhitungan proyeksi penduduk akan dilakukan
menggunakan data jumlah
penduduk dalam sepuluh tahun ke belakang.
Proyeksi pertumbuhan penduduk di daerah Cisitu Baru dihitung
untuk
mengetahui jumlah penduduk Cisitu Baru selama 20 tahun yang akan
datang sehingga
sistem saluran air buangan masih dapat melayani hingga tahun
akhir periode
perencanaan. Untuk menghitung proyeksi penduduk di wilayah
perencanaanTamansari-UNISBA, diperlukan data jumlah penduduk di
daerah Cisitu
Baru selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Cisitu Baru tahun 2006-2015
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) (Po)
2003 826
2004 836
2005 846
2006 857
2007 868
2008 879
2009 890
2010 901
2011 913
2012 924
-
Data tersebut didapat dengan mengasumsikan pertumbuhan penduduk
kota
bandung yaitu sebesar 1,26% menurut BPS Kota Bandung tahun 2012.
Berdasarkan
data tersebut, dapat dihitung proyeksi jumlah penduduk hingga
akhir periode
perencanaan dengan menggunakan metode proyeksi diantaranya
metode aritmatik,
regresi linier, logaritmik, eksponensial,least square, dan
geometrik. Berdasarkan
literatur pada bab 2 disebutkan bahwa dalam pemilihan metode
yang akan digunakan
harus memenuhi syarat diantaranya yaitu nilai factor koreksi (r)
mendekati angka 1
dan nilai standar deviasi yang paling rendah. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan
menggunakan Microsoft exel didapat hasil sebagai berikut :
Metode Aritmatik
Tahun
Jumlah Penduduk
(Jiwa) (Po)
Pertambahan
Penduduk Tn-To Pn Pn-Po (Pn-Po)^2
2006 826 0 0 826 0 0
2007 836 10.40162539 1 834 -2.1954441 4.819974896
2008 846 10.53268587 2 842 -4.5219487 20.44802027
2009 857 10.66539771 3 850 -6.9811652 48.73666713
2010 868 10.79978173 4 858 -9.5747656 91.67613678
2011 879 10.93585897 5 867 -12.304443 151.3993257
2012 890 11.0736508 6 875 -15.171913 230.1869398
2013 901 11.2131788 7 883 -18.17891 330.4727829
2014 913 11.35446485 8 891 -21.327194 454.8492026
2015 924 11.49753111 9 899 -24.618544 606.0726992
R 98.47417523 (Pn-Po)^2 1938.661749
r 8.206181269
Po 8739.410733
Pr 728.2842277
Std. Deviasi 12.16931456
-
Metode Geometrik
Metode Regresi Linear
Metode Eksponensial
TahunJumlah Penduduk
(Jiwa) (Po)Tn-To
Rasio Pertambahan
PendudukPn Pn-Pr Pn-Po (Pn-Pr)^2 (Pn-Po)^2
2003 826 0 1 825.53 97.2416 0 9455.9282 0
2004 836 1 0.012443215 902.02 173.74 66.09634 30185.436
4368.726
2005 846 2 0.012443215 985.61 257.326 139.1504 66216.809
19362.82
2006 857 3 0.012443215 1076.9 348.659 219.8173 121562.82
48319.64
2007 868 4 0.012443215 1176.7 448.454 308.8132 201111.27
95365.61
2008 879 5 0.012443215 1285.8 557.498 406.9207 310803.64
165584.5
2009 890 6 0.012443215 1404.9 676.646 514.995 457849.27
265219.9
2010 901 7 0.012443215 1535.1 806.834 633.9707 650981.86
401918.8
2011 913 8 0.012443215 1677.4 949.087 764.8691 900766.87
585024.8
2012 924 9 0.012443215 1832.8 1104.52 908.8065 1219969.5
825929.3
Po 8739.410733 r 1.111988939
Pr 728.2842277 r 0.092665745
(Pn-Pr)2 3968903.353
(Pn-Po)2 2411094.026
r^2 0.392503719Standar
Deviasi 429.1628987
Tahun (x)Jumlah
Penduduk (Jiwa) x^2 x*y Pn (Jiwa) Pn-Po (Pn-Po)^2
1 826 1 825.5258 488 -337.548 113938.4
2 836 4 1671.855 555 -280.887 78897.54
3 846 9 2539.38 622 -224.358 50336.34
4 857 16 3428.502 689 -167.961 28210.86
5 868 25 4339.627 756 -111.699 12476.56
6 879 36 5273.167 823 -55.5723 3088.277
7 890 49 6229.544 890 0.41621 0.173231
8 901 64 7209.184 957 56.26516 3165.768
9 913 81 8212.522 1024 111.9728 12537.91
10 924 100 9240 1092 167.5374 28068.79
Po 8739.410733 x 55 3025
Pr 728.2842277 y 8739.411
(Pn-Po)2
330720.5588 x^2 385
StDev 158.944569 x*y 48969.31
a 420.9161451
b 67.06212712
-
Metode Logaritmik
Hasil rekapitulasi nilai r2 dan standar deviasi dari masing
masing meode
adalah sebagai berikut :
Tahun (x)Jumlah Penduduk
(Jiwa) (Po=y)ln y x^2 x ln y Pn Pn-Po (Pn-Po)^2
1 826 6.7160205 1 6.71602 51.5297 -774 599069.97
2 836 6.7285418 4 13.4571 82.8466 -753.08 567130.81
3 846 6.7410631 9 20.2232 133.196 -713.26 508745.69
4 857 6.7535844 16 27.0143 214.145 -642.98 413423.93
5 868 6.7661057 25 33.8305 344.29 -523.64 274193.67
6 879 6.7786269 36 40.6718 553.53 -325.33 105840.12
7 890 6.7911482 49 47.538 889.935 0 0
8 901 6.8036695 64 54.4294 1430.79 529.639 280517.29
9 913 6.8161908 81 61.3457 2300.34 1387.84 1926087.7
10 924 6.8287121 100 68.2871 3698.35 2774.35 7697036.4
Po 8739.410733 x 55
Pr 728.2842277 x^2 385
(Pn-Po)2 12372045.55 ln y 67.72366
St. Dev 972.1557554 x ln y 373.5132
b 0.474831575
ln a 3.467327207
a 32.05096226
Tahun (x)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
(Po=y)
ln x (ln x)^2 y ln x Pn (Jiwa) Pn-Pr Pn-Po (Pn-Pr)^2
(Pn-Po)^2
1 826 0 0 0 377.551 -350.73 -447.97 123013.5 200681
2 836 0.69315 0.48045 579.421 570.695 -157.59 -265.23 24834.5
70348.49
3 846 1.09861 1.20695 929.932 683.676 -44.608 -162.78 1989.891
26498.66
4 857 1.38629 1.92181 1188.23 763.838 35.5534 -93.288 1264.047
8702.625
5 868 1.60944 2.59029 1396.87 826.016 97.7316 -41.909 9551.473
1756.402
6 879 1.79176 3.2104 1574.71 876.819 148.535 -2.042 22062.62
4.169855
7 890 1.94591 3.78657 1731.73 919.773 191.488 29.838 36667.84
890.2998
8 901 2.07944 4.32408 1873.88 956.981 228.697 55.833 52302.12
3117.3
9 913 2.19722 4.8278 2004.97 989.801 261.516 77.298 68390.83
5975.006
10 924 2.30259 5.3019 2127.59 1019.16 290.875 95.159 84608.12
9055.232
Po 8739.410733 ln x 15.1044
Pr 728.2842277 (lnx)^2 27.6502
(Pn-Pr)2 424684.9377 y ln x 13407.3
(Pn-Po)2 327029.2323
R2 0.229948597
Std. Deviasi 158.0550527
b 278.6466146
a 377.551442
-
Dari data diatas metode aritmatik sangat sesuai digunakan pada
perhitungan
proyeksi di daerah Cisitu Baru dikarenakan jumlah penduduknya
yang tidak terlalu
banyak dan juga pertumbuhan penduduknya dari tahun ke tahun
tidak terlalu pesat.
Berikut contoh dan hasil perhitungan dengan menggunakan metode
aritmatik :
Contoh Perhitungan Data
1. Proyeksi penduduk metode aritmatik
Perhitungan untuk tahun 2015
Pn = P0 + (r x t)
P0 = jumlah penduduk tahun 2006
= 826 jiwa
x = pertambahan penduduk
= P2015-P2014 = 924-913
= 11
R = x = 98,474
r = R/12 = 98,474/12
= 8,206
t = tahun ke- x
= Tn-T0 = 9
sehingga, nilai Pn untuk t = 2015
Pn = P0 + (r x t)
= 826 + (8,206 x 9)
= 899 jiwa
2. Proyeksi jumlah penduduk 20 tahun ke depan
Berikut dilampirkan hasil proyeksi penduduk sampai dengan tahun
2035
:
Metode r^2 STDEV
Aritmatik 1 12.16931456
Geometrik 0.9877 429.1628987
Regresi Linear 1 158.944569
Eksponensial 0.7651 972.1557554
Logaritmik 0.9057 158.0550527
-
4.3 Perkiraan Debit Air Buangan
4.3.1 Perhitungan kebutuhan air bersih untuk tahun 2035
Kebutuhan air domestik
Dari hasil survey didapatkan rumah yang ada pada daerah Cisitu
Baru
merupakan rumah yang tergolong permanen, dari data survey dan
hasil
proyeksi didapat jumlah penduduk tahun 2035 yaitu 1064 jiwa.
Kebutuhan air per orang per hari sesuai literature adalah 150
l/0/h dan
persen pelayanan kebutuhan air sebesar 70%. Maka total kebutuhan
air
adalah jumlah penduduk x standar kebutuhan air x persen
pelayanan yaitu
111668,034 l/hari.
Tahun Pn
2006 826
2007 834
2008 842
2009 850
2010 858
2011 867
2012 875
2013 883
2014 891
2015 899
2016 908
2017 916
2018 924
2019 932
2020 940
2021 949
2022 957
2023 965
2024 973
2025 981
2026 990
2027 998
2028 1006
2029 1014
2030 1022
2031 1031
2032 1039
2033 1047
2034 1055
2035 1064
-
Kebutuhan air non domestik.
Fasilitas umum yang terdapat pada daerah survey adalah satu
sekolah
dengan perkiraan jumlah murid pada tahun 2035 sebanyak 350 siswa
dan
standar kebutuhan air 10 l/o/hari maka kebutuhan air sebesar
3500 l/h dan
satu masjid dengan perkiraan luas masjid adalah 200 m2 pada
tahun 2035
dan standar kebutuhan air sebesar 20 l/m2/h maka kebutuhan air
sebesar
4000 l/h
4.3.2 Perhitungan Jumlah Air Buangan pada Tahun 2035
Jumlah air buangan untuk tahun 2035 dihitung dengan
mengasumsikan
produksi air buangan sebesar 80% dari kebutuhan air total pada
tahun 2035.
4.3.3 Perhitungan Jumlah Air Buangan Periode 5 Tahunan Sampai
dengan Tahun
2035
Sistem perencanaan 5 tahunan dibuat jika akan dilakukan
penekanan terhadap
jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendesain sistem untuk
20 tahun
sekaligus. Dengan perencanaan 5 tahunan maka pembangunan sistem
air
buangan akan berlangsung secara bertahap namun masih tetap
melayani dengan
baik.
Persen pelayanan air bersih juga akan meningkat sehingga akan
menyebabkan
produksi air buangan yang lebih banyak. Peningkatan persen
pelayanan air
bersih diasumsikan meningkat 5% setiap tahunnya. Pengambilan
angka tersebut
didasarkan pada program walikota bandung yang sedang dijalankan
pada saat
ini yaitu Bandung Juara dimana tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan air
bersih di seluruh kota bandung Berikut dilampirkan hasil
perhitungan debit air
buangan dalam periode 5 tahunan :
Untuk memudahkan perencanaan sistem maka daerah tersebut dibagi
menjadi
beberapa blok sebagai berikut :
kebutuhan air domestik tahun 2035 (l/h) 111668
kebutuhan air non domestik tahun 2035 (l/h) 7500
kebutuhan air total 2035 (l/h) 119168
perkiraan air buangan tahun 2035 (l/h) 95334
-
Air Buangan Domestik
-
940
Blok jenis rumahpresentase
(%)
Penduduk
(jiwa)
Standar
Kebutuhan Air
(L/orang/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan
(%)
Kebutuhan
Terlayani
(L/hari)
Total
kebutuhan
Air (L/hari)
Timbulan Air
Buangan
(L/hari)
Permanen 100% 135 150 20250 70% 14175 11340
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 14175 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 257 150 38550 70% 26985 21588
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 26985 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 235 150 35250 70% 24675 19740
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 24675 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 313 150 46950 70% 32865 26292
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 32865 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Total 78960
981
Blok jenis rumahpresentase
(%)
Penduduk
(jiwa)
Standar
Kebutuhan Air
(L/orang/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan
(%)
Kebutuhan
Terlayani
(L/hari)
Total
kebutuhan
Air (L/hari)
Timbulan Air
Buangan
(L/hari)
Permanen 100% 140 150 21000 80% 16800 13440
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 16800
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0
Permanen 100% 269 150 40350 80% 32280 25824
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 32280 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 245 150 36750 80% 29400 23520
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 29400 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 327 150 49050 80% 39240 31392
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 39240 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Total 94176
1022
Blok
jenis rumahpresentase
(%)
Penduduk
(jiwa)
Standar
Kebutuhan Air
(L/orang/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan
(%)
Kebutuhan
Terlayani
(L/hari)
Total
kebutuhan
Air (L/hari)
Timbulan Air
Buangan
(L/hari)
Permanen 100% 146 150 21900 90% 19710 17520
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 19710
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0
Permanen 100% 280 150 42000 90% 37800 30240
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 37800 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 255 150 38250 90% 34425 27540
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 34425 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 341 150 51150 90% 46035 36828
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 46035 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Total 112128
1063
Blok
jenis rumahpresentase
(%)
Penduduk
(jiwa)
Standar
Kebutuhan Air
(L/orang/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan
(%)
Kebutuhan
Terlayani
(L/hari)
Total
kebutuhan
Air (L/hari)
Timbulan Air
Buangan
(L/hari)
Permanen 100% 152 150 22800 95% 21660 17328
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 21660
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0
Permanen 100% 292 150 43800 95% 41610 33288
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 41610 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 265 150 39750 95% 37762,5 30210
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 37762,5 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Permanen 100% 354 150 53100 95% 50445 40356
Semi-Permanen 0% 0 90 0 0% 0 50445 0
Non-Permanen 0% 0 30 0 0% 0 0
Total 121182
D
A
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
Tahun 2035
Tahun 2020
Tahun 2025
Tahun 2030
B
C
B
c
D
A
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
B
C
D
A
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
A
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
B
C
D
-
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air (L/hari) tahun 2035 (Blok A rumah permanen)
=penduduk*standar kebutuhan air
=152*150=22800 L/hari
Kebutuhan Terlayani (L/hari) tahun 2035 (Blok A Rumah
Permanen)
=persen pelayanan*Kebutuhan air
=95%*22800=21660L/hari
Total Kebutuhan air (L/hari) tahun 2035 Blok A
=keburuhan terlayani
(L/hari)(permanen+semi-permanen+non-permanen)
=21660+0+0=21660 L/hari
Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Blok A
=0.8*Kebutuhan Air Terpenuhi
=0.8*21660=17328L/haru
Total Air Buangan (L/hari) Tahun 2035
= Total Air Buangan (Blok A+B+C+D) (L/Hari)
=17328+33288+30210+40356=121182 L/hari
-
Air buangan non domestik
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air (L/hari) Tahun 2035 Sekolah
=Jumlah murid*standar kebutuhan air sekolah
=3500*10=35000L/hari
Kebutuhan Air (L/hari) Tahun 2035 Masjid
=Luas masjid*standar kebutuhan air masjid
=200*20=4000L/hari
Kebutuhan Terpenuhi (L/hari) Tahun 2035 Sekolah
=Kebutuhan air (L/hari)*Persen Pelayanan (%)
=3500*85%=2975L/hari
Kebutuhan Terpenuhi (L/hari) Tahun 2035 Masjid
=Kebutuhan air (L/hari)*Persen Pelayanan (%)
=4000*85%=3400L/hari
Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Sekolah
=80%*Total Kebutuhan Air Terpenuhi
=0.8*2975=2380L/hari
Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan
Air (L/unit/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan (%)
Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Total Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Timbulan Air
Buangan (L/hari)
Sekolah 350 Murid 10 3500 70% 2450 2450 1960
Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 70% 2800 2800 2240
Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan
Air (L/unit/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan (%)
Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Total Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Timbulan Air
Buangan (L/hari)
Sekolah 350 Murid 10 3500 75% 2625 2625 2100
Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 75% 3000 3000 2400
Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan
Air (L/unit/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan (%)
Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Total Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Timbulan Air
Buangan (L/hari)
Sekolah 350 Murid 10 3500 80% 2800 2800 2240
Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 80% 3200 3200 2560
Penggunaan Lahan Jumlah UnitStandar Kebutuhan
Air (L/unit/hari)
Kebutuhan
Air (L/hari)
Persen
Pelayanan (%)
Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Total Kebutuhan
Terpenuhi (L/hari)
Timbulan Air
Buangan (L/hari)
Sekolah 350 Murid 10 3500 85% 2975 2975 2380
Masjid/Sarana Ibadah 200 m2 20 4000 85% 3400 3400 2720
Tahun 2020
Tahun 2025
Tahun 2030
Tahun 2035
-
Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Masjid
=80%*Total Kebutuhan Air Terpenuhi
=0.8*3400=2720L/hari