PERTIMBANGAN ENDODONTIK PADA ORANG LANJUT USIA Pertimbangan endodontik orang lanjut usia. Retensi gigi mengalami penurunan yang signifikan pada orang lanjut usia, dan sekarang dokter gigi mempunyai tantangan untuk dapat mempertahankan gigi masa kritis tersebut. Terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan perawatan endodontik, dan tulisan ini menjelaskan bagaimana pearawatan endodontik dapat berhasil dilakukan pada pasien lanjut usia. Strategi dalam rencana perawatan merupakan hal yang penting, dan mempertahankan gigi kunci akan memfasilitasi fungsi rongga mulut dengan baik sehingga dapat memuaskan bagi pasien lanjut usia. Gigi tersebut mungkin penting dalam mencapai dan mempertahankan lengkung gigi anterior yang utuh, untuk retensi gigi tiruan sebagian lepasan atau mempertahankan tulang alveolar. Dalam beberapa kasus, hal ini hanya dapat dicapai jika dilakukan prosedur endodontik. Ketika terjadi infeksi pada saluran akar maka tidak ada alasan mengapa terapi endodontik dengan kualitas yang baik tidak bisa bekerja pada pasien lanjut usia yang sehat. Menghilangkan infeksi merupakan tantangan pada saluran akar yang sempit, serta pendekatan secara sistematis untuk meningkatkan akses ke dalam saluran akar serta dijelaskan tentang negosiasi saluran-saluran tersebut. A. Pendahuluan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERTIMBANGAN ENDODONTIK PADA ORANG LANJUT USIA
Pertimbangan endodontik orang lanjut usia.
Retensi gigi mengalami penurunan yang signifikan pada orang lanjut usia, dan sekarang
dokter gigi mempunyai tantangan untuk dapat mempertahankan gigi masa kritis tersebut.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan perawatan endodontik, dan tulisan ini
menjelaskan bagaimana pearawatan endodontik dapat berhasil dilakukan pada pasien lanjut usia.
Strategi dalam rencana perawatan merupakan hal yang penting, dan mempertahankan gigi kunci
akan memfasilitasi fungsi rongga mulut dengan baik sehingga dapat memuaskan bagi pasien
lanjut usia. Gigi tersebut mungkin penting dalam mencapai dan mempertahankan lengkung gigi
anterior yang utuh, untuk retensi gigi tiruan sebagian lepasan atau mempertahankan tulang
alveolar. Dalam beberapa kasus, hal ini hanya dapat dicapai jika dilakukan prosedur endodontik.
Ketika terjadi infeksi pada saluran akar maka tidak ada alasan mengapa terapi endodontik
dengan kualitas yang baik tidak bisa bekerja pada pasien lanjut usia yang sehat. Menghilangkan
infeksi merupakan tantangan pada saluran akar yang sempit, serta pendekatan secara sistematis
untuk meningkatkan akses ke dalam saluran akar serta dijelaskan tentang negosiasi saluran-
saluran tersebut.
A. Pendahuluan
Berdasarkan survei populasi secara nasional menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah
orang dewasa yang tetap bertahan giginya pada lanjut usia (Redford, et al., 1996 ; Kelly et al.,
1996). Dalam banyak kasus, gigi pada orang yang lebih tua usianya akan mendapat tantangan
oleh penyakit gigi seperti karies dan penyakit periodontal, serta keausan gigi yag disebabkan
karena faktor patologis atau fisiologis. Vitalitas gigi dipengaruhi oleh proses-proses tersebut, dan
nekrosis pulpa menjadi konsekuensinya. Hal ini dapat terjadi sebagai temuan oportunistik baik
pada radiograf maupun ketika pasien menunjukkan rasa kesakitan. Pilihan terapi untuk
perawatan pada keadaan ini dapat menggunakan ekstraksi gigi atau prosedur endodontik.
Prosedur endodontik pada orang lanjut usia dianggap merupakan tantangan berdasarkan
perspektif teknis dalam pandangan bahwa kemungkinan sistem saluran akar mengalami
sclerosed. Alasan yang lebih berbahaya karena tidak melakukan prosedur ini yaitu perasaan
bahwa perawatan endodontik terutama pada gigi posterior, tidak bermanfaat pada pasien lanjut
usia. Di masa lalu, ekstraksi gigi merupakan pilihan terapi yang lebih umum digunakan pada gigi
dengan vitalitas dikompromikan pada orang berlanjut usia.
Namun, hasil suatu penelitian procedur prostodontik menunjukkan bahwa:
1. Pasien dengan edentulous pada lanjut usia tidak mungkin dapat beradaptasi dengan baik
pada gigi tiruan lengkap (Zarb, 1982).
2. Terdapat tingkat ketidakpatuhan yang tinggi (20-40%) dengan kasus bilateral free-end
saddle gigi tiruan sebagian (Jepson et al., 1995).
3. Orang lanjut usia mungkin menolak dilakukan terapi implan karena alasan takut atau biaya
(Akagawa et al., 1988).
Kejelasan dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep perencanaan jangka
panjang untuk pasien lanjut usia dengan gigi tiruan sebagian menjadi lebih diperhatikan.
Manajemen strategi seperti memendekkan lengkung gigi (Shortened Dental Arch) konsep ini
sudah banyak digunakan pada orang lanjut usia, dan dapat diterima bahwa terjadinya edentulous
pada lanjut usia tanpa menggunakan gigi tiruan merupakan pengalaman yang tidak diinginkan.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan peran endodontik dalam membantu
orang lanjut usia mencapai tujuan dalam mempertahankan kesehatan gigi dan fungsi rongga
mulut yang memuaskan sampai lanjut usia.
B. Pertimbangan pasien
Pada awalnya, usia tua tidak harus bingung dengan masalah kesehatan. Respon gigi pada
pasien dewasa terhadap prosedur perawatan endodontik berkualitas sebaik pada orang dewasa
muda (Friedman, 2002). Pada orang dewasa yang lebih tua, seperti halnya pasien dewasa muda,
keberhasilan perawatan endodontik bergantung pada eliminasi bakteri patogen dari ruang pulpa
dan pencegahan infeksi ulang (Spangberg dan Haapasal, 2002).
Namun, terdapat beberapa pertimbangan yang berhubungan pasien lanjut usia. Pasien harus
dapat duduk dengan nyaman di kursi gigi dan mentolerir perawatan yang lama. Ini mungkin
tidak dapat dilakukan pada pasien, misalnya, kondisi punggung kronis atau iskemia serebral
transien.
Terdapat beberapa kontraindikasi medis untuk perawatan saluran akar. Situasi, yang
mungkin menjadi kontraindikasi perawatan endodontik meliputi:
1. Pasien yang memerlukan radioterapi pada daerah kepala dan leher. Suatu tinjauan retrospektif
selama 30 tahun pada pasien kanker kepala dan leher yang menerima radioterapi menemukan
pencabutan gigi untuk bertanggung jawab terhadap 50% dari semua kasus osteoradio-nekrosis
(Reuther et al., 2003). Untuk mengurangi risiko penyakit periapikal memerlukan ekstraksi,
semua potensi fokus infeksi harus dikeluarkan sebelum dimulainya radioterapi.
2. Adaptasi pasien yang rendah, misalnya, pasien dengan penyakit Parkinson, tremor , atau
demensia.
Beberapa keprihatinan telah diungkapkan mengenai prosedur endodontik pada pasien
dengan risiko endokarditis infektif. Namun, profilaksis antibiotik biasanya tidak diperlukan
untuk perawatan endodontik yang terbatas hanya pada ruang pulpa karena ini membawa risiko
yang sangat rendah terjadi bacteremia (Dajani et al., 1997).
C. Seberapa pentingkah gigi?
Sebelum mempertimbangkan secara teknis dalam mencapai keberhasilan prosedur
endodontik, maka kelayakan dalam mempertahankan gigi harus dipertimbangkan. Tujuan akhir
perawatan gigi pasien harus direncanakan dengan baik sebelum pencabutan gigi terpaksa
dilakukan apabila diperlukan. Proses pengambilan keputusan mengenai perawatan endodontik
harus berdasarkan kepentingan strategis gigi .
Mempertahankan gigi dapat berguna sebagai :
Sarana mempertahankan keutuhan lengkung gigi, terutama dari segi estetik yang
merupakan bagian penting mulut.
Sebagai peningkatan retensi gigi tiruan lepasan, terutama jika kehilangan gigi yang
menghasilkan daerah free end saddle.
Sebagai retainer untuk gigi tiruan cekat.
Untuk mempertahankan kontak oklusal yang penting pada saat berkurangnya
pertumbuhan gigi. Retensi akhir pada gigi molar dapat membantu menjaga stabilitas
oklusal, mengurangi kebutuhan gigi tiruan sebagian lepasan sama sekali, atau setidaknya
menghindari kebutuhan gigi tiruan tersebut pada free end saddle.
Sebagai sarana mempertahankan tulang saat merencanakan pembuatan overdenture
parsial atau lengkap. Gigi yang berkompromi dengan jaringan periodontal dapat
digunakan sebagai abutmen overdenture yang baik setelah dilakukan perawatan saluran
akar dan pengurangan mahkota . Bahkan dalam jangka pendek retensi gigi tersebut dapat
memfasilitasi transisi progresif ke edentulous dengan menyediakan kontak oklusal secara
alami dan memfasilitasi perkembangan kemampuan motorik dalam mengontrol gigi
tiruan sebagian.
Dalam setiap skenario tersebut, dokter gigi perlu untuk menangani permasalahan yang
mendesak dalam penanganan gigi non vital yang kemungkinan terinfeksi, gigi dan juga rencana
perawatan jangka panjang bagi pasien ini. Retensi gigi strategis mungkin sangat membantu
dalam mencapai keberhasilan dalam prosedur prostodontik. Dalam situasi lain, mempertahankan
gigi mungkin tidak membantu. Hal ini kemungkinan karena prosedur endodontik berhasil dan
sempurna tetapi setelah dilakukan pemerikasaan klinis dan radiografis, gigi tersebut dinilai tidak
bisa dilakukan restorasi sehingga harus dilakukan ekstraksi (Gambar 1 ). Ini termasuk gigi, yang
tidak memiliki kapasitas fungsional, mengalami fraktur dengan prognosis tidak baik atau
menjadi terlalu karies, dan gigi dengan penyakit periodontal yang tidak terkendali. Kadang-
kadang, gigi mengalami ekstrusi sehingga dapat menciptakan kesulitan untuk mendapatkan
skema oklusal terhadap antagonis gigi tiruan atau jembatan, dan ekstraksi adalah tindakan yang
lebih dianjurkan.
Gambar 1. Restorability harus dinilai dengan hati-hati sebelum membuat perjanjian. Hal ini mungkin termasuk menghilangkan semua restorasi dan jaringan karies untuk menentukan jaringan yang tersisa.
Faktor-faktor seperti biaya keuangan dan serta kesempatan pasien untuk memenuhi
kunjungan perawatan juga harus diperhatikan. Mungkin ada saat-saat ketika pasien tidak akan
menyetujui atau tunduk pada rencana perawatan yang rumit, mengesampingkan
mempertahankan gigi, yang bisa diselamatkan dengan perawatan saluran akar. Rencana
perawatan yang ideal mungkin berada di luar jangkauan keuangan pasien. Pengobatan sederhana
sering dipilih, dan sekali lagi, gigi yang dapat dipertahankan harus dikorbankan dalam rencana
perawatan sederhana.
D. Faktor penghambat keberhasilan perawatan endodontik pasien lanjut usia
Perubahan usia terhadap kompleks dentin-pulpa
Pulpa yang sudah tua sering didiskripsikan sebagai sklerosis atau mengalami kalsifikasi.
Hal ini sering berhubungan dengan kesulitan dalam memasuki ruang pulpa pada gigi yang telah
tua karena ada perubahan reaktif dan degeneratif yang merupakan hasil dari pemakaian jangka
waktu lama. Perubahan ini tidak semata-mata karena perubahan usia saja, tetapi dapat terjadi
pada pasien muda setelah terkena penyakit gigi dan trauma iatrogenic (Nikoui et al., 2003 ;
Ranjitkar et al., 2002).
Ruang pulpa makin menyempit seiring pertambahan usia karena deposisi dari dentin
sekunder regular (Smith, 2002). Dentin ini banyak terdapat pada tanduk pulpa dan pada dasar
pulpa serta atap ruang pulpa pada gigi molar yang berkonversi dari bentuk kotak besar pada
waktu muda menjadi bentuk disk datar pada usia lebih tua. Ketidak hati-hatian selama preparasi
pembukaan akses endodontik dapat membuat preparasi mencapai dasar kamar pulpa. Pada gigi
anterior, pulpa secara progresif lebih menyempit pada bagian servikal dan sering dalam mahkota
tidak ada jaringan lunak sama sekali.
Di dalam akar, deposisi terkonsentrasi pada bagian tengah. Deposisi sering ditandai pada
koronal sistem saluran akar dengan area yang lebih dalam pada saluran akar. Deposisi paling
sering ditandai dalam mencapai daerah koronal sistem saluran akar, dengan area yang lebih
dalam saluran akar yang tersisa secara luas bahkan sampai usia yang sangat tua (Gani dan
Visvisian, 1999). Poin ini penting untuk diingat dalam pencarian saluran akar.
Para klinisi seharusnya melihat bagian tengan dari massa dentin serta jangan
mengasumsikan bahwa jika saluran akar menyempit arah koronal maka tidak akan terbuka
dengan sistem managemen yang lebih dalam. ( gambar 2). Kamar pulpa akan berkurang dengan
adanya dentin reaksioner dan dentin reparatif (yang diklasifikasikan bersama menjadi dentin
tersier atau dentin iritasi) dimana adanya dentin tersebut untuk mengurangi porositas pada
tubulus dentinalis yang terbuka karena karies, trauma, atau perawatan gigi. Dentin reaksioner
tumbuh ke bawah membentuk sirkumstan oleh odontoblas (Smith, 2002). Dentin reparatif
dibentuk oleh odontoblas like cell yang berdiferensiasi dan migrasi ke sisi yang luka mengikuti
odontoblas primer yang mati. Perubahan ini ditemukan pada sakuran akar arah korona dimana
iritan eksterna membuat dampak yang lebih besar.
Gambar 2 Saluran akar yang hilang pada daerah koronal dapat dilakukan dengan menggunakan managemen system dengan tingkat yang lebih dalam
Tidak hanya ruang pulpa yang semakin menyempit, namun pengisian material juga akan
semakin susah Foreman dan Soames, 1988). Jejas kumulatif akan mengurangi vaskularisasi dan
isi sel pulpa dengan peningkatan fibrosis. Hal ini akan menambah ketebalan dentin dimana pulpa
yang tua akan menjadi kurang sensitif terhadap rangsang termal dan lebih susah dalam
mendiagnosis. Kerusakan pulpa pada lanjut usia biasanya tanpa gejala pulpitis reversibel maupun
ireversibel (Michaelson dan Holland, 2002).
Peningkatan fibrosis pulpa membuat tantangan dalam negosiasi saluran akar, jaringan
pulpa fibrous yang kompak membuat obstruksi kemudian dapat membuat masalah pada jaringan
keras seperti ledge.
Degenerasi jaringan pulpa dapat membuat adanya kalsifikasi. Pada koronal dapat
ditemukan adanya pulp stone yang merupakan material kalsifikasi berbentuk speroidal yang bisa
menempel pada dinding pulpa atau melayang bebas di dalam kamar pulpa (Foreman dan
Soames, 1988 ; Le may dn Kaqueler, 1991) (Gambar 3). Pulp stone jarang sekali ditemukan pada
saluran akar dimana degenerasi pembuluh darah dan sel syaraf akan membentuk kalsifikasi
linear ataupun lokus.
Gambar 3 Pulp stone, massa bulat dari material terkalsifikasi (a), beberapa masuk ke dinding
saluran akar (b) dan lain-lain melayang bebas.
E. Dapatkah suatu gigi dipertahankan?
Hasil yang baik dan dapat diprediksi terkait dengan akses yang baik kedalam pulpa yang
terinfeksi. Pada pasien lanjut usia seringkali menjadi sulit akibat terbatasnya kemampuan
membuka mulut, gigi yang sudah tidak berada pada posisi yang baik serta over-erupsi (modot),
kalsifikasi rongga pulpa serta pasien lanjut usai tidak dapat mentolerir waktu prosedur perawatan
yang lama.
Hal yang paling mendasar dalam perawatan endodontik pasien lanjut usia adalah
mencegah atau menyembuhkan apical periodontitis. Meskipun saluran akar masih terlihat atau
terlihat masih lebar pada radiograf, tujuannya tetap sama secara biologis, karena hancurnya pulpa
dan terbentuknya apical periodontitis yang dimediasi oleh bakteri-bakteri yang berhasil masuk ke
dalam kamar pulpa (Kakhesi et al., 1965 ; Moller et al., 1981). Sangat jarang suatu mikroba
menyebar dari sistem saluran akar menginvasi jaringan periradikuler, tetapi toksin mikroba
perlahan-lahan keluar melalui portal apikal dan lateral memicu respon host, hingga dapat
menyebabkan refraksi tulang (Walton dan Ardjamnd, 1992). Treatment karena itu menuju
kepada menghilangkan infesi mikroba dan mencegah infeksi timbul kembali. Pada kasus dimana
apical periodontitis belum terjadi, lesi apikal tidak akan terbentuk. Pada kasus dimana sudah
terjadi apikal periodontitis eliminasi infeksi dalam saluran akar akan memicu sembuhnya
jaringan periapikal (Friedman, 2002).
Ekspektasi keberhasilan perawatan saluran akar terhitung tinggi, banyak penelitian
mengatakan rasio sukses mencapai 90 persen meski dikatakan dibawah 70 persen adalah angka
yang realistic untuk dokter gigi umum (Eriksen et al., 2002). Pertanyaan terpenting adalah
bagaimana sistem pertahanan host memainkan peranan penting pada hasil akhir dimana pasien
lanjut usia dapat mengalami hasil yang lebih tidak menguntungkan dibanding pasien usia muda.
Hingga kini masih sedikit studi tentang kesuksesan endodontik terkait umur, meskipun pada
pasien usia muda maupun tua, yang paling penting adalah kontrol infeksi pulpa dan saluran akar.
Perubahan pada gigi terkait proses penuaan :
Formasi dentin sekundrr yang terus terbentuk , penebalan terjadi pada dinding lingual
pada gigi anterior dan dasar pulpa pada gigi molar
Berkurangnya ukuran pulpa dan ruang kanal
Berkurangnya supplai darah dan inervasi saraf
Berkurangnya ketebalan kolagen
Berkurangnya diameter dari tubulus dentinalis
Usia pasien bukan merupakan faktor penentu keberhasilan perawatan saluran akar
Treatment yang baik untuk pasien lanjut usia :
Sebaiknya pada pagi hari
Jika sulit untuk mengisolasi bisa ditambahkan dengan Glass ionomer sebagai isoloasi,
cavit, Oroseal,ataupun bahan rubber base lain ataupun periodontal pack
Penggunaan loop/magnifikasi
Open access dengan mempertimbangkan inklinasi akar
Tidak perlu menggunakan taper yang besar
F. Diagnostik pada pasien lanjut usia
Diagnosis terhadap suatu kondisi patologis berdasarkan pada :
Riwayat klinis
Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan khusus
Gejala klasik suatu keadaan patologis dari pulpa dan jaringan periapikal yang bersifat
akut banyak dijumpai pada pasien lanjut usia. Penyakit endodontik banyak muncul pada usia ini,
tanpa disadari oleh pasien. Kerusakan pulpa kebanyakan diketemukan tanpa adanya gejala sakit
atau episode sakit yang berulang Michaelson dan Holland, 2002). Kadang-kadang pasien telah
mengalami kondisi patologis yang cukup lama dengan adanya kerusakan pada sinus, episode
berulang pembengkakan yang kecil atau rasa tidak nyaman.
1. Pemeriksaan sensitivitas pulpa
Seperti halnya pemeriksaan pada penyakit endodontik, tidak ada satu pemeriksaan yang
spesifik untuk kondisi tersebut. Tes sensitivitas berupa aplikasi thermal dan elektrik
merupakan suatu prosedur pemeriksaan yang banyak dilakukan, dengan hasil informasi
kualitatif yang lebih baik pada pemeriksaan menggunakan rangsang termal. Adanya
peningkatan ketebalan dentin dan peningkatan fibrosis pulpa dapat menyebabkan respon
terhadap rangsang tersebut berkurang. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada satu keputusan
mengenai perawatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan satu macam metode
pemeriksaan, tanpa pemeriksaan yang lain dan bukti-bukti yang mendukung.
2. Tes Kavitas
Dilakukan pada dentin pada gigi yang tidak teranestesi
Sebagai cara untuk konfirmasi kondisi/diagnosis pulpa pada gigi muda
Pada gigi lansia, tes kavitas dapat menjadi bias, karena dapat terjadi meskipun kavitras telah
dalam namun tidak menimbulkan gejala mayor
3. Radiograf
Merupakan kompinen pemeriksaan yang penting
Digunakan untuk melakukan diagnosis terhadap status endodontik dan evaluasi terhadab
prognosis bila dilakukan restorasi serta mengetahui kesulitan yang akan dihadapi bila
dilakukan perawatan.
Syarat : kualitas bagus, pengambilan secara parallel dilakukan untuk mendapatkan gambaran
yang adekuat, pengambilan melalui dua sudut horizontal yang berbeda diperlukan untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi pada gigi multirooted
Hal-hal lain yang perlu diamati :
Kerusakan pulpa
Kerusakan tepi restorasi
Tooth wear
Perluasan atau kedalaman suatu kerusakan, apakah masih jauh/dekat/sudah
melibatkan pulpa
Cracking / retak. Hal ini jarang terdeteksi dengan radiografi, kecuali garis retakan
searah dengan paparan sinar X ray
Kondisi jaringan periapikal serta dukungan tulang alveolar
Apikal periodontitis, menunjukkan gambaran yang tidak berbeda dibandingkan
dengan pasien usia muda.
Interpretasi hilangnya trabekula tulang harus dilakukan secara cermat, untuk
mengetahui adanya kemungkinan terjadinya keadaan patoligis non dental yang dapat
muncul pada pasien lanjut usia.
Perubahan-perubahan kondisi fisiologis, perbaikan dan degenerasi jaringan keras.
Radiograf harus dapat digunakan untuk memperkirakan kedalaman atau posisi pulpa
yang sangat diperlukan pada saat inisial akses dan mencegah terjadinya kerusakan
yang lebih lanjut akibat adanya pemotongan secara berlebih
Pulp stone harus dapat diidentifikasi pada radiograf sebagai masa irregular yang
merupakan terjadinya kalsifikasi didalam kamar pulpa. Hal ini sangat penting untuk
di eksplorasi, untuk kepentingan tindakan preparasi. Pencahayaan serta perbesaran
mungkin diperlukan untuk prosedur tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan
preparasi. Kadang-kadang tidak ditemui adanya rongga pulpa pada mahkota karena
adanya proses kalsifikasi ini.
Pada pasien lanjut usia, kadang-kadang dapat dijumpai adanya gambaran radiolusen
berupa garis yang pendek pada saluran akar kea rah apikal, garis ini terletak di tengah
didalam masa akar dentin. Hal ini menjadi panduan bagi klinisi untuk menjaga
opening acces dangkal dan benar-benar terletak pada tengah-tengah gigi. Perluasan
yang lebar pada mahkota tidak diperlukan pada saat pencarian tanduk pulpa, karena
pulpa tepat berada di tengah.
Tantangan khusus dalam perawatan endodontik pada pasien lanjut usia adalah kesulitan untuk
pengukuran panjang gigi. Bila gigi mengalami periodontitis apikal, pasti terdapat
mikroorganisme didalam jaringan pulpa dan periodontal dan memenuhi saluran akar yang sempit
tersebut.
Gambaran radiograf dapat menjadi alat komunikasi dengan pasien, bahwa terdapat kemungkinan
sulitnya penyembuhan lesi tersebut karena adanya deposit kalsifikasi linear yang memenuhi
saluran akar, sehingga akan menyulitkan tindakan disinfeksi untuk menghilangkan
mikroorganismue.
Proses diagnosis harus diahkiri dengan penghilangan seluruh jaringan karies, jaringan dan
restorasi yang rusak sehingga akan meningkatkan penilaian secara visual, pengamatan terhadap
warna jaringan dan tekstur gigi, sehingga akan memudahkan dokter gigi dalam melakukan
pemeriksaan dan menegakkan diagnosis.
G. Persiapan sebelum perawatan
1. Anestesi local
Sebagian besar pasien lebih percaya diri mengenai perawatan yang bersifat invasif
setelah administrasi anestesi lokal diberikan. Pasien lanjut usia mungkin lebih tahan dalam
menerima prosedur perawatan tanpa anestesi, tetapi kontrol nyeri selalu dianjurkan bahkan pada
gigi yang mengalami periodontitis apikalis. Lebih baik merawat pasien dalam kenyamanan
dibandingkan melakukan perawatan yang menyebabkan ketidaknyamanan.
2. Isolasi
Supaya mendapatkan area kerja yang bersih dan gigi bebas karies sehingga didapatkan
hasil restorasi yang maksimal maka diperlukan isolasi untuk mencegah kontaminasi flora oral.
Jika dikhawatirkan ada infeksi mikroba dan penyakit endodontik yang serius maka harus
digunakan rubber dam dan tidak ada alternatif lain selain dengan cara tersebut. Untuk sebagian
besar kasus satu lubang dibuat pada lembar karet (rubber sheet) pada area tertentu di tengan
lembaran tersebut, kemudian dam diaplikasikan dengan klem sehingga menjadi stabil.