Top Banner

of 45

tugas ijri

Jul 09, 2015

Download

Documents

Asmir Ugie
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Pelatihan Pertanian Vertikultur. Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Secara estetika, taman vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai warna. Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit pun.Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok tanam di kebun maupun di ladang. Mungkin sekilas bercocok tanam secara vertikultur terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung dari model yang digunakan. Model yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekan. Bahkan bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu rumah tangga. Tujuan: Memanfaatkan lahan sempit yang tidak produktif menjadi lahan sempit yang produktif dengan aplikasi vertikultur. Menghemat pengeluaran dengan cara memiliki tanaman sayuran sendiri. Menambah nilai estetika lahan pekarangan. Pelatihan Teknik Vertikultur Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik budidaya tanaman secara vertikultur kepada masyarakat serta kegunaan pembudidayaan tanaman secara vertikultur itu sendiri. Dalam kegiatan ini disediakan modul untuk peserta kursus agar pemahaman peserta tentang teknik budidaya tanaman secara vertikultur semakin bertambah. - Praktek Teknik Budidaya Secara Vertikultur Kegiatan praktek teknik budidaya tanaman secara vertikultur dilakukan di petani yang sudah berhasil mengembangkan budidaya tanaman secara verticulture. Di dalam kegiatan tersebut, peserta akan diberitahukan mengenai cara pembudidayaan tanaman secara vertikultur, dimulai dari pembuatan model vertikultur, jenis tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur, pembuatan media tanam, pembuatan pupuk cair organik dan cara perawatan tanaman tersebut. Pembuatan model vertikultur. Model vertikultur yang digunakan dalam pelatihan ini adalah model sederhana. Dengan berbagai pertimbangan yaitu, model sederhana mudah dilakukan dan cocok digunakan untuk menambah semarak pekarangan. Dan juga, model sederhana cocok digunakan atau dipraktekan oleh pemula. Jenis tanaman yang akan digunakan dalam praktik budidaya secara vertikultur ini adalah jenis tanaman sayur seperti sledri, bawang pre, selada, sawi, bawang merah, kangkung, bayam merah, kol bunga, cabe, tomat, melon dan tanaman rimpang-rimpangan sebagai apotek hidup (jahe, kunyit, kencur, laos). - Pemilihan dan Penanaman Tanaman

Teknik budidaya secara vertikultur tidak bisa ditanami oleh semua jenis tanaman. Hanya tanaman-tanaman tertentu saja yang bisa ditanam di sana. Ciri-ciri tanaman yang bisa ditanam secara vertikultur adalah memiliki akar serabut (perakaran rendah) dan tajuk tidak begitu lebar. Tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur adalah sejenis tanaman sayuran dan tanaman rimpang-rimpangan. Perawatan Perawatan tanaman ini bertujuan agar warga mengetahui dan memahami cara perawatan tanaman itu sendiri, dimulai dari penyiraman sampai penanganan hama dan penyakit yang menyerang. Dengan begitu, peserta diharapkan dapat memaksimalkan produksi tanaman. Pengawasan Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendampingi para peserta pelatihan untuk membahas permasalahan dan hambatan yang dihadapi selama pembudidayaan tanaman secara vertikultur. Melalui kegiatan ini diharapkan masalah yang dihadapi peserta terkait dengan pelatihan dapat dicari solusinya agar tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai. Hasil yang Didapat Lahan kurang produktif, akan menjadi lebih produktif karena aplikasi teknik vertikultur. Kebutuhan rumah tangga dapat dihemat karena berkurangnya pengeluaran akibat kebutuhan akan sayur yang sekarang dapat diambil dari hasil kebun sayur sendiri. Aplikasi verikultur meningkatkan nilai estetika karena model yang ada sangat bervariasi dan bernilai seni tinggi dari bentuk yang paling sederhana, sampai bentuk yang rumit sekalipun.

BUDIDAYA TANAMAN SAWIBUDIDAYA TANAMAN SAWI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi. B. MANFAAT.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. JENIS SAWI A. KLASIFIKASI BOTANI. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae. Kelas : Dicotyledonae. Ordo : Rhoeadales (Brassicales). Famili : Cruciferae (Brassicaceae). Genus : Brassica. Spesies : Brassica Juncea. B. JENIS-JENIS SAWI. Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina. SYARAT TUMBUH Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur,

serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7. BUDIDAYA TANAMAN SAWI Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan. A. BENIH. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun. B. PENGOLAHAN TANAH. Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahaptahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga

waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2). C. PEMBIBITAN. Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 120 cm dan panjangnya 1 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan. D. PENANAMAN. Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 8 x 6 10 cm. E. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.

PENANAMAN VERTIKULTUR Langkah angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : 1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan. 2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata. 3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. 4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai. 5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House. PENANAMAN HIDROPONIK. Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut : 1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm. 2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 5 helai (umur 3 4 minggu0, bibit dicabut dengan hatihati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting. 3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm. 4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media. 5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar. HAMA DAN PENYAKIT A. HAMA. 1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). 2. Ulat tritip (Plutella maculipennis). 3. Siput (Agriolimas sp.). 4. Ulat Thepa javanica. 5. Cacing bulu (cut worm). B. PENYAKIT. 1. Penyakit akar pekuk. 2. Bercak daun alternaria. 3. Busuk basah (soft root).

4. Penyakit embun tepung (downy mildew). 5. Penyakit rebah semai (dumping off). 6. Busuk daun. 7. busuk Rhizoctonia (bottom root). 8. Bercak daun. 9. Virus mosaik. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN. Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah : 1. Pencucian dan pembuangan kotoran. 2. Sortasi. 3. Pengemasan. 4. Penympanan. 5. Pengolahan. Article: Budidaya Caisim Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi Oleh Ir. Abd. Rahman Arinong, MP & Tim Rabu, 31 Maret 2010 06:58 Pembangunan pertanian merupakan ba-gian integral dari pembangunan nasional. Sebagai bagian dari pembangunan nasional maka, pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan nelayan khususnya serta masyarakat pertanian pada umumnya melalui peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitasnya (Haryanto dan Sucipto, 2003). Sistem pertanian organik adalah meng-hasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta jumlah yang cukup. Dengan bertani organik, interaksi sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan terjadi secara efektif, hingga dapat membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan per-tanian (Darliana, 2003). Dalam rangka memasyarakatkan pertanian organik dengan memanfaatkan limbah pertanian yang belum dikelola yang salah satunya dengan pembuatan bokashi. Bo-kashi (bahan organik kaya akan sumber hayati) adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang) dengan menggunakan teknologi EM (Microorganisme Efektif), sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan mening-katkan pertumbuhan tanaman dan mening-katkan produksi. Pemberian bokashi juga diharapkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah terutama mikro-organisme tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Bokashi me-ngandung unsur hara bermutu tinggi dan zat-zat bioaktif

lainnya yang dapat merangsang pertumbuhan dan produksi tanaman, tidak menyebabkan polusi dan pencemaran lingkungan serta tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Saranga, 2000). Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk di-kembangkan atau diusahakan untuk me-menuhi permintaan konsumen yang cukup tinggi serta adanya peluang pasar inter-nasional yang cukup besar. Pengem-bangan budidaya sawi mempunyai pros-pek baik untuk mendukung upaya pe-ningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pening-katan pendapatan negara melalui pengu-rangan impor dan memacu laju per-tumbuhan ekspor. Kelayakan pengem-bangan budidaya sawi antara lain di-tunjukkan oleh adanya keunggulan kom-paratif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, Di samping itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai. tetapi tanam-an yang dihasilkan umumnya masih menggunakan pupuk anorganik sehingga belum berorientasi pada produk organik yang harganya cukup mahal. Data Statistik Kabupaten Takalar Tahun 2006, khususnya di Kecamatan Galesong Utara menunjukkan bahwa luas areal tanaman sawi, yaitu 21,2 ha dan luas panen 21,2 ha. Dari luas panen tersebut menghasilkan produksi 201,40 ton dengan rata-rata produksi 9,50 ton ha-1 (Anonim, 2006). Untuk mendapatkan hasil panen sawi yang berkualitas, sehat dan ramah lingkungan, maka alternatif yang ditem-puh khususnya dalam peningkatan pen-dapatan petani adalah penggunaan bokashi ayam pada tanaman sawi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bokashi ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan adalah tanaman sawi. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Masa panenpun juga terbilang cukup pendek, setelah 40 hari ditanam sawi sudah dapat dipanen. Disamping kemudahan dalam proses budidaya, sayur sawi juga banyak dijadikan sebagai peluang bisnis karena peminatnya yang cukup banyak. Permintaan pasarnya juga cukup stabil, sehingga resiko kerugian petani sangat kecil. Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih dan sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy termasuk jenis yang banyak dibudidayakan petani saat ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau biasa, membuat sawi jenis ini lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi. Untuk membudidayakan sawi pakcoy, sebaiknya pilih daerah yang memiliki suhu 1530 celcius, dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Tahapan budidaya sawi pakcoy di dataran tinggi dan di dataran rendah juga tidak terlalu berbeda, yaitu meliputi penyiapan benih, pengolahan lahan, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta proses pemeliharaan tanaman. Berikut kami berikan informasi tahapan budidaya sayur sawi pakcoy yang dapat membantu Anda. Pemilihan bibit

Tahapan budidaya sawi pakcoy, dimulai dengan pemilihan bibit. Karena bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha ini, pilihlah bibit yang terbaik sebelum Anda menanamnya. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain berbentuk bulat, kecilkecil, permukaannya licin mengkilap dan agak keras, warna kulit bibit cokelat kehitaman. Selain itu perhatikan pula tempat penyimpanan bibit sawi, agar kualitasnya tidak menurun atau bususk sebelum ditanam. Oleh karena itu perhatikan lama penyimpanan, suhu, dan kadar air tempat penyimpanan. Sebaiknya bungkus bibit dengan kemasan aluminium foil agar tidak rusak dan bisa tertutup rapat. Proses pembibitan Pembibitan dimulai dengan menyiapkan media tanam berupa bedengan dengan ukuran satu meter persegi, kemudian diberikan pupuk terlebih dahulu. Pupuk yang digunakan adalah 10 kg pupuk kandang, pupuk urea sebanyak 20 gram, pupuk TSP sebanyak 10 gram, dan pupuk KCL sebanyak 7,5 gram. Pembibitan dilakukan dengan menabur benih di seluruh media tanam secukupnya, sesuai dengan luas lahan yang akan Anda gunakan untuk budidaya. Biasanya takaran idealnya 750 gram bibit untuk 1 hektar lahan. Setelah ditebari bibit, media ditutupi tanah kembali dan dilakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan penyemprot. Selanjutnya sawi akan dipindahkan ke lahan tanam yang lebih besar, setelah berusia 3 minggu. Dengan jarak tanam antar bibit 20 cm x 20 cm. Persiapan lahan (bedengan)

Seminggu sebelumnya untuk mengembalikan kegemburan tanah, lakukan pencangkulan lahan terlebih dahulu dan berikan pupuk kandang 20 ton/ha, TSP 100 kg/ha, dan 75 kg/ha. Dan menjaga kadar pH tanah, kandungan pH yang dianjurkan untuk tanaman sawi adalah 6-7. Selanjutnya buatlah bedengan dengan tinggi 40 cm, lebar 120 cm, dan panjang 100 meter. Sedangkan jarak antar bedenagn yaitu 30 cm, yang kemudian dibuat parit dengan diisi air setinggi 20 cm untuk penyediaan air bagi tanaman. Pemeliharaan Setelah bibit ditanam, lakukan pemeliharaan meliputi penyiraman, penjarangan (mencabuti tanaman yang tumbuh terlalu rapat), penyulaman (penggantian tanaman

yang mati atau rusak), pembersihan gulma, dan pemupukan tambahan yang diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu. Penyiraman dilakukan setiap hari, sebaiknya pagi atau sore hari. Disamping itu jaga tanaman dari hama dan penyakit. Biasanya hama penyakit yang menyerang yaitu ulat dan karat daun. Panen Setelah berumur 40 hari, tanaman sawi pakcoy sudah bisa dipanen. Caranya dengan mencabut tanaman hingga akarnya. Panen bisa dilakukan setiap minggu sekali, dengan mengatur waktu tanam satu bendengan dengan bendengan lainnya.

Teknologi Produksi Sayuran Sawi (2005)

LAST_UPDATED2 Oleh BPTP Jakarta Senin, 19 Juli 2010 14:16 Pendahuluan Sawi merupakan sayuran daun, dikenal oleh petani sebagai sawi hijau atau sawi bakso. Jenis sayuran ini mempunyai bentuk mirip caisin, bedanya ialah tangkai daun panjang, daun tanaman lebar berwarna hijau tua, tidak berbulu dan rasanya agak getir. Keterbatasan lahan pertanian di Jakarta membuat budidaya sawi menjadi penting terutama didalam menyiasati lahan-lahan sempit secara efisien. Karena itu tanaman ini merupakan salah satu tanaman sayuran andalan DKI Jakarta dengan luas lahan mencapai 460 Ha. Mengingat usahatani sayuran sawi makin meningkat sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap mutu gizi sayuran, mendorong peningkatan produksi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan permintaan pasar, diperlukan teknologi produksi yang tepat agar diperoleh kuantitas dan kualitas hasil. Jenis sawi Pada dasarnya ada tiga jenis sawi, yaitu:1). Sawi putih, berbatang pendek, daunnya lebar berwarna hijau tua, halus tangkai panjang, dan bersayap merupakan jenis sawi yang paling banyak dikonsumsi sebagai sayuran segar, karena rasanya paling enak diantara jenis sawi lainnya. Sawi jenis ini dapat hidup dilahan kering.2). Sawi hijau, berbatang pendek, daun lebar tetapi tidak bersayap, berwarna hijau keputih-putihan, rasanya agak pahit. Sayuran ini banyak dibudidayakan dilahan kering dengan pengairan yang cukup.3). Sawi huma, berbatang tinggi kecil, daunnya panjang berwarna hijau keputihputihan, dan bersayap, rasanya juga enak. Jenis ini akan tumbuh baik jika ditanam ditempat yang agak kering atau ditegalan. Jenis sawi yang banyak digemari adalah sawi putih, sawi hijau. Kedua jenis sawitersebut cocok ditanam untuk daerah Jakarta. Teknologi 1. Produksi Pesemaian

(a) Tempat persemaian perlu dipilih pada tempat yang bebas hama penyakit, dekat dengan air dan bukan bekas persemaian untuk menghindari adanya hama dan penyakit tanah yang berbahaya, (b) Tanah persemaian terdiri dari campuran tanah olah yang halus dicampur dengan pupuk kandang yang telah masak dengan perbandingan volume 1:1 (c) Bedengan persemaian lebarnya 100-120 cm, tinggi 20-25 cm, diberi atap menghadap timur untuk mendapatkan sinar matahari pagi, (d) Biji sawi disemaikan dengan jarak (5-10) cm x 10 cm, dalamnya tanam0,5-1 cm, kemedian ditutup tanah tipis-tipis, (e) Bibit dapat ditanam pada umur 3-4 minggu setelah semai, (f) Untuk 1 Ha lahan dibutuhkan 500 gram biji sawi. 2. Persiapan dan Penanaman (a) Tanah yang akan ditanami, diolah dengan cangkul sedalam 30 - 40 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 10 ton/Ha sebagai pupuk dasar, (b) Buat dendengan selebar 1 m dengan panjangnya disesuaikan lahan, dan jarak antar bedengan 30 cm yang berfungsi sebagain parit drainase, (c) Pindah bibit yang telah berumur 3 minggu atau lebih berdaun 4 heli disertai dengan sedikit tanah, (d) Lakukan penanaman pada sore hari dengan memasukkan akar tanaman sampai batas leher akar (5 cm) & ditanam dengan jarak tanam 10 x 15m atau 20 x 20cm, (e) Kebutuhan bibit untuk 1 Ha pertanaman adakah 1,0 - 2 Kg. 3. Pemeliharaan (a) Lakukan penyiraman sebanyak 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari, (b) Penyulaman perlu dilakukan bila ada tanaman yang mati, (c) Pendagiran dan penyiangan dilakukan 2 minggu sekali, (d) Pemupikan dilakukan dengan pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha, SP-36 100 Kg/Ha, dan KCI 75 Kg/Ha sebagai pupuk dasar. Sedangkan Urea diberikan sebanyak 150 Kg/ha. 4. Pengendalian hama dan penyakit (a) Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman sawi adalah ulat daun, kumbang daun dan penyakit busuk akar, (b) Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan secara mekanik. Hindari pemakaian pestisida dan bila terpaksa usahakan pemakaiannya 2 minggu sebelum panen, (c) Gunakan insektisida nabati dari bahan culan + kenikir masing-masing 100 gr/liter, Azadirachtin (ekstrak biji nimba) 1,5 ml/liter dan Regant 50% 2 ml/ liter efektif mengendalikan organisme penggangu tanaman (OPT) pada tanaman sawi. 5. Panen dan Pasca (a) Tanaman sawi dapat dipanen 40-50 hari dari umur semai, (b) pada tanaman yang baik, dapat menghasilkan 1- 2 ton/ha, (c) Ada beberapa cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu mencabut seluruh tanaman, memotong pangkal batang, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu, (c) Segeralah hasil panen dibawa ketempat teduh agar tidak cepat layu karena terkena, (d) sinar matahari, (e) Lakukan pembersihan dengan cara memotong bagian yang tidak penting atau membuang tanah yang ikut pada sawi tersebut, kemudian dicuci untuk memperpanjang kesegaran sawi, (f) Lakukan sortasi dengan cara membuang sawi yang kurang baik dan kotoran gulma lainnya, (g) Susunlah sawi yang telah disortir dengan posisi berdiri, dan jangan terlalu rapat, (h) Lakukan percikan air secukupnya untuk menghindari kelayuan dan siap untuk dipasarkan.

TANAMAN KUBISPosted by ajichrw on Juli 15, 2009

TANAMAN KUBIS Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea var. sylvestris, yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, pantai Inggris, Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perenial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman biennial. Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari sampai 150 hari. Daun kubis segar rasanya renyah dan garing sehingga dapat dimakan sebagai lalap mentah dan matang, campuran salad, disayur, atau dibuat urap. Kubis dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas. BUDIDAYA TANAMAN GUBIS 1. Sebelum Tanam Varietas

Pemilihan varietas untuk pertanaman merupakan langkah awal dalam pelaksanaan budidaya tanaman sehingga dalam pemilihan ini benar-benar dilaksanakan dan dipikirkan apa yang akan ditanam.

Waktu Tanam

Setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih banyak. Bibit sudah berumur kira-kira 3 minggu

Persiapan lahan

2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bedeng-bedeng dengan ukuran bedengan 1 m. Bagian yang akan dibuat timbunan ini berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas bedengan.

Tanah di atas bedengan harus benar-benar gembur. Untuk itu tanah olah harus dicangkul kembali sehingga bongkahan (lungko) menjadi lebih kecil. Taburkan pupuk kandang di atas tanah, kemudian tutup dengan lapisan tanah setebal 10 cm.

Persemaian

Buatlah petakan dengan ukuran 1 x 3 m, setinggi 30 cm. Campurkan pupukkandang yang benar-benar matang kedalam petakan tersebut. Biarkan 3-4 hari supaya tanah terkena sinar matahari langsung. Bersihkan gulma yang mulai tumbuh. Pasang naungan dari daun pisang atau daun kelapa supaya tanaman tidak terkena sinar matahari atau hujan secara langsung. Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah persemaian setiap pagi dan sore dengan menggunakan gembor yang halus. Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang tanaman yan terserang.

Waktu Tanam

Tanamlah bibit kubis yang sudah siap dari persemaian (setelah berumur 3-4 minggu) dengan jarak tanam 60 x 70 cm, dengan cara memasukkan benih kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutuplah dengan tanah. Berikan pupuk dasar 5 gram TSP/SP 36 dan 5 gram KCL per tanaman dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam.

2. Setelah Tanam Awal Pertumbuhan (0 15 hari)

Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan, bias dengan batang pisang, bisa juga dengan daun-daunan yang lain supaya tanaman tidak layu. Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup. Tanaman yang mati disulam. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 1 gram Urea pertanaman, dengan cara ditunggalkan 5 cm dari tanaman. Pengendalian hama secraa mekanis pithesan, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari.

Fase Pembentukan daun (15 35 hari)

Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari. Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. Pengendalian hama dengan cara pithesan

Fase Pembentukan telur (35 panen)

Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis Pengendalian hama dengan cara pithesan , yaitu dengan mengambil hama yang ada kemudian dibunuh. Jika telur kubis sudah keras dan masif, siap untuk dipanen.

Pengamatan Dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan. Cara pengamatan petunjuk umum. 3. Hama Tanaman Kubis1. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella)

Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara pithesan yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.1. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis)

Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah besar garis-garis coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip yang telurnya dietakkan secara menyebar, ulat jantung kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama dengan ulat tritip.1. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)

Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat tritip.1. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon)

Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah secara berhati-hati disekitar tanaman yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan atau curater. JENIS-JENIS KUBIS1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) Daunnya membentuk krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih. 2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) Daunnya tidak membentuk krop dan berwarna hijau. 3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) Tunas samping dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop kecil.

4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L) Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau.

SYARAT TUMBUH1. Tanaman kubis tumbuh baik pada tanah gembur, mudah menahan air (sarang) dan tanah tersebut banyak mengandung humus. 2. Menghendaki iklim dengan suhu relatif rendah, kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 2000 dpl serta beberapa jenis misalnya KK Cross, KY Cross cocok untuk dataran rendah.

PENGOLAHAN TANAH Pencangkulan tanah dilakukan sebanyak 2 kali, pencangkulan pertama sedalam 30 cm, kemudian dibiarkan dahulu untuk mendapat sinar matahari selama 7 10 hari. Baru setelah itu dicangkul untuk kedua kalinya sekaligus diberi pupuk kandang sebanyak 15 20 ton /ha dan dibuatkan bedengan selebar 120 cm, panjang 3 5 meter. PENANAMAN1. Tanaman kubis diperbanyak dengan biji. Biji harus disemai terlebih dahulu dengan ditabur dalam barisan dengan jarak 5 cm. Kebutuhan benih 150 300 gr/ha. 2. Bibit kubis yang telah berumur 1 bulan dipindahkan ke bedengan dengan jarak 50 x 60 cm.

PEMELIHARAAN1. Pemupukan:

Pada waktu berumur 2 dan 4 minggu setelah tanam diberikan pupuk buatan urea 225 kg/ha, DS 500 kg/ha dan ZK 170 kg/ha.1. Gulma:

Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput atau dengan menggunakan herbisida.1. H a m a:

Hama ulat kubis (Plutella maculipennis), dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1-2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan Bayrusil 13 cc/1 air.1. Penyakit:

Penyakit busuk akar yang disebabkan Rhizoktonia sp dapat dikendalikan dengan bubur Bordeaux atau fungisida yang dianjurkan. Sedangkan penyakit penting lainnya adalah busuk hitam (Xanthomonas campestris) dan busuk lunak bakteri Erwinia carotovora dan penyakit

pekung Phomalincran penyakit kaki gajah (Plasmodiophora brassicae) belum dapat diatasi. Bila ada tanaman yang terserang segera dicabut lalu dibakar. Pengaruh Berbagai Macam Pupuk Organik dan Dosis Pengapuran terhadap Perkembangan Penyakit Akar Bengkak (Plasmodiophora brassicae Woronin) pada Tanaman Kubis. Mengatahui pengaruh interaksi antara berbagai macam pupuk organik dan dosis pengapuran pada budidaya tanaman kubis terhadap perkembangan penyakit akar bengkak. Pupuk organik yang digunakan adalah kotoran ayam, kotoran kambing dan bokashi yang kesemuanya dicampur dengan agens antagonis Trichoderma spp., sedang kapur yang digunakan adalah kapur dolomit dengan dosis 1, 2 dan 3 ton/ha. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan 4 ulangan, dilaksanakan di lahan milik UPTD BPP Pakopen, Dinas Pertanian Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis pupuk organik dan dosis pengapuran memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rerata jumlah daun kubis, insiden serangan penyakit dan tingkat keparahan penyakit akar bengkak. Namun diantara perlakuan yang ada, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam mempengaruhi insiden serangan penyakit maupun tingkat keparahan penyakit angkar bengkak. Sedang untuk menghasilkan produksi krop kubis tertinggi maka perlakuan yang terbaik adalah penggunaan pupuk organik bokashi plus Trichoderma spp. yang nenghasilkan berat krop ratarata 0,986 kg/krop dan perlakuan dosis pengapuran 2 ton/ha yang menghasilkan berat krop ratarata 0,853 kg/krop. PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah.PENDAHULUAN PHT memadukan berbagai metode pengelolaan tanaman budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi, dengan seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan. Dengan keluarnya Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman yang salah satu pasalnya menyatakan supaya mengendalikan OPT dengan cara Pengedalian Hama Terpadu (PHT). PHT meliputi empat prinsip dasar, yaitu: 1. Tanaman budidaya yang sehat Sasaran pengelolaan agro-ekosistem adalah produktivitas tanaman budidaya. Pemilihan varietas, tanaman yang memperoleh cukup pemupukan, pengairan, penyiangan gulma dan disertai pengolahan tanah yang baik sebelum masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi. Budidaya yang sehat dan kuat bagian program PHT. 2. Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi musuh alami Kekuatan unsur-unsur alami sebenarnya mampu mengendalikan lebih dari 99% hama kebanyakan lahan agar tetap berada pada jumlah yang tidak merugikan. Tanpa disadari, sebenarnya semua petani bergantung pada kekuatan alami yang sudah tersedia di lahannya masing-masing. PHT secara sengaja mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian, serta memperkecil pemakaian pestisida berarti mendatangkan keuntungan ekonomis kesehatan dan lingkungan tidak tercemar.

3. Pemantauan Lahan Secara Mingguan Masalah hama tidak timbul begitu saja. Masalah ini timbul karena kombinasi faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan populasi hama. Kondisi lingkungan atau ekosistem sangat penting artinya dalam kaitannya dengan timbulnya masalah ham. Dalam hal ini PHT menganjurkan pemantauan lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang timbul dari keadaan ekosistem lahan yang cenderung berubah dan terus berkembang. Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari dan mempraktekkan keterampilan teknologi pengendalian hama. 4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu keputusan di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara sumber, pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Maka untuk itu petani dilatih untuk AHLI PHT dilahannya sendiri. Dengan keahliannya itu petani secara mandiri dan percaya diri mampu untuk melaksanakan dan menerapkan prinsip teknologi PHT di lahannya sendiri. Sebagai ahli PHT petani harus mampu menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. 2004 Digitized by USU digital library 1

Adapun isi tulisan ini membicarakan PHT Tanaman Kubis dan PHT tanaman kentang. PETUNJUK PHT UNTUK TANAMAN KUBIS 1. Sebelum Tanam Varietas - Pemilihan varietas untuk pertanaman merupakan langkah awal dalam pelaksanaan budidaya tanaman sehingga dalam pemilihan ini benar-benar dilaksanakan dan dipikirkan apa yang akan ditanam. Waktu Tanam - Setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih banyak. - Bibit sudah berumur kira-kira 3 minggu Persiapan lahan - 2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bedeng-bedeng dengan ukuran bedengan 1 m. Bagian yang akan dibuat timbunan ini berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas bedengan. - Tanah di atas bedengan harus benar-benar gembur. Untuk itu tanah olah harus dicangkul kembali sehingga bongkahan (lungko) menjadi lebih kecil. - Taburkan pupuk kandang di atas tanah, kemudian tutup dengan lapisan tanah setebal 10 cm. Persemaian - Buatlah petakan dengan ukuran 1 x 3 m, setinggi 30 cm. - Campurkan pupukkandang yang benar-benar matang kedalam petakan tersebut. - Biarkan 3-4 hari supaya tanah terkena sinar matahari langsung. Bersihkan gulma yang mulai tumbuh. - Pasang naungan dari daun pisang atau daun kelapa supaya tanaman tidak terkena sinar matahari atau hujan secara langsung. - Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah persemaian setiap pagi dan sore dengan menggunakan gembor yang halus. Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang tanaman yan terserang. Waktu Tanam - Tanamlah bibit kubis yang sudah siap dari persemaian (setelah berumur 3-4 minggu) dengan jarak tanam 60 x 70 cm, dengan cara memasukkan benih kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutuplah dengan tanah. - Berikan pupuk dasar 5 gram TSP/SP 36 dan 5 gram KCL per tanaman dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam. 2. Setelah Tanam Awal Pertumbuhan (0 15 hari) - Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan, bisa dengan batang pisang, bisa juga dengan daun-daunan yang lain supaya tanaman tidak layu. - Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup. - Tanaman yang mati disulam. 2004 Digitized by USU digital library 2

- Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 1 gram Urea pertanaman, dengan cara ditunggalkan 5 cm dari tanaman. - Pengendalian hama secraa mekanis pithesan, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari. Fase Pembentukan daun (15 35 hari) Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari. Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. - Pengendalian hama dengan cara pithesan

Fase Pembentukan telur (35 panen) - Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis - Pengendalian hama dengan cara pithesan , yaitu dengan mengambil hama yang ada kemudian dibunuh. - Jika telur kubis sudah keras dan masif, siap untuk dipanen. Pengamatan Dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan. Cara pengamatan petunjuk umum. 3. Hama Tanaman Kubis a. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella) Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara pithesan yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati. b. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis) Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah besar garis-garis coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip yang telurnya dietakkan secara menyebar, ulat jantung kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama dengan ulat tritip. c. Ulat Grayak (Spodoptera Litura) Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat tritip. d. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon) Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah secara berhatihati disekitar tanaman yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan atau curater.

BUDIDAYA TANAMAN KUBISLembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 130/93 Diterbitkan oleh: Balai Informasi Pertanian Irian Jaya Jl. Yahim Sentani - Jayapura

PENDAHULUAN Tanaman kubis merupakan tanaman sayur-sayuran yang telah banyak

diusahakan para petani di pedesaan Indonesia, karena banyak mengandung vitamin A 200 IU, B 20 IU dan C 120 IU mgr. Vitamin-vitamin ini sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia. JENIS-JENIS KUBIS 1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) Daunnya membentuk krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih. 2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) Daunnya tidak membentuk krop dan berwarna hijau. 3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) Tunas samping dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop kecil. 4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L) Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau. SYARAT TUMBUH 1. Tanaman kubis tumbuh baik pada tanah gembur, mudah menahan air (sarang) dan tanah tersebut banyak mengandung humus. 2. Menghendaki iklim dengan suhu relatif rendah, kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 - 2000 dpl serta beberapa jenis misalnya KK Cross, KY Cross cocok untuk dataran rendah. PENGOLAHAN TANAH Pencangkulan tanah dilakukan sebanyak 2 kali, pencangkulan pertama sedalam 30 cm, kemudian dibiarkan dahulu untuk mendapat sinar matahari selama 7 - 10 hari. Baru setelah itu dicangkul untuk kedua kalinya sekaligus diberi pupuk kandang sebanyak 15 - 20 ton /ha dan dibuatkan bedengan selebar 120 cm, panjang 3 5 meter. PENANAMAN 1. Tanaman kubis diperbanyak dengan biji. Biji harus disemai terlebih dahulu dengan ditabur dalam barisan dengan jarak 5 cm. Kebutuhan benih 150 300 gr/ha. 2. Bibit kubis yang telah berumur 1 bulan dipindahkan ke bedengan dengan jarak 50 x 60 cm. PEMELIHARAAN 1. Pemupukan: Pada waktu berumur 2 dan 4 minggu setelah tanam diberikan pupuk buatan urea 225 kg/ha, DS 500 kg/ha dan ZK 170 kg/ha. 2. Gulma: Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput atau dengan menggunakan herbisida. 3. H a m a: Hama ulat kubis (Plutella maculipennis), dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1-2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan Bayrusil 13 cc/1 air. 4. Penyakit: Penyakit busuk akar yang disebabkan Rhizoktonia sp dapat dikendalikan

dengan bubur Bordeaux atau fungisida yang dianjurkan. Sedangkan penyakit penting lainnya adalah busuk hitam (Xanthomonas campestris) dan busuk lunak bakteri Erwinia carotovora dan penyakit pekung Phomalincran penyakit kaki gajah (Plasmodiophora brassicae) belum dapat diatasi. Bila ada tanaman yang terserang segera dicabut lalu dibakar. PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah.(SP/6/93)

Sumber: Badan Litbang, 1986 Ringkasan bercocok tanam, tanaman perkebunan dan industri, buah-buahan dan sayuran. BIPP Timor-Timur, 1997 Kubis Telur

PENDAHULUAN Sampai saat ini, tingkat produksi tanaman kubis baik secara kuantitas maupun kualitas masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah sudah miskin unsur hara, pemupukan yang tidak berimbang, organisme pengganggu tanaman, cuaca dan iklim. Untuk itu, PT. Natural Nusantara sebagai perusahaan yang peduli terhadap permasalahan pertanian dan kelestarian lingkungan berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas serta memelihara kelestarian lingkungan (3 - K). Sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas. FASE PRA TANAM 1. Syarat tumbuh - Tanaman dapat ditanam sepanjang tahun - Tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 800 m d.pl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan temperatur udara 15o - 20o C. - Jenis tanah yang dikehendaki gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 - 6,5. 2. Pengelolaan Tanah dan Air - Bersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman untuk menekan serangan penyakit terbawa tanah seperti akar bengkak, busuk lunak, rebah semai, dll. dengan cara dicabut dan dikumpulkan lalu dibakar atau bisa dijadikan kompos - Jangan menanam tanaman kubis-kubisan secara terus menerus dan lakukan pergiliran tanaman - Gunakan pupuk organik (SUPER NASA), khususnya di musim kemarau untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air 3. Persiapan Lahan - Lahan dicangkul dan dibajak sedalam 20-30 cm - Berikan Dolomit atau CAPTAN kira-kira 2 ton/ha jika pH < 5,5 dengan cara tanah dan kapur diaduk rata

dan dibiarkan 2 minggu - Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1 botol/1000 m dengan cara : Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 - 10 meter bedengan. - Jika tersedia pupuk kandang dapat diberikan kira-kira 0,25 - 0,5 kg per lubang tanam FASE PERSEMAIAN - Media persemaian terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang (kompos) halus dengan perbandingan 1:1 dan ditambah 100 gr (1 sachet)- - - Natural GLIO untuk 25 kg pupuk kandang - Benih direndam dalam air hangat + POC NASA dosis 2 cc/lt air selama 0,5 - 1 jam lalu diangin-anginkan - Sebarkan benih secara merata dan teratur lalu ditutup daun pisang selama 3-4 hari - Semprotkan POC NASA seminggu sekali dengan dosis 3 tutup/tangki - Lakukan penyiraman setiap hari dengan gembor - Persemaian dibuka setiap pagi sampai jam 10.00 dan sore mulai pukul 15.00 - Amati bibit kubis yang terserang penyakit tepung berbulu (Peronospora parasitica) atau ulat daun pada daun pertama, dipetik dan dibuang daun yang terserang FASE TANAM 1. Jarak tanam Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm 2. Bibit Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam 3. Pemupukan Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl. Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah. 4. Cara tanam - Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam - Pilih bibit yang segar dan sehat - Tanam bibit pada lubang tanam - Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya - Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam - Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran) - Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah - Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI ) - Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari - Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl

- Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup/tangki ditambah HORMONIK 1-2 tutup/tangki dilakukan setiap 1 minggu sekali. - Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu - Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal - Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.) - Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis umur 13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim kemarau - Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan. - Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat, tambahkan Natural GLIO pada lubang tanam. FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI ) - Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen - Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret - Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia) PANEN DAN PASCA PANEN - Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari - Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat. - Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop - Jangan sampai terjadi memar atau luka - Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris) - Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.

MEMBUDIDAYAKAN KOL ATAU KUBIS 8:25 PM MASPARY

I. UMUM 1.1. Sejarah Singkat Kol atau kubis ( Brassica oleracea ) merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno. Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya. 1.2. Sentra Penanaman

Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah. 1.3. Jenis Tanaman Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam: a) Divisi : Spermatophyta b) Sub Divisi : Angiospermae c) Klas : Dicotyledonae d) Famili : Cruciferae e) Genus : Brassica f) Spesies : Brassica oleracea Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul: 1. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.) 1. Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat: - Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman - Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman - Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman - K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman - Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman - Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman 2. Kubis kepala bulat runcing: Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial: - Early Jersey Wakefield: umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman - Green point: umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman 3. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial adalah: - Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman. - Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman. - O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman. - Kubis 632 Spring Light: umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. - Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. - Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg/tanaman. - Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman. 2. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.) Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi: - Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.

- Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman. - Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman. - Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. 3. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.) Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial: - Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman. - Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman. - Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman. - Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman. - Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman. - Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman. Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.). 1.4. Manfaat Tanaman Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel, lotek dan lainlain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain. Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan ringan dan makanan cepat saji lainnya. Di bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai pencegah dan obat sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang dan gigi.

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim 1. Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah. 2. Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal. 3. Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan. 4. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil ( 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman. 4. Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).

2.3. Ketinggian Tempat Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Persyaratan Benih Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat. b) Benih harus bebas hama dan penyakit. c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran. d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat. e) Mempunyai daya kecambah 80%. f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air. 3.1.2. Penyiapan Benih Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut: 1. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit. 2. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam. 3. Rendam benih selama 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah. Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil. 3.1.3. Teknik Penyemaian Benih Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1) tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih. Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Penyemaian di bedengan Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah

halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan. 2. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag) Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari). 3. Kombinasi cara a) dan b). Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung. 4. Penanaman langsung. Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif. Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut; 1. Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). 2. Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase. 3. Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm. 3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian 1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca. 2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit. 3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok. 4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida dosis jika diperlukan. 5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain. 3.1.5. Pemindahan Bibit Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada

polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya. 2. Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm. 3.2. Pengolahan Media Tanam 3.2.1. Persiapan Lahan sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya. Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis. Tanah digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen. 3.2.2. Pembuatan Bedengan Bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan panjang tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan 40 cm (parit pembuangan air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm). 3.2.3. Pengapuran Fungsi untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro. Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit) dan Dolomit. 3.2.4. Pemupukan Bedengan siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium, yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax atau Borate 10-20 kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5 kg per tanaman. 3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Penentuan Pola Tanam Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak. 3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm. 3.3.3. Cara Penanaman 1. Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi. 2. Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama). 3. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuktepuk secara perlahan hingga bibit keluar dari polybag. 4. Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya menggambil

bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm. 5. Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak. 6. Siram bibit dengan air sampai basah benar. 3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari (semaian stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman yang pendek (2-3 bulan). 3.4.2. Penyiangan Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak dilakukan. 3.4.3. Pembubunan Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah. 3.4.4. Perempelan Perempelan cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin. 3.4.5. Pemupukan Pemupukan susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu. 3.4.6. Pengairan dan Penyiraman Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal pertumbuhan dan pembentukan bunga. 3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut. 3.4.8. Pemeliharaan Lain Hal-hal yang penting dalam merawat tanaman adalah: 1. Menghindari pelukaan pada tanaman karena luka pada tanaman merupakan salah satu jalan yang efektif dalam penularan penyakit dan sangat disukai oleh hama. 2. Dalam pemupukan, pupuk tidak boleh mengenai tanaman dan harus selalu diikuti dengan penyiraman. 3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama 1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.) Dikenal dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa). Ciri: (1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara; (2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam; (3) telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek dan menetas 3 hari; (4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan; (5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa tanaman, atau hinggap dibawah permukaan daun bawah. Gejala: (1) biasanya menyerang pada musim kemarau; (2) daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja; (3) umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: (1) mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan. (2) Kultur teknik: pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan famili Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung; dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp. Oleifera Metg. (3) Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun predatornya. (4) Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang 8 cm. Cara penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya tahan ugratas terpasang 3 minggu, dan tiap hektar kebun memerlukan 5-10 buah perangkap.(5) Kimiawi: menyemprotkan insektisida selektif berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada konsentrasi 1-2 cc/liter. 2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller) Ulat croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri: (1) siklus hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara; (2) ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah; (3) menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: sama dengan ulat Prutella, parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp. 3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn) Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa). Ciri: (1) siklus hidup 6-8 minggu; (2) kupu-kupu ataupun ulatnya aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat). Gejala: memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu. Pengendalian: (1) mekanis: mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya; (2) kultur teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan tempat bertelur hama tanah; (3) kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari 125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali seminggu. 4. Kutu daun (Aphis brassicae)

Hidup berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau. Pengendalian: menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air. 5. Ulat daun Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri: (1) Ulat-ulat jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan melipat dua bila merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan berpita warna muda pada tiap sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna coklat keabu-abuan dan berbintik-bintik berwarna perak pada setiap sayap depannya, telur berwarna putih kehijauhijauan diletakkan di bawah daun dan menetas dalam 3-20 hari. (2) Chrysodzeixis chalcites Esp. dan Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur berukuran kecil berwarna keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok. Larva berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya menjengkal. (3) Ulat-ulat grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya dengan siklus hidup 30-61 hari. Kupukupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Telurnya berjumlah 25-500 butir diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Gejala: daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja. Pengendalian: (1) mengatur pola tanam; (2) menjaga kebersihan kebun; (3) penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC; (4) khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (Ugratas Merah); (5) bila terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat digunakan Ugratas Biru. 6. Bangsa siput Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain: (1) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot; (2) Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan; (3) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat kekuningan. Gejala: menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun. Pengendalian: dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak. 7. Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus). Gejala: menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak lubang di dalam tanah. Pengendalian: dengan insektisida atau menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar. 8. Orong-orong. Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem perakaran tanaman. Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun menguning. Pengendalian: pemberian insektisida ke liang. 3.5.2. Penyakit 1. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.) Penyebab: bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya. Gejala: (1) tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik; (2) bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang; (3) gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu

mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau coklat, sehingga kurang layak dipanen. Pengendalian: (1) memberikan perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub poin penyiapan benih; (2) pembersihan kebun dari tanaman inang alternatif; (3) rotasi tanaman selama 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili. 2. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.) Penyebab: bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan. Gejala: (1) luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen; (2) luka akar tanaman scara mekanis, serangga atau organisme lain; (3) luka saat panen; (4) penanganan atau pengepakan yang kurang baik. Pengendalian: (1) Pra panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami; menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di daerah basis penyakit busuk lunak. (2) Pasca panen: menghindari luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen; menyimpan hasil panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air bersih, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam membawa atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara baik. 3. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.) Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae. Gejala: (1) pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari daun tampak segar kembali; (2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati; (3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian: (1) memberi perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih; (2) menyemai benih di tempat yang bebas wabah penyakit; (3) melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun; (4) melakukan pengapuran untuk menaikkan pH; (5) mencabut tanaman yang terserang penyakit; (6) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili 4. Bercak hitam (Alternaria sp.) Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola. Gejala: (1) bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada daun; (2) menyerang akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain. Pengendalian: (1) menanam benih yang sehat; (2) perlakuan benih seperti pada poin penyiapan benih. 5. Busuk lunak berair Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan spora. Gejala: (1) pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati; (2) bila menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok; (3) bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir; (4) gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lamakelamaan menjadi hitam. Pengendalian: (1) gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis. (2) pemberantasan dengan insektisida. 6. Semai roboh (dumping off) Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp. Gejala: (1) bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil; (2) pangkal batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus; (3) menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan.

7. Penyakit Fisiologis Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis. Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning". Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan yang berimbang. 3.6. Panen 3.6.1. Ciri dan Umur Panen Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam). a) Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman. b) Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman. c) O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman. d) Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman. e) Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman. f) Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1.2 kg/tanaman. g) Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1.8-2 kg/tanaman. h) K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman. i) Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman. j) Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman. Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut: a) Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis. b) Daun berwarna hijau mengkilap. c) Daun paling luar sudah layu. d) Besar krop kubis telah terlihat maksimal. 3.6.2. Cara Panen Pemetikan yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik kubis: a) Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik. b) Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagianpangkal batang kubis. c) Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena infeksi patogen. 3.6.3. Periode Panen Broccoli merupakan tanaman sekali panen, sehingga periode panen sama dengan periode tanam. 3.6.4. Prakiraan Produksi Produksi kubis bergantung dengan varietas. Secara umum per tanaman menghasilkan 0,75-4 Kg, daerah tadah hujan dengan pemeliharaan semi intensif 25-35 ton per hektar dan dengan pemeliharan intensif 85 ton per hektar. 3.7. Pascapanen 3.7.1. Pengumpulan Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilemparlempar. 3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan

Penyortiran untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya. Penggolongan bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk, keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum. a) Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai. b) Homoginetas bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam. c) Homogenitas ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam. d) Kepadatan krop: mutu I=padat; mutu II=kurang padat. e) Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5%; mutu II=2,5%. f) Kubis cacat maksimum: mutu I=5%; mutu II=10%. g) Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 cm; mutu II=2,5 cm. 3.7.3. Penyimpanan Penyimpanan kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92-95%, kubis dapat disimpan 4-6 bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan kehilangan berat sebesar 10%. 3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan Pengemasan dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25-30 kg/peti. IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 4.1. Gambaran Peluang Agribisnis Melihat banyaknya manfaat kubis dalam kesehatan bagi masyarakat, dan ditunjang harga yang murah, maka potensi pasar untuk kubis sangat terbuka. Peluang pasar komoditi ini tidak hanya terbatas didalam negeri, namun juga telah menjangkau ke beberapa negara lain seperti taiwan, Malaysia, Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman dan lain-lain. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume ekspor kubis dari 16.107 ton dengan nilai US$ 218.000 pada tahun 1987 hingga mencapai 28.625 ton (US$3.867.028) pada tahun 1991(Biro Pusat Statistik, 1991). Melihat kenyataan diatas, dapat diperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan terhadap komoditi ini dari tahun ke tahun, apalagi jika melihat kenyataan peningkatan jumlah penduduk dunia, sehingga peluang pasar komoditi ini masih sangat besar. Tetapi kondisi perekonomian seperti sekarang ini membuat pengembangan komoditi ini terganggu bahkan menurun. Hal ini terjadi karena meningkatnya biaya produksi akibat meningkatnya harga pupuk dan pestisida dan terjadinya over produksi yang tidak diikuti dengan upaya untuk mempertahankan kondisi komoditi untuk sasaran ekspor. Dari analisis budidaya tampak jelas keuntungan yang diraih sangat besar (1994), pada kondisi sekarang terjadi penurunan keuntungan yang cukup besar (bandingkan data tahun 1994 d