1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab
atas keberhasilan dibidang pendidikan. Untuk keberhasilan proses pendidikan
itu diperlukan adanya keharmonisan kerjasama antar komponen yang ada di
dalamnya. Komponen tersebut adalah guru, siswa, bahan atau materi, alat atau
media, dan metode.
Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan yang setara dengan
SD (Sekolah Dasar), bedanya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diberikan di SD diperinci menjadi beberapa mata pelajaran di Madrasah
Ibtidaiyah, seperti Quran Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan
Islam, dan beberapa mata pelajaran tambahan lainnya.
Pembelajaran agama Islam selama ini dirasa membosankan dan kurang
menarik bagi peserta didik. Sehingga banyak dari mereka yang kurang begitu
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran serta kurang memperhatikan
materi-materi agama yang disampaikan. Keadaan ini tidak dapat dipungkiri
juga dapat terjadi pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
MI Raudlatul Mutaallimin mempunyai 6 kelas yaitu satu kelas untuk
setiap tingkatannya. Kelas V MI Raudlatul Mutaallimin jumlah muridnya ada
28 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siwa laki-laki.
2
2
Berdasarkan wawncara dengan guru SKI prestasi keterampilan berceita kelas V
masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 52,13 masih
dibawah KKM sekolah yaitu 70.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang digunakan di
MI Raudlatul Mutaallimin adalah pembelajaran berpusat pada guru. Siswa
masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena selama pembelajaran
guru banyak memberikan ceramah dengan membaca langsung dari buku.
Sehingga siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Menurut keterangan guru SKI kelas V MI Raudlatul Mutaallimin
Lamongan, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam proses bercerita
sejarah nabi. Sementara itu proses belajar mengajar pada materi hijrah nabi,
guru lebih sering membaca materi dari buku, siswa cenderung pasif dan
aktifitas siswa yang sering dilakukan hanya mnecatat dan menyalin. Siswa
masih malu bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam proses
bercerita.
Berdasrkan maslah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan
perbaikan proses pembelajaran padasiswa kelas V.hal ini dilakukandengan
tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa saling bertukar pikiran dalam memahami konsep hijrah
nabi serta mampu menerangkan kembali materi tersebut. Maka diperlukan
media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar
mengajar.model pembelajaran yang lebih endorong kaktifan,kemandirian dan
tanggung jawab dalam diri siswa. Melalui penerapan media pembelajaran buku
3
3
gambar tiga dimensi diharapkan dapt meningkatkan keterampilan bercerita
siswa pada materi hijrah nabi kelas V.
Sesuai dengan uraian di atas maka peneliti mengadakan penelitian
dengan judul Peningkatan Kemampuan Bercerita Sejarah Melalui Media
Buku Cerita Bergambar 3 Dimensi Pada Siswa Mi Kelas V Raudlatul
Mutaallimin Lamongan pada pokok bahasan hijrah nabi kelas V MI
Raudlatul Mutaallimin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
media pembelajaran buku bergambar tiga dimensi dapat meningkatkan
keaktifan dan keterampilan bercerita siswa pada materi hijrah nabi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Apakah penerapan media pembelajaran buku gambar tiga dimensi dapat
meningkatkan keaktifan keterampilan siswa pada materi hijrah nabi di
kelas V MI RaudlatulMutaallimn Lamongan?
2. Apakah penerapan media pembelajran buku bergambar tiga dimensi
dapat meningkatkan prestasi keterampilan bercerita siswa pada materi
hijrah nabi dikelas V MI RaudlatulMutaallimn Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasaran rumusan masalah diatas, tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah.
4
4
1. Meningkatkan keaktifan keterampilan bercerita siswa pada materi
materi hijrah nabi di kelas V MI RaudlatulMutaallimn Lamongan
melalui penerapan media pembelajaran buku gambar tiga dimensi.
2. Meningkatkan prestasi keterampilan bercerita siswa pada materi materi
hijrah nabi di kelas V MI RaudlatulMutaallimn Lamongan melalui
penerapan media pembelajaran buku gambar tiga dimensi.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yaitu:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran
dengan tujuan agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi
keterampilan bercerita siswa.
2. Bagi siswa
Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan keaktifan dan
prestasi keterampilan bercerita sejarah nabi.
3. Bagi peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang pnelitian dalam
pembelajaran SKI.
5
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TENTANG KETERAMPILAN
1. PENGERTIAN KETERAMPILAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata terampil adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Kata keterampilan sama artinya
dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian
melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat
melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan
terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu
dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil
(Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2).1
Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi
kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan
sebagai. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan
tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu
bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam
mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien.
1 Li
6
6
B. TINJAUAN TENTANG BERCERITA
1. PENGERTIAN BERCERITA
Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental,
keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 278), ada beberapa bentuk tugas
kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa, yaitu (1) bercerita
berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercakap-cakap, (4) berpidato, (5)
berdiskusi. Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak
dahulu sampai sekarang. Hampir setiap siswa yang telah menikmati suatu
cerita akan selalu siap untuk menceritakannya kembali, terutama jika
cerita tersebut mengesankan bagi siswa.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 289), bercerita merupakan salah
satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk
mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua
unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik
dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata,
kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki
kemampuan berbicara yang baik. 9Tarigan (1981: 35) menyatakan bahwa
bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan
untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian
karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat
7
7
pengertian-pengertian atau maknamakna menjadi jelas. Dengan bercerita,
seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan
berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat,
dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman
yang diperolehnya. Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu
keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan,
berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan
dibaca.
2. Tujuan Bercerita
Pada dasarnya, tujuan utama dari bercerita adalah untuk
berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seorang yang bercerita harus
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001: 277), yang
mengemukakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan
sesuatu kepada orang lain.
Sementara itu, Tarigan (1981: 17) mengungkapkan tiga tujuan umum
dari kegiatan bercerita yaitu sebagai berikut:
Memberitahukan dan melaporkan (to inform),
Menjamu dan menghibur (to entertain),
Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
8
8
Mudini dan Salamat Purba (2009: 4) menjelaskan tujuan bercerita, sebagai
berikut:
a. Mendorong atau menstimulasi.
Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara
berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar.
Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau
membangkitkan emosi para pendengar. Misalnya, pidato Ketua
Umum Koni di hadapan para atlet yang bertanding di luar negeri
bertujuan agar para atlet memiliki semangat bertanding yang cukup
tinggi dalam rangka membela Negara.
b. Meyakinkan
Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha
mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat
yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu,
diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat
argumentasi untuk meyakinkan pendengar.
c. Menggerakkan
Maksud dari menggerakkan apabla pembicara menghendaki adanya
tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan
persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana,
penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari
tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau
terbakarnya emosi.
9
9
d. Menginformasikan
Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara ingin
memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat
mengerti dan memahaminya. Misalnya seorang guru menyampaikan
pelajaran di kelas, seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan
lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu
lintas, dan sebagainya.
e. Menghibur
Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud
menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya.
Pembicaraan seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang
tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. Dari penjelasan yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan dari kegiataan bercerita adalah untuk berkomunikasi dengan
orang lain dengan cara melaporkan, membujuk, mengajak dan
meyakinkan.
3. Jenis-jenis Cerita
Berdasarkan ciri-cirinya, cerita dibagi menjadi 2, yaitu sebagai
berikut:
a. Cerita Lama
Cerita lama umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang
mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama. Jenis-
10
10
jenis cerita lama menurut Desy (Taningsih, 2006: 7) adalah
sebagai berikut:
1) Dongeng
Cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak benar
terjadi dan bersifat fantastis atau khayal. Macam-macam
dongeng adalah sebagai berikut:
a. Mite
Adalah cerita atau dongeng yang berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya
makhluk halus.
b. Legenda
Adalah dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan
ajaib.
c. Fabel
Adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang
diceritakan seperti kehidupan manusia.
d. Sage
Adalah dongeng yang berisi kegagahberanian seorang
pahlawan yang terdapat dalam sejarah, tetapi cerita
bersifat khayal.
2) Hikayat
Adalah cerita yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat
khayal.
11
11
3) Cerita Berbingkai
Adalah cerita yang didalamnya terdapat beberapa cerita
sebagai sisipan.
4) Cerita Panji
Adalah bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti
kesusastraan jawa.
5) Tambo Adalah cerita mengenai asal-usul keturunan, terutama
keturunan raja-raja yang dicampur dengan unsur khayal.
b. Cerita Baru
Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan
dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru
dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini
dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya. Contoh dari cerita
baru adalah novel, cerita pendek, cerita bersambung dan
sebagainya. Jenis cerita yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis cerita lama yaitu berupa fabel. Peneliti memilih fabel
karena fabel merupakan cerita tentang binatang yang banyak
disukai oleh anak-anak. Selain itu, alur cerita dalam fabel mudah
dipahami dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak.
4. Manfaat Bercerita
Tadkiroatun Musfiroh (2005: 95) ditinjau dari beberapa aspek,
menyatakan bahwa manfaat bercerita, adalah sebagai berikut:
a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
12
12
b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
c. Memacu kemampuan verbal anak
d. Merangsang minat menulis anak
e. Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan, Bachtiar S. Bachri (2005: 11), mengatakan bahwa
manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir
anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman
yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Dari uraian yang telah
dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat
bercerita adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak.
5. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Keefektifan Bercerita
Bercerita merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada orang lain secara lisan. Dalam menyampaikan pesan
atau informasi seorang pembicara harus memperhatikan faktor-faktor
yang dapat menunjang keefektifan bercerita. Adapun faktor yang
harus diperhatikan adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Arsjad dan Mukti (1993: 17-22) mengemukakan faktor-faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan yang dapat menunjang kekefektifan
bercerita sebagai berikut: faktor kebahasaan meliputi : (a) ketepatan
ucapan, (b) penekanana tekanan nada, sendi dan durasi, (c) pilihan
kata, (d) ketepatan penggunaan kalimat, (e) ketepatan sasaran
pembicaraan; faktor nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar,
13
13
tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan harus diarahkan pada lawan
bicara, (3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, (4) gerak-gerik
dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan suara, (6) relevansi/penalaran,
(7) penguasaan topik.
Sedangkan, faktor yang menghambat dalam keefektifan
keterampilan bercerita yaitu: (a) faktor fisik, merupakan faktor yang
ada dalam partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar
partisipan, (b) faktor media, terdiri dari faktor linguistik dan faktor
nonlinguistik (misalnya tekanan, lagu, irama, ucapan dan isyarat gerak
tubuh), (c) faktor psikologis, merupakan kondisi kejiwaan partisipan
dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.
C. TINJAUAN TENTANG SEJARAH
1. PENGERTIAN SEJARAH
Sejarah merupakan kejadian masa lampau yang tak boleh kita
lupakan, karena tanpa adanya sejarah kita tidak akan ada pada zaman
seperti sekarang ini. Oleh karena itu disini akan dibagikan sedikit
informasi tentang pengertian sejarah.
Pengertian Sejarah Menurut para Ahli, Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh
manusia. Roeslan Abdulgani, Ilmu sejarah adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis
keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa
lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian
14
14
menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk
selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
Moh. Yamin Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun
atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan
dengan bahan kenyataan. Ibnu Khaldun (1332-1406) Sejarah
didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau
peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
J.V. Bryce, Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan,
dikatakan, dan diperbuat oleh manusia. Dan menurut W.H. Walsh
Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting
saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan
pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang
penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia,
mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam
kenyataan di sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa
dalam kenyataan di sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian,
dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita
15
15
Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa
sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala
peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam
kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa
sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.
1. Peristiwa yang abadi
2. Peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang
masa.
3. Peristiwa yang unik
4. Peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang
persis sama untuk kedua kalinya.
5. Peristiwa yang penting
6. Peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan
orang banyak.
Pengertian Sejarah Secara Etimologi
Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab ( :
ajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah
disebut tarikh ( ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia
artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah
lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau
orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang
16
16
berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut
adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah
yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa
variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah
berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,
bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa
Belanda dikenal gescheiedenis.
Melihat pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas
dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu
dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam
memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi
masalah ini dengan membuat periodisasi.
D. Tinjauan tentang media gambar tiga dimensi
1. Pngertian tentang media gambar
Menurut Yusuf Hadi Miarso seperti dikutip Dwi Rianarwati (2006:
8), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga bisa
mendorong terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa Gambar
adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua
dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan dalam
17
17
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) Gambar adalah tiruan
barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.
Menurut Arief Sadiman, Dkk (2003: 28-29): Media grafis visual
sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan
pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai
menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan
dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol
tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan
dapat berhasil dan efisien.
Menurut Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah
media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai
media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan
kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-
gambar. Sedangkan Azhar Arsyad (1995: 83), mengatakan bahwa
media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian, objek yang
dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, katakata, simbol-
simbol, maupun gambaran.
Secara khusus gambar berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang
mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan.
Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi
biayanya.
18
18
Menurut Arief S. Sadiman (2009: 99-187), langkah-langkah
pengembangan media adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Rancangan
Urutan dalam mengembangkan program media itu dapat
diutarakan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan
kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan,
keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan
dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa
yang mereka miliki sekarang.
Dari kesenjangan itu dapat diketahui apa yang
diperlukan atau dibutuhkan siswa. Sebagai perancang
program media guru harus dapat mengetahui
pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Suatu
program media akan dianggap terlalu mudah bagi siswa
bila siswa tersebut telah memiliki sebagian besar
pengetahuan atau keterampilan yang disajikan oleh
program media itu (Arief S. Sadiman, 2009:103).
2. perumusan tujuan
Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional
merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku
19
19
yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti
proses instruksional tertentu. Dengan tujuan seperti itu,
baik guru maupun siswa dapat mengetahui dengan pasti
perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah
proses instruksional selesai. Dalam perumusan tujuan
ada dua jenis tujuan intruksional, yaitu tujuan
intruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional umum adalah tujuan akhir dari
suatu kegiatan instruksional. Tujuan instruksional
khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional
umum.
3. Pengembangan Materi Sebagai Pendukung
Pengembangan Media Pembelajaran Pengembangan
materi disini maksudnya adalah bahan pelajaran apa
yang harus dipelajari oleh siswa atau pengalaman
belajar apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan
instruksional tercapai. Untuk dapat mengembangkan
bahan instruksional yang mendukung tercapainya
tujuan itu, tujuan yang telah dirumuskan tadi harus
dianalisis lebih lanjut. Dengan cara ini akan diperoleh
sub kemampuan dan sub keterampilan, serta sub-sub
kemampuan dan sub-sub keterampilan (Arief S.
Sadiman, 2009: 112).
20
20
4. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan dapat berupa tes,
penugasan, ataupun daftar cek perilaku. Alat pengukur
keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai dan pokok-pokok materi
pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa (Arief
S. Sadiman, 2009: 114). Hal yang diukur atau
dievaluasi adalah kemampuan, keterampilan, atau sikap
siswa yang dinyatakan dalam tujuan yang diharapkan
dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan instruksional
itu.
b. Penulisan Naskah Media
Media grafis (gambar) adalah media yang dihasilkan
dengan cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat
dengan cara menggambarkan atau melukis, printing, dan
sablon(http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/lan
gkah-langkah-pengembangan-media.html).
Cara menyusun media grafis (gambar) sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi program, yaitu tentukan nama mata
pelajaran, pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, tujuan
pembelajaran, dan sasaran (siswa yang akan menggunakan
(kelas dan semester))
21
21
2. Mengkaji literatur, yaitu menentukan isi materi yang
akan disajikan. Dalam menentukan isi yang akan disajikan
pada media cetak, bukan berarti memindahkan semua isi
dalam buku teks, namun dikemas sedemikian rupa sehingga
dapat divisualisasikan dengan tepat.
3. Membuat naskah, naskah untuk media grafis berisi sketsa
visual yang akan ditampilkan berisi objek gambar dalam
bentuk teks.
4. Kegiatan produksi, dapat dibuat secara manual atau
komputer.
Manfaat Pengembangan Media Gambar.
Menurut Azhar Arsyad (2009: 25-27), manfaat praktis
pengembangan media gambar dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Media gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media gambar dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar.
c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan indra,
ruang, dan waktu, maksudnya yaitu:
22
22
1. Objek atau benda yang terlalu besar untuk
ditampilkan langsung diruang kelas dapat diganti
dengan gambar.
2. Objek atau benda yang terlalu kecil, yang tidak
tampak oleh indera dapat disajikan dengan gambar.
3. Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi
sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui
gambar atau foto.
4. Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan
secara konkret melalui gambar
5. Kejadian atau percobaan yang membahayakan dapat
disimulasikan melalui gambar.
6. Peristiwa alam yang memakan waktu lama dapat
disajikan melalui gambar.
Kelebihan dan Kekurangan Hasil Pengembangan Media Gambar.
Kelebihan dari hasil pengembangan media gambar dalam
pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dan
pengurangan adalah sebagai berikut:
a. Media gambar merupakan media yang umum dipakai. Media
gambar merupakan bahasa yang paling umum sering dipakai
dalam proses pembelajaran. mengingat banyak sekalih manfaat
yang bisa didapatkan dari media gambar, yaitu lambang visual
23
23
atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar. Media gambar juga bisa
meningkatkan konsentrasi dan motivasi siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran.
b. Hasil Pengembangan media gambar disesuaikan dengan taraf
berpikir siswa dari sederhana ke kompleks. Kegiatan
pembelajaran pada siswa SD menuntut guru untuk memberikan
materi setahap demi setahap dari yang sederhana sampai yang
kompleks (Sugihartono, dkk., 2007: 112).
c. Melibatkan siswa untuk mengoprasikan media pembelajaran,
sehingga pembelajaran lebih bermakna. Menurut Conny R.
Semiawan (1998: 295), keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran akan mengikat siswa untuk menjaga keberadaan
program dan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran, tentu
saja posisi guru tetap menempatkan dirinya sebagai fasilitator,
pendorong serta pendukung yang mampu menjadikan kegiatan
pembelajaran itu sebagai aktifitas yang produktif dan media
untuk berlatih dalam memecahkan permasalahan akademik
khususnya, dan persoalan kehidupan pada umumnya. Dengan
demikian keterlibatan siswa dalam mengoprasikan hasil
pengembangan media gambar menjadikan pembelajaran lebih
bermakna.
24
24
d. Warna dari media media gambar yang bervariasi dapat
memotivasi belajar siswa. Gagne (Abdul Majid, 2008: 69),
menyatakan bahwa fase dalam kegiatan pembelajaran adalah
fase motivasi, fase menaruh perhatian (attention, alertness),
fase pengolahan, fase umpan balik (feedback reinforcement).
Berdasakan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menggunakan media harus dikembangkan. Media
yang digunakan harus menarik dan sesuai dengan karakteristik
siswa sehingga dapat memotivasi belajar. Aspek kemenarikan
ini dapat dilihat dari warna gambar yang bervariasi.
e. Bahan pembuatan media mudah didapat dan tahan lama. Hasil
dari pengembangan media gambar berupa media yang terbuat
dari bahan dasar karton. Hasil pengembangan media gambar
disini termasuk dalam media yang sederhana, yaitu media yang
bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah, cara
membuatnya mudah, penggunaannya tidak sulit, dan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama (Syaiful Bahri
Djamarah, 1997: 213). Dengan demikian hasil pengembangan
media gambar dapat memenuhi salah satu kriteria pemilihan
media yaitu bahan pembuatnya mudah diperoleh dan tahan
lama.
Selain kelebihan yang dimiliki, hasil pengembangan media gambar
juga memiliki kelemahan yaitu, untuk bisa menggunakan hasil
25
25
pengembangan media gambar ini, siswa harus memiliki
pengetahuan prasyarat terlebih dahulu. Pengetahuan prasyarat yang
harus dimiliki adalah siswa harus terlebih dahulu mengetahui
konsep materi nilai tempat satuan dan puluhan. Apabila siswa
belum memiliki pengetahuan prasyarat tersebut, maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam mengoprasikan hasil pengembangan
media tersebut (Arief S. Sadiman, 2009: 103).
26
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Raudlatul Mutaallimin Lamongan pada
semester genap bulan Maret sampai april 2010. Dengan menyesuaikan jam
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas V MI Raudlatul Mutaallimin
Lamongan.
C. Subyek dan Obyek Penelitian.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Raudlatul Mutaallimin,
yaitu 28 siswa yang terdiri dari 16 siswa putri dan 12 siswa putra. Obyek
penelitian ini adalah penerapan media pembelajaran gambar 3 dimensi.
D. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara
kolaboratif, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri. Sedangkan
yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan
adalah peneliti. (suharsimi Arikunto, 2002:17). Menurut Kemmis dan Taggart ada
beberapa tahapan dalam penelitian ini (Rochiati Winaatmaja, 2005:66) yaitu:
1. Perencanaan ( plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect)
27
27
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila
kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai
keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan media pembelajaran
gambar 3 dimensi, serta data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh dalam arti
sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
E. Tahapan Penelitian
1. Tahapan penelitian siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar
observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar
observasi pelaksanaan media pembelajaran gambar 3 dimensi dan
pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga
kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan
menerapkan media pembelajaran gambar 3 dimensi. Proses
pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran sejarah
kebudayaan islam kelas V MI. Materi yang akan dibrikan adalah
materi peristiwa hijrah nabi ke yatsrib. Adapun tindakan yang
dilakukan pada siklus I yaitu:
1) Pendahuluan
28
28
Guru menyampaikan presentsi kelas dengan memberikan
apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari
materi hijrah nabi
2) Kegiatan Inti
a. Siswa belajar dalam kelompok
b. Guru memberikan penekanan dari hasil diskusi
dalam kelompok.
c. Siswa mngerjakan kuis secara individu
d. Peningkatan nilai
e. Pemberian penghargaan kelompok atau individu.
3) Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
telah berhasil mencapai kriteria keberhasilan tertentu.
c. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-
kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan
membuat catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama
proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan
aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan
pembelajaran.
d. Refleksi
29
29
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari
pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai
bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus
berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka
dilakukan perbaikan yang telah dilaksanakan pada siklus
kedua dan seterusnya.
2. Tahapan Penelitian Siklus II dan Siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan
perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan
kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan
perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan
tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I.
F. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi, yaitu observasi
keaktifan siswa dan observasi pelaksanaan media pembelajaran
gambar tiga dimensi. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada
pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi
hijrah nabi. Sedangkan observasi pelaksanaan media pembelajran
gambar tiga dimensi difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa
selama proses pembelajaran. Pengamatan yang belum terdapat pada
pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.
30
30
2. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran sejarah
kebudayaan islam dengan penerapan media pembelajaran buku gambar
tiga dimensi.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran buku gambar tiga dimensi.
4. Tes
Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi hijrah nabi
dengan menggunakan media pembelajaran buku gambar tiga dimensi.
5. Dokumentasi
Dokumen diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar
wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto
selama proses pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai
perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan
pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya (Lexy J. Moleong
2007:168)
31
31
2. Lembar observasi
Dalam penelitian ini digunakan dualembar obseri yaitu lembar
observasi pelaksanaan media pembelajaran buku gambar tiga dimensi
dan lembar keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan media
pembelajaran buku gambr tiga dimensi idgunakan sebagai pedoman
peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan lembar observasi keaktifan siswa digunakan pada setiap
pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks
permaslahan dan tujuam penelitian. Observasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu :
1) Observasi non sistematis, observasi yang dilakukan oleh pengamat
dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
2) Observasi sistematis, observasi yang dilakukan oleh pengamat
dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik observasi
sistematis dalam mengamati proses pembelajaran siswa pada pelajaran
sejarah kebuadayaan islam materi hijrah nabi. Adapun sistematika
observasi yang diamati oleh peneliti adalah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas dan melihat metode yang digunakan oleh guru
bidang studi.
3. Pedoman Wawancara
32
32
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mngetahui respon atau
tanggapan guru dan siswa mengenai pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran buku gambar 3 dimensi.
4. Angket Respon Siswa
Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif
jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.
Kisi-kisi angket respon siswa
No Aspek yang diamati Butir
1 Motivasi dalam mengikuti pelajaran 1, 3, 5,6,7,11,16
2 Interaksi
a. Interaksi depan guru
b. Interaksi dengan teman atau siswa lain
4,7
6,13
3 Kerja sama dengan teman sekolah
4. Mengerjakan soal dan tugas
a. Mengerjakan soal dan tugas kelompok
b. Mengerjakan soal dan tugas individu.
12
17, 18, 19
4. Dalam media pembelajaran buku gambar tiga dimensi digunakan pre test,
post test, dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui
sejauhmana prestasi siswa mngenai materi himpunan dengan penerapan
media pembelajaran buku gambar tiga dimensi.
G. Tehnik Analisis Data
33
33
Untuk mengetahui kefektifan suatu media dalam kegiatan
pembelajaran perlu dilakukan analisis data. Analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif yaitu memaparkan data hasil pengamatan, hasil evaluasi
siswa pada setiap akhir siklus dengan membandingkan hasil belajar yang
dicapai pada setiap siklus.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa tes praktek bercerita tanpa teks pada setiap akhir
siklus atau pembelajaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu :
1. Untuk Menilai Tes Formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :
X =
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai
= Jumlah siswa
2. Untuk menilai tes praktek bercerita tanpa teks
34
34
Adapun untuk menghitung nilai praktek bercerita tanpa teks digunakan
rumus sebagai berikut :
Nilai Akhir = Jumlah skor diperoleh X 100
Skor maksimal (12)
3. Untuk Ketuntasan Belajar
Apapun untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut :
P =
x 100 %
4. Untuk menilai observasi guru
Nilai akhir =
8
5. Untuk menilai observasi siswa
Nilai akhir =
4
H. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa
adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja siswa.
Hasil penelitian tindakan kelas ini tercapai sesuai dengan harapan bila
dalam penelitian ini:
1. Penguasaan materi shalat kelas V MI Raudlatul Mutaallimin pada akhir
penelitian ini meningkat hingga mencapai 90%. Siswa telah mencapai nilai
diatas batas ketuntasan minimal.
35
35
2. Penerapan media buku gambar tiga dimensi sebagai media pembelajaran
merupakan metode yang efektif untuk mengajarkan materi hijrah nabi,
dalam hal ini ditandai dengan peningkatan keterampilan bercerita siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lexy J Moleong, 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik, 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.