1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arsitektur sebagai wadah yang mengakomodasi segala kebutuhan manusia
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalamnya haruslah mampu memberikan rasa
aman dan nyaman berkaitan dengan fungsinya tersebut. Desain merupakan output dari upaya
arsitek sebagai pelaksana arsitektur dalam menghadirkan rasa aman dan nyaman dalam
bangunan seiring dengan fungsinya sebagai wadah bagi manusia untuk berkegiatan.
Perancangan desain haruslah mempertimbangkan beberapa faktor agar mampu menjalankan
fungsinya secara baik dan tepat guna.
Faktor-faktor penting mendasar yang perlu dipertimbangkan arsitek sebelum
melaksanakan perancangan desain salah satunya adalah teori Vitruvius yang mengandung tiga
aspek yakni utilitas (fungsi bangunan), firmitas (kekuatan), serta venustas (estetika). Ketiga
aspek dalam teori Vitruvius ini idealnya saling mendukung dan melengkapi. Suatu karya
arsitektur, khususnya yang berwujud bangunan, dapat dikategorikan sebagai karya yang
berhasil jika mampu memenuhi ketiga aspek ini. Masing-masing dari ketiga aspek ini memiliki
peranan tersendiri yang bersifat vital sehingga bangunan tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik jika salah satu aspek saja tidak direncanakan dengan matang. Namun demikian,
sesuai dengan mata kuliah Utilitas Lanjut, paper ini akan berfokus pada bahasan aspek utilitas
terkait dengan fungsi dan kegunaan bangunan dalam tahapan lanjut, yang akan difokuskan
pada bahasan mengenai sistem drainase pada kawasan pemukiman.
Pemahaman mengenai cara kerja sistem drainase pada kawasan pemukiman kami
peroleh melalui observasi lapangan dengan mengambil lokasi di Kampung Batik Laweyan
Surakarta, tepatnya di Jalan Radjiman sebagai salah satu jalan utama pada kampung
tersebut, dengan akses yang cukup strategis dari Jalan Slamet Riyadi sebagai jalan protokol
Kota Surakarta.
1.2 Permasalahan dan Persoalan
1.2.1 Permasalahan
Bagaimanakah cara kerja sistem drainase pada Jalan Radjiman di Kampung Batik
Laweyan?
2
1.2.2 Persoalan
a. Apa yang dimaksud dengan sistem drainase?
b. Apa sajakah macam-macam drainase?
c. Bagaimanakah desain kriteria drainase?
d. Apa sajakah jenis drainase?
e. Bagaimanakah pola jaringan drainase?
1.3 Tujuan
a. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai sistem drainase
b. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai macam-macam drainase
c. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai jenis drainase
d. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pola jaringan drainase
e. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai desain kriteria drainase
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah,
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase merupakan
salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir
(flood protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada
tanaman. Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan
kelebihan air di permukaan tanah maupun di bawah tanah, sehingga dengan
demikian drainase dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Drainase permukaan
Suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air di permukaan
tanah hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
2. Drainase bawah tanah
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air di bawah tanah. Hal
ini dibuat untuk mengendalikan ketinggian muka air tanah.
Drainase diperlukan untuk mengalirkan air, baik yang berasal dari hujan lokal
maupun air kiriman dalam tempo yang sesingkat - singkatnya, sistem ini juga
dimanfaatkan pada musim kering untuk meningkatkan kondisi tanah yaitu
menekan derajat keasinan (salinitas) di daerah yang bersangkutan. Pada jenis
tanaman tertentu, drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian
muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan
persyaratan hidupnya.
2.2 Desain Kriteria Drainase
Desain kriteria drainase harus sesuai dengan:
1. Kebutuhan
2. Pertimbangan ekonomis
3. Kondisi alam, meliputi :
4
a. Segi hidrologis
Tergantung dari data curah hujan di daerah tersebut dengan intensitas 3
5 hari berturut-turut dan harus habis mengalirkan air.
b. Segi topografis
Pembuatan drainase ini sangat memerlukan bentuk topografis yang
mempunyai ketinggian yang berbeda, sehingga selalu memungkinkan
adanya perbedaan tinggi yang akan menyebabkan air tetap mengalir. Di
samping itu agar saluran drainase ini diusahakan berupa galian semua,
sedangkan timbunan dihindarkan agar mendapatkan kemiringan saluran
yang dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir.
c. Segi geologis
Drainase kecil tidak perlu peninjauan geologi, tetapi untuk drainase besar
perlu diadakan peninjauan geologi misalnya pada bidang mekanika tanah,
terutama untuk mendapatkan konstruksi pelengkap dari sistem drainase
yang stabil. Untuk mendapatkan hal hal itu maka dalam merencanakan
kita harus memperhatikan halhal sebagai berikut:
a. Kemiringan Talud
Harus memerhatikan dan disesuaikan dengan sudut geser dalam tanah
dan besarnya kohesi tanah yang bersangkutan. Saluran drainase makin
curam maka air yang mengalir makin deras, sehingga makin cepat
dinding saluran aus karena terkikis.
b. Kecepatan Aliran Air
c. Drainase Modul.
Drainase modul adalah jumlah air yang harus didrainase karena apabila
turun hujan akan timbul genangan.
d. Perencanaan Tinggi Muka Air
Tinggi muka air saluran pembuangan di jaringan intern tergantung
pada fungsi saluran tersebut. Di jaringan tersier, tanah membuang
airnya langsung ke saluran pembuang ( kuarter dan tersier ) dan tinggi
muka air rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan tanah.
5
Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak petak
tersier di lokasi yang tetap. Tinggi muka air rencana di jaringan utama
ditentukan dari tinggi muka air yang diperlukan di ujung saluran
pembuangan tersier. Tinggi muka air di jaringan primer yang berfungsi
untuk pembuangan air dari sawah dan mungkin daerah bukan sawah
dihitung sebagai berikut :
i. Untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air naik sampai
dengan tinggi permukaan tanah.
ii. Untuk pengaliran debit pucak, pembuang dari sawah dianggap
nol.
Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang
sebaiknya diambil sebagai berikut :
i. Elevasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan periode ulang
5 kali per tahun untuk sungai
ii. Muka air rencana untuk saluran pembuang intern yang
tingkatnya lebih tinggi.
iii. Muka air laut rata rata (MSL) untuk laut.
2.3 Jenis Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
i. Drainase Alamiah (Natural Drainase)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton,
gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang
bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang
permanen seperti sungai.
ii. Drainase Buatan (Artificial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
6
b. Menurut Teknis Pengaliran Air
i. Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan
Pada daerah jalan yang datar dan lurus pengendalian air biasanya dengan
membuat kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari as jalan
menurun/melandai ke arah selokan samping. Sedangkan untuk bahu jalan
biasanya diambil 2% lebih besar daripada kemiringan permukaan jalan.
Pada daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan pengendalian air
perlu mempertimbangkan besarnya kemiringan alinyemen vertikal yang
berupa tanjakan dan turunan. Hal ini supaya aliran air secepatnya mengalir
ke selokan samping. Disarankan kemiringan melintang jalan agar
menggunakan nilai-nilai maksimal dari besarnya kemiringan normal sesuai
jenis lapisan permukaan jalan.
Pada daerah tikungan perlu mempertimbangkan kebutuhan kemiringan
jalan menurut persyaratan alinyemen horisontal jalan (Geometrik jalan)
karena kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan
menurun/melandai ke sisi dalam tikungan. Besarnya kemiringan pada
daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum dari kebutuhan kemiringan
alinyemen horizontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan
drainase.
ii. Gorong-gorong
Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi jalan
lainnya (crossing). Oleh karena itu, dalam mendesain perlu
mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur agar gorong-gorong dapat
berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban
lalu lintas dan timbunan tanah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan dan menentukan jumlah
gorong-gorong pada perencanaan jalan adalah:
1. Lokasi jalan yang memotong aliran air.
2. Daerah cekungan dimana air dapat menggenang.
7
3. Tempat kemiringan jalan yang tajam, tempat air dapat merusak lereng
dan badan jalan.
4. Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan
minimum 60 cm.
Konstruksi gorong-gorong.
Gorong-gorong dapat dibuat dari berbagai jenis material dapat dari
baja, polyvinyl chlorida (PVC) atau dari beton.
a. Gorong-gorong baja
Gorong-gorong baja biasanya menggunakan Corrugated Steel Pipe,
kalau diterjemahkan secara bebas berarti Pipa Baja Bergelombang.
Gorong-gorong baja ini terutama dari jenis Multi Plate Pipe telah
menjadi alternatif penggantikan jembatan kayu dan box culvert
beton , hal ini disebabkan gorong gorong baja memiliki beberapa
keuntungan dibanding dengan penggunaan kayu ataupun beton,
di antara keuntungan tersebut antara lain:
Harga murah
Waktu pengerjaan cepat
Instalasi yang mudah, tidak memerlukan tenaga ahli khusus
Memiliki umur pakai yang panjang (bisa sampai 25 tahun)
Mudah dalam pengangkutan
Bisa dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya apabila sudah
tidak digunakan.
b. Gorong-gorong PVC
Gorong-gorong PVC biasanya digunakan untuk gorong-gorong
dengan ukuran kecil.
c. Gorong-gorong beton
Gorong-gorong beton disebut juga culvert box adalah gorong-
gorong cor di pabrik (precast) ataupun dicor di tempat, dimensi
tergantung kepada debit air yang akan dialirkan melalui gorong-
gorong. Gorong-gorong yang dicor di pabrik dapat utuh dengan
8
bentuk profil bulat atau persegi ataupun trapesium, ataupun
modular yang terpisah atas dengan bawah.
iii. Selokan
Selokan adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan dan/atau air
hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi
lingkungan dan kesehatan. Selokan umumnya terdapat di pinggir jalan,
didesain untuk mengalirkan kelebihan air hujan dan air permukaan dari jalan
raya, tempat parkir, sisi jalan, dan atap.
Dalam merencanakan selokan samping meliputi tiga tahapan yaitu analisis
hidrologi, perhitungan hidrolika dan gambar rencana.
Analisis hidrologi dilakukan berdasarkan curah hujan, topografi daerah,
karakteristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir rencana. Dari hasil
analisis hidrologi diperoleh besarnya debit air yang harus ditamping oleh
selokan samping. Kemudian atas dasar debit yang diperoleh, dimensi selokan
samping dapat kita rencanakan berdasarkan perhitungan hidrolika. Dalam
perhitungan hidrolika untuk menentukan debit (Q) biasanya menggunakan
Rumus Rational Formula dan untuk menentukan dimensi selokan
mengunakan Rumus Manning.
c. Menurut Letak Bangunan
i. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
open channel flow.
ii. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-
alasan tertentu. Alasan itu antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
d. Menurut Fungsi
9
i. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti
limbah domestik, air limbah industri dan lain lain.
ii. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
e. Menurut Konstruksi
i. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan.
ii. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.
2.4 Pola Jaringan Drainase
1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah
kota.
Gambarf 2.3.3.1. Ilustrasi Drainase Buatan Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
10
Gambar 2. Pola Jaringan Drainase Siku
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
Gambar 2.3.3.2. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Siku. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
Gambar 2.3.3.3. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Paralel. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
Gambar 2.3.3.4. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Grid Iron. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
11
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
Gambar 5. Pola Jaringan Drainase Alamiah
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
Gambar 2.3.3.4. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Alamiah. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
Gambar 2.3.3.5. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Radial. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/
12
BAB III
HASIL PENGAMATAN SURVEY
3.1 Peta Lokasi
Gambar. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber: https://maps.google.com/
Gambar. Lokasi kampung batik Laweyan Sumber: Google Earth
3.2 Sistem Drainase di Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan
3.2.1 Menurut Sejarah Terbentuknya
Jalan Radjiman di Kawasan Kampung Batik Laweyan (KKBL) menganut jenis drainase
buatan sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa, dan sebagainya.
3.2.2 Menurut Teknis Pengaliran Air
Jalan Radjiman KKBL memiliki selokan-selokan kecil di sepanjang kedua sisinya, dengan
lebar 30 cm. Selokan ini berfungsi untuk menyalurkan air yang akan dialirkan ke gorong-
gorong untuk kemudian diteruskan menuju Sungai Jenes di seberang Selatan jalan daerah
tersebut. Namun demikian, saat dilakukan tinjauan lapangan ditemukan bahwa
keseluruhan selokan di sepanjang Jalan Radjiman sedang mengering dan tidak dialiri air,
13
bahkan di beberapa sudut terdapat tumpukan sampah dan daun-daun kering yang
berserakan.
Sementara itu, gorong-gorong ditempatkan tepat di bawah jalan aspal yang memotong
jalur aliran air dan menjadi penghubung selokan di sepanjang Jalan Radjiman dengan
Sungai Jenes di sebelah Selatannya.
Gorong-gorong pada Jalan Radjiman menggunakan konstruksi beton atau culvert box yang
dicor di tempat, dengan bentuk profil bulat berdiameter antara 30-40 cm.
Gambar. Sampah yang Memenuhi Salah Satu Sudut Selokan di Jalan Radjiman.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Gambar. Dedaunan Kering yang Berserakan Salah Satu Sudut Selokan di Jalan Radjiman.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
14
3.2.3 Menurut Letak Bangunan
Jalan Radjiman menganut jenis drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media bawah tanah berupa
pipa-pipa agar tidak mengganggu akrivitas manusia yang berlangsung di atas permukaan
tanah.
Gambar. Gorong-gorong di Jalan Radjiman. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Gambar. Pipa Penyalur Limbah Domestik Menuju Selokan. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
15
3.2.4 Menurut Fungsi
Drainase pada Jalan Radjiman menganut jenis multi-purpose, di mana segala jenis air
buangan baik air hujan yang berasal dari pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari
atap genteng maupun air limbah rumah tangga semuanya bercampur jadi satu dan akan
dialirkan melalui satu aliran air yang sama.
3.2.5 Menurut Konstruksi
Drainase ini menganut kedua macam sistem saluran, baik yang terbuka maupun tertutup.
Pada umumnya, saluran terbuka digunakan karena dipandang lebih cocok untuk drainase
air hujan yang terletak di daerah dengan luasan yang ideal maupun untuk drainase air
non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan, sedangkan
saluran tertutup biasanya digunakan untuk mengalirkan air kotor yang mengganggu
kesehatan/lingkungan. Namun demikian, penerapan kedua macam sistem drainase pada
lingkungan ini tidak berpatok pada standar umum tersebut. Sebagian besar drainase
bersifat terbuka, hanya sebagian kecil yang tertutup semen sebagai tempat menaruh
vegetasi di pot maupun tempat mendirikan tempat sampah permanen.
Gambar. Pipa Penyalur Air Hujan yang Juga Dialirkan ke Selokan. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
16
Gambar. Drainase yang Ditutupi Cetakan Semen. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Gambar. Drainase yang Bersifat Terbuka. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
17
Gambar. Drainase yang Ditutupi Vegetasi di Pot. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Gambar. Drainase yang Ditutupi Tempat Sampah Permanen. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
18
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi terhadap Sistem Drainase Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan
Setelah dianalisa, sistem drainase dan pembuangan air hujan pada Jalan Radjiman, Kampung
Batik Laweyan belum berjalan secara efektif sesuai dengan teori yang sudah ada karena
terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat kinerja dari sistem drainase air
kotor dan pembuangan air hujan. Hal tersebut di antaranya adalah :
1. Sistem drainase pada jalan Radjiman, Kampung Batik Laweyan ini kurang terencana hal
ini dapat terlihat dari tidak efektifnya saluran drainase yang dibuat. Seperti contoh,
aliran sungai dari saluran gorong-gorong yang seharusnya mengalir menuju ke aliran
sungai namun aliran tersebut tertutup sehingga air kotor yang mengalir di drainase tidak
bisa dialirkan ke sungai. Karena hal itu bisa menyebabkan air tetap menggenang di di
dalam gorong-gorong dan tidak kunjung mengalir. Jika tetap tidak diperbaiki
dikhawatirkan saat curah hujan tinggi dan air tidak mengalir maka akan terjadi genangan
di jalan.
2. Sistem drainase pada Jalan Radjiman terutama untuk gorong-gorongnya kurang sekali
perawatan terbukti terlihat banyaknya sampah yang memenuhi gorong-gorong. Dengan
gorong-gorong yang penuh sampah maka pengaliran air limbah tidak bisa berjalan
secara efektif. Karena aliran air tidak berjalan dengan lancar akibat fatal yang bisa terjadi
adalah banjir jika tidak segera dibersihkan dan dirawat.
Gambar. Sampah yang Memenuhi Salah Satu Sudut Selokan di Jalan Radjiman.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
19
3. Untuk sistem pembuangan air hujan pada rumah-rumah yang berada di Jalan Rajiman,
Kampung Laweyan sudah menggunakan cara yang efektif. Namun, air hujan hanya
dibuang semua dan tidak ditampung karena memang tidak disediakan sumur resapan
atau ground tank dari air hujan. Sehingga, air hujan yang turun hanya langsung dibuang
ke dalam selokan dan tidak dimanfaatkan sekalipun.
4.2 Solusi terhadap Sistem Drainase Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan
1. Dengan sistem drainase yang kurang direncanakan maka kendala yang dihadapi adalah
fungsi drainase yang tidak efektif karena aliran air kurang diperhatikan. Untuk mengatasi
hal ini, sistem drainase yang ada di Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan perlu
direncanakan ulang dan ditata kembali sesuai dengan standar pembuatan drainase yang
sudah ada dan sudah ditentukan. Diharapkan perencaan kembali sistem drainase ini
akan lebih bisa efektif dalam mengalirkan air limbah dari rumah-rumah warga menuju ke
pembuangan akhir sehingga di Jalan Rajiman ini tidak terjadi masalah yang berkaitan
ddengan banjir maupun limbah pada gorong-gorong yang meluap.
2. Untuk gorong-gorong yang penuh dengan sampah solusi yang baik adalah dengan
membersihkan sampah yang ada di di gorong-gorong sehingga aliran air limbah akan
tetap lancar dan tidak menimbulkan adanya banjir jika hujan sedang dalam intensitas
yang tinggi. Gorong-gorong harus dibersihkan dari sampah benda mati maupun
tumbuhan pengganggu yang hidup di dalam gorong-gorong.
Gambar. Pipa Penyalur Air Hujan yang Dialirkan ke Selokan. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
20
3. Pada pembuangan air hujan, memang sudah efektif karena terdapat pipa dari talang
menuju ke dalam selokan. Namun, dengan tidak adanya ground tank atau sumur
peresapan maka warga di Jalan Rajiman, Kampung Batik Laweyan ini tidak
memanfaatkan air hujan untuk kepentingan sehari-hari karena hanya dibuang percuma.
Untuk mencegah hal ini maka diperlukan atau dibuatkan adanya ground tank untuk
penampungan air hujan maupun adanya sumur peresapan agar air hujan bisa tersimpan
di dalam tanah dan tidak terbuang begitu saja. Ground tank bisa dibuat untuk satu
Gambar. Ilustrasi gorong-gorong yang bersih terbebas dari sampah
Sumber: http://1.bp.blogspot.com
Gambar. Ilustrasi gorong-gorong yang bersih terbebas dari sampah
Sumber: http://photos1.blogger.com
21
kompleks atau satu jalan dan digunakan bersama-sama juga sudah cukup. Atau dengan
membuat sumur peresapan pada satu titik agar air hujan bisa dimanfaatkan secara
maksimal.
Gambar. Ilustrasi Desain Sumur Resapan untuk Air Hujan Sumber:
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/sumur-resapan.gif
Gambar. Ilustrasi Ground Tank untuk Air Hujan Sumber:
http://www.panthersconcretetanks.com.au/images/res-drawing-1.jpg
22
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey yang dipaparkan dalam pembahasan sistem drainase pada Jalan
Radjiman Kampung Batik Laweyan di atas, dapat disimpulkan bahwa kawasan ini menerapkan
jenis drainase buatan sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan
pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut teknis pengaliran air, Jalan Radjiman KKBL memiliki selokan-
selokan kecil di sepanjang kedua sisinya, dengan lebar 30 cm yang berfungsi untuk menyalurkan
air yang akan dialirkan ke gorong-gorong di bawah jalan aspal untuk kemudian diteruskan menuju
Sungai Jenes di seberang Selatan jalan daerah tersebut. Gorong-gorong pada Jalan Radjiman
menggunakan konstruksi beton atau culvert box yang dicor di tempat, dengan bentuk profil bulat
berdiameter antara 30-40 cm.
Menurut letak bangunan, Jalan Radjiman menganut jenis drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage) yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media
bawah tanah berupa pipa-pipa agar tidak mengganggu akrivitas manusia yang berlangsung di atas
permukaan tanah.
Drainase pada Jalan Radjiman menganut jenis multi-purpose, di mana segala jenis air
buangan baik air hujan yang berasal dari pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari atap
genteng maupun air limbah rumah tangga semuanya bercampur jadi satu dan akan dialirkan
melalui satu aliran air yang sama.
Berdasarkan penerapan jenis drainase multi-purpose ini, aliran yang terdapat di Jalan
Radjiman justru tampak tidak tertata dengan baik dan terkesan tumpang tindih. Apalagi,
banyaknya tumpukan sampah yang berserakan di dalam saluran drainase pada musim hujan
menjadi faktor utama penyebab banjir pada kawasan tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://viranisaamalia.blogspot.com/2013/01/apakah-itu-sistem-drainase.html
http://www.academia.edu/3673535/SISTEM_DRAINASE_PERKOTAAN
http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/