Nama : Emen Rohani Kelas : 1.A Tingkat : II Semester : IV Prodi : Pendidikan Ekonomi Tugas kurikulum & pembelajaran KURIKULUM & PENGAJARAN Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Penerbit BUMI AKSARA
Nama : Emen Rohani
Kelas : 1.A
Tingkat : II
Semester : IV
Prodi : Pendidikan Ekonomi
Tugas kurikulum & pembelajaran
KURIKULUM & PENGAJARANProf. Dr. S. Nasution, M.A.
Penerbit BUMI AKSARA
BAB I
KONSEP-KONSEP DASAR
KURIKULUM DAN PENGAJARAN
Rangkuman
Kurikulum formal meliputi :
tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
Strategi belajar - mengajar serta kegiatan – kegiatannya.
Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan – kegiatan yang juga
direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan
pelajaran akademis dan kelas tertentu.
Langkah – langkah Mendisain Pedoman Instruksional
1) Tentukan satu atau dua tujuan untukn tiap topik yang telah disebut dalam silabus matapelajaran.
2) Rumuskan tujuan instruksi khusus (TIK).
3) Tentukan dua atau tiga macam kegiatan belajar.
4) Sediakan sumber dan alat belajar mengajar yang sesuai.
5) Buat disain penilaian hasil dan kemajuan belajar, cara menilai, alat menilai untuk tujuan khusus.
Mutu Pendidikan
6) Menentukan kerangka umum kurikulum.
7) Menetapkan standar minimal untuk tiap matapelajaran.
8) Menyediakan sumber belajar dan memanfaatkannya.
9) Membantu tenaga pengajar muda dalam merencanakan pelajaran.
10)Menjamin diadakannya revisi kurikulum secara teratur.
Komentar…
Menurut saya di BAB pertama ini mudah untuk
dipahami, sehingga memudahkan dalam
menjalankan konsep-konsep dasar kurikulum dan
pengajaran seperti yang dibahas.
BAB II
DETERMINAN KURIKULUM
A. Determinan Filosofis, pengembangan kurikulum yang mempunyai posisi yang jelas
tentang pertanyaan-pertanyaan filosofis telah memiliki dasar yang
memungkinkannya mengambil keputusan yang sehat dan kosisiten.
B. Determinan Sosiologis, berfungsi bagi kepentingan masyarakat, antra lain :
Mengadakan perbaikan bahkan perombakan sosial.
Mempertahankan kebebasan akademis dan penelitian ilmiah.
Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan nasional.
Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional serta mempertahankan status quo.
Mengeksploitasi orang banyak dan kesejahteraan golongan elit.
Mewujudkan revolusi sosial untuk menyiapkan pengaruh pemerintahan terdahulu.
Mendukung golongan tertentu seperti golongan militer, industri, atau politik.
Menyebarluaskan falsafah, politik atau kepercayaan tertentu.
Mengarahkan dan mendisiplin jalan pikiran generasi muda.
Mendorong dan mempercepat laju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mendidik generasi muda menjadi warga negara nasional dan warga dunia.
Mengajarkan keterampilan pokok seperti membaca, menulis dan berhitung.
Memberikan keterampilan dasar bertalian dengan mata pencaharian
C. Determinan Psikologis
determinan ini mempunyai dua dimensi yang saling berkaitan, yaitu
1. Teori Belajar (bagaimana sebenarnya siswa belajar ?)
2. Hakikat Pelajar secara individual
Teori-teori Belajar Utama
Teori Behaviorosme
Teori Psikologi Daya (Faculty Psychology)
Teori Pengembangan Kognitif
Teori Lapangan (Teoori Gestalt)
Teori Kepribadian
D. Determinan Pengetahuan
Dua masalah pokok yang harus dipertimbangkan :
1. Pengetahuan apakah yang paling berharga untuk diajarkan bagi populasi sasaran (siswa) dalam suatu bidang studi.
2. Bagaimanakah mengorganisasi bahan itu agar siswa dapat menguasainya dengan sebaik – baiknya.
Komentar…..
Bab II determinan kurikulum
Menurut saya penjelasan kali ini sudah sangat
baik, sekarang tinggal melaksanakannya oleh para
pembaca khususnya bagi pengajar (guru) yang
akan memberikannya kepada peserta didik.
BAB III
PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan – Pendekatan kurikulum
1. Pendekatan Bidang Studi
2. Pendekatan Interdisipliner, meliputi : pendekatan “broad – field”, pendekatan kurikulum inti, pendekatan kurikulum inti di perguruan tinggi, pendekatan kurikulum fuzi.
3. Pendekatan Rekonstruksionisme, terdiri dari rekonstruksionisme konservatif dan rekonstruksionisme radikal.
4. Pendekatan Humanistik
5. Pendekatan “Accountability”
6. Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendidikan Kewarganegaraan
Berorientasi pada sistem politik negara yang menentukan peranan, hak dan
kewajiban tiap warganegara.
Pendidikan Pembangunan Nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang di perlukan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Untuk itu harus di adakan
proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang cermat.
Pendidikan Keterampilan untuk Kehidupan Praktis
Keterampilan yang di perlukan bagi kehidupan sehari-hari dapat di bagi
dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak ketrampilan akan tetapi
juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
Keterampilan untuk mencari nafkah dan rangka sistem ekonomi suatu negara.
Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
Keterampilan sebagai warga negara yang baik.
Komentar…
Menurut saya di bagian BAB III tentang pendekatan
pengembangan kurikulum dapat di pahami oleh para
pembaca khususnya bagi guru yang akan menjalankan
kurikulum tertentu, sehingga pengembangan kurikulum
yang akan di laksanakan oleh guru kepada peserta didik
dapat tercapainya tujuan lembaga organisasi pendidikan
yang telah di tentukan.
BAB IV
TUJUAN PENGAJARAN
Rangkuman
Tujuan institusional yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan
seperti SD, SM, Universitas yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Umum memberikan arah dan tidak dirumuskan dalam bentuk kelakuan yang
dapat di ukur. Untuk merumuskan Tujuan Umum suatu bidang matapelajaran dapat kita
lakukan, sbb :
1) Sebutkan nama bidang studi/matakuliah.
2) Tentukan scopenya, yakni bahan yang diliputi bidang studi itu.
3) Rumuskan hail belajar yang diharapkan. Pertimbangkan ranah – ranah belajar yang
dapat dimasukkan ke dalamnya.
4) Tentukan topik – topik yang akan dibicarakan.
Tujuan Umum (TU) Mahasiswa akan :
1. Mempelajari konsep pokok dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan
disain instruksional.
2. Mengembangkan suatu pedoman kurikulum dan silabus perkuliahan untuk suatu
bidang studi tertentu.
3. Membuat disain dan rencana instruksional bidang studi itu.
A. Ranah Kognitif, ranah ini mempunyai enam tingkatan dari yang paling rendah :
1) Pengetahuan, mengenai fakta, istilah, kejadian, perbuatan, urutan, klasifikasi,
penggolongan, kriteria metodologi, prinsip & generalisasi, teori & struktur.
2) Pemahaman, terjemahan, tafsiran, ekstrapolasi.
3) Aplikasi
4) Analisis, analisis unsur-unsur, hubungan, prinsip-prinsip pengorganisasian.
5) Sintesis yang menghasilkan hubungan yang khas, rencana atau langkah-langkah
tindakan, perangkat hubungan abstrak.
6) Evaluasi memberikan pandangan & penilaian berdasarkan bukti internal atau
kriteria eksternal.
B. Ranah Afektif
Hasil belajar efektif tdak dapat dilihat bahkan di ukur seperti hanya dalam bidang kognitif. Yang dapat diketahui hanya ucapan verbal serta kelakuan non-verbal seperti ekspresi pada wajah, gerak gerik tubuh sebagai indikator apa yang terkandung dalam hati siswa.\
Ranah afektif seperti yang di kembangkan oleh krathwohl, bloom, & masia, dalam garis besarnya, sbb :
1.Menerima (memperhatikan) menaruh perhatian, ada kepekaan terhadap adanya kondisi, gejala, keadaan, atau masalah tertentu.
2.Merespons, memberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka.
3.Menghargai, memberi penilaian atau kepercayaan kepada suau gejala yang cukup konsisten.
4.Organisasi, mengembangkan nilai-nilai sebagai suatu sistem, termasuk hubungan antar nilai & tingkat prioritas nilai-nilai itu.
5.Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai.
Komentar…
Menurut saya di BAB ini penjelasan mengenai Tujuan
Pengajaran mudah di pahami dan di mengerti dibandingkan
dengan BAB sebelumnya.
Jadi, setiap guru harus memperhatikan poin-poin dan konsep-
konsep di dalam tujuan pengajaran agar tercapainya
pembelajaran yang efektif dan efisien.
BAB V
STRATEGI DAN SUMBER MENGAJAR
A. Rasional, sebagai alasan – alasan tentang perlunya perencanaan strategi mengajar dapat dikemukakan :
1. Menjamin agar kurikulum yamg direncanakan dapat dilaksanakan sehingga ujian tercapai
2. Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh beberapa tenaga pengajar dilakukan secara konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu.
3. Mengusahakan agar dalam proses belajar-mengajar diterapkan berbagai strategi yang serasi dan tidak hanya terbelenggu oleh metode ceramah.
4. Membant guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan menyediakan sumber belajar yang memadai.
B. Strategi Mengajar
Adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan belajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau persiapan satuan pelajaran .
Kita lihat bahwa strategi mengajar bertambah kompleks bergantung pada :
1) Tinggi tingkat tujuan kognitif, efektif dan ketrampilan yang ingin dicapai.
2) Banyak dan cermatnya persiapan yang harus diadakan.
3) Tingkat kemampuan berpikir yang diperlukan.
4) Kompleksitas manajemen kelas yang harus dijalankan dan sulitnya hasil belajar dinilai.
Komentar…
Menurut saya isi yang terdapat di BAB ini tidak memiliki
kelengkapan seperti yang di tuliskan dalam judul, sehingga orang
yang membaca buku di BAB ini tidak akan mengetahui pembahasan
tentang Sumber Mengajar.
BAB VI
MENDISAIN RENCANA EVALUASI KURIKULUM
Rangkuman
A. Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya, yang paling penting diantaranya ialah :
1) Mengetahui hingga manakah siswa mencapai kemajuan ke arah tujuan yang telah
ditentukan.
2) Menilai efektivitas kurikulum
3) Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum.
Disain Evaluasi biasanya terdiri atas sekurang-kurangnya lima langkah, yakni :
a) Merumuskan tujuan Evaluasi.
b) Mendisain proses dan metodologi evaluasi.
c) Mensfesifikkan data yang diperlukan untuk menyusun instrumen bagi pengumpulan data.
d) Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data.
e) Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil kesimpulan dan
rekomendasi.
B. Proses dan Metodologi Penilaian
1. Model Diskrepansi Provus, model ini termasuk model yang paling mudah
direncanakan dan dilaksanakan.
2. Model Kontigensi-kontigensi Stake, model ini meniliti tiga variabel yakni anteseden,
transaksi, dan hasil belajar, masing-masing ditinjau dari segi “apa yang
diharapkan” dan “apa yang diamati”.
3. Model CIIP Stufflebeam, model ini mengandung empat komponen, yakni kontkes,
input, proses, dan produk, dan masing-masing perlu penilaian sendiri.
4. Model transformasi kualitatif eisner, penilaian didasarkan atas standar klasik
mengenai apakah yang berharga & bernilai dengan melakukan interpretasi intuitif
oleh pakar dalam lapangan ini.
5. Model lingkaran – tertutup corrigan, model ini mengandung komponen dari model
evaluasi lainya. Ciri utama model ini ialah adanya sistem balikan formatif - korektif
selain proses evaluasi sumatif – terminal.
C. Data, Instrumen, dan Prosedur Pengumpulannya
Model evaluasi yang kita pilih akan memberi petunjuk tentang jenis data yang perlu
dikumpulkan maupun metode yang harus digunakan.
D. Mengumpulkan, Menyusun, dan Mengolah Data
E. Menganalisis dan Melaporkan Data
Lapora evaluasi biasanya terdiri atas tiga hal, yakni :
1.Hasil-hasil, yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan
data yang dikumpulkan.
2.Kesimpulan, yaitu keputusan yang dapat diambil
berdasarkan data itu dan apakah data telah cukup
memadai untuk keputusan itu.
3.Rekomendasi, apakah cukup data untuk mendukung
kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan agar
dijalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang
lebih banyak.
Komentar…
Menurut saya di bagian bab VI terdapat
beberapa bahasa yang saya tidak ketahui,
sehingga saya merasa bingung dengan bahasa
tersebut yang mengakibatkan saya tidak dapat
memahami tentang Mendisain Rencana Evaluasi
Kurikulum .
BAB VII
DISAIN RENCANA INSTRUKSIONAL
PENGAJARAN EFEKTIF
Pengajaran Efektif
Instruksi atau pengajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru
dengan siswa atau juga antara seelompok siswa, dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap, serta memantapkan apa yang dipelajari itu.
A. Mengadakan Asesmen, Mendiagnosis
1. Asesmen pada permulaan mengenai siswa untuk mengetahui tingkat
perkembangan kognitif dan afektif, kesiapan mempelajari bahan baru, bahan yang
telah dipelajari sebelumnya, pengalaman berhubungan dengan bahan pelajaran.
2. Asesmen Selama Lingkaran Instruksional, siswa harus dipantau terus-menerus
untuk mengetahui hingga manakah bahan telah dikuasai, bahan manakah yang
kurang dipahami, apa sebab ada kegagalan memahami bahan tertentu, metode
dan alat manakah ternyata paling besar atau paling kecil manfaatnya, bahan
manakah yang harus diajarkan kembali kepada siswa.
3. Asesmen Pada Akhir Lingkaran Instuksional berguna untuk mengetahui apa yang telah
mereka kuasai dari seluruh pelajaran, apa yang tak berhasil mereka kuasai, apakah masih
perlu diberi ulangan atau latihan bagi siswa tertentu.
B. Perencanaan
Pedoman kurikulum telah memberikan petunjuk umum tentang perencanaan pangajaran,
misalnya yang berkenaan dengan tujuan, topik serta sub-topik, alternatif mengajar untuk
tiap topik, alternatif sumber belajar, persyaratan bagi siswa, disain penilaian dan standar
keberhasilan.
C. Pengajaran Efektif, guru yang efektif adalah guru yang mulai dan mengahiri pelajaran
tepat pada waktunya, berada terus didalam kelas & menggunakan sebagian besar dari jam
pelajaran untuk mengajar & membimbing pelajaran, memberi ikhtisar pelajaran lampau
sebelum memulai pelajaran baru, mengemukakan tujuan pelajaran pada permulan
pelajaran, menyajikan pelajaran baru langkah demi langkah dan memberi latihan pada
akhir tiap langkah, memberi latihan praktis yang mengaktifkan semua siswa, memberi
bantuan kepada siswa khususnya pada latihan permulaan, mengajukan banyak pertayaan
dan berusaha memperoleh jawaban dari semua atau sebanyak-banyaknya siswa untuk
mengetahui pemahaman tiap siswa, bersedia mengajarkan kembali apa yang belum
dipahami siswa, memantau kemajuan siswa, mengadakan review atau ulangan,
mengadakan evaluasi berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.
D. Latihan dan Reinforcement
Salah satu fungsi mengajar yang paling penting ialah membantu siswa melatih dan
memantapkan pelajaran. Walaupun aspek ini telah dimasukan dalam pengajaran
efektif, tugas ini cukup penting untuk dibicarakan secara khusus.
Kegiatan “coaching” dapat meliputi :
Menyediakan lembaran kerja bagi tiap siswa.
Memajukan pertanyaan yang mendorong siswa mengadakan analisis, sintetis, dan
penilaian.
Mengadakan simulasi dan permainan peranan.
Memimpin diskusi.
Mengembangkan proyek penelitian.
Membantu siswa berpikir kritis, memecahkan masalah, dilema atau situasi yang
mengandung konflik.
Komentar…
BAB ini menurut saya sudah dapat dipahami oleh
para pembaca khususnya bagi yang menjalankan
pembelajaran, tetapi bagi saya ada beberapa bahasa
yang saya kurang pahami (tidak tahu) sehingga
membuat saya tidak dapat memahami semuanya.
BAB VIII
MENGENMBANGKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR DAN MEMECAHKAN MASALAH
Pendekatan – Pendekatan dalam Pemecahan Masalah
a) Pendekatan Reaktif, terdapat dalam situasi dimana seorang tiba – tiba
dihadapkan dengan masalah yang harus sekejap itu diputuskan.
b)Pendekatan Antisipatif, berarti seorang dapat mengatisipasi timbulnya
masalah – masalah baru.
c) Pendekatan Refletif, dalam hal ini seseorang mengambil waktu untuk
memikirkan suatu masalah secara mendalam, menganalisis semua
komponen sambil menimbang dengan cermat tiap kemungkinan tindakan
yang dapat di ambil.
d)Pendekatan Implusif, seorang bertindak implusif dalam menghadapi
masalah, bila ia lebih mengikuti insting atau perasaan dari pada refleksi
atau pemikirannya.
Langkah-langkah pemecahan masalah yang paling terkenal ialah apa yang
dikemukakan oleh John Dewey, yakni :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
2) Mengemukakan hipotetis.
3) Mengumpulkan data.
4) Menguji hipotetis.
5) Mengambil kesimpulan.
Unsur-unsur Ketrampilan Berfikir :
1. Mengamati
2. Melaporkan
3. Mengklasifikasi
4. Memberi Label
5. Menyusun dan Mengurutkan
6. Menginterpretasi
7. Membuat Inferensi
8. Memecahkan Problema
Komentar…
Di bagian BAB VIII yang saya tidak dapat pahami
yaitu tentang tipe-tipe berpikir divergen dan berpikir
konvergen, tapi jika penjelasan antara berpikir divergen dan
berpikir kovergen dilengkapi dengan contoh, mungkin saya
dapat memahami tipe – tipe berpikir tersebut.
BAB IX
PERENCANAAN INSTRUKSIONALUNTUK TUJUAN AFEKTIF
Tujuan Pendidikan Nilai-Nilai
Pendidikan Nilai-Nilai adalah proses membantu siswa menjajaki nilai-nilai yang
mereka miliki secara kritis agar meningkatkan mutu pemikiran dan perasaan mereke
tentang nilai-nilai. Pendidikan nilai-nilai mencakup empat dimensi, yakni :
1) Identifikasi nilai-nilai personal dan sosial yang hakiki.
2) Inkuiri filosofis atau tinjauan mendalam secara rasional tentang nilai-nilai itu.
3) Respons afektif dan emotif terhadap nilai-nilai itu.
4) Mengambil keputusan berhubungan dengan nilai-nilai itu berdasarkan inkuiri dan
respons.
Pendidikan Moral berkenaan dengan pertanyaan yang benar dan salah dalam
hubungan inter-personal antar manusia dengan manusia lainnya. Tujuan pendidikan
moral ialah membantu siswa agar lebih mampu memberi pendapat yang bertanggung
jawab, adil dan matang mengenai orang lain.
Tujan Pendidikan Afektif ialah membantu agar ia meningkatkan dalam hierarki
afektif, yakni dari tingkatan paling bawah (menerima pernyataan tentang nilai-nilai)
melalui tingkatan merespons terhadap nilai-nilai, kemudian menghargainya, merasa
komitmen terhadap nilai-nilai itu dan akhirnya menginternalisasi sistem nilai-nilai
sebagai tingkat tertinggi dalam perkembangan afektif.
Beberapa Definisi Istilah :
Kepercayaan (belief) adalah kumpulan fakta atau pendapat tentang apa yang
diterima sebagai benar, indah atau adil.
Sikap adalah seperangkat kepercayaan yang menentukan preferensi atau
kecenderungan tetentu terhadap suatu objek atau situasi.
Nilai-Nilai adalah suatu sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip
sebagai ukuran bagi kelakuan.
Moral adalah seperangkat nilai-nilai, standar atau prinsip yang diterima baik dalam
konteks kultural tertentu.
Intensi atau itikad menunjukan tingkat komitmen seseorang terhadap tindakan atau
kelakuan. Tingkat komitmen ditentukan oleh nilai-nilai dan standar seseorang.
Siswa harus mendapatkan kesempatan untuk melakukan lebih banyak dari pada
sekedar “mendengar tentang” dan “berfikir tentang” informasi. Mereka harus secara
aktiv ikut berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar bila kita ingin tercapainya
tujuan efektif, yang umum maupun yang khusus.
Mengajar adalah proses mengubah kelakuan, peran guru dalam proses itu adalah :
Menciptakan kesempatan bagi siswa untuk menerima dan menganalisis informasi
baru.
Membantu dan (membimbing siswa agar memperoleh kelakuan baru, misalnya
mempelajari cara baru dalam berfikir, berbuat dan merasakan).
Belajar mengajar efektif memerlukan :
Kelas yang interaktif.
Strategi mengajar yang membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai dan sikap
sesuai dengan keinginan masyarakat.
Bahan dan sumber yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
mengambil keputusan yang lebih matang ditinjau dari segi moral.
Prosedur serta alat evaluasi yang langsung dan tak-langsung menilai perasaan dan
pandangan siswa tentang dunia serta hubungan etis moral dengan dunia itu.
Komentar…
Dalam BAB IX kenapa tidak dituliskan bagaimana caranya seorang guru
memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa yang kemampuan otaknya
memiliki kekurangan? Padahal jika di tuliskan, seorang guru dapat memberikan
pembelajaran terhadap siswa yang memiliki kekurangan tersebut, sehingga
dapat tercapainya tujuan organisasi sekolah yang telah ditentukan.
BAB X
PENDIDIKAN AFEKTIF, PERSPEKTIF HISTORIS DAN MODEL-MODEL PENDIDIKAN AFEKTIF
Pengaruh Filosofi Sosial dalam Pendidikan Afektif
Tokoh yang memberi pengaruh besar terhadap hakikat pendidikan afektif di Dunia Barat,
yakni :
Thomas Hobbes, Teori Kontrak Sosial (1588-1697)
Jean Jacques Rousseau, Naturalisme (1712-1778)I
Emmanual Kant, Rasinalisme (1724-1807)
Emile Durkheim, Toeri Konteks Sosial (1858-1917)
Pengaruh Psikologi Terhadap Pendidikan Afektif
Tokoh-Tokoh Psikologi yang memberi sumbangan besar pada pendidikan afektif :
Sigmund Freud (1856-1939)
John Dewey (1859-1952)
Jean Piaget (1896-1980)
Peck dan Havighurst
Abraham Maslow
Model-Model Pendidikan Afektif
• Model Konsiduerasi (The Consuderation Model), bertujuan agar kita menaruh kepedulian terhadap orang lain.
• Model Pembentukan Nasional (The Ratrionale Building Model), dimaksud alasan fundamental dan dasar rasional.
• Model “Values Clarification”, mengusahakan agar nilai-nilai itu jelas bagi seseorang, jadi mencari kejelasan nilai-nilai seseorang.
Teknik Bertanya
1)Memilih secara bebas
2)Memilih dari sejumlah alternatif
3)Memilih dengan pemikiran
4)Menghargai
5)Menegaskan
6)Berbuat
7)Mengulangi
• Model Pengembangan Kognitif (The Cognitife Development Model), tidak lagi sebagai pendekatan tunggal, melainkan sebagai salah satu sumber pengajaran afektif di samping banyak metode lainya.
• Model Analisis Nilai, mencapai prinsip-prinsip dalam penilaian melalui pengumpulan dan analisis data secara sistematis, rasional dan ilmiah.
Komentar…
Di BAB terakhir tidak membahas
tentang Pendidikan Persepektif Historis
seperti yang tercantum dalam judul,
sehingga pembaca tidak dapat mengetahui
pembahasan apa saja yang terkandung
dalam Pendidikan Persefektif Historis.
Sekian
&
Terima Kasih