Top Banner

of 23

Tugas Kd 2 - Drainase

Oct 04, 2015

Download

Documents

Retno Ningsih

Utilitas lanjut
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Arsitektur sebagai wadah yang mengakomodasi segala kebutuhan manusia

    berdasarkan kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalamnya haruslah mampu memberikan rasa

    aman dan nyaman berkaitan dengan fungsinya tersebut. Desain merupakan output dari upaya

    arsitek sebagai pelaksana arsitektur dalam menghadirkan rasa aman dan nyaman dalam

    bangunan seiring dengan fungsinya sebagai wadah bagi manusia untuk berkegiatan.

    Perancangan desain haruslah mempertimbangkan beberapa faktor agar mampu menjalankan

    fungsinya secara baik dan tepat guna.

    Faktor-faktor penting mendasar yang perlu dipertimbangkan arsitek sebelum

    melaksanakan perancangan desain salah satunya adalah teori Vitruvius yang mengandung tiga

    aspek yakni utilitas (fungsi bangunan), firmitas (kekuatan), serta venustas (estetika). Ketiga

    aspek dalam teori Vitruvius ini idealnya saling mendukung dan melengkapi. Suatu karya

    arsitektur, khususnya yang berwujud bangunan, dapat dikategorikan sebagai karya yang

    berhasil jika mampu memenuhi ketiga aspek ini. Masing-masing dari ketiga aspek ini memiliki

    peranan tersendiri yang bersifat vital sehingga bangunan tidak dapat menjalankan fungsinya

    dengan baik jika salah satu aspek saja tidak direncanakan dengan matang. Namun demikian,

    sesuai dengan mata kuliah Utilitas Lanjut, paper ini akan berfokus pada bahasan aspek utilitas

    terkait dengan fungsi dan kegunaan bangunan dalam tahapan lanjut, yang akan difokuskan

    pada bahasan mengenai sistem drainase pada kawasan pemukiman.

    Pemahaman mengenai cara kerja sistem drainase pada kawasan pemukiman kami

    peroleh melalui observasi lapangan dengan mengambil lokasi di Kampung Batik Laweyan

    Surakarta, tepatnya di Jalan Radjiman sebagai salah satu jalan utama pada kampung

    tersebut, dengan akses yang cukup strategis dari Jalan Slamet Riyadi sebagai jalan protokol

    Kota Surakarta.

    1.2 Permasalahan dan Persoalan

    1.2.1 Permasalahan

    Bagaimanakah cara kerja sistem drainase pada Jalan Radjiman di Kampung Batik

    Laweyan?

  • 2

    1.2.2 Persoalan

    a. Apa yang dimaksud dengan sistem drainase?

    b. Apa sajakah macam-macam drainase?

    c. Bagaimanakah desain kriteria drainase?

    d. Apa sajakah jenis drainase?

    e. Bagaimanakah pola jaringan drainase?

    1.3 Tujuan

    a. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai sistem drainase

    b. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai macam-macam drainase

    c. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai jenis drainase

    d. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pola jaringan drainase

    e. Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai desain kriteria drainase

  • 3

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Drainase

    Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah,

    baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Drainase merupakan

    salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir

    (flood protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada

    tanaman. Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan

    kelebihan air di permukaan tanah maupun di bawah tanah, sehingga dengan

    demikian drainase dibagi menjadi dua macam, yaitu:

    1. Drainase permukaan

    Suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air di permukaan

    tanah hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.

    2. Drainase bawah tanah

    Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air di bawah tanah. Hal

    ini dibuat untuk mengendalikan ketinggian muka air tanah.

    Drainase diperlukan untuk mengalirkan air, baik yang berasal dari hujan lokal

    maupun air kiriman dalam tempo yang sesingkat - singkatnya, sistem ini juga

    dimanfaatkan pada musim kering untuk meningkatkan kondisi tanah yaitu

    menekan derajat keasinan (salinitas) di daerah yang bersangkutan. Pada jenis

    tanaman tertentu, drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian

    muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan

    persyaratan hidupnya.

    2.2 Desain Kriteria Drainase

    Desain kriteria drainase harus sesuai dengan:

    1. Kebutuhan

    2. Pertimbangan ekonomis

    3. Kondisi alam, meliputi :

  • 4

    a. Segi hidrologis

    Tergantung dari data curah hujan di daerah tersebut dengan intensitas 3

    5 hari berturut-turut dan harus habis mengalirkan air.

    b. Segi topografis

    Pembuatan drainase ini sangat memerlukan bentuk topografis yang

    mempunyai ketinggian yang berbeda, sehingga selalu memungkinkan

    adanya perbedaan tinggi yang akan menyebabkan air tetap mengalir. Di

    samping itu agar saluran drainase ini diusahakan berupa galian semua,

    sedangkan timbunan dihindarkan agar mendapatkan kemiringan saluran

    yang dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir.

    c. Segi geologis

    Drainase kecil tidak perlu peninjauan geologi, tetapi untuk drainase besar

    perlu diadakan peninjauan geologi misalnya pada bidang mekanika tanah,

    terutama untuk mendapatkan konstruksi pelengkap dari sistem drainase

    yang stabil. Untuk mendapatkan hal hal itu maka dalam merencanakan

    kita harus memperhatikan halhal sebagai berikut:

    a. Kemiringan Talud

    Harus memerhatikan dan disesuaikan dengan sudut geser dalam tanah

    dan besarnya kohesi tanah yang bersangkutan. Saluran drainase makin

    curam maka air yang mengalir makin deras, sehingga makin cepat

    dinding saluran aus karena terkikis.

    b. Kecepatan Aliran Air

    c. Drainase Modul.

    Drainase modul adalah jumlah air yang harus didrainase karena apabila

    turun hujan akan timbul genangan.

    d. Perencanaan Tinggi Muka Air

    Tinggi muka air saluran pembuangan di jaringan intern tergantung

    pada fungsi saluran tersebut. Di jaringan tersier, tanah membuang

    airnya langsung ke saluran pembuang ( kuarter dan tersier ) dan tinggi

    muka air rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan tanah.

  • 5

    Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak petak

    tersier di lokasi yang tetap. Tinggi muka air rencana di jaringan utama

    ditentukan dari tinggi muka air yang diperlukan di ujung saluran

    pembuangan tersier. Tinggi muka air di jaringan primer yang berfungsi

    untuk pembuangan air dari sawah dan mungkin daerah bukan sawah

    dihitung sebagai berikut :

    i. Untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air naik sampai

    dengan tinggi permukaan tanah.

    ii. Untuk pengaliran debit pucak, pembuang dari sawah dianggap

    nol.

    Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang

    sebaiknya diambil sebagai berikut :

    i. Elevasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan periode ulang

    5 kali per tahun untuk sungai

    ii. Muka air rencana untuk saluran pembuang intern yang

    tingkatnya lebih tinggi.

    iii. Muka air laut rata rata (MSL) untuk laut.

    2.3 Jenis Drainase

    a. Menurut Sejarah Terbentuknya

    i. Drainase Alamiah (Natural Drainase)

    Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-

    bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton,

    gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang

    bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang

    permanen seperti sungai.

    ii. Drainase Buatan (Artificial Drainage)

    Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga

    memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan

    batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

  • 6

    b. Menurut Teknis Pengaliran Air

    i. Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan

    Pada daerah jalan yang datar dan lurus pengendalian air biasanya dengan

    membuat kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari as jalan

    menurun/melandai ke arah selokan samping. Sedangkan untuk bahu jalan

    biasanya diambil 2% lebih besar daripada kemiringan permukaan jalan.

    Pada daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan pengendalian air

    perlu mempertimbangkan besarnya kemiringan alinyemen vertikal yang

    berupa tanjakan dan turunan. Hal ini supaya aliran air secepatnya mengalir

    ke selokan samping. Disarankan kemiringan melintang jalan agar

    menggunakan nilai-nilai maksimal dari besarnya kemiringan normal sesuai

    jenis lapisan permukaan jalan.

    Pada daerah tikungan perlu mempertimbangkan kebutuhan kemiringan

    jalan menurut persyaratan alinyemen horisontal jalan (Geometrik jalan)

    karena kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan

    menurun/melandai ke sisi dalam tikungan. Besarnya kemiringan pada

    daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum dari kebutuhan kemiringan

    alinyemen horizontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan

    drainase.

    ii. Gorong-gorong

    Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi jalan

    lainnya (crossing). Oleh karena itu, dalam mendesain perlu

    mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur agar gorong-gorong dapat

    berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban

    lalu lintas dan timbunan tanah.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan dan menentukan jumlah

    gorong-gorong pada perencanaan jalan adalah:

    1. Lokasi jalan yang memotong aliran air.

    2. Daerah cekungan dimana air dapat menggenang.

  • 7

    3. Tempat kemiringan jalan yang tajam, tempat air dapat merusak lereng

    dan badan jalan.

    4. Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan

    minimum 60 cm.

    Konstruksi gorong-gorong.

    Gorong-gorong dapat dibuat dari berbagai jenis material dapat dari

    baja, polyvinyl chlorida (PVC) atau dari beton.

    a. Gorong-gorong baja

    Gorong-gorong baja biasanya menggunakan Corrugated Steel Pipe,

    kalau diterjemahkan secara bebas berarti Pipa Baja Bergelombang.

    Gorong-gorong baja ini terutama dari jenis Multi Plate Pipe telah

    menjadi alternatif penggantikan jembatan kayu dan box culvert

    beton , hal ini disebabkan gorong gorong baja memiliki beberapa

    keuntungan dibanding dengan penggunaan kayu ataupun beton,

    di antara keuntungan tersebut antara lain:

    Harga murah

    Waktu pengerjaan cepat

    Instalasi yang mudah, tidak memerlukan tenaga ahli khusus

    Memiliki umur pakai yang panjang (bisa sampai 25 tahun)

    Mudah dalam pengangkutan

    Bisa dipindahkan dari satu titik ke titik lainnya apabila sudah

    tidak digunakan.

    b. Gorong-gorong PVC

    Gorong-gorong PVC biasanya digunakan untuk gorong-gorong

    dengan ukuran kecil.

    c. Gorong-gorong beton

    Gorong-gorong beton disebut juga culvert box adalah gorong-

    gorong cor di pabrik (precast) ataupun dicor di tempat, dimensi

    tergantung kepada debit air yang akan dialirkan melalui gorong-

    gorong. Gorong-gorong yang dicor di pabrik dapat utuh dengan

  • 8

    bentuk profil bulat atau persegi ataupun trapesium, ataupun

    modular yang terpisah atas dengan bawah.

    iii. Selokan

    Selokan adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan dan/atau air

    hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi

    lingkungan dan kesehatan. Selokan umumnya terdapat di pinggir jalan,

    didesain untuk mengalirkan kelebihan air hujan dan air permukaan dari jalan

    raya, tempat parkir, sisi jalan, dan atap.

    Dalam merencanakan selokan samping meliputi tiga tahapan yaitu analisis

    hidrologi, perhitungan hidrolika dan gambar rencana.

    Analisis hidrologi dilakukan berdasarkan curah hujan, topografi daerah,

    karakteristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir rencana. Dari hasil

    analisis hidrologi diperoleh besarnya debit air yang harus ditamping oleh

    selokan samping. Kemudian atas dasar debit yang diperoleh, dimensi selokan

    samping dapat kita rencanakan berdasarkan perhitungan hidrolika. Dalam

    perhitungan hidrolika untuk menentukan debit (Q) biasanya menggunakan

    Rumus Rational Formula dan untuk menentukan dimensi selokan

    mengunakan Rumus Manning.

    c. Menurut Letak Bangunan

    i. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)

    Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi

    mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa

    open channel flow.

    ii. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)

    Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan

    melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-

    alasan tertentu. Alasan itu antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi

    permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan

    tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

    d. Menurut Fungsi

  • 9

    i. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air

    buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti

    limbah domestik, air limbah industri dan lain lain.

    ii. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air

    buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

    e. Menurut Konstruksi

    i. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan

    yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk

    drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu

    lingkungan.

    ii. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk

    aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk

    saluran yang terletak di kota/permukiman.

    2.4 Pola Jaringan Drainase

    1. Siku

    Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada

    sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah

    kota.

    Gambarf 2.3.3.1. Ilustrasi Drainase Buatan Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

  • 10

    Gambar 2. Pola Jaringan Drainase Siku

    2. Pararel

    Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang

    (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan

    kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

    3. Grid Iron

    Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran

    cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

    Gambar 2.3.3.2. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Siku. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

    Gambar 2.3.3.3. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Paralel. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

    Gambar 2.3.3.4. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Grid Iron. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

  • 11

    4. Alamiah

    Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.

    Gambar 5. Pola Jaringan Drainase Alamiah

    5. Radial

    Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

    Gambar 2.3.3.4. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Alamiah. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

    Gambar 2.3.3.5. Ilustrasi Pola Jaringan Drainase Radial. Sumber: http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/

  • 12

    BAB III

    HASIL PENGAMATAN SURVEY

    3.1 Peta Lokasi

    Gambar. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber: https://maps.google.com/

    Gambar. Lokasi kampung batik Laweyan Sumber: Google Earth

    3.2 Sistem Drainase di Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan

    3.2.1 Menurut Sejarah Terbentuknya

    Jalan Radjiman di Kawasan Kampung Batik Laweyan (KKBL) menganut jenis drainase

    buatan sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan

    batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa, dan sebagainya.

    3.2.2 Menurut Teknis Pengaliran Air

    Jalan Radjiman KKBL memiliki selokan-selokan kecil di sepanjang kedua sisinya, dengan

    lebar 30 cm. Selokan ini berfungsi untuk menyalurkan air yang akan dialirkan ke gorong-

    gorong untuk kemudian diteruskan menuju Sungai Jenes di seberang Selatan jalan daerah

    tersebut. Namun demikian, saat dilakukan tinjauan lapangan ditemukan bahwa

    keseluruhan selokan di sepanjang Jalan Radjiman sedang mengering dan tidak dialiri air,

  • 13

    bahkan di beberapa sudut terdapat tumpukan sampah dan daun-daun kering yang

    berserakan.

    Sementara itu, gorong-gorong ditempatkan tepat di bawah jalan aspal yang memotong

    jalur aliran air dan menjadi penghubung selokan di sepanjang Jalan Radjiman dengan

    Sungai Jenes di sebelah Selatannya.

    Gorong-gorong pada Jalan Radjiman menggunakan konstruksi beton atau culvert box yang

    dicor di tempat, dengan bentuk profil bulat berdiameter antara 30-40 cm.

    Gambar. Sampah yang Memenuhi Salah Satu Sudut Selokan di Jalan Radjiman.

    Sumber: Dokumentasi Pribadi.

    Gambar. Dedaunan Kering yang Berserakan Salah Satu Sudut Selokan di Jalan Radjiman.

    Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 14

    3.2.3 Menurut Letak Bangunan

    Jalan Radjiman menganut jenis drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)

    yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media bawah tanah berupa

    pipa-pipa agar tidak mengganggu akrivitas manusia yang berlangsung di atas permukaan

    tanah.

    Gambar. Gorong-gorong di Jalan Radjiman. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

    Gambar. Pipa Penyalur Limbah Domestik Menuju Selokan. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 15

    3.2.4 Menurut Fungsi

    Drainase pada Jalan Radjiman menganut jenis multi-purpose, di mana segala jenis air

    buangan baik air hujan yang berasal dari pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari

    atap genteng maupun air limbah rumah tangga semuanya bercampur jadi satu dan akan

    dialirkan melalui satu aliran air yang sama.

    3.2.5 Menurut Konstruksi

    Drainase ini menganut kedua macam sistem saluran, baik yang terbuka maupun tertutup.

    Pada umumnya, saluran terbuka digunakan karena dipandang lebih cocok untuk drainase

    air hujan yang terletak di daerah dengan luasan yang ideal maupun untuk drainase air

    non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan, sedangkan

    saluran tertutup biasanya digunakan untuk mengalirkan air kotor yang mengganggu

    kesehatan/lingkungan. Namun demikian, penerapan kedua macam sistem drainase pada

    lingkungan ini tidak berpatok pada standar umum tersebut. Sebagian besar drainase

    bersifat terbuka, hanya sebagian kecil yang tertutup semen sebagai tempat menaruh

    vegetasi di pot maupun tempat mendirikan tempat sampah permanen.

    Gambar. Pipa Penyalur Air Hujan yang Juga Dialirkan ke Selokan. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 16

    Gambar. Drainase yang Ditutupi Cetakan Semen. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

    Gambar. Drainase yang Bersifat Terbuka. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 17

    Gambar. Drainase yang Ditutupi Vegetasi di Pot. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

    Gambar. Drainase yang Ditutupi Tempat Sampah Permanen. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 18

    BAB IV

    EVALUASI

    4.1 Evaluasi terhadap Sistem Drainase Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan

    Setelah dianalisa, sistem drainase dan pembuangan air hujan pada Jalan Radjiman, Kampung

    Batik Laweyan belum berjalan secara efektif sesuai dengan teori yang sudah ada karena

    terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat kinerja dari sistem drainase air

    kotor dan pembuangan air hujan. Hal tersebut di antaranya adalah :

    1. Sistem drainase pada jalan Radjiman, Kampung Batik Laweyan ini kurang terencana hal

    ini dapat terlihat dari tidak efektifnya saluran drainase yang dibuat. Seperti contoh,

    aliran sungai dari saluran gorong-gorong yang seharusnya mengalir menuju ke aliran

    sungai namun aliran tersebut tertutup sehingga air kotor yang mengalir di drainase tidak

    bisa dialirkan ke sungai. Karena hal itu bisa menyebabkan air tetap menggenang di di

    dalam gorong-gorong dan tidak kunjung mengalir. Jika tetap tidak diperbaiki

    dikhawatirkan saat curah hujan tinggi dan air tidak mengalir maka akan terjadi genangan

    di jalan.

    2. Sistem drainase pada Jalan Radjiman terutama untuk gorong-gorongnya kurang sekali

    perawatan terbukti terlihat banyaknya sampah yang memenuhi gorong-gorong. Dengan

    gorong-gorong yang penuh sampah maka pengaliran air limbah tidak bisa berjalan

    secara efektif. Karena aliran air tidak berjalan dengan lancar akibat fatal yang bisa terjadi

    adalah banjir jika tidak segera dibersihkan dan dirawat.

    Gambar. Sampah yang Memenuhi Salah Satu Sudut Selokan di Jalan Radjiman.

    Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 19

    3. Untuk sistem pembuangan air hujan pada rumah-rumah yang berada di Jalan Rajiman,

    Kampung Laweyan sudah menggunakan cara yang efektif. Namun, air hujan hanya

    dibuang semua dan tidak ditampung karena memang tidak disediakan sumur resapan

    atau ground tank dari air hujan. Sehingga, air hujan yang turun hanya langsung dibuang

    ke dalam selokan dan tidak dimanfaatkan sekalipun.

    4.2 Solusi terhadap Sistem Drainase Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan

    1. Dengan sistem drainase yang kurang direncanakan maka kendala yang dihadapi adalah

    fungsi drainase yang tidak efektif karena aliran air kurang diperhatikan. Untuk mengatasi

    hal ini, sistem drainase yang ada di Jalan Radjiman Kampung Batik Laweyan perlu

    direncanakan ulang dan ditata kembali sesuai dengan standar pembuatan drainase yang

    sudah ada dan sudah ditentukan. Diharapkan perencaan kembali sistem drainase ini

    akan lebih bisa efektif dalam mengalirkan air limbah dari rumah-rumah warga menuju ke

    pembuangan akhir sehingga di Jalan Rajiman ini tidak terjadi masalah yang berkaitan

    ddengan banjir maupun limbah pada gorong-gorong yang meluap.

    2. Untuk gorong-gorong yang penuh dengan sampah solusi yang baik adalah dengan

    membersihkan sampah yang ada di di gorong-gorong sehingga aliran air limbah akan

    tetap lancar dan tidak menimbulkan adanya banjir jika hujan sedang dalam intensitas

    yang tinggi. Gorong-gorong harus dibersihkan dari sampah benda mati maupun

    tumbuhan pengganggu yang hidup di dalam gorong-gorong.

    Gambar. Pipa Penyalur Air Hujan yang Dialirkan ke Selokan. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

  • 20

    3. Pada pembuangan air hujan, memang sudah efektif karena terdapat pipa dari talang

    menuju ke dalam selokan. Namun, dengan tidak adanya ground tank atau sumur

    peresapan maka warga di Jalan Rajiman, Kampung Batik Laweyan ini tidak

    memanfaatkan air hujan untuk kepentingan sehari-hari karena hanya dibuang percuma.

    Untuk mencegah hal ini maka diperlukan atau dibuatkan adanya ground tank untuk

    penampungan air hujan maupun adanya sumur peresapan agar air hujan bisa tersimpan

    di dalam tanah dan tidak terbuang begitu saja. Ground tank bisa dibuat untuk satu

    Gambar. Ilustrasi gorong-gorong yang bersih terbebas dari sampah

    Sumber: http://1.bp.blogspot.com

    Gambar. Ilustrasi gorong-gorong yang bersih terbebas dari sampah

    Sumber: http://photos1.blogger.com

  • 21

    kompleks atau satu jalan dan digunakan bersama-sama juga sudah cukup. Atau dengan

    membuat sumur peresapan pada satu titik agar air hujan bisa dimanfaatkan secara

    maksimal.

    Gambar. Ilustrasi Desain Sumur Resapan untuk Air Hujan Sumber:

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/sumur-resapan.gif

    Gambar. Ilustrasi Ground Tank untuk Air Hujan Sumber:

    http://www.panthersconcretetanks.com.au/images/res-drawing-1.jpg

  • 22

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil survey yang dipaparkan dalam pembahasan sistem drainase pada Jalan

    Radjiman Kampung Batik Laweyan di atas, dapat disimpulkan bahwa kawasan ini menerapkan

    jenis drainase buatan sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan

    pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa, dan sebagainya.

    Sementara itu, menurut teknis pengaliran air, Jalan Radjiman KKBL memiliki selokan-

    selokan kecil di sepanjang kedua sisinya, dengan lebar 30 cm yang berfungsi untuk menyalurkan

    air yang akan dialirkan ke gorong-gorong di bawah jalan aspal untuk kemudian diteruskan menuju

    Sungai Jenes di seberang Selatan jalan daerah tersebut. Gorong-gorong pada Jalan Radjiman

    menggunakan konstruksi beton atau culvert box yang dicor di tempat, dengan bentuk profil bulat

    berdiameter antara 30-40 cm.

    Menurut letak bangunan, Jalan Radjiman menganut jenis drainase bawah permukaan

    tanah (subsurface drainage) yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media

    bawah tanah berupa pipa-pipa agar tidak mengganggu akrivitas manusia yang berlangsung di atas

    permukaan tanah.

    Drainase pada Jalan Radjiman menganut jenis multi-purpose, di mana segala jenis air

    buangan baik air hujan yang berasal dari pipa paralon yang mengalirkan air hujan dari atap

    genteng maupun air limbah rumah tangga semuanya bercampur jadi satu dan akan dialirkan

    melalui satu aliran air yang sama.

    Berdasarkan penerapan jenis drainase multi-purpose ini, aliran yang terdapat di Jalan

    Radjiman justru tampak tidak tertata dengan baik dan terkesan tumpang tindih. Apalagi,

    banyaknya tumpukan sampah yang berserakan di dalam saluran drainase pada musim hujan

    menjadi faktor utama penyebab banjir pada kawasan tersebut.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    http://viranisaamalia.blogspot.com/2013/01/apakah-itu-sistem-drainase.html

    http://www.academia.edu/3673535/SISTEM_DRAINASE_PERKOTAAN

    http://tsipilunikom.wordpress.com/2012/06/19/sistem-drainase/