1. Air Susu Ibu(ASI) A. Pengertian Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Dengan menyusui, maka kesuburan ibu akan menurun, dan penurunan kesuburan ini dapat menghindari kehamilan berikutnya dalam interval waktu yang singkat, sehingga ibu dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya bagi pertumbuhan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk memulihkan kondisinya setelah kehamilan dan persalinan (Nindya, 2006). Laktasi adalah sekresi air susu dari payudara, karena adanya pengaruh hormon estrogen, progesteron dan prolaktin selama kehamilan, dimana penyemprotan air susu dari puting payudara terjadi akibat pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai respon terhadap hisapan pada puting payudara yang telah berada di bawah pengaruh prolaktin, oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara dan menyebabkan keluarnya air susu, dimana oksitosin berada di bawah kontrol hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi maupun fisik (Corwin, 2001). Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui bayinya dalam sehari semalam (Radjawane, 2006). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. Air Susu Ibu(ASI)
A. Pengertian
Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi kesejahteraan bayi,
ibu, dan keluarga. Dengan menyusui, maka kesuburan ibu akan menurun, dan
penurunan kesuburan ini dapat menghindari kehamilan berikutnya dalam interval
waktu yang singkat, sehingga ibu dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang
sepenuhnya bagi pertumbuhan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk
memulihkan kondisinya setelah kehamilan dan persalinan (Nindya, 2006).
Laktasi adalah sekresi air susu dari payudara, karena adanya pengaruh hormon
estrogen, progesteron dan prolaktin selama kehamilan, dimana penyemprotan air susu
dari puting payudara terjadi akibat pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai
respon terhadap hisapan pada puting payudara yang telah berada di bawah pengaruh
prolaktin, oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara dan
menyebabkan keluarnya air susu, dimana oksitosin berada di bawah kontrol
hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi maupun fisik (Corwin, 2001).
Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui bayinya
dalam sehari semalam (Radjawane, 2006).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik
yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi (Kristiyanasari, 2009).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.
1. Manfaat ASI
1) Bagi bayi
a) Mengandung zat gizi yang sesuai bagi bayi
Zat gizi utama yang ada pada ASI diantaranya adalah:
(1) Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utaa bagi bayi, sebanyak 50% kalori ASI berasal
dari lemak. Walaupun kadar emak ASI lebih tinggi namun lemak pada ASI mudah
diserap oleh bayi dibandingkan susu formula. Lemak yang terdapat pada ASI terdiri
dari kolesterol dan asam lemak essensial yang sangat penting untuk pertumbuhan
otak.
(2) Karbohidrat
ASI mengandung laktosa sebagai karbohidrat utama. Selain sebagai sumber kalori,
laktosa juga berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium dan merangsang
pertumbuhan laktobasilus bifidus yang berperan dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme di saluran pencernaan.
(3) Protein
Protein pada ASI lebih baik daripada protein pada susu formula, karena protein yang
terdapat pada ASI lebih mudah dicerna, selain itu ASI mengandung sistin dan taurin
diperlukan untuk pertumbuhan otak.
(4) Vitamin
ASI mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan bayi, seperti Vitamin K, Vitamin D,
dan Vitamin E.
b) Mengandung zat protektif (kekebalan)
Bayi yang memperoleh ASI biasanya jarang mengalami sakit karena ASI
mengandung zat protektif, diantaranya adalah: laktobasilus bifidus, laktoferin,
antibodi, dan tidak menimbulkan alergi.
c) Mempunyai efek psikologis
Kontak langsung antara ibu dan bayi ketika terjadi proses menyusui dapat
menimbulkan efek psikologis sehingga membangun kedekatan ibu dan bayinya. Hal
ini sangat penting untuk perkembangan psikis dan emosi bayi.
d) Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapatkan ASI akan mengalami peningkatan berat badan yang lebih
signifikan dan mengurangi resiko obesitas.
e) Mengurangi kejadian karies gigi
Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada bayi yang menggunakan susu
formula. Hal ini disebabkan adanya kebiasaan menyusui dengan botol sebelum tidur
akan menyebabkan kontak gigi dengan sisa susu formula menjadi lebih lama sehingga
asam yang terbentuk akan menyebabkan kerusakan pada gigi.
f) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
2) Bagi ibu
a) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post
anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
b) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Mencegah kanker mamae pada ibu.
c) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat
badan semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan
ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan
tenaga akan terpakai sehingga berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil.
d) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3) Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu
formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Bayi yang mendapatkan ASI juga
jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b) Aspek psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana
kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus
dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.
4) Bagi Negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik
serta kesakitan dan kematian anak menurun.
b) Menghemat devisa Negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai
untuk membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama
rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat
ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu
formula.
d) Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Kristiyanasari, 2009).
1. Proses terbentuknya ASI
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua
atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga
pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin
hiofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancer. Dua refleks pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat
perangsangan puting susu oleh isapan bayi.
1) Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, jung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang.
Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu
memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
2) Refleks aliran (let down refex)
Tanpa melihat apakah seorang ibu kelak akan menyusui bayinya atau tidak, buah dada
ibu telah dipersiapkan untuk laktasi oleh hormon – hormon yang disekresi selama
kehamilan. Selama kehamilan ini jumlah alveoli meningkat dan mengalami
perubahan-perubahan guna mempersiapkan produksi ASI.
Agar ASI dapat dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang disekresikan oleh
glandula pituitaria posterior atas rangsangan isapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan
jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian mendorong
ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan let down reflex.
1. Komposisi ASI
1) Kolostrum
Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat
dari masa laktasi. Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal. Kolostrum
merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi yang
baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan
selanjutnya, mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga
dapat memberikan perlindungan tubuh terhdap infeksi, serta mengandung zat antibodi
sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi.
2) Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Disekresi dari hari ke 4
sampai dengan hari ke 10 dari masa laktasi.
3) Air susu matur
ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. Merupakan makanan yang
dianggap aman bagi bayi (Kristiyanasari, 2009).
1. Volume Produksi ASI
Pada bulan – bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara
ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka produksi
ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10 –
100 cc pada hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 – 14.
Rata- rata ibu menyusui menghasilkan 700 – 800 ml susu perhari pada 6 bulan
pertama dan sekitar 600 ml perhari pada 6 bulan kedua (Atikah dan Asfuah, 2009).
1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
1) Frekuensi penyusuan
Produksi ASI akan optimal jika ASI dipompa lebih dari 5 kali perhari selama bulan
pertama setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada
periode awal setelah melahirkan. Frekuensi menyusui ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara.
2) Berat lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih
rendah dibanding bayi yang lahir normal (>2500 gram). Kemampuan menghisap yang
lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding
bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
3) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini disebabkan bayi
yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir tidak prematur.
4) Umur dan paritas
Umur dan paritas kecil hubungannya dengan produksi ASI. Hal ini karena pemenuhan
gizi bayi dan ibu setiap orang berbeda – beda.
5) Stres dan penyakit akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi
ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung bai
pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.
6) Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
7) Konsumsi alkohol
Meskipun minuman alcohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih
rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin.
8) Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (Proverawati dan asfuah, 2009).
1. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun
upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut :
1) Pada masa kehamilan (antenatal)
a) Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu
botol.
b) Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan puting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Di samping itu perlu dipantau ada kenaikan berat badan ibu
hamil.
c) Perawatan payudara mulai usia kehamilan 6 bulan agar ibu mampu memproduksi
dan memberikan ASI yang cukup.
d) Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua
sebanyak 1/ 3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.
e) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini diperlukan
keluarga, terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
dukungan dan membesarkan hatinya
2) Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
a) Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui
yang baik dan benar, yaitu tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara
ibu.
b) Membantu terjadinya kontak langsung antara ibu dan bayi selama 24 jam.
c) Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2
minggu setelah melahirkan.
3) Pada masa menyusui selanjutnya (postnatal)
a) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia Bayi.
b) Perhatikan gizi / makanan ini menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak
dari biasa dan minum 8 gelas / hari.
c) Ibu menyusui harus istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan
kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
d) Perhatian dan dukungan keluarga penting terutama suami untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
e) Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menyusui seperti payudara bengkak disertai demam.
f) Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman
dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bayi mereka.
g) Memperhatikan gizi / makanan anak, terutama mulai 6 bulan, berikan MP ASI
yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
1. Cara Pemberian ASI
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar
puting, duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan
posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hnya leher dan bahunya saja, kepala dan
tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke
puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi
ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting
susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara
ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
1. Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi
dilakukan di etiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing, kepanasan/ kedinginan) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5 – 7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak
memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah
1 – 2 minggu kemudian.
Makanan Pendamping- ASI
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada
bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI
(Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat
pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).
MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan
yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral.
Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan
makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah
bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000).
Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah umur
6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan
menimbulkan risiko sebagai berikut :
- Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan
enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum
sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang
dihasilkan oleh makanan padat.- Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi
syaraf otot (neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan
gerak kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan
dengan menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya,
karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.
- Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi , penyakit
seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).
- Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan makanan
pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.
- Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di
awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya kanker,
diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut (Lewis, 2003).
2.1.1 Jenis MP-ASI
Beberapa Jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah: 1). Buah, terutama pisang yang
mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang
sering diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber vitamin
A dan C.
2). Makanan bayi tradisional : a). Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua
sendok makan tepung beras
sebagai sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.
b). Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu
sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu
dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.
3). Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng, karton,
karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu dibaca
dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2003).
Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik adalah
apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :
a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi
ketika usianya lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi
dari apa yang didapatkannya melalui ASI
b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energy, protein
dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik pada
saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.
2.1.2 Anjuran Pemberian ASI
` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan dukungan pada
pemberian ASI antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, pemberian
makanan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir
hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupannya.
Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan.
Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang
meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan
merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Gibney, 2008).
Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari
berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna
dibandingkan dengan umur bayi < 6. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan
mebuka gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil riset menunjukan
bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif.
Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan
siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung,
pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari
6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan,
sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di
kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat
menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney,
2009).
Selain itu pada tahun 2002, Morten El et Jama melakukan penelitian pada 3.253 orang
di Denmark. Mereka yang disusui kurang dari 1 bulan IQ-nya lebih rendah dari yang
disusui setidaknya 7 hingga 9 bulan. Ini menunjukkan terdapat korelasi antara
lamanya pemberian ASI dan tingkat IQ ( Anonim, 2009).
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Dini
Banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI
yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi
meraka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa mereka memberikan
MP-ASI secara dini meliputi rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup
dan kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan dengan pemberian ASI pertama (kolostrum)
yang terlihat encer dan menyerupai air selain itu keterlambatan memulai pemberian
ASI dan praktek membuang kolostrum juga mempengaruhi alasan pemberian MP-
ASI dini karena banyak masyarakat di negara berkembang percaya kolostrum yang
berwarna kekuningan merupakan zat beracun yang harus dibuang.
Teknik pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami nyeri, lecet
pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis dapat menyebabkan ibu
menghentikan pemberian ASI. Serta kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan
cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan seperti
tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat gabung dan disediakannya dapur susu
formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi
yang baru lahir di rumah sakit. Serta pemasaran susu formula pengganti ASI yang
menimbulkan anggapan bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga ibu
akan lebih tertarik pada iklan PASI dan memberikan MP-ASI secara dini (Gibney,
2009)
2.3. Masalah-Masalah dalam Pemberian MP-ASI
Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi pemberian makanan
prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan
bayi dan menggangu keberhasilan menyusui serta kebiasaan membuang kolostrum
padahal kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari
penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan
dibuang.
Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) dapat
menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan pencernaan/diare,
dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk
mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini
dapat mengakibatkan anak menderita kurrang gizi, seharusnya ASI diberikan dahulu
baru MP-ASI
Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan semi
perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan
terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang
manajemen laktasi pada ibu bekerja. Ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada
saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang
menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/
tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini
memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare ( mencret) dan lain-lain
(Depkes, 2000).
2.4. Hubungan MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi adalah masuknya kuman tau bibit penyakit baik virus , bakteri
maupun jamur ke dalam organ tubuh dan berkembang biak serta menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh. Gejala utama terjadinya infeksi pada
manusia adalah meningkatnya suhu badan yang disebut dengan demam
(Setiawan,2009).
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi,
padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi
membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi
kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila
bayi diberi ASI (Roesli, 2005).
Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI mempunyai angka kesakitan
dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan yang diberikan susu
formula. Hal ini disebabkan adanya faktor pelindung spesifik dalam ASI. Dalam
faktor tersebut terdapat antibodi terhadap berbagai bakteri dan virus patogen seperti