I. Pendahuluan Makroekonomi membahas perilaku agregat dan
rata-rata dalam arti luas, seperti tingkat harga, pendapatan
nasional, pendapatan nasional potensial, kesenjangan GNP,
kesempatan kerja dan pengangguran. Dua sarana pokok dalam analisis
makroekonomi adalah kurva permintaan agregat dan kurva penawaran
agregat. Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang
perilaku agregat dibuat secara runtut dan sistematis dalam
menganalisis terhadap berbagai kekuatan yang menentukan atau
mempengaruhi kegiatan ekonomi secara keseluruhan, yang berintikan
pada suatu konsep dasar, yakni penawaran dan permintaan agregat.
Analisis ini memungkinkan kita untuk memahami bagaimana berbagai
kekuatan tersebut mempengaruhi ekonomi makro, dengan harapan
menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro
Intermediate jurusan Pendidikan Ekonomi Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Surabaya yang diampu oleh Prof. Dr. Ady Soejoto,
S.E.,M.Si. Penulisan ini terutama ditujukan kepada mahasiswa
jurusan Pendidikan Ekonomi PPS Unesa dengan harapan untuk
mempercepat berkembangnya paradigma keilmuan dalam kehidupan kita
sebagai calon ilmuwan dan pendidik (ekonomi khususnya). Tentu saja
dalam makalah ini tidak mencakup segenap aspek yang seyogyanya
terkandung dalam dalam sebuah kajian mengenai ekonomi makro. Fokus
utama dari makalah ini adalah penawaran dan permintaan agregat
meliputi definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, kurva,
pandangan klasik dan keynesian, serta keseimbangan agregat. II.
Pembahasan A. Definisi Penawaran dan Permintaan Agregat serta
Faktor yang Mempengaruhi Perekonomian makro dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu variabel eksternal dan mempengaruhi variabel
kebijakan. Variabel eksternal adalah variabel yang aktivitas
perekonomian tetapi tidak dipengaruhi oleh
perekonomian tersebut. Variabel ini mencakup perang dan
revolusi, cuaca,
1
pertumbuhan penduduk, dan banyak faktor-faktor lain. Sedangkan
variabel kebijakan meliputi kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
kebijakan pendapatan dan kebijakan ekonomi luar negeri. Kebijakan
fiskal meliputi belanja negara dan perpajakan, kebijakan moneter
meliputi tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar, kebijakan luar
negeri meliputi pengaturan perdagangan internasional serta
pengendalian kurs, sedangkan kebijakan pendapatan meliputi sistem
pengupahan tenaga kerja. Kebijakan dan variabel eksternal
menentukan output nasional tenaga kerja, tingkat pengangguran,
tingkat harga, dan ekspor netto. Penawaran agregat (aggregate
supply) adalah jumlah total barang dan jasa yang hendak diproduksi
dan dijual oleh kalangan usaha di suatu negara dalam periode
tertentu. Penawaran agregat tergantung pada tingkat harga,
kapasitas produksi perekonomian yang bersangkutan, dan tingkat
biaya. Penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan
penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu. Fungsi
pengeluaran agregat menghubungkan antara tingkat pengeluaran riil
diinginkan dengan tingkat pandapatan riil. Fungsi pengeluaran
agregat adalah jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pemerintah,
dan ekspor netto yang diinginkan. AE = C + I + G + X Pada umumnya
kalangan usaha akan memproduksi pada kapasitas penuh dan menjual
dengan harga yang setinggi mungkin. Hanya dalam kondisi tertentu,
misalnya di masa perang, pabrik-pabrik akan beroperasi dengan
kapasitas penuh untuk dapat memenuhi permintaan produk. Maka dapat
disimpulkan bahwa penawaran agregat tergantung pada tingkat harga
yang bisa dikenakan oleh kalangan usaha serta kapasitas produksi
atau potensi output perekonomian yang bersangkutan. Sedangkan
potensi output ditentukan oleh tersedianya input-input produktif
(terutama tenaga kerja dan modal) serta efisiensi pemanfaatan
segenap faktor produksi tersebut (atau tingkat teknologi yang
ada).
2
Permintaan agregat (aggregate demand) merupakan jumlah seluruh
sektor berbeda yang ada dalam perekonomian yang bersedia berbelanja
selama periode tertentu. Permintaan agregat adalah jumlah
pembelanjaan semua individu, perusahaan dan segenap agen atau
pelaku ekonomi lainnya. Dengan kata lain, permintaan agregat
menghitung total pembelanjaan yang dilakukan oleh berbagai sector
atau pelaku ekonomi dalam suatu perekonomian Negara secara
keseluruhan. Atau tergantung dari mobil, makanan, dan berbagai
barang konsumsi lainnya yang dibeli konsumen; pabrik dan peralatan
yang dibeli perusahaanperusahaan; serta bom-bom dan perangkat
computer yang dibeli pemerintah; dan juga ekspor netto. Total
pembelian tersebut dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang
ditawarkan, oleh kejutan-kejutan eksternal dan kebijakan-kebijakan
pemerintah. Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara
keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai
dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari
keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektorsektor
ekonomi pada berbagai tingkat harga Dengan memakai kedua sisi mata
gunting penawaran dan permintaan agregat, kita bisa melihat
keseimbangan yang dihasilkan. Tingkat harga dan output nasional
akan bergerak ke tingkat dimana para pembeli mau membelanjakan
uangnya dan para penjual mau melepaskan produknya. Tingkat output
dan harga yang dihasilkan itulah yang menentukan kesempatan kerja
(employment), pengangguran, dan ekspor netto. Fungsi pengeluaran
agregat akan bergeser jika salah satu dari komponennya bergeser,
artinya jika ada pergeseran dalam fungsi konsumsi, pengeluaran
investasi diinginkan, pengeluaran pemerintah diinginkan atas barang
dan jasa, atau ekspor netto diinginkan. Kenaikan tingkat harga
menyebabkan kurva pengeluaran agregat bergeser ke bawah, dan dengan
demikian mengakibatkan pergeseran ke atas dank e kiri sepanjang
kurva AD, yang mencerminkan penurunan tingkat ekuilibrium
pendapatan nasional.
3
Penurunan tingkat harga menyebabkan kurva AE bergeser ke atas,
dan dengan demikian mengakibatkan gerakan ke bawah dan ke kanan
sepanjang kurva mencerminkan kenaikan tingkat ekuilibrium
pendapatan nasional. B. Kurva Penawaran dan Permintaan Agregat
Kurva penawaran dan permintaan agregat sering digunakan untuk
membantu analisis keseimbangan makro ekonomi. Dengan menggunakan
penawaran dan permintaan agregat kita bisa mengetahui bagaimana
ekspansi moneter meningkatkan output dan harga-harga. Kita juga
bisa memahami mengapa peningkatan efisiensi bisa memperbesar output
sekaligus menurunkan tingkat harga secara keseluruhan. Lebih dari
itu analisis tersebut juga dapat menjelaskan mengapa lonjakan harga
minyak sedunia bisa menyebabkan stagflasi yaitu kondisi yang buruk
dimana stagnasi (kemandegan ekonomi) berkombinasi dengan inflasi.
Gambar (1) di bawah ini memaparkan garis-garis penawaran dan
permintaan agregat atas output dari segenap perekonomian.
Pada sumbu horizontal atau kuantitas (Q) merupakan total output
(GNP riil) dari perekonomian. Sedangkan sumbu vertikal mengukur
tingkat harga keseluruhan (misalnya diukur berdasarkan indeks harga
konsumen atau CPI. Garis atau kurva melengkung ke bawah adalah
kurva permintaan aggregate atau kurva AD. Kurva ini mewakili jumlah
pembelanjaan seluruh pelaku ekonomi, yaitu individu, perusahaan,
orang asing, dan pemerintah pada setiap tingkat harga agregat
(dengan cacatan faktor lain yang mempengaruhi permintaan
4
diasumsikan konstan). Dari kurva itu kita bisa mengetahui bahwa
pada tingkat harga agregat 150, total pembelanjaan akan mencapai
3000 milyar. Jika tingkat harga agregatnya meningkat menjadi 200,
maka total pembelanjaan turun menjadi 2300 milyar. Kurva yang
melengkung ke atas adalah kurva penawaran agregat atau kurva AS.
Kurva ini mencerminkan kuantitas barang dan jasa yang hendak
diproduksi dan dijual oleh kalangan usaha pada setiap tingkat harga
agregat dengan catatan bahwa faktor penentu atau determinan
penawaran agregat lainnya dianggap konstan. Menurut kurva tersebut,
kalangan usaha bersedia menjual produknya senilai 3000 milyar pada
tingkat harga agregat 150. Semakin tinggi tingkat harganya, akan
semakin besar kuantitas yang disediakan atau ditawarkan. Jika
tingkat harga meningkat, katakanlah menjadi 200, kalangan usaha
akan bersedia memproduksi dan menjual dengan nilai lebih dari 3000
milyar, katakanlah 3300 milyar. Jika tingkat output total yang
diminta meningkat, perusahaan bersedia menjual barang dan jasa pada
harga yang lebih tinggi. C. Pertentangan antara Pandangan Keynesian
dan Klasik Sejak awal perkembangan ilmu ekonomi dua abad lalu,
salah satu kontroversi paling mendalam adalah apakah perekonomian
memiliki kecenderungan untuk bergerak kea rah kesempatan kerja
penuh jangka panjang atau tidak. Dengan menggunakan bahasa modern,
kita sebut ini teori klasik yaitu pendekatan-pendekatan yang
menekankan usaha untuk memperbaiki sendiri perekonomian. :Pemikiran
makroekonomi klasik mempunyai pakar antara lain Adam Smith, J.B.
Say, dan John Struat Mill. Pendekatan alternatif, saat ini disebut
ekonomi Keynesian disampaikan oleh J.M. Keynes. Perbedaan dasar
antara pendekatan klasik dan Keynesian dapat ditemukan dalam
pandangan yang berbeda tentang perilaku penawaran agregat. Para
ahli Keynesian percaya bahwa harga dan upah disesuaikan secara
lambat, sehingga setiap usaha menyeimbangkan akan membutuhkan
beberapa tahun atau bahkan dekade untuk dilakukan. Sedangkan
pendekatan klasik beranggapan bahwa harga
5
dan upah fleksibel, sehingga perekonomian bergerak kearah
keseimbangan jangka panjangnya dengan sangat cepat. a. Pendekatan
klasik J.B Say menyatakan bahwa produksi yang berlebihan tidak akan
terjadi secara alamiah, dengan kata lain penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri. Artinya, jika pabrik-pabrik dapat
memproduksi lebih banyak, para pekerja akan membelinya. Upah dan
harga cukup fleksibel sehingga pasar akan menjadi jelas atau
kembali pada keseimbangan dengan sangat cepat. Keandalan dan
keabsahan hukum Say dan pendekatan klasik ditunjukkan oleh gambar
(2).
Sehubungan dengan hukum Say, penawaran menciptakan permintaan
sendiri karena harga-harga bergerak kearah keseimbangan antara
permintaan dan penawaran agregat. Para ekonom klasik berpikir bahwa
persediaan yang melimpah dalam periode yang panjang tidak akan
terjadi. Apabila AS dan AD bergeser, harga-harga akan bereaksi
secara fleksibel untuk menjamin bahwa output pada kesempatan kerja
penuh telah dipenuhi. Dari gambar di atas kita dapat melihat
bagaimana harga yang fleksibel bergerak ke bawah sehingga cukup
untuk meningkatkan pengeluaran untuk mencapai output pada
kesempatan kerja penuh. Dengan kata lain dalam pengertian modern,
pendekatan klasik beranggapan bahwa harga dan upah yang fleksibel
akan menghapus secara cepat kelebihan penawaran atau permintaan dan
membentuk kembali output pada kesempatan kerja penuh dan kapasitas
penuh. Lebih jauh, kebijakan makro
6
ekonomi tidak memainkan peranan apa-apa dalam menstabilkan
siklus usaha atau pengurangan pengangguran dalam perekonomian
klasik. Pandangan ini didasarkan atas keyakinan bahwa : 1.
Fleksibilitas tingkat bunga akan mewujudkan kesamaan/keseimbangan
antara penawaran agregat dan permintaan agregat dari jumlah
tabungan dan investasi pada kondisi penggunaan tenaga kerja penuh.
Tingkat bunga akan menentukan besarnya tabungan rumah tangga maupun
investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam perekonomian.
Menurut para ahli, tingkat suku bunga akan berubah-ubah sampai
mencapai tingkat keseimbangan di mana besarnya tabungan =
investasi. Sebagai ilustrasi: Pada saat tingkat suku bunga 20 %,
besarnya tabungan akan meningkat pesat karena memberikan tingkat
pengembalian yang tinggi. Akan tetapi, bank akan kesulitan untuk
menyalurkan pinjaman karena masyarakat akan lebih memilih untuk
menabung daripada berinvestasi karena return atas tabungannya lebih
tinggi. Untuk menanggulangi hal tersebut, bank akan menurunkan suku
bunganya. Sebaliknya pada saat tingkat suku bunga 10 %, masyarakat
akan memilih untuk mencairkan tabungannya dan memilih untuk
berinvestasi saja (dengan asumsi return atas investasi lebih baik).
Karena banyak orang yang memilih untuk berinvestasi, bank menjadi
kekurangan dana untuk dipinjamkan kepada para investor, untuk
menghimpun dana, maka bank akan menaikkan suku bunga tabungannya.
Penyesuaian ini, dalam pandangan ekonomi klasik akan terus
berulangulang hingga tercapai tingkat bunga pada titik
keseimbangan, misalnya 15 %, di mana pada titik tersebut jumlah
tabungan dan jumlah investasi adalah sama besar. Dalam kondisi ini
pendapatan sebesar 15% dari bunga akan habis untuk pembelian barang
kebutuhan karena harga yang ditetapkan oleh para investor
memberikan return sebesar 15 % dari nilai investasinya. Pada titik
tersebut, menurut pandangan ekonomi klasik merupakan titik
terjadinya kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment)
dimana
7
penawaran agregat = pengeluaran agregat. Keadaan keseimbangan
ini akan tetap wujud karena kebocoran (aliran keluar) dari sektor
rumah tangga yaitu ? tabungan akan diimbangi oleh suntikan (aliran
masuk) yang sama besar yaitu investasi oleh para pengusaha. 2.
Fleksibilitas tingkat upah akan mewujudkan keadaan di mana
permintaan dan penawaran tenaga kerja akan mencapai keseimbangan
pada penggunaan tenaga kerja penuh. Para ahli ekonomi klasik
beryakinan apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan
menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja
sehingga pengangguran pada akhirnya dapat dihapuskan. Asumsi yang
digunakan para ahli ekonomi klasik antara lain : Para pengusaha
akan selalu mencari keuntungan yang maksimum dan keuntungan
maksimum akan dicapai pada keadaan di mana upah adalah sama dengan
produksi marjinal (biaya untuk memproduksi tambahan produk baru).
Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : Bahwa dalam
kondisi adanya pengangguran, para penganggur akan bersedia untuk
menerima pekerjaan dengan tingkat gaji yang lebih rendah. Keadaan
ini akan menimbulkan kekuatan yang akan menurunkan tingkat gaji.
Sebagai ilustrasi, pada tingkat upah misalkan Rp.1.000.000,
perusahaan memiliki 1000 orang pekerja. Kemudian terjadi tambahan
angkatan tenaga kerja baru sebesar 200 orang yang juga ingin
bekerja pada tingkat upah sebesar Rp. 1.000.000. Karena perusahaan
hanya bersedia mengupah 1000 orang pada tingkat upah Rp. 1.000.000,
maka terjadi pengangguran sebesar 200 orang. Untuk memaksimumkan
keuntungan dan memperbanyak produksi, perusahaan akan menurunkan
tingkat upah menjadi Rp. 800.000 untuk 1200 pekerja. Dengan
demikian, jumlah pengangguran akan terserap semua, sehingga selalu
terjadi kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment).
Dengan berdasarkan pandangan ekonomi klasik, maka tingkat
perekonomian suatu negara ditentukan oleh : a) Jumlah barang modal
yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian (C = Capital)
8
b) Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam
perekonomian (L = Labor) c) Jumlah dan jenis kekayaan alam yang
akan digunakan (Q = Quantity) d) Tingkat teknologi yang digunakan
(T = Technology) b. Revolusi Keynesian Sementara ekonom-ekonom
klasik berkhotbah bahwa pengangguran yang bersifat terus menerus
(persistens) tidak mungkin terjadi, ekonom tahun 1930-an tidak
dapat mengabaikan bahwa banyak orang yang menjadi pengangguran.
Keynes menyajikan suatu konsep permintaan agregat dan membuktikan
bahwa harga dan upah tidak fleksibel dan kaku, artinya bahwa kurva
AS klasik yang vertikal harus diganti dengan kurva AS yang lurus ke
atas. Pembuktian dalil Keynes ini dapat dijelaskan oleh gambar
(3).
Dalam model Keynesian, kemiringan ke atas kurva penawaran
agregat mengimplikasikan bahwa output akan meningkat dengan
permintaan agregat yang lebih tinggi sepanjang terdapat sumber daya
yang tidak digunakan. Pada saat AD mengalami depresi, output akan
berada dalam keseimbangan pada titik A dengan tingkat pengangguran
tinggi. Apabila permintaan agregat meningkat dari AD ke AD tingkat
output riil meningkat dari A ke B, seperti halnya harga yang
meningkat. Dalam paradigma Keynesian ini dengan kurva AS yang
mempunyai kemiringan ke atas dalam jangka pendek,
kebikjakan-kebijakan ekonomi
9
menyatakan bahwa meningkatkan permintaan agregat sukses dalam
meningkatkan output dan kesempatan kerja. Pandangan Keynesian
menganggap bahwa harga dan upah kaku untuk jangka pendek karena
kekakuan kontrak-kontrak seperti perjanjian kesatuan buruh. Dalam
bentuk perekonomian seperti ini, output bereaksi secara positif
terhadap tingkat permintaan yang lebih tinggi karena kurva AS
mempunyai kemiringan ke atas, terutama pada tingkat output rendah.
Dalam perekonomian Keynesian perekonomian dapat mengalami masa
pengangguran yang panjang dan terus menerus karena mekanisme
koreksi sendiri harga dan upah tidak berjalan. Kebijakan moneter
dan fiskal dapat menggantikan upah dan harga yang fleksibel, untuk
merangsang perekonomian selama depresi dan membantu untuk
mengembalikan kondisi kesempatan kerja penuh atau memperlambat
perekonomian selama booming untuk mengatasi kecenderungan inflasi.
Analisis Keynes menunjukan tentang pentingnya peranan dari
pengeluaran agregat atas jumlah barang dan jasa yang akan
diproduksi oleh sektor perusahaan di dalam menentukan tingkat
kegiatan ekonomi. Ini berarti analisis Keynes lebih banyak
memperhatikan aspek permintaan, yaitu menganalisis mengenai peranan
dari permintaan berbagai golongan masyarakat di dalam menentukan
tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh suatu perekonomian.
Pada hakikatnya analisis itu berpendapat bahwa tingkat kegiatan
ekonomi negara ditentukan oleh besarnya permintaan efektif, yaitu
permintaaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan
jasa yang diminta tersebut, yang wujud dalam perekonomian.
Bertambah besar permintaan efektif yang wujud dalam Keadaan ini
dengan sendirinya akan menyebabkan perekonomian, bertambah besar
pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan.
pertambahan dalam tingkat kegiatan ekonomi, pertambahan penggunaan
tenaga kerja dan pertambahaan penggunaan faktor-faktor produksi.
Analisis Keynes merupakan suatu analisis jangka pendek. Ini berarti
analisnya memisalkan bahwa jumlah maupun kemampuan dari
faktor-faktor produksi tidak mengalami pertambahan. Oleh sebab itu
apabila kegiatan ekonomi bertambah tinggi dan lebih banyak
faktor-faktor produksi digunakan,
10
pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya
akan berkurang. Dengan demikian tingkat pengguna tenaga kerja dalam
perekonomian tergantung kepada sampai dimana besarnya permintaan
efektif yang tercipta dalam perekonomian. Makin besar permintaan
efektif, makin kecil jurang diantara tingkat kegiatan ekonomi yang
tercapai dengan tingkat kegiatan ekonomi pada tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh. Sebagai akibatnya tingkat pengangguran akan
menjadi semakin rendah. Dalam analisisnya Keynes membagi permintaan
agregat kepada dua jenis pengeluaran; pengeluaran konsumsi oleh
rumah tangga dan penanaman modal oleh para pengusaha. dan ekspor.
Dalam analisis makroekonomi yang wujud sekarang pengeluaran agregat
dalam perekonomian meliputi pula pengeluaran pemerintah Dengan
demikian pengeluaran agregat dapat dibedakan kepada empat komponen;
konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran
pemerintah, dan ekspor. a) Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran
konsumsi yang dilakukan okeh seluruh rumah tangga dalam
perekonomian tergantung kepada pendapatan yang diterima oleh
mereka. Makin besar pendapatan mereka makin besar pula pengeluaran
konsumsi mereka. Sifat penting lainnya dari konsumsi rumah tangga
adalah ; hanya sebagian saja dari pendapatan yang mereka terima
yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Oleh Keynes
perbandingan diantara pengeluaran konsumsi pada Apabila kecondongan
mengkonsumsi adalah suatau tingkat pendapatan tertentu dengan
pendapatan itu sendiri dinamakan kecondongan mengkonsumsi. tinggi,
bagian dari pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi adalah
tinggi. Dengan sendirinya sebaliknya pula, apabila kecondongan
mengkonsumsi adalah rendah, maka makin sedikit pendapatan
masyarakat yang akan digunakan untuk mengkonsumsi. Kecondongan
mengkonsumsi yang rendah, menyebabkan jurang diantara produksi
nasional pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan pengeluaran
agregat yang sebenarnya menjadi bertambah lebar. Jurang yang lebih
lebar ini
11
menyulitkan suatu perekonomian untuk mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh. Agar penggunaan tenaga kerja penuh dapat
dicapai perlulah para pengusaha menaikkan jumlah investasi yang
akan dilakukannya, yaitu mereka harus dapat menginvestasi sebanyak
perbedaan diantara produksi nasional pada penggunaan tenaga kerja
penuh dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada penggunaan
tenaga kerja penuh. Apabila investasi tidak dapat mencapai tingkat
tersebut pengangguran akan berlaku. b) Investasi (Penanaman Modal)
Penanaman modal oleh para pengusaha terutama ditentukan oleh dua
faktor ; efesiensi marjinal modal dan suku bunga. Efesiensi
marjinal modal Apakah seorang menggambarkan tingkat pengembalian
modal yang akan diperoleh dari kegiatankegiatan investasi yang
dilakukan dalam perekonomian. pengusaha akan menanam modal atau
membatalkannya tergantung kepada sifat hubungan di antara efesiensi
modal marjnal ( atau tingkat pendapatan minimal dari penanaman
modal yang akan dilakukan) dengan suku bunga. Sekiranya suku bunga
lebih tinggi dari efesiensi marjinal dari investasi tersebut, maka
pengusahaa itu akan membatalkan rencananya untuk menanam modal.
Seorang pengusaha baru akan menanam modal apabila hasil dari
investasinya lebih tinggi dari suku bunga. Maka, dalam suatu
perekonomian, besarnya jumlah investasi yang akan dilakukan oleh
para pengusaha tergantung kepada nilai penanaman modal yang tingkat
pengembalian modalnya lebih besar dari suku bunga. Keynes mempunyai
pendapat yang sangat berbeda deengan ahli-ahli ekonomi klasik
mengelai faktor-faktor yang menentukan suku bunga. Pandangan Keynes
mengenai penentuan suku bunga telah diterangkan dalam bagian yang
membahas kritik Keynes terhadap pandangan ahli-ahli ekonomi klasik.
c) Pengeluaran Pemerintah Pemerintah bukan saja berfungsi untuk
mengatur kegiatan ekonomi tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat
pengeluaran agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan
pemerintah melalui pemungutan pajak akan mengurangi
12
perbelanjaan agregat. Akan tetapi pajak tersebut akan
dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah tersebut akan
meningkatkan pengeluaran agregat. Kerapkali pemerintah
membelanjakan dana yang melebihi penerimaan pajak. Langkah seperti
ini akan meningkatkan keseluruhan pembelanjaan agregat. d) Ekspor
ke Pasaran Dunia Ahli ekonomi telah menunjukkan berbagai kebaikan
dari hubungan ekonomi dengan luar negeri, terutama kegiatan
mengekspor dan mengimpor. Ahli ekonomi klasik telah lama
menunjukkan bagwa ekspor dapat memperluas pasar ( contoh ;
sumbangan ekspor karet dan minyak mentah kepada ekonomi Indonesia )
dan memungkinkan negara yang mengekspor memperoleh dana untuk
mengimpor barang lain, termasuk barang modal yang akan
mengembangkan perekonomian tersebut lebih lanjut. Perkembangan
perdagangan dunia dalam dua tiga dekade belakangan ini menunjukkan
pula bahwa perkembangan ekspor yang pesat telah dapat menciptakan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Perkembangan ekspor yang pesat tersebut menyebabkan pertambahan
pesat dalam perbelanjaan agregat, yang pada akhirnya akan
menimbulkan pertumbuhan pendapatan nasional ( dan pertumbuhan
ekonomi ) yang pesat. D. Keseimbangan (Ekuilibrium) Makroekonomi
Dengan menyimak AS dan AD secara bersamaan, akan kita peroleh
nilainilai ekuilibrium harga dan kuantitas. Artinya, kita akan
menemukan GNP riil dan tingkat harga yang memuaskan pihak penjual
(produsen) dan pembeli (konsumen). Untuk kurva AS dan AD yang
nampak seperti pada gambar 1, perekonomian secara keseluruhan
berada dalam keseimbangan di titik E. hanya pada titik itulah,
yaitu pada saat output atau Q = 3000 dan pada tingkat harga P =
150, pembeli dan penjual sama-sama puas. Hanya di titik itulah
jumlah yang hendak dibeli konsumen sama persis dengan jumlah yang
hendak diproduksi dan dijual pihak produsen.
13
Keseimbangan makroekonomi adalah suatu kombinasi keseluruhan
harga dan kuantitas dimana pihak penjual dan pembeli sama-sama
tidak bersedia mengubah tingkat penjualan, pembelian, maupun
harganya. Gambar 1 menjelaskan konsep tersebut, yaitu jika tingkat
harga lebih tinggi, katakanlah P = 200, maka kalangan usaha mau
menjual lebih banyak dari yang dikehendaki pembeli. Akibatnya,
barang dagangan (output) akan menumpuk , karena output terus
menumpuk akhirnya produsen atau penjual akan mengurangi tingkat
produksinya dan terpaksa menurunkan harga produknya itu. Ketika
harga mulai turun dari nilainya yang terlalu tinggi itu (P = 200),
selisih antara jumlah yang hendak dijual dengan yang hendak dibeli
mulai berkurang, sampai akhirnya hilang sama sekali begitu tingkat
harga mencapai 150bndan Q = 3000 milyar. Bila titik keseimbangan
ini telah tercapai, maka pihak penjual maupun pembeli samasama
tidak bersedia lagi mengubah kuantitas penawaran (permintaan) dan
tekanan perubahan tingkat hargapun berhenti. III. Penutup A.
Simpulan Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat,
maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada
tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi
secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat
cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional
(pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat
pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung
menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan
nasional) dan menambah pengangguran. Kenaikan besarnya pengeluaran
konsumsi, investasi, pemerintah, atau ekspor yang diinginkan yang
berkaitan dengan setiap tingkat pendapatan nasional akan menaikkan
ekuilibrium pendapatan nasional. Penurunan besarnya pengeluaran
konsumsi, investasi, pemerintah, atau ekspor yang diinginkan yang
berkaitan dengan setiap tingkat pendapatan nasional akan menurunkan
ekuilibrium pendapatan nasional.
14
B. Saran Pemerintah harus lebih mendorong pengeluaran dengan
menitikberatkan pada sektor-sektor padat karya, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan penyerapan
tenaga kerja. Pemerintah dapat memberi insentif berupa keleluasaan
ijin atau kemudahan pajak pada sektor padat karya, namun hal itu
tak lepas dari adanya kesesuaian infrastruktur yang mahal meskipun
sudah diberi keleluasaan dalam pajaknya. Pemerintah harus
menyiasati hal ini dengan pemberian infrastruktur yang terjangkau
guna menarik minat investor untuk membuka lapangan kerja baru baru
kemudian dapat memungut pajaknya. Saat ini perekonomian Indonesia
didominasi oleh sektor konsumsi, namun konsumsi tersebut berasal
dari golongan atas dan bukan masyarakat miskin. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan antara
masyarakat miskin dan kaya. Padahal, pertumbuhan ekonomi yang
didorong konsumsi dan investasi ini bisa menjadi faktor terbaik
untuk meningkatkan pendapatan pemerintah asal konsumsi dan
investasi itu merata. Referensi Lipsey, Richard G, 1993. Pengantar
Makroekonomi (edisi terjemahan). Jakarta: Erlangga. Muchtar,
Karyaman, 1986. Makro-Ekonomi, Konsep, Teori dan Kebijakan.
Jakarta: Erlangga. Samuelson, Paul A, 1992. Makroekonomi (edisi
terjemahan). Jakarta: Erlangga. .
15
PENAWARAN DAN PERMINTAAN AGREGAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Makro Intermediate S-2 Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya
Penyusun : Indah Purnama Sari, S.E Henik Yulia Adam Rusydi
107925012 107925016 107925023
16
Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya 2011
17