Media pembelajaran Prosedur Pengembangan Modul Disusun oleh : Cili Astuti (15010104034) Fitriani Sukirman (15010104007) Andi Novia Ardiya Garini (15010104008) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri Kendari (IAIN) 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Media pembelajaran
Prosedur Pengembangan Modul
Disusun oleh :
Cili Astuti (15010104034)
Fitriani Sukirman (15010104007)
Andi Novia Ardiya Garini (15010104008)
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Institut Agama Islam Negeri Kendari (IAIN)
2016
MENU UTAMA
A. SK/KD
1. Tujuan
2. Reverensi
B. INDIKATOR
1. Materi
2. Evaluasi
3. Profil group
SK/KD
A.Standar Kompetensi
Mahasiswa dapat memahami prosedur pengembangan modul
pembelajaran
B.Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami prosedur pengembangan modul pembelajaran
INDIKATOR
1. Mahasiswa dapat menyebutkan prosedur- prosedur pengembangan
modul pembelajaran
2. mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pengembangan modul
pembelajaran
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
MENU UTAMA
A. Sk/kd ..................................................................................................... iii
B. Indikator ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
D. Tujuan Pembelajaran Umum dan Pembelajaran Khusus........................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian modul....................................................................................... 3
B. Ciri-ciri modul........................................................................................... 3
C. Cara pengembangan modul....................................................................... 4
D. Lembar kerja siswa secara umum............................................................... 6
E. Perbedaan bahan ajar dan buku teks.......................................................... 14
F. Ciri-ciri bahan ajar...................................................................................... 20
G. Ciri-ciri buku teks...................................................................................... 24
H. Jenis-jenis bahan ajar................................................................................. 26
I. Teknik pengembangan modul..................................................................... 28
J. Komponen-komponen modul...................................................................... 28
K. Pemanfatan modul dalam pembelajaran di kelas........................................ 35
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 36
B. Saran............................................................................................................... 36
BAB VI EVALUASI
A. Latihan ...........................................................................................................
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya bukuPengembangan Bahan Belajar Mandiri (Modul) ini.
Saat ini sistem pembelajaran mandiri telah banyak diterapkan di Indonesia, seiringdengan makin berkembangnya lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sistempendidikan terbuka dan jarak jauh, baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal termasuk lembaga Diklat kedinasan. Sistem pembelajaran mandiri memangmenuntut para peserta didiknya untuk dapat melakukan kegiatan belajar secaramandiri. Hal ini sebagai konsekwensi adanya ciri keterpisahan antara pengajar denganpeserta belajar dalam sistem pendidikan jarak jauh, serta adanya ciriketerbukaan/keluwesan dalam sistem pendidikan terbuka. Dalam perkembangannya,bahkan, sistem pembelajaran mandiri saat ini bukan hanya diterapkan di kalanganlembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh, melainkan juga diterapkan pada sistempendidikan regular.
Dalam sistem pendidikan yang menerapkan konsep pembelajaran mandiri, sangatdiperlukan bahan-bahan belajar yang dirancang khusus untuk dapat dipelajari olehpeserta didik secara mandiri, karena itu diperlukan para tenaga profesional yangmampu mengembangkan bahan belajar mandiri. Di fihak lain, sumber-sumberreferensi tentang pengembangan bahan belajar mandiri sampai saat ini masih sangatterbatas, apalagi sumber pustaka lokal.
Terbitnya buku ini diharapkan dapat turut mengatasi terbatasnya referensi tersebut.Buku ini dimaksudkan untuk membantu para pembaca yang berminat untukmengembangkan bahan belajar mandiri ( modul). Sistematika dan sajian dalam bukuini diupayakan sedemikian rupa agar menjadi semacam paduan yang sederhana,praktis dan dapat dipelajari secara mandiri oleh pembaca sehingga bisa langsung
diaplikasikan dalam kegiatan pengembangan bahan belajar mandiri. Meskipundemikian, penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Berbagaiketerbatasan yang ada, menyebabkan kekurangsempurnaan buku ini. Oleh karenaya,kritik dan saran perbaikan sangat kami harapkan dari pembaca. Tak lupa penulis jugaingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua fihak yang telah ikutberperan membantu terbitnya buku ini.
Semoga buku sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Tim penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul dapat di artikan sebagai materi pelajaran yang disususn dan disajikan
secara tertulis sedemikian rupa sehungga pembacanya diharapkan dapat menyerap
sendiri materi tersebut. Dengan kata lain sebuah modul adalah bahan belajar dimana
pembacanya dapat belajar sendiri.
Pengembanagan bahan belajar mandiri atau biasa disebut modul , langkah-
langkah yang di tempuh adalah (1) perencanaan;(2) penulisan;(3)reviw dan
revisi;(4)finalisasi. Penulis yakin bahwa anda telah memiliki pengalaman di dalam
tulis menulis, apakah menulis artikel,menulis diktat,menulis buku,dan menulis modul.
Namun secara khusus dalam penyajian ini kami ingin mengajak anda untuk lebih
memahami dan terampil dalam hal penulisan bahan ajar dalam bentuk modul. Oleh
sebab itu modul ini diharapkan akan dapat membantu anda dalam meningkatkan
pengetahuan tentang proses pengembangan bahan belajar mandiri (modul).
Tujuan modul ini secara umum untuk memandu anda untuk merencanakan dan
mengembangkan modul sebagai bahan belajar mandiri. Dengan demikian isi modul
ini lebih bersifat praktis dan lebih banyak memberikan rambu-rambu yang perlu
diperhatikan dalam menulis modul.
Modul ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama mengenai tahap
perencanaan menulis modul, tahap ke dua tentang tahap penulisan, bagian ketiga
tentang tahap refiw, uji coba dan refisi, dan bagian empat tentang tahap finalisasi dan
penggandaan/percetakan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian modul
2. Berbagai cara pengembangan modul
3. Tahap perencanaan
4. Tahap penulisan
5. Tahap reviw,uji coba dan revisi
6. Finalisasi dan percetakan
2
C. Tujuan
1. Menjelaskan langkah-langkah mempersiapkan outline penulisan modul
2. Menjelaskan langkah-langkah menulis sebuah modul
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang penting dalam menulis modul
D. Tujuan pembelajaran umum dan pembelajaran khusus
1. Tujuan pembelajaran umum
Tujuan pembelajaran umum sering di singkat dengan TPU(goal general
instructional objective) merupakan pernyataan tentang apa yang diharapkan dapat
dikuasai oleh peserta didik setelah selesai pembelajaran /setelah selesai
menyelesaikan suatu modul bahan ajar. Tujuan pembelajaran umum tersebut dapat
pula menggambarkan tentang apa yang ingin disampaikan oleh pengajar/modul.
2. Tujuan pembelajaran khusus,atau sering disingkat dengan TPK (behafioral
objektive/specific instructional objective) merupakan pernyataan-pernyataan yang
menginformasikan apa yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah
menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran, mengandung tentang kemampuan-
kemampuan (kompetensi) khusus (pengetahuan,keterampilan,sikap) yang dapat
terukur. Kemampuan-kemampuan yang dicerminkan dalam TPK dinyatakan
dengan kata kerja yang dapat diukur.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup
isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Dari sisi
kebahasaannya, modul disusun secara sederhana sesuai dengan level berpikir anak
SMK atau input SMK (dapat juga untuk level SMP, MTs, MA, SMA).
Modul digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing
indivisu secara efektif dan efisien. Modul juga memiliki karakteristik “stand alone”
yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain. Penyusunan modul
dirancang bersahabat dengan pemakai, membantu kemudahan pengguna untuk
diakses atau direspon.
B. Ciri-ciri Modul
modul harus mampu membelajarkan diri sendiri (self learning).
tujuan awal dan tujuan akhir modul harus jelas dan dirumuskan secara terukur.
materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, terseda contoh-contoh dan
ilustrasi yang jelas.
tersedianya soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.
materi “up to date” dan kontekstual.
bahasa sederhana, lugas, dan komunikatif.
terdapat rangkuman materi pembelajaran.
tersedia instrumen penilaian yang memungkinkan siswa melakukan “self
assessment”.
mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri.
terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat (feedback) adanya informasi
tentang rujukan, pengayaan, referensi yang mendukung materi.
4
modul digunakan untuk orang lain, bukan untuk penulis semata
C. Berbagai Cara Pengembangan Modul1
Modul dapat dikembangkan dengan berbagai cara antara lain melalui
adaptasi, kompilasi dan menulis sendiri. Sebagai bekal pengetahuan bagi Anda, maka
dalam modul ini akan dibahas tentang cara pengembangan melalui adaptasi dan
kompilasi. Namun demikian pada modulmodul berikutnya akan lebih banyak dibahas
tentang cara pengembangan modul dengan “menulis sendiri”.
1. Adaptasi Modul
adaptasi ialah bahan belajar yang dikembangkan atas dasar buku yang ada di pasaran.
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru, dosen, atau widiaiswara mengidentifikasi
buku-buku yang ada (di toko buku atau perpustakaan) yang isinya relevan dengan
materi yang akan diajarkan. Setelah itu guru, dosen atau widyaiswara memilih salah
satu buku
tersebut sebagai bahan belajar yang digunakan untuk satu mata pelajaran/diklat. Buku
tersebut digunakan dalam kegiatan pembelajaran secara utuh atau sebagian dengan
dilengkapi panduan belajar. Pengembangan panduan belajar bersifat melengkapi buku
tersebut dengan semacam petunjuk mempelajarinya.
Panduan belajar untuk melengkapi buku antara lain berisi:
a) Overview dan rangkuman dari topik-topik yang wajib dipelajari peserta didik;
b) Peta atau diagram yang menggambarkan keterkaitan topik-topik yang akan dipelajari
peserta didik;
c) Rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai peserta didik; 4.
Daftar Pustaka yang relevan
d) Petunjuk bagi peserta didik tentang topik mana yang harus dipelajari dan topik mana
yang tidak perlu dipelajari
e) Penjelasan tambahan (tertulis atau lisan yang direkam) untuk menjelaskan topik-topik
yang dianggap salah, bias, kadaluarsa, serta membingungkan peserta didik.
2. Kompilasi
1 Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali, Jakarta.
5
Modul kompilasi ialah bahan belajar yang dikembangkan atas dasar buku-buku yang
ada di pasaran, artikel jurnal ilmiah dan modul yang sud2ah ada sebelumnya.
Kompilasi di lakukan oleh guru, dosen atau widiaiswara dengan menggunakan garis-
garis besar program pembelajaran/pelatihan (GBPP) atau silabi yang disusun
sebelumnya.
Prosedur Kompilasi
Kompilasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Kumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah, modul dan sumber acuan lain yang
digunakan dalam mata diklat seperti tercantum dalam Daftar Pustaka di GBPP.
2. Tentukan bagian-bagian buku, artikel jurnal ilmiah, modul dan bagian dari sumber
acuan lain yang digunakan per Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP.
3. Fotocopy seluruh bagian dari sumber yang digunakan per Pokok Bahasan sesuai
dengan GBPP.
4. Pilihlah hasil fotocopy tersebut berdasarkan Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP .
5. Buatlah/tulislah halaman penyekat bahan untuk setiap Pokok Bahasan.
6. Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan halaman penyekat untuk setiap Pokok
Bahasan kemudian dijilid rapi (selanjutnya dicopy untuk dibagikan kepada peserta
didik).
Ada satu hal penting yang harus diperhatikan oleh guru, dosen atau widiaiswara
dalam melakukan kompilasi, yaitu harus memperhatikan masalah hak cipta. Untuk
buku-buku atau bahan lain yang dilindungi hak cipta maka penggunaan atau
pengkopiannya wajib memperoleh ijin dari pemegang hak cipta.
3. Menulis
Menulis adalah cara pengembangan modul yang paling ideal. Bagi guru, dosen
atau widiaiswara menulis sendiri modul yang dipergunakan dalam pembelajaran
adalah membuktikan dirinya sebagai seorang yang professional. Bagi guru, dosen,
terutama widiaiswara menulis modul merupakan tugas pokok yang dihargai sebagai
kegiatan pengumpuan angka kredit. Angka kredit yang diperoleh guru, dosen atau
widiswara dari kegiatan menulis modul ini sangat tinggi nilainya, sehingga akan
2 Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Distance Education Materials, DSE, Bonn.
6
mengantarkan seorang mencapai jabatan tertinggi. Hal tersebut sesuai dengan tingkat
kesulitan dalam mengerjakannya. Menulis modul memiliki tingkat kesulitan tertinggi
dibanding dengan kedua cara lain yang telah diuraikan terdahulu.3
Ada beberapa syarat atau asumsi yang harus dipenuhi dalam penulisan modul.
Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. guru, dosen atau widiaiswara adalah pakar bidang ilmu tertentu atau menguasai
dengan baik dalam bidangnya.
2. guru, dosen atau widiaiswara mempunyai kemampuan menulis.
3. guru, dosen atau widiaiswara mengerti kebutuhan peserta didik dalam Ilmu atau mata
pelajaran tersebut.
Ada beberapa acuan yang harus digunakan oleh penulis dalam penulisan modul.
Modul ditulis berdasarkan:
1) Kurikulum ,
2) Satuan acara pembelajaran atau SAP, dan
3) garis-garis besar isi modul (GBIM).
Penulisan modul sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;
1) perencanaan,
2) penulisan,
3) review, ujicoba dan revisi,
4) finalisasi dan pencetakan
D. Tahap Perencanaan
Setiap kegiatan umumnya dimulai dengan tahap perencanaan. Demikian pula
halnya dengan pengembangan modul. Bila suatu lembaga atau institusi akan
mengembangkan suatu paket modul, dalam tahap perencanaan biasanya dilibatkan
para ahli. Para ahli itu umumnya meliputi ahli materi yaitu orang yang menguasai
3 Gagne, Robert M. 1977. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart and Wilson
7
suatu bidang ilmu atau materi pelajaran, ahli kurikulum dan pembelajaran yaitu orang
memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang metodologi pengajaran dan juga
kurikulumnya, ahli media yaitu orang yang memahami tentang karakteristik,
keunggulan dan kelemahan berbagai media dalam4 hal ini terutama media cetak dan
orang yang ahli menulis yaitu penulis.
Tahap perencanaan ini sangat penting dalam proses Pengembangan Modul,
agar bahan belajar yang kita kembangkan dapat membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Selain itu bila dilakukan perencanaan
yang baik bahan belajar yang dihasilkan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan
tingkat kedalaman materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan sasaran didik.
Penulis hendaknya terlibat sejak dalam tahap perencanaan sehingga ia benar-
benar mengetahui tentang tujuan yang ingin dicapai dan materi yang harus disajikan.
Para ahli dan penulis ini berkumpul bersama untuk menyusun GarisGaris Besar Isi
Modul (GBIM) atau Garis-Garis Isi Pembelajaran/Pelatihan (GPPP) yang akan
dijadikan pedoman dalam penyusunan modul. GBIM merupakan cetak biru
(blueprint) bagi modul yang akan ditulis dan biasanya dituangkan dalam suatu format
matrik yang memuat berbagai aspek terutama menyangkut kompetensi, dan cakupan
materi. (matrik GBIPM akan anda baca pada bagian berikutnya.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
GBIM modul:
Siapakah peserta diklat yang akan memanfaatkan bahan belajar tersebut?
Apakah kompetensi atau tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus
keterampilan, hukum, dan masalah. Paparan tersebut disajikan secara naratif atau
piktorial yang berfungsi untuk merangsang dan mengkondisikan tumbuhnya
pengalaman belajar (learning experiences). Pengalaman belajar diupayakan
menampilkan variasi proses yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan ekperimentasi aktif Jenis
pengalaman pelajaran disesuaikan dengan kekhususan setiap mata pelajaran,
misalnya untuk mata pelajaran yang bersifat keterampilan berbeda dengan yang
bersifat pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:
1) materi harus relevan dengan esensi kompetensi.
2) Materi berada dalam cakupan topik inti
3) Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak kaku
4) Memperhatikan latar/setting kondisi siswa
5) Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang
Contoh
Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang mewakili/
mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk memantapkan
pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, hukum,
teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan masalah.
Prinsip dalam pe29nyajian contoh hendaknya:
28 Rowntree, Derek, 1981. Developing Courses for Students, McGraw-Hill.
32
a. Relevan dengan isi uraian
b. Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
c. Jumlah dan jenisnya memadai
d. Logis (masuk akal)
e. Sesuai dengan realitas
f. Bermakna
Latihan
Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa
setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil,
teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara
aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar
tersebut. Latihan disajikan secara kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata
pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-sela uraian atau di akhir uraian.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:
a. Relevan dengan materi yang disajikan
b. Sesuai dengan kemampuan siswa
c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb
d. Bermakna (bermanfaat)
e. Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis
f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
29 AECT Task Force. 1977. The Definition of Educational Technology, Washington DC: AECT
33
Rambu-rambu jawaban latihan
Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan oleh siswa
dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu jawaban ini adalah
untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang jawaban yang diharapkan dari
pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung tercapainya kompetensi
pembelajaran.30
Rangkuman
Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari
suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar
(isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skemata baru
dalam pikiran siswa.
Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:
a) Berisi ide pokok yang telah disajikan
b) Disajikan secara berurutan
c) Disajikan secara ringkas
d) Bersifat menyimpulkan
e) Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
f) Memantapkan pemahaman pembaca
g) Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
h) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-kata yang
sulit dipahami.
Tes formatif
30 Arief, S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, CV Rajawali, Jakarta.
34
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya
berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan
telah tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur penguasaan
siswa setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar
berakhir. Tes formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa
terhadap materi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif
digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya. Tes
formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:
a) Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumusk
b) Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang dikemukakan maupun
dart pilihan jawaban yang ditawarkan
c) Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d) Butir tes harus memenuh31i syarat-syarat penulisan butir soal
Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu
modul. Jika kegiatan belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes formatif
terletak setelah tes formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya
agar siswa benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban
terlebih dahulu. Lembar ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan.
Jawaban siswa terhadap tes yang ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan
dengan cara mencocokkannya dengan kunci jawaban yang ada pada lembar ini.
Tujuannya adalah agar siswa mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan
belajar tersebut. Di samping itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa
memberi nilai sendiri pada hasil jawabannya.
Tindak lanjut
Di dalam kunci jawaban tes formatif, terdapat bagian tindak lanjut yang berisi
kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes formatifnya. Siswa diberi petunjuk
untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus mempelajari kegiatan belajar
berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat penguasaan 80 %
31 Gachuchi, D. 1989. Handbook for Designing and Writing Distance Education Materials, DSE, Bonn.
35
dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali mempelajari kegiatan belajar
tersebut bila hasilnya masih di bawah 80% dari skor maksimum.
J. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran di Kelas
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya menggunakan
sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan pada sistem
pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual maka siswa akan belajar
dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan kecepatannya masing-masing.
Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak sama, maka dalam perjalanan32belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa yang pandai dengan siswa yang
lamban makin lama makin besar. Teknik ini akan mudah bila di suatu kelas siswanya
sedikit, namun jika jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan juga mata
pelajaran yang dipelajarinya jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya
menjadi lebih rumit.
Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran secara
klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk melanjutkan ke
modul berikutnya juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa yang selesainya lebih
cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut akan memperoleh modul.
32 Gagne, Robert M. 1977. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart and Wilson
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modul ini telah menjelaskan tentang Prosedur Pengembangan Modul. Isi utama
modul ini adalah langkah-langkah penulisan modul. Dalam prosedur pengembangan
modul langkahlangkahnya adalah perencanaan, penulisan, review dan revisi serta
finalisasi. Saya yakin bahwa anda telah memiliki cukup bekal dalam tulis menulis
modul. Namun demikian mungkin Anda sebagai widiaiswara perlu berlatih terus dan
memperbanyak pengalaman khusus dalam menulis modul diklat.
Kompetensi yang telah Anda kuasai setelah mempelajari modul ini, adalah
mampu menerapkan prosedur pengembangan modul. Materi pokok yang ada dalam
modul ini adalah;
1. Pengertian modul, dan fungsinya dalam diklat.
2. Cara pengembangan modul seperti; adaptasi, kompilasi, dan menulis,
3. Langkah-langkah penulisan modul.
B. Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai calon guru untuk mempelajari sekaligus memahami
cara-cara atau metode-metode pembuatan modul karena selain memudahkan siswa
untuk belajar juga memudahkan kita untuk mengajar dan membuat peserta didik
memahami tentang pembelajaran yang sedang berlangsung ataupun pembelajaran
selanjutnya. Agar modul yang kita susun sesuai dengan kebutuhan peserta
didik/diklat,tersaji dengan baik, serta m33emiliki kebenaran dan
kebermaknaanmateri,maka hendaklah kita ketahui informasi penting tentang peserta
didik dalam melaksanakan tahap perencanaan menulis modul
Sebagai tindak lanjut dalam mempelajari modul ini diharapkan Anda mau
mempelajari modul-modul berikutnya yang lebih teknis. Setelah itu mempraktekkan
materi yang anda pelajari dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam modul ini. Semoga sukses sebagai
penulis modul.
33 Haryono, A. 1988. Model Pengembangan Program Pembelajaran. Jakarta: PAU PPAI
37
Soal latihan
1. Mengapa dalam pengembangan modul perlu perencanaan yang matang?
2. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam merencanakan modul?
3. Faktor-faktor apakah yang perlu diketahui tentang peserta diklat dalam rangka
perencanaan modul?
4. Apakah perbedaan antara tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus?
5. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam penentuan isi dan urutan
materi?
6. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam rangkan pemilihan media?
7. Mengapa penilaian perlu dibicarakan sejak tahap perencanaan?