Tugas Makalah
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
Hubungan Pendidikan , Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Partisipasi
Ibu Dalam Membawa Balita Ke Posyandu
Disusun oleh : Kelompok 1
1. Andika Permana (1304001)
2. Selda Meylani (1304007)
3. Nurkamila Putri (1304011)
4. Yulia Rahma Yani (1304013)
5. Hera Apria (1304015)
6. Mutiara Hasanah (1304019)
7. Khairat Gusti Nova (1304021)
8. Audea Yulia Mahdani (1304023)
9. Ramadhani Putri (1304025)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Indonesia
Yayasan Perintis Padang
2015
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberikan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga tugas
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup ini dapat
terselesaikan.
Tugas Kesehtan Masyarakat dan Lingkungan Hidup merupakan tugas
makalah yang berjudul Hubungan Pendidikan ,Pengetahuan, dan Sikap
Ibu dengan Partisipasi Ibu Dalam Membawa Balita Ke Posyandu ini
dibuat untuk memenuhi nilai tugas dari dosen yang bersangkutan.
Tugas ini disusun sedemikian rupa agar telihat baik dan mudah
dimengerti ketika membacanya.
Kami selaku pembuat makalah ini menyadari bahwa isi dari makalah
ini, masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan makalah kami ini.
Akhirnya kami sebagai penulis makalah ini berharap, semoga
laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta
wawasan bagi segenap pembacanya.
Padang, April 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,
disebutkan bahwa salah satu prinsip dasar dalam pelaksaan setiap
kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya adalah partisipasi masyarakat. Salah satu
partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan adalah kegiatan Pos
Pelayan Terpadu (Posyandu) . Menurut Depkes RI (2009) ,Posyandu
merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk ,dikelola
dan diselenggarakan dari,oleh,untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan ,guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayan kesehatan dasar.
Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita dimana pelayanan
yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan masyarakat, khususnya bayi
dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran pelayanan kesehatan
di Posyandu adalah seluruh masyarakat terutama bayi, anak balita,
ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui serta
Pasangan Usia Subur (PUS). Kegiatan Posyandu terdiri dari Kesehatan
Ibu dan Anak, upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia
dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila system pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif
dan efesien serta dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan
PUS.
Pertumbuhan dan perkembangan balita apabila tidak dipantau
dengan baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat diperbaiki pada
periode selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauaan
pertumbuhan rutin pada pertumbuhan balita sehingga dapat terdeteksi
apabila ada penyimpangan pertumbuhan dan dapat dilakukan
penanggulangan sedini mungkin sehingga tidak terjadi gangguan pada
proses tumbuh kembang balita. Menurut Depkes RI, 2006 bahwa 16%
balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan
motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang
dan keterlambatan bicara. Salah satu faktor yang mendorong
penurunan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu adalah karena
ketidaktahuan ibu terhadap manfaat menimbangkan anaknya di
Posyandu. Oleh sebab itu pemerintah Republik Indonesia menghimbau
untuk segera menghidupkan posyandu kembali sampai ke desa, karena
posyandu merupakan garda terdepan dalam memonitor pertumbuhan
balita. Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan suatu
sarana dengan pemberdayaan masyarakat lintas sektor unt\uk ikut
aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan, juga merupakan salah
satu bentuk upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang paling
dikenal dengan strata yaitu 1) Pratama, 2) Madya, 3) Purnama, dan
4) Mandri.
Keberhasilan posyandu sangat dipengaruhi oleh partisipasi
masyarakat (kader Posyandu, pengguna posyandu, dan tokoh
masyarakat), peran petugas Puskesmas dan KB, serta peran sektor
lainnya. Partisipasi ibu balita dalam upaya perbaikan status gizi
anak merupakan kunci utama dari keberhasilan suatu posyandu.
Menurut Marjanka et al. (2002), partisipasi ibu di posyandu sangat
mempengaruhi pertumbuhan kesehatan dan status gizi anak. Ibu yang
sering membawa anaknya ke posyandu sesuai jadwal yang ditetapkan
mencerminkan bahwa ibu sadar akan kesehatan dan umumnya anak
tersebut lebih sehat yang ditunjukkan dengan status gizi yang baik.
Melalui kegiatan di posyandu, pemantauan oleh ibu terhadap status
gizi dan kesehatan anak dapat dilakukan dengan baik. Ibu juga dapat
memanfaatkan posyandu sebagai sumber informasi untuk meningkatkan
pengetahuan dalam hal gizi dan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Hubungan Pendidikan,
Pengetahuan dan SikapIbu Balitadengan Partisipasi Ibu dalam Membawa
Balita ke Posyandu .
1.3Tujuan
Untuk mengetahui hubungan Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan
Sikap Ibu Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Membawa Balita ke
Posyandu .
1.4. Manfaat
Menambah wawasan berpikir peneliti dalam ilmu kesehatan
masyarakat khususnya masalah partisipasi ibu balita dalam membawa
balitanya ke posyandu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Partisipasi Masyarakat
2.1.1Pengertian
Secara umum partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk
keterlibatan secara aktif dari masyarakat dalam segala bidang
kehidupan. Hal ini berkaitan dengan pengertian partisipasi
masyarakat yang dikemukakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia
tahun 2005 yang menyatakan partisipasi sebagai hal turut berperan
serta dalam suatu kegiatan (Pusat Bahasa, Depdiknas 2005 ).Menurut
Notoadmojo (2007) , partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya
seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan
seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang
mereka hadapi sendiri baik masalah keluarga atau ataupun masyarakat
itu sendiri.
Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk
perilaku. Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi
ibu balita dalam program posyandu ,yang diwujudkan dengan membawa
anak mereka untuk ditimbang berat badannya ke posyandu secara
teratur setiap bulan,karena perilaku keluarga sadar gizi (keluarga
yang mampu mengenal,mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap
anggotanya ) salah satunya dapat dilihat dari indikator menimbang
berat badan balita secara teratur ke posyandu. Penimbangan balita
dikatakan baik apabila minimal ada empat kali anak balita ditimbang
ke posyandu secra berturut-turut dalam enam bulan dan dikatakan
tidak baik apabila kurang dari empat kali secara berturut-turut ke
Posyandu dalam enam bulan (Depkes,RI,2007).
Posyandu adalah wadah paling tepat untuk peran serta masyarakt
tersebut ,karena dengan adanya peran serat dari masyarakat secara
teratur dan berkesinambungan maka terciptanya kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Posyandu dapat dikatakan sebagai sarana
partisiasi atau peran serta masyarakt dalam usaha peningkatan
kesehatanmasyarakat. Didalam partisipasi setiap anggota masyarakat
dituntut suatu kontribusi dan sumbangan. Kontribusi tersebut bukan
hanya terbatas pada dan dan finansial saja, tetapi dapat berbentuk
daya (tenaga), dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan
didalam 4 M ,yakni manpower (tenaga), money (uang), material
(benda-benda lain seperti kayu,bambu,beras,batu dan sebagainya) dan
mind (ide atau gagasan).
Mengingat pentingnya partisiapsi masyarakat atau peran serta
masyarakat sehingga diatur dalam UU nomor 36 2009 Bab XVI
,dicantumkan tentang peran sertamasyarakt dan salah satu pasalnya
yaitu pasal 174 ayat (1) yang menyatakn bahwa masyarakat memiliki
kesempatn untuk berperan serta dalam rangka membantu mepercepat
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya ,
artinya peran serta masyarakt atau partisipasi masyarakat khususnya
dalam pembangunan dilindungi oleh undang-undang.
2.1.2Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakt
Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan
,partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan
tersebut. Dengan kata lain ,partisipasi masyarakat dapat
menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan
yang diciptakan dengan adanay partisipasi masyarakat didasarkan
kepada idealisme :
1. Community felt need
Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarak itu sendiri ,ini
berarti bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut.
Sehingga adanya pelayan kesehatan bukan karena diturunkan dari
atas, yang belum dirasakn perlunya , tetapi tumbuh dari bawah yang
diperlukan masyarakt dan untuk masyarakat.
2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan
partisiapsi masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian
masyarakt. Hal ini berarti bahwa fasilitas pelayan kesehatan itu
timbul dari masyarakat sendiri.
3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat
sendiir. Artinya tenaganya dan penyelenggaraanya akan ditangani
oleh masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi
partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah
terciptanya suatu pelayanan untuk masayarakat,dari masyarakat,oleh
masyarakat.
2.1.3Tahap-tahap Partisipasi
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan
partisipasi masyarakat ,yaitu dengan dua cara :
1) Partisipasi denagan paksaan
Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program
,baik melalui perundang-undangan ,peraturan-peratutran maupun
denagn perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan
mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget
karena dasarnya bukan kesadarn tapi ketakutan. Akibatnya masyarakat
tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
2) Partisipasi dengan persuasi dan edukasi
Yakni suatu partisiapsi yang didasari pada kesadaran ,sukar
ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama . Tetapi bila
tercapainya hasilnya akan mempunyai rasa memilki dan rasa
memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan
dan sebagainya , baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan dan memberikan kemudahan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar sehingga mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan tujuan utama
dari posyandu. Tujuan khusus posyandu yaitu meningkatkan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan mendasar
(primary health care), meningkatkan peran lintas sektor, dan
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan mendasar (Kemenkes,
2011).
Syarat berdirinya posyandu di suatu daerah meliputi jumlah
penduduk, RW paling sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri dari
120 Kepala Keluarga (KK), disesuaikan dengan kemampuan petugas dan
jarak antara rumah dan jumlah KK dalam suatu tempat (Kemenkes,
2011). Sasarannya yaitu seluruh masyarakat terutama bayi, anak
balita, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan
Usia Subur (PUS). Kegiatan yang dilakukan di Posyandu terdiri dari
kegiatan utama dan kegiatan pengembangan. Waktu pelaksanaan
posyandu, dilaksanakan 1 (satu) bulan kegiatan, dengan waktu buka
posyandu minimal satu
10 hari/bulan, sesuai dengan kesepakatan bersama wilayah
tersebut. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh
kader dengan bimbingan teknis dari puskesmas. Jumlah minimal kader
untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini mengacu
pada sistem 5 meja (Kemenkes, 2006). Kegiatan yang dilaksanakan
pada setiap langkah secara sederhana diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Mekanisme Kegiatan Posyandu
Langkah
Kegiatan
Pelaksana
Pertama
Pendaftaran
Kader
Kedua
Penimbangan bayi,anak balita dan ibu hamil
Kader
Ketiga
Pengisian KMS
Kader
Keempat
Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Kader
Kelima
Pelayanan kesehatan (pemberian pelayanan
imunisasi KB, pengobatan gizi, KIA)
Kader atau kader
bersama petugas
kesehatan dan sektor
terkait
Sumber : Depkes RI, 2006
Indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu
ini antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan,
namun tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan sehingga
frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Menurut Zulkifli (2003)
posyandu dikatakan aktif, apabila frekuensi penimbangan di atas 8
kali setahun. Perkembangan posyandu tidak sama, dengan demikian
pembinaan yang dilakukan untuk setiap posyandu juga berbeda
(Kemenkes,2011). Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu,
telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu
yang dikenal dengan nama Telah Kemandirian Posyandu yang bertujuan
mengetahui tingkat perkembangan posyandu secara umum, dibedakan
atas 4 tingkat sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu
Tingkat
Perkembangan Kriteria
Posyandu Pratama
Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya
Kegiatan belum rutin setiap bulan
kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang
Posyandu Madya
Sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali pertahun
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih
cakupan program utamanya masih rendah yaitu
kurang dari 50%
Posyandu Purnama
Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih
cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah
ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada
dana sehat yang masih sederhana
Posyandu Mandiri
Sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur
jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih
cakupan 5 program utama sudah bagus, ada
program tambahan dan dana sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK.
Sumber : Kemenkes, 2011
Kurang berfungsinya posyandu berdampak pada rendahnya kinerja
disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur
pemerintah kelurahan dan dinas/instansi/lembaga terkait berdampak
pada rendahnya minat masyarakat memanfaatkan posyandu. Upaya
revitalisasi posyandu telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi
timbul agar posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya, namun
kinerja posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang
optimal. Sehingga, upaya revitalisasi posyandu perlu terus
ditingkatkan agar mampu memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap
kelompok sasaran yang rentan (Kemendagri RI, 2001).
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Menurut Rusmil (2006) , pertumbuhan yaitu bertambahnya ukuran
dan jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya ukuran
fisik dan struktur yang dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks seperti
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, sosialisasi serta
kemandirian. Masa balita merupakan periode penting tumbuh kembang
anak, yang memengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya.
Masa lima tahun pertama setelah anak lahir (bayi dan balita) yang
merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis,
maupun intelegensinya (Sulistijani,2001). Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita, perubahan berat badan
merupakan indikator yang sangat sensitif memantau
pertumbuhan anak. Melakukan penimbangan setiap bulannya
diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui.
Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri
dari :
1) Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan
berat
badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status
pertumbuhan
berdasarkan hasil penimbangan berat badan
2) Menindak lanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan.
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Parisipasi ibu Balita
Ke Posyandu
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah
dan potensi yang ada di masyarakat, memilih dan mengambil keputusan
mengenai solusi alternatif untuk menangani yang pada umumnya
dipandang sebagai suatu bentuk perilaku, salah satu bentuk perilaku
kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam program Posyandu,
adalah dengan membawa anak mereka untuk ditimbang berat badannya ke
Posyandu secara teratur setiap bulan mulai umur 1 bulan hingga 5
tahun di posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila
minimal empat kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara
berturut-turut selama enam bulan. (Depkes RI, 2006).
Bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu
bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki
wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk
tidak nyata (abstrak). Kontribusi partisipasi antara lain melalui
manpower (tenaga), money (uang), material (seperti
beras, gula, dan sebagainya), mind (idea atau gagasan)
(Notoatmodjo, 2007). Kemenkes (2011) menyebutkan bahwa dalam
kegiatan posyandu, tingkat partisipasi masyarakat disuatu wilayah
diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah anak balita di
daerah kerja posyandu (S) dengan jumlah balita yang ditimbang pada
setiap kegiatan posyandu yang ditentukan (D). Angka D/S
menggambarkan kecakupan anak balita yang ditimbang, ini merupakan
indikator tingkat partisipasi masyarakat untuk menimbangkan anak
balitanya. Hasil cakupan penimbangan merupakan salah satu alat
untuk memantau gizi balita yang dapat dimonitor dari berat badan
hasil penimbangan yang tercatat di dalam KMS.Kelengkapan sarana
yang memadai merupakan salah satu penunjang dalam membantu kegiatan
posyandu baik dari kader sendiri maupun pengguna posyandu. Beberapa
tahap yang dilakukan untuk mengajak dan menumbuhkan
partisipasi masyarakat (Notoatmodjo,2007), yaitu :
A. Partisipasi dengan paksaan, artinya memaksa masyarakat untuk
berkontribusi dalam suatu program, baik melalui
perunadang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah
lisan. Pada umumnya cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah
namun dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan sehingga masyarakat
tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
B.Partisipasi dengan persuasi dan edukasi, artinya suatu
partisipasi yang didasari pada kesadaran, sulit diterapkan dan
membutuhkan waktu yang lama, namun tercapai hasilnya akan mempunyai
rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan
penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dengan cara menimbulkan motivasi. Oleh sebab itu,
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang
tumbuhnya motivasi.
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ibu balita
Faktor yang memengaruhi tindakan masyarakat dalam memanfaatkan
posyandu, diantaranya faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,
kepercayaan, sosial ekonomi, keyakinan, nilai-nilai, dan
sebagainya), faktor pendukung (lingkungan fisik, tersedia atau
tidak fasilitas atau sarana kesehatan), dan faktor penguat (sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain) (Notoatmodjo,
2010). Green dan Marshall (2005), mengatakan faktor penguat dapat
bersifat positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku
orang di lingkungan tersebut. Sebagai contoh, dalam program
posyandu dimana yang menjadi penguat adalah lurah/kepala desa,
petugas kesehatan/puskesmas, ketua PKK, ibu bayi/balita, ibu
hamil/menyusui, yang dapat saling mempengaruhi. Salah satu dampak
dari kurang aktifnya sarana pelayanan kesehatan seperti posyandu
yaitu dapat mengakibatkan terjadinya kasus balita gizi buruk.
2.3.2 Wilayah Posyandu
Menurut teori Ronald M. Andersen (1995) dalam jurnalnya
Revisting the Behavioral Model and Access to Medical Care:Does It
Matter? , determinan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
pola penggunaan pelayanan kesehatan berbeda antara satu daerah
dengan daerah lainnya. Selain itu, berdasarkan Jurnal Nutrition
Education (2011), faktor lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Wilayah tempat
tinggal merupakan bagian dalam jaringan sosial yang melibatkan
keluarga, teman sebaya, dan lain sebagainya. Hubungan sosial ini
sangat berpengaruh terhadap perilaku, sehingga dalam mempromosikan
lingkungan yang mendukung mampu mengatasi masalah sosial (Contento,
2011).
2.3.3 Umur Ibu Balita
Istilah usia diartikan dengan lama waktu hidup terhitung sejak
dilahirkan (Hoetomo, 2005). Ibu yang relatif muda cenderung kurang
memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehinnga
umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman
orang tuanya terdahulu. Sebaliknya pada ibu yang lebih berumur
cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya dan sebagai ibu
yang lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati
tugasnya sebagai ibu sehingga akan mempengaruhi pula terhadap
kualitas dan kuantitas pengasuhan anak (Hurlock, 1999). Umur akan
berpengaruh terhadap perilaku seseorang seiring dengan perkembangan
fisik dan mental orang tersebut sehingga perilakunya akan semakin
matang dengan bertambahnya umur yang didukung dengan bertambanhnya
pengalaman (Kurnia, 2011). Berdasarkan hasil kesimpulan Kartini dan
Asdhany (2012), mengemukakan bahwa sebanyak 66,7% ibu balita
berusia 15-31 tahun berpartisipasi aktif dalam kegiatan
posyandu.
2.3.4 Pendapatan Keluarga
Tingkat ekonomi sebuah keluarga ditentukan dengan besar
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah keluarga.
Keluarga yang tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dikatakan
tingkat ekonomi tinggi sedangkan keluarga yang masih kesulitan
dalam memenuhi kebutuhannya dikatakan tingkat ekonomi masih kurang
(Zuhri,2010). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2012, persentase penduduk miskin di Jakarta semakin banyak sebesar
4,29%, hasil ini meningkat dibandingkan dengan hasil pendataan
sebelumnya (3,61%). Menurut pendapat dari seorang ahli bahwa yang
dimaksud dengan penghasilan adalah gaji, hasil pertanian, pekerjaan
dari anggota keluarga. Pendapatan merupakan sumber pemasukan baik
yang berupa uang, barangbarang, jasa dan kepuasan yang dapat
dipakai oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
(Zuhri,2010). Mengacu pada ukuran kemiskinan yang digunakan Badan
Pusat Statistik, yaitu konsep pemenuhan kebutuhan dasar,maka angka
yang digunakan saat ini adalah sebesar Rp 267.408,00/orang/bulan
untuk wilayah perkotaan (McKinsey,2012). Kartini dan Asdhany (
2012), menyatakan bahwa terdapat ebanyak 80,6% keluarga balita
dengan pendapatan di atas Rp 939.756,00 yang aktif dalam
berpartisipasi di Posyandu, penelitian ini dilakukan di Posyandu
Kelurahan Cangkiran Kota Semarang. Beberapa penelitian empiris yang
menyatakan bahwa kesehatan berbanding terbalik dengan kemiskinan,
dimana ada kemiskinan maka masalah kesehatan akan semakin nyata
terjadi. Kecenderungan yang terjadi di masyarakat miskin adalah
kurang memperhatikan kesehatan mereka, yang berdampak pada
rendahnya tingkat pemahaman akan pentingnya kesehatan, penyebab
lainnya yaaitu ketidakmampuan mendapatkan pelayanan kesehatan
karena biaya yang tidak terjangkau. Pusat Pelayanan Kesehatan
seperti Puskesmas maupun Posyandu merupakan lembaga yang
dikonsepkan menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat diharapkan
dapat meningkatkan perannya untuk menyentuh lapisan masyarakat
terbawah. (Razif, dkk, 2012).
2.3.5 Pendidikan Ibu Balita
Pendidikan adalah segala sesuatu hal guna membina kepribadian
serta mengembangkan kemampuan manusia baik secara jasmani dan
rohani yang berlangsung seumur hidup, dalam rangka pembangunan
persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila (BPS,2013).Pendidikan dibagi menjadi 3 macam, yaitu
pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal pada umumnya disebut dengan sekolah. Jenjang
pendidikan formal terbagi atas:
1) Di bawah Sekolah Dasar : kategori ini adalah mereka yang belu
menyelesaikan pendidikan SD atau tidak sekolah.
2) Sekolah Dasar : mereka yang telah menyelesaikan jenjang SD
namun belum menyelesaikan SMP.
3) Sekolah Menengah Umum/sederajat : mereka yang telah
menyelesaikan SMP/SLTP namun belum menyelesaikan SMA/sederajat
4) Sekolah Menengah Atas/sederajat : mereka yang telah
menyelesaikan SMA/sederajat namun belum menyelesaikan sekolah pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
5) Diploma 1/2/3 : mereka yang telah menyelesaikan Diploma namun
belum menyelesaikan sekolah pada tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
6) Sarjana : mereka yang telah menyelesaikan Sarjana.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik,
orang tua dapat menerima segala informasi dari luar dengan baik
(Soetjiningsih (1995). Notoatmojo mengemukakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang untuk menerima
informasi sehingga pengetahuannya semakin baik. Kurnia (2011)
meyatakan bahwa orang tua yang berpendidikan rendah akan sulit
beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari kegiatan yang
dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi dalam kegiatan pelaksanaan
Posyandu. Sejalan pula dengan teori bahwa ibu dengan pendidikan
yang rendah masih sering ditemui, hal tersebut menyebabkan
penyimpangan terhadap keadaan tumbuh kembang dan status gizi anak
terutama pada anak usia balita (Sudiyanto dan Sekartini, 2005).
2.3.6Tingkat Pengetahuan Ibu
Menurut Engel ,Blackwell dan Miniard dalam Komshan et al (2009)
,pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan
menjadi penentu utama utama perilaku seseorang . Selanjutnya Winkel
(1984) dalam Khomsan mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat
pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang
karena berhubungan dengan daya nalar,pengalaman, dan kejelasan
konsep mengenai objek tertentu, karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan dari ibu akan berhubungan dengan
partisipasinya dalam membawa balitanya ke posyandu. Pengetahuan
atau kognitif merupakakn domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Sebelum seseorang menadopsi
perilaku baru didalam diri orang terjadi proses yang berturutan
yaitu :
1. Awareness yaitu kesadaran dimana seseorang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu erhadap stimulus.
2. Interest yaitu merasa tertarik terhadap objek tersebut .
Disini sikap objek sudah mulai timbul.
3. Evaluation yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut terhadap dirinya . Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial yaitu dimana subjek sudah mulai mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh simulus.
5. Adoptin yaitu dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan ,kesadaran. Dan sikapnyaterhadap stimulus.
2.3.7 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu perbuatan
(action) ,tetapi dari sikap dapat diramalkan perbuatannya. Sikap
merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk
berkelakuan dengan pola-pola tertetu , terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Sikap tidak sama
dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap
seseorang. Sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berfikir tertentu
dalam masyarakat dan sebaliknya,pola-pola cara berfikir ini
mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting. Sikap
terbentuk karena ada pengalaman pribadi , pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh budaya kemediaan massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional . hal
ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997 dalam maulana (2009) bahwa
sikaps seseorang dapat berubah dengan diperohlehnya tambahan
informasi tentang objek tertentu ,melalui persuasi,serta tekanan
dari kelompok sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya
interaksi soial yang dialami individu . Interaksi disini tidak
hanya berupa kontak sosial dan hubungan atar pribadi sebagai
anggota kelompok sosial , tetapi meliputi juga hubungan dengan
lingkungan fisik maupun lingkungan fisiologis serta dapat berubah
jika ada pengalamanan yang luar biasa.
2.3.8Status Bekerja Ibu Balita
Menurut Khalimah (2007) dalam Kurnia (2011), kerja merupakan
sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada
sesuatu yang hendak dicapainya dan harapan bahwa aktivitas kerja
yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih
memuaskan dalam upaya pemenuhan kebutuhan. Pekerjaan memilki
hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting
dalam kehidupan sosial ekonomi da berkaitan dengan faktor lain
seperti kesehatan. Hal tersebut sesuai menurut Khomsan (2007) bahwa
pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam
keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka
keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat
akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Orang
tua yang bekerja akan tidak mempunyai waktu luang, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua
semakin sulit datang ke Posyandu.
2.3.9Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Jarak tempuh adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat
tinggal seseorang ke Posyandu dimana adanya kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2002) dalam Kurnia (2011), jarak adalah ruang
sela (panjang atau jauh) antara dua benda
atau tempat yaitu jarak antara rumah denga tempat Posyandu.
Posyandu yang terjangkau semua pengguna dengan jalan kaki dapat
mendukung posyandu berjalan dengan baik sehingga mewujudkan
pelayanan gizi menjadi efektif (Sumarno, 2006). Menurut Effendy
(1997) dalam Kurnia (2011), letak Posyandu sebaiknya berada di
tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, ditentukan lokal
sendiri, atau dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat,
pos rukum tetangga (RT) atau rukun warga (RW) atau pos lainnya. Hal
ini agar jarak Posyandu mudah dijangkau sehingga memudahkan
masyarakat untuk menimbang anaknya sebagaimana diungkapkan Kartini
dan Asdhany (2012),mengemukakan bahwa semakin dekat jarak tempuh
rumah dengan tempat penyelenggaraan posyandu, maka akan semakin
banyak masyarakat yang memandaatkan posyandu.
2.3.10 Kehadiran Petugas Kesehatan
Pada setiap posyandu yang berjalan lancar dan teratur selalu ada
tokoh motor penggerak posyandu secara langsung maupun tidak
langsung. Dukungan puskesmas dan bidan desa merupakan motivasi yang
penting bagi kader dan masyarakat. Pelayanan kesehatan berupa
pengobatan sederhana, ada pemberian makanan tambahan yang teratur
dan menarik, insentif kader dan dukungan dari tokoh masyarakat
(Sumarno, 2006).
Melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam
bidang kesehatan, harus dilakukan atas dasar kemauan masyarakat
sendiri. Apabila rasa tanggung jawab dan rasa memilki tidak ada,
masyarakat hanya akan berperan sebagai objek yang pasif atau
sebagai penonton yang pasif. Madanijah dan Triana (2007)
mengelompokkan partisipasi ibu balita di posyandu menjadi empat
kelompok, yaitu dilihat dari kehadiran, keaktifan, penggunaan Kartu
Menuju Sehat (KMS), dan upaya pengembangan Posyandu, seperti
bantuan dana, sarana, tenaga, dan waktu serta pemberian makanan
atau PMT. Kehadiran ibu balita sangat mempengaruhi tingkat
partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu. Menurut Kasmita (2000),
tingkat partisipasi masyarakat di suatu wilayah dapat diukur dengan
melihat perbandingan antara jumlah anak balita di daerah posyandu
(S) dan jumlah balita yang ditimbang (D) pada setiap jadwal yang
ditentukan. Partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu dapat dilihat
dari keaktifan ibu dalam pelaksanaan posyandu di luar dan di dalam
jadwal posyandu, meliputi keikutsertaan ibu dalam penimbangan
anaknya ke posyandu dan keikutsertaan ibu untuk menggerakkan
masyarakat agar ikut serta dalam kegiatan posyandu.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Keaktifan ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan
berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Karena salah
satunya tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi
masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Agar tercapai itu
semua maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam
kegiatan posyandu agar status gizi balitanya terpantau (Kristiani,
2007). Beberapa dampak yang dialami balita, bila ibu balita tidak
aktif dalam kegiatan posyandu antara lain tidak mendapatkan
penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak
mendapat vitamin A untuk kesehatan mata, ibu balita tidak
mengetahui pertumbuhan berat badan balita tiap bulan, ibu balita
tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan tambahan
(PMT). Dengan aktif dalam kegiatan posyandu ibu balita dapat
memantau tumbuh kembang balitanya (Depkes RI, 2007). Keberhasilan
posyandu sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat (kader
Posyandu, pengguna posyandu, dan tokoh masyarakat), peran petugas
Puskesmas dan KB, serta peran sektor lainnya. Partisipasi ibu
balita dalam upaya perbaikan status gizi anak merupakan kunci utama
dari keberhasilan suatu posyandu. Menurut Marjanka et al. (2002),
partisipasi ibu di posyandu sangat mempengaruhi pertumbuhan
kesehatan dan status gizi anak. Ibu yangsering membawa anaknya ke
posyandu sesuai jadwal yang ditetapkanmencerminkan bahwa ibu sadar
akan kesehatan dan umumnya anak tersebut lebih sehat yang
ditunjukkan dengan status gizi yang baik. Melalui kegiatan di
posyandu, pemantauan oleh ibu terhadap status gizi dan kesehatan
anak dapat dilakukan dengan baik. Ibu juga dapat memanfaatkan
posyandu sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan
dalam hal gizi dan kesehatan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Uphoff. Program-Program Posyandu, Bagian I. Jakarta, 2002
Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI,
2010
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta,
2010
Hartaty dan Indirawaty. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Balita dengan Kunjungan ke Posyandu Kelurahan Bara-Bara Selatan
Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Bara Makassar. Makasar : Universitas
Hasanuddin, 2006
Fitriani, S. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya
Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu di Kecamatan Karangjaya Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2009. FKM Unsil, 2010