BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGKondisi lansia di Indonesia sesuai proyeksi
Bank Dunia tahun 2010 adalah 5,57 % dan pada tahun 2020 menjadi
7,08 %. Menurut data Sensus Penduduk tahun 1990 jumlah lansia
adalah 6,96 juta jiwa (3,88 %). Pada 2020 diramalkan akan berjumlah
11,3 % atau 28.8 juta jiwa dari penduduk Indonesia. Dengan
demikian, Negara Indonesia memasuki negara berstruktur penduduk
tua. Diperkirakan sekitar 3,3 juta lansia memerlukan pelayanan
sosial, sebagian besar terlantar dan memerlukan upaya perlindungan
khusus (Komnas Lanjut Usia, 2010).
B. LANJUT USIALansia adalah kelompok usia 60 tahun keatas yang
rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Penuaan atau dikenal
dengan aging berarti merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ,
fungsi dan sistem tubuh bersifat alamiah/fisiologis. Pada umumnya
tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan memimbulkan
masalah di usia sekitar 60 tahun. Menurut Undang Undang Republik
Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas. Indonesia sendiri menduduki rangking keempat di dunia
dengan jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat
perhatian. Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang semakin
meningkat, Indonesia juga menghadapi beban ganda (double burden)
dengan kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas)
karena usia harapan hidup yang makin panjang bisa mencapai 77 tahun
(Maryam, 2008).
BAB IITINJAUAN TEORI
A. PENGERTIANHambatan interaksi sosial adalah suatu gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu
fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen,
1998).Hambatan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi
dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak
efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami hambatan interaksi
sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain
yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri
merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri)
(Stuart dan Sundeen, 1995).Perilaku Menarik Diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal
336).Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam
sekitarnya, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap
lingkungan sosial secara langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien
gangguan skizofrenia hal 53).Perilaku menarik diri adalah suatu
usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa
bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian
dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna
Keliat, 1999).
B. TANDA DAN GEJALA1. Data SubjektifSukar didapati jika klien
menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab
pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata tidak , iya, tidak
tahu.2. Data ObjektifObservasi yang dilakukan pada klien akan
ditemukan :a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.b. Menghindari
orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang
lain, misalnya pada saat makan.c. Komunikasi kurang / tidak ada.
Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.d.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.e. Berdiam diri
di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.f. Menolak
berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.g. Tidak melakukan kegiatan
sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga
sehari-hari tidak dilakukan.h. Posisi janin pada saat tidur.
C. RENTANG RESPON SOSIALWaktu membina suatu hubungan sosial,
setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai
dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat
diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat yang secara
umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat. Respons
sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari
adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga,
gangguan komunikasi, dan kesepian.Menurut Stuart dan Sundeen, 1999,
respon setiap individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan
maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut : Respon adaptif
dan Respon maladaptif1. Respon adaptifRespon adaptif adalah respon
yang masih dapat diterima oleh norma norma sosial dan kebudayaan
secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari
:a. Menyendiri (Solitude)Merupakan respons yang dibutuhkan
seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan
kegiatan.b. OtonomiMerupakan kemampuan individu untuk menentukan
dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.c.
Bekerja sama (mutualisme)Adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi
dan menerima.d. Saling tergantung (interdependen)Merupakan kondisi
saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal2. Respon maladaptiveRespon maladaptif adalah
respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan
(Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :a.
Menarik diriMerupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.b. ManipulasiMerupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat
pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu
tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.c.
ImpulsifIndividu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.d.
NarkisismePada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh,
secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak
mendukung.e. Tergantung (dependen)terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi
secara sukses.f. CurigaTerjadi bila seseorang gagal mengembangkan
rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan
diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan
berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang,
dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.
D. ETIOLOGISalah satu penyebab dari menarik diri adalah harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.Tanda dan gejala
harga diri rendah :Ada 10 cara individu mengekspresikan secara
langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)1. Mengejek
dan mengkritik diri sendiri2. Merendahkan atau mengurangi martabat
diri sendiri3. Rasa bersalah atau khawatir4. Manisfestasi fisik :
tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.5.
Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan6. Gangguan berhubungan,
menarik diri dari kehidupan social7. Menarik diri dari realitas8.
Merusak diri9. Merusak atau melukai orang lain10. Kebencian dan
penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala Harga Diri
RendahSelain itu terdapat beberapa faktor predisposisi (pendukung)
dan factor presipitasi (pencetus) terjadinya gangguan hubungan
sosial :1. Faktor Predisposisia. Faktor perkembanganKemampuan
membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki
tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila
tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari (pengasuh) pada bayi akan memberikan
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.b.
Faktor biologisGenetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa kelainan pada struktur otak, seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.c. Faktor sosial budayaFaktor sosial budaya
dapat menjadi faktor pendukugn terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).2.
Faktor presipitasi (pencetus)a. Stresor sosial budayaStresor sosial
budaya dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan, misalnya
keluarga yang labil.b. Stresor psikologisTingkat kecemasan yang
berat akan menyebabkan kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (Menarik
Diri).
E. MEKANISME SEBAB AKIBATSebab : Harga diri rendah yang
kronisMekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien
merasa malu sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari
orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat
menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.Akibat :
HalusinasiHalusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik.
(Carpenito,1996)Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat
mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi. Hal ini
disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima
rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.Tanda dan
gejala Halusinasi :1. Bicara, senyum / tertawa sendiri.2.
Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.3. Merusak
diri sendiri / orang lain / lingkungan.4. Tidak dapat membedakan
hal yang nyata dan tidak nyata.5. Tidak dapat memusatkan perhatian
dan konsentrasi.6. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.7.
Sikap curiga dan bermusuhan.8. Ketakutan.9. Sulit membuat
keputusan.10. Menarik diri, menghindari dari orang lain.11.
Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.12. Muka merah kadang
pucat.13. Ekspresi wajah bingung.14. Tekanan darah naik.15. Nafas
terengah- engah.16. Nadi cepat.17. Banyak keringat.Karakteristik
Perilaku1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan
berlebihan.2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.3.
Kemunduran secara fisik.4. Tidur berlebihan.5. Tinggal di tempat
tidur dalam waktu yang lama.6. Banyak tidur siang.7. Kurang
bergairah.8. Tidak memperdulikan lingkungan.9. Kegiatan menurun.10.
Immobilisasai.11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan
berulang).12. Keinginan seksual menurun.13. Mekanisme
KopingMekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada
klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
F. PENATALAKSANAANMenurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip
penatalaksanaan klien menarik diri adalah :1. Bina hubungan saling
percaya2. Ciptakan lingkungan yang terapeutik3. Beri klien
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya4. Dengarkan klien dengan
penuh empati5. Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik6.
Lakukan kontak sering dan singkat7. Lakukan perawatan fisik8.
Lindungi klien9. Rekreasi10. Gali latar belakang masalah dan beri
alternatif pemecahan11. Laksanakan program terapi dokter12. Lakukan
terapi keluarga
Penatalaksanaan medis (Rasmun,2001) :Obat anti psikotik1.
Clorpromazine (CPZ)a. IndikasiUntuk syndrome psikosis yaitu berdaya
berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu,
daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat
dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam
fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial
dan melakukan kegiatan rutin.b. Mekanisme kerjaMemblokade dopamine
pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem ekstra
piramidal.c. Efek sampingSedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi,
dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal
(distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia
rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis,
biasanya untuk pemakaian jangka panjang.d. Kontra indikasie.
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
disebabkan CNS Depresan.2. Haloperidol (HP)a. IndikasiBerdaya berat
dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam
fungsi kehidupan sehari -hari.b. Mekanisme kerjaObat anti psikosis
dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di
otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal.c. Efek
sampingSedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).d. Kontra
indikasiPenyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.3)
Trihexy phenidyl (THP)a. IndikasiSegala jenis penyakit
parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom
parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.b.
Mekanisme kerjaObat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada
reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan
sistem ekstra piramidal.c. Efek samping Sedasi dan inhibisi
psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan
irama jantung).d. Kontra indikasiPenyakit hati, penyakit darah,
epilepsi, kelainan jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit
SSP, gangguan kesadaran
BAB IIIKONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar Asuhan KeperawatanPemberian asuhan keperawatan
klien degan masalah utama Hambatan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri tetap menggunakan proses keperawatan yang lazim
digunakan pada klien dengan gangguan jiwa dengan tahap-tahap
sebagai berikut :1. PengkajianAdapun ruang lingkup pengkajian klien
dengan masalah utama Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik
Diri meliputi pegumpulan data, perumusan masalah keperawatan, pohon
masalah dan analisa data.a. Pengumpulan dataData yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and Sundeen,
1995).Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan Hambatan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai berikut:1)
Identitas klienPada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien
dengan masalah utama Hambatan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah
: biodata yang meliputi umur, terjadi pada umur atara 15 40 tahun,
bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan dan agama
pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya
penyakit Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.2)
Alasan masuk rumah sakitPada umumnya alasan masuk rumah sakit pada
klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
adalah keluhan kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk,
menjawab pertanyaan dengan singkat.3) Faktor predisposisiPada
umumnya faktor predisposisi pada klien dengan Hambatan Interaksi
Sosial pada kasus Menarik Diri adalah pernah atau tidaknya
mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah
mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan,
penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang mengalami
gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien
sebelum mengalami gangguan jiwa.4) Pemeriksaan fisikPemeriksaan
fisik meliputi ;a) Tanda-tanda vital :Tekanan darah: cenderung
meningkatSuhu: meningkatNadi: cenderung meningkat
(takikardi)Repirasi: bertambahb) UkuranBerat badan : menurunc)
Keluhan fisikBiasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur
sehingga bisa terjadi penurunan berat baan. Klien biasanya tidak
menghiraukan kebersihan dirinya.5) Aspeks psikososiala) Konsep
diriKonsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman
dan keyakinan seseorang terhadap dirinya yang memperngaruhi
hubungannya dengan orang lain dan pada umumnya klien dengan
Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami
gangguan konsep diri seperti : tidak menerima salah satu bagian
tubuhnya, merasa tidak berharga, hidup tidak berguna, tidak mampu
mempertahankan kontak mata, sering memalingkan wajah, harga diri
rendah, tidak mampu membentuk identitas diri dan tidak mampu
berperan sesuai dengan umur atau profesinya.b) Hubungan
sosialHubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia,
karena manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang
lain. Pada umumnya klien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada
kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki
teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan kelompok atau
masyarakat dan mengalami hambatan dalam pergaulan.6) Status
mentala) PenampilanPada klien dengan Hambatan Interaksi Sosial :
Menarik Diri berpenampilan tidak rai, rambut acak-acakan, kulit
kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan keadaan
serta klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi.b)
PembicaraanPembicaraan klien dengan Hambatan interaksisosial
Menarik Diripada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila
berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak
diajak bicara.c) Aktivitas motorikKlien tampak lesu, tidak
bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.d)
Alam perasaanAlam perasaan pada klien dengan Hambatan Interaksi
Sosial pada kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa
dimanifestasikan dengan sering melamun.e) AfekAfek klien biasanya
datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.f)
Interaksi selama wawancaraKlien menunjukkan kurang kontak mata dan
kadang-kadang menolak untuk bicara dengan orang lain.g)
PersepsiKlien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik
Diri pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi
pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara yang megancam,
sehingga klien cenderung sering menyendiri dan melamun.h) Isi
pikirKlien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham
curiga.i) Proses pikirProses pikir pada klien dengan Hambatan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri akan kehilangan asosiasi,
tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses
pikir.j) KesadaranKlien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus
Menarik Diri tidak mengalami gangguan kesadaran.k) MemoriKlien
tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat
hal-hal yang telah terjadi.l) Konsentrasi dan berhitungKlien dengan
Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya
tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.m)
Kemampuan penilaianKlien tidak mengalami gangguan dalam penilaiann)
Daya tilik diriKlien mengalami gangguan daya tilik diri karena
klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.7) Kebutuhan
persiapan pulanga) MakanKlien mengalami gangguan daya tilik diri
karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.b) BAB /
BAKKemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang.c)
MandiKlien dengan Hambatan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
bisanya tidak memiliki minat dalam perawatan diri (mandi)d)
Istirahat dan tidurKebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya
terganggue) Mekanisme kopingKoping yang digunakan klien adalah
proyeksi, menghindar dan kadang-kadang mencedrai diri.f) Masalah
psikososial dan lingkunganKlien mendapat perlakuan yang tidak wajar
dari lingkungan seperti klien direndahkan atau diejek karena klien
menderita gangguan jiwa.g) PengetahuanKlien dengan Hambatan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri, kurang mengetahuan dalam
hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan
sistem pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin
berat.h) Aspek medicMeliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan
yang digunakan oleh klien selama perawatan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NoDiagnosa (NANDA, 2014)Tujuan (NOC)(IOWA, Project NOC
2000)Intervensi (NIC)(IOWA, Project NIC 2000)
1Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan defisit
keterampilan tentang cara meningkatkan kebersamaan
NOC : Peningkatan interaksi sosialKriteria hasil : Menunjukkan
sikap senang berinteraksi sosial Memahami dampak perilaku diri pada
interaksi sosial Menunjukkan sikap asertif dan peningkatan
interaksi dengan orang lain Mengungkapkan keinginan untuk
berhubungan dengan orang lain
NIC :Peningkatan sosialisasi Buat interaksi terjadwal
Identifikasi perubahan perilaku Libatkan pendukung sebaya dalam
memberikan umpan balik interaksi Anjurkan belajar menghargai orang
lain Ajari sikap asertif kepada orang lain
2Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik dan ketidaknyamaan
inefektif
NOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs)Kriteria Hasil
: Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap
kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLS dengan
bantuan
NIC :Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk
alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
3Distres spiritual berhubungan dengan kesepian/pengasingan
sosialNOC : Kesehatan spiritualKriteria hasil : Menduskusikan
praktik dan keluhan spiritual Klien mau disarankan untuk sholat dan
mengikuti kegiatan keagamaaan di panti Menunjukkkan tehnik koping
yang baik untuk menghadapi distres spiritual
NIC :Dukungan spiritual Kaji secara tidak langsung terhadap
distres spiritual dengan menentukan sumber-sumber harapan dan
kekuatan pasien Amati barang-barang keagamaan seperti literatur
keagamaan di sekitar bed klien Meminta konsultasi spiritual untuk
membantu klien mendapatkan sumber dukungan masyarakat Bantu membaca
kitab suci klien jika menginginkannya dan tidak mampu membaca
sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen SJ. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi
3. Jakarta : EGC.
Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
Townsed, Mary C. (1998) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatri:Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan.
Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC.
Jakarta.
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
1999
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993).Clinical Mannual of
Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
Carpenito, L.J., 1996. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, volume 2,
ALih Bahasa Monica Ester, Setiawan; EGC, Jakarta
Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi dengan Keluarga. Jakarta: PT. Fajar Interpratama
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil Penduduk Lansia 2009
Retrieved August, 2013, from http://www.komnaslansia.or.id/
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A.,
Batubara, I. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA. 2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2012-2014
Definisi dan Klasifikasi. Philadhelpia.
NOC, 2006. IOWA Outcome Project Nursing Outcome Classification.
Mosby : New York.
NIC, 2006. IOWA Outcome Project Nursing Intervention
Classification. Mosby : New York.Laporan Pendahuluan Hambatan
Interaksi Sosial19