A. PENGGOLONGAN OBAT YANG TERMASUK ELEKTROLIT1. Diuretika.
DefinisiDiuretik adalah obat yang menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan
adanya penambahan volume urin yang di produksi dan yang kedua
menunjukan jumlah pengeluaran zat zat terlarut dan air. Fungsi
utama diuretik adalah memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.b. Macam-macam diuretikSecara
umum diuretic dibagi menjadi dua golongan yaitu :1) Diuretik
osmotik.Istilah diuretic osmotic biasanya dipakai untuk bukan zat
elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat
dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi empat
syarat :v Diinfiltrasi secara bebas oleh glomerulusv Hanya sedikit
yang direabsorbsi sel tubuli ginjalv Secara farmakologis merupakan
zat yang inertv Umumnya resisten terhadap perubahan perubahan
metabolicDengan sifat sifat ini, maka diuretic osmotic dapat
diberikan dalam jumlah yang cukup besar sehingga turut menentukan
derajat osmolaritas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli.
Contoh golongan obat ini adalah manitol, urea gliserin, dan
isosorbid.
a) Sediaan dan PosologiManitol Untuk suntikan intravena
digunakan larutan 5 25 % dengan volume antara 50-1000 ml. Dosis
untuk menimbulkan dieresis ialah 50-200 gram yang diberikan dalam
cairan infuse selama 24 jam dengan kecepatan infuse sedemikian,
sehingga diperoleh dieresis sebanyak 30-50 ml per jam. Untuk
penderitadengan oligurea hebat diberikan dosis percobaan yaitu
200mg/ kgBB yang diberikan melalui infuse selama 3-5 menit. Bila
dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30ml per
jam dalam 2-3 jam, maka pasien harus dievaluasi kembali sebelum
pengobatan dilanjutkan. Untuk mencegah gagal ginjal akut pada
tindakan operasi atau untuk mengatasi oliguria, dosis total manitol
untuk orang dewasa ialah 50-100gram.Untuk menurunkan tekanan
intracranial yang meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada
serangan akut glaukoma kongestif atau sebelum operasi mata,
digunakan manitol 1,5-2gram/kgBB sebelum larutan 15-20%, yang
diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.Manitol
dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anurea, atau udem
paru yang berat, dehidrasi berat dan pendarahan intrakranial
kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Infus manitol harus segera
dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang
progresif, payah jantung atau kongesti paru.b) Contoh golongan
diuretik osmotik1. UreaSuatu Kristal putih dengan rasa agak pahit
dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena mengandung urea sampai
30% dalam dekstrose 50% (iso-osmotik) sebab larutan urea murni
dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea
diberikan intravena dengan dosis1-1,5 gram/kg BB. Sebagai diuretik,
urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan manitol, karena
hampir 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal.2.
IsosorbidDiberikan segera oral untuk indikasi yang sama dengan
gliserin. Efeknya juga sama, hanya menimbulkan dieresis yang lebih
besar dari pada gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis
berkisar antara 1-3 g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari1.
GliserinDiberikan per oral sebelum suatu tindakan eptalmologi
dengan tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal
terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5
Jm. Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5gram/kgBB dalam larutan
50/75%. Gliserin ini cepat dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya
relatif kecil.Penghambat Karbonik AnhidraseKarbonik anhidrase
adalah enzim yang mengkatalisis reaksi CO2 + H2OH2CO3. Enzim ini
terdapat antara lain pada korteks renalisis, pancreas, mukosa
lambung, mata, aktivitasnya oleh sianida, azida, dan sulfida.
Derivat sulfonamid yang juga dapat manghambat kerja enzim ini
adalah asetazolamid dan diklorofenamid.1. Penghambat kerja enzim
karbonik anhidrase diantaranya
a. Asetazolamid dan diklorofenamidEfek farmakodinamik yang utama
dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara
nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan perubahan
terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.Untuk menimbulkan
penghambatan efek fisiologis yang nyata, lebih dari 99% aktivitas
enzim tersebut harus dihambat. Sekresi H+ oleh sel tubuli berkurang
karena pembentukan H+ dan HCO3 yang berkurang dalam sel tubuli,
sehingga pertukaran Na+ oleh H+ terhambat. Hal ini mengakibatkan
meningkatnya ekskresi bikarbonat, natrium dan kalium melalui urin
sehingga urin menjadi alkalis.Dengan bertambahnya ekskresi
bikarbonat dan ion tetap (fix ion) dalam urin, terutama Na + , maka
kadar ion-ion ini dalam cairan ekstrasel menurun, sehingga terjadi
asidosis metabolik. Bila pada penderita dengan edema diberikan
asetazolamid jangka lama, maka dapat terjadi asidosis metabolic
sehingga efek asetazolamid makin lemah. Selain ion bikarbonat
agaknya kadar kalium juga penting dalam menentukan efek diuresis
asetazolamid, karena pada alkalosis ekstra sel yang sudah disertai
hipokalemia, efek diuresis obat ini juga kurang.
b. Efek nonterapi dan kontraindikasi asetazolamidIntoksikasi
asetazolamid jarang terjadi. Pada dosis tinggi dapat timbul
parestesia dan kantuk yang terus menerus. Asetazolamid mempermudah
pembentukan batu ginjal karena berkurangnya ekskresi sitrat, kadar
kalium dalam urin tidak berubah atau meningkat.Reaksi alergi yang
jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang
dan lesi renal mirip reaksi terhadap sulfonamid.
c. Indikasi.Asetazolamid yang utama ialah untuk menurunkan
tekanan intraokuler pada penyakit glaucoma. Asetazolamid berguna
mengatasi paralisis periodic bahkan yang yang disertai
hipokalemia.d. Sediaan dan pasologiAsetazolamid tersedia dalam
bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian oral. Dosis antara
250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple glaucoma yaitu
1000mg per hari. Natrium asetazolamid untuk pemberian parenteral
hendaknya diberikan satu kali sehari, kecuali bila dimaksudkan
asidosis metabolik maka obat ini diberikan setiap 8 jam. Tetapi
sediaan ini terdapat di Indonesia, demikian juga sediaan yang
berbentuk sirup. Dosis dewasa untuk acute mountain sickness yaitu 2
kali sehari 250 mg, dimulai 3-4 hari sebelum mencapai ketinggian
3000 meter atau lebih, dan dilanjutkan untuk beberapa waktu sesudah
dicapai ketinggian tersebut.Dosis untuk paralisis periodik yang
bersifat familier (familial periodic paralysis) yaitu 250-750 mg
sehari dibagi dalam 2 atau 3dosis, sedangkan untuk anak-anak 2-3
kali sehari 125 mg. Diklorofenamid dalam satu tablet 50 mg efek
optimal dapat dicapai dengan dosis awal 200 mg sehari, serta
metazolamid dalam tablet 25 mg dan 50 mg dan doosis 100-300 mg
sehari, tidak terdapat dipasaran.
e. Bagian-bagian yang mengandung enzim Karbonik anhidrase
diantaranya:1) MataDalam cairan bola mata banyak sekali terdapat
enzim karbonik anhidrase dan bikarbonat. Pemberian asetazolamid
baik secara oral maupun parental, mengurangi pembentukan cairan
bola mata disertai penurunan tekanan intrakouler sehinga
asetazolamid berguna dalam pengobatan gloukoma. Efek ini mungkin
disebabkan oleh penghambatan terhadap karbonik anhidrase.
2) Susunan syaraf pusatkeadaan asidosis dapat mengurangi
timbulnya serangan epilepsi, dalam keadaan klinik ini dicapai
dengan memberikan diet ketagonik pada penderita. Karena
asetazolamid dapat menimbulkan asidosis dan SSP banyak mengandung
karbonik anhidrase, maka diduga bahwa obat ini dapat dipakai
mengobati penyakit epilepsy.Asetazolamid kurang mempengaruhi
aktifitas karbonik anhidrase dieritrosit sehingga pengaruh langsung
terhadap pernafasan tidak ada. Asetazolamid mudah diserap melalui
saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan
ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam.Obat ini
mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian diabsorpsi
secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase,
sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.
B. OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI KONSERVASI AIR
1. ADHa. DefinisiADH (hormone anti diuretik) disebut juga
vasopressin merupakan suatu oktapeptid yang diproduksi oleh saraf
dalam nucleus supraoptikus dan paraventrikularis di hipitalamus.
Melalui serabut saraf, ADH di transport ke sel-sel pituisit
hipofisis posterior. Di hipofisis posterior, vasopressin ini
terikat pada suatu protein spesifik yang disebut neurofisin, ikatan
ini dapat dilepaskan dengan perangsangan listrik atau pemberian
asetilkolin.
b. Pengaturan Sekresi vasopressin diatur oleh beberapa mekanisme
:1) Konsep osmoreseptor yang diduga terletak didaerah nukleus
hipotalamus, bila osmolalitas plasma bertambah akibat dehidrasi,
maka sekresi ADH bertambah. Sebaliknya pada keadaan hidrasi
sekresi, ADH akan berkurang sehingga kadarnya dalam plasma maupun
dalam urin tidak dapat diukur.2) Konsep reseptor volume, yang
terletakdi atrium kiri dan vena pulmonalis. Bila terjadi penurunan
volume darah yang beredar, misalnya akibat pendarahan hebat akan
terjadi perangsangan sekresi ADH, sebaliknya bila volume darah yang
beredar nertambah banyak maka sekresi ADH ditekan.3) Selain kedua
macam mekanisme diatas, sekresi vasopressin meningkat akibat stress
emosional atau fisik, atau seperti nikotin, klofibrat,
siklofosfamid, antidepresan trisiklik,dan karbamazepin.c. Efek ADH
pada ginjalSetelah dilepas oleh kelenjar hipofisis posterior ADH
akan disirkulasi oleh pembuluh darah dan pada individu dewasa ADH
mempunyai waktu paruh sekitar 17-35 menit. Ada beberapa faktor yang
terlibat dalam eliminasi hormone dan darah yang paling penting
yaitu pemutusan rantai peptida oleh enzim peptidase.
d. Obat-obat yang dapat memodifikasi efek ADHKloropamazin,
paracetamol dan indometasinmeningkatkan kerja ADH, artinya obat ini
mensensitisasi ginjsl terhadap ADH yang sebenarnya terlalu rendah
untuk merangsang reabsorpsi air.Hal ini mungkin sebagian dapat
diterangkan melalui adanya penghambatan biosintesis PG di
ginjal.
e. Efek ADH di luar ginjalEfek ADH pada jantung merupakan efek
tidak langsung, yaitu karena adanya vasokonstriksi pembuluh darah
koroner, penurunan aliran darah koroner dan adanya perubahan tonus
vegal dan tonus simpatis secara refleks.
f. Efek sampingSuntikan ADH dosis besar menyebabkan
vasokonstriksi, tekanan darah naik dan kulit jadi pucat.
Peristaltis usus meningkat, menyebabkan rasa mual dan kolik usus.
Pada wanita ADH menyebabkan spasme uterus.
g. Penggunaan klinikVasopresin terutama digunakan untuk
pengobatan diabetes insipidus akibat kekurangan hormon tersebut.
Untuk penggunaan kronis, digunakan sediaan suntikan vasopressin
tanat dengan dosis 0,25-1 atau lebih per hari.
h. SediaanADH tersedia dalam bentuk injeksi dan untuk pemberian
intrasal, yaitu vasopressin suntikan 20 U/ml terdapat dalam ampul
0,5 dan 1 ml untuk penggunaan subkutan atau IM. Vasopresin tanat
5U/ml untuk suntikan IM. Bubuk hipofosis untuk insuflasi
hidung.
2. BENZOTIADIAZIDKlorotiazid dan tiazid yang lain ternyata juga
dapat menyebabkan berkurangnya poliuria pada penderita diabetes
insipidus, dan sekarang telah mantap digunakan untuk pengobatan
diabetes insipidus terutama yang resistan terhadap ADH atau yang
disebut diabetes insifidus nefrogen. Dengan tiazid, poliuria yang
hebat akan berkurang, volume urin lebih sedikit, sehingga kegiatan
penderita sehari-hari tidak terganggu. Pada bayi dan anak dengan
diabetes insipidus yang resistan terhadap ADH, efek antidiuretik
ini menjadi sangat penting sebab poliuria yang tidak terkendal
akibat kemampuan pasien untuk minum maupun mengabsorpsi cairan
mengakibatkan dehidrasi.
3. PENGHAMBAT SINTESIS PROSTAGLADINIndometasin ternyata juga
efektif untuk pengobatan kasus diabetes insipidus nefrogen yang
herediter, sedangkan penghambat sintesis Pg yang lain misalnya
ibuprofen kurang efektif dibandingkan indometasin. Cara kerjanya
belum jelas, mungkin sekali menyangkut beberapa cara, misalnya
adanya penurunan filtrasi glomerulus, peninggian kadar zat terlarut
di daerah medulla ginjal, atau adanya peningkatan reabsorpsi cairan
di tubuli proksimal.
VITAMIN
Vitamin A Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin yang
larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu menjaga pertumbuhan
jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Selain itu juga
digunakan untuk pengobatan kelainan kulit seperti acne. Vitamin
mempunyai efek toksik jika digunakan secara berlebihan. Contohnya,
defek lahir dapat terjadi jika pasien mengkonsumsi lebih dari 6000
IU selama kehamilan. Hal ini penting untuk diingat bahwa vitamin
disimpan di liver sampai lebih dari dua tahun, dimana dapat
mengakibatkan toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan dosis yang
besar (Kamiensky, Keogh 2006). Vitamin A didapat dalam 2 bentuk
yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan
derivatnya) dan provitamin A (karotenoid/ karoten dan senyawa
sejenis) (Dewoto 2007). Sumber makanan yang mengandung vitamin A
antara lain semua jenis susu, mentega, telur, sayuran dengan daun
berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan liver. Menurut U.S
Recommended Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada pria
dewasa sebanyak 1000 g atau 5000 IU, wanita dewasa 800 g atau 4000
IU, pada kehamilan membutuhkan sebanyak 1000 g atau 5000 IU, dan
pada ibu menyusui 1200 g atau setara dengan 6000 IU (Kamiensky,
Keogh 2006). 1.1 Farmakodinamik Obat Pada fibroblast atau jaringan
epitel terisolasi, retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa
jenis protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein
seperti kolagenase dan keratin. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan transkripsi pada inti dan asam retinoat lebih kuat dalam
menyebabkan perubahan tersebut. Asam retinoat mempengaruhi ekspresi
gen dengan bergabung pada reseptor yang berada di inti sel.
Terdapat dua kelompok reseptor, yaitu Retinoid Acid Receptors
(RARs) dan Retinoid X Receptors (RXRs). Reseptor retinoid
segolongan dengan reseptor steroid, hormone tiroid, dan kalsitriol
(Dewoto 2007). Retinoid dapat mempengaruhi ekspresi reseptor hormon
dan faktor pertumbuhan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan,
diferensiasi, dan fungsi sel target. Selain itu juga diperlukan
untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi, dan perkembangan embrio
(Dewoto 2007). 1.2 Farmakokinetik Obat Vitamin ini diabsorpsi
sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai
puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A
kurang efisien karena sebagian akan keluar melalui feses. Gangguan
absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan absorpsi vitamin A, maka
pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A yang larut dalam
air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung
protein atau pada penyakit infeksi tertentu dan pada penyakit hati
seperti hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris.
Berkurangnya absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus
dengan derajat insufisiensi hati (Dewoto 2007). 1.3 Indikasi
Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi
vitamin A. 1.4 Posologi Jenis sediaan untuk vitamin A antara lain
oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral terdapat bentuk
tablet, kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan
air paling cepat diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih
tinggi dibandingkan sediaan minyak. Vitamin A kapsul mengandung
3-15 mg retinol (10.000-15.000 IU) per kapsul. Sediaan suntikan
dalam bentuk larutan mengandung 50.000 IU vitamin A/ml dapat
diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan
gangguan mata berat. Dosis lebih dari 25.000 IU/hari hanya dapat
diberikan pada pasien defisiensi berat. Penggunaan oral lebih baik
daripada parenteral (Dewoto 2007).Dosis Terapi untuk Kekurangan
Vitamin A 100.000-500.000 IU sehari 3 kali; lalu 50.000 IU selama
14 hari (sehari sekali) Maintenance 10.000-20.000 IU selama 60 hari
Kategori dalam kehamilan A; Protein Binding tidak diketahui; waktu
paruh: minggu-bulanan Kondisi kekurangan Terapi kekurangan vitamin
A nya, cegah rabun senja, atasi kelainan kulit, tingkatkan
pertumbuhan tulang Efek samping Nyeri kepala, fatigue, drowsiness,
iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering, perubahan visus,
hipoprotrombinemia
2. Vitamin B6 (Pyridoxine) Vitamin B6 merupakan jenis vitamin
yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya untuk mengkoreksi
kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang
disebabkan oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber
makanan yang banyak mengandung vitamin ini antara lain daging,
sayuran dengan daun berwarna hijau, sereal gandum utuh, ragi, dan
pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan U.S. RDA adalah untuk pria
sebanyak 15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18 mg/hari,
dan laktasi sekitar 20 mg/hari (Kamiensky, Keogh 2006). 2.1
Farmakodinamik Obat Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral
tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat
besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan
coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek
yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang
berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino, di
antaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi triptofan,
asam-asam amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida (Dewoto
2007). 2.3 Farmakokinetik Obat Piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit
terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat.
Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan
piridoksal (Dewoto 2007). 2.4 Indikasi Pencegahan dan pengobatan
defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai
multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B
kompleks. Indikasi lain adalah untuk mencegah dan mengobati
neuritis perifer oleh obat seperti INH, sikloserin, hidralazin,
penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau
meningkatkan ekskresinya melalui urin. Pemberian pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga
dibenarkan karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada
wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat
memperbaikin gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis, dan
stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap tiamin,
riboflavin, dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang
menyertai tegangan prahaid (pramesntrual tension). Indikasi lain
yaitu untuk anemia yang responsive terhadap piridoksin yang
biasanya sideroblastik dan Page 3 VITAMIN dan MINERAL mungkin
disebabkan kelainan genetik (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).
2.5 Posologi Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl
10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin HCl untuk
injeksi (Dewoto 2007).Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin 25-100
mg/hari Isoniazid therapy prophylaxis: 20-25 mg/hari Peripheral
neuritis: 50-200 mg/hari Maintenance Laki-laki: 2 mg/hari Wanita:
1,6 mg/hari Ibu hamil: 2,1 mg/hari Ibu menyusui: 2,2 mg/hari
Kategori dalam kehamilan A (C jika dosis melebihi RDA) Kondisi
kekurangan Page 4 VITAMIN dan MINERAL Neuritis, kejang, dermatitis,
anemia, lymphopenia Efek samping Nyeri kepala, mual, somnolen;
dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik (paresthesia, unstable
gait, clumsiness of hands)Vitamin C Vitamin C atau asam askorbat
merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C bekerja sebagai
suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan
antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam
tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil
hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal
dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering (Dewoto
2007). Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran
berwarna hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam
metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen.
Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan
jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan
metabolisme asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak,
vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine.
Namun, serum level vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis
yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah apapun(Kamiensky,
Keogh 2006). Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain
untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35
mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak
95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit
infeksi, TB, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau
trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi (Kamiensky, Keogh
2006). Page 5 VITAMIN dan MINERAL
3.1 Farmakodinamik Obat Vitamin C berperan sebagai kofaktor
dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan
electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan
tereduksi; dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan.
Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan
lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada
sintesis kolagen. Perubahan asam folat menjadi asam folinat,
metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine menjadi
norepinefrin juga membutuhkan vitamin C. Asam askorbat
meningkatkkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam
pembentukan hormon oksitosin dan hormon diuretik. Vitamin C juga
meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion feri menjadi fero
di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan
steroid adrenal (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007). Fungsi utama
vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan
zat organik matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan
endotel kapiler. Peran vitamin C dalam sintesis kolagen selain pada
hidroksilasi prolin juga berperan pada stimulasi langsung sintesis
peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien
skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan luka,
gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler yang mengakibatkan
petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh
kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik
dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat perikapiler
sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan (Kamiensky, Keogh 2006;
Dewoto 2007). Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak
menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Namun pada keadaan
defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit
dengan cepat.
3.2 Farmakokinetik Obat Vitamin C mudah diabsorpsi melalui
saluran cerna.pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C
dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan trombosit
lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas
ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah
dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk
utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah
melewati ambang rangsang ginjal yaitu 1,4 mg% (Dewoto 2007).
Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya
tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat. Vitamin C dosis besar
dapat memberikan hasil false negative pada uji glikosuria
(enzymedip test) dan uji adanya darah pada feses pasien karsinoma
kolon. Hasil false positive dapat terjadi pada clinitest dan tes
glikosuria dengan larutan Benedict.
3.3 Indikasi Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan skorbut. Selain itu, vitamin C juga digunakan untuk
berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi
vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun,
efektivitasnya belum terbukti. Vitamin C yang mempunyai sifat
reduktor digunakan untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik
meskipun kurang efektif dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin
C tidak mengurangi insidens common cold tetapi dapat mengurangi
berat sakit dan lama masa sakit (Dewoto 2007). 3.4 Posologi Vitamin
C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang
mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan
sediaan multivitamin mengandung vitamin C. Sediaan suntik
mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk
mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk
terapi menggantikan sediaan vitamin C (Kamiensky, Keogh 2006;
Dewoto 2007). Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan
dalam bentuk tablet dan bubuk unutk penggunaan per oral.Dosis
Terapi untuk Kekurangan Vitamin C Dewasa: per hari 50-100 mg.
defisiensi berat, PO:IM:IV: 150-500 mg/hari dalam 1-2 dosis
terbagi. 500-6000 mg/hari untuk terapi ISPA, kanker, atau
hiperkolesterolemia Maintenance 45-60 mg/hari Kategori dalam
kehamilan C Kondisi kekurangan Cegah dan atasi defisiensi vitamin C
(Scurvy); meningkatkan penyembuhan luka; untuk luka bakar; krisis
sel sickle; deep vein thrombosis; terapi megavitamin (dosis massif)
tidak direkomnedasikan karena dapat menyebabkan toksisitas. Efek
samping Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar,
muntah, diare. Vitamin C dengan aspirin atau sulfonamide dapat
menyebabkan pembentukan Kristal di urin (Crystalluria); dapat
memberikan hasil false negative adanya darah pada uji feses dan
false positive glikosuria jika diperiksa dengan ClinitestVitamin E
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak dan dapat
melindungi jantung, arteri, dan komponen selular untuk tetap
melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Jika
terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak,
vitamin E diabsorpsi di saluran pencernaan dan disimpan di seluruh
jaringan, terutama liver, otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh
lima persen dari jumlah vitamin E diekskresi di empedu dan sisanya
melalui urin (Kamiensky, Keogh 2006). Delapan jenis tokoferol alam
mempunyai aktivias vitamin E. RRR--tokoferol (dahulu disebut
d--tokoferol) merupakan bentuk paling penting karena merupakan 90%
dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik
paling besar (Dewoto 2007). Sumber makanan yang banyak mengandung
vitamin E antara lain sereal gandum utuh, minyak sayuran, daun
bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut
U.S RDA yaitu pada pria sebanyak 10 mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak
8 mg/hari; 12 IU, pada kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari.
Kebutuhan vitamin A pada orang Indonesia belum diketahui akan
tetapi diperkirakan sama dengan rekomendasi U.S RDA (Kamiensky,
Keogh 2006; Dewoto 2007).
4.1 Farmakodinamik Obat Vitamin E berperan sebagai antioksidan
dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikal
Page 8 VITAMIN dan MINERAL bebas. Vitamin E melindungi asam lemak
tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil bereaksi 1000
kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak
jenuh dan membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya
berinteraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang
akan membentuk kembali tokoferol. Vitamin E juga penting untuk
melindungi membrane sel darah merah yang kaya asam lemak tak jenuh
ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin ini berperan dalam
melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam sirkulasi. LDL
teroksidasi ini memegang peranan penting dalam menyebabkan
aterosklerosis. Selain efek antioksidan, vitamin E juga berperan
mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan
vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi
lekosit. Vitamin E juga melindungi -karoten dari oksidasi (Dewoto
2007).
4.2 Farmakokinetik Obat Vitamin E diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin E dalam darah
dan mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat
bervariasi diantara individu normal, dan berfluktuasi tergantung
kadar lipid. Rasio vitamin E terhadap lipid total dalam plasma
digunakan untuk memperkirakan status vitamin E. Nilai di bawah 0,8
mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umumnya kadar tokoferol
plasma lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan absorpsi lemak
pada usus halus daripada ada tidaknya penyakit. Vitamin E sukar
melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir hanya mempunyai
kadar tokoferol plasma kurang lebih seperlima dari kadar tokoferol
plasma ibunya. ASI mengandung -tokoferol yang cukup bagi bayi.
Ekskresi vitamin sebagian besar dilakukan dalam empedu secara
lambat dan sisanya diekskresi melalui urin sebagai glukoronida dari
asam tokoferonat atau metabolit lain (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto
2007).
4.3 Indikasi Pemberian vitamin E hanya diindikasikan pada
keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar serum yang rendah
dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen
peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien
dengan sindrom malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan
gangguan absorpsi lemak. Penggunaan vitamin E untuk penyakit yang
mirip dengan keadaan yang timbul akibat defisiensi vitamin E
seperti distrofia otot, abortus habitualis, sterilitas, dan toxemia
gravidarum hasilnya mengecewakan (Dewoto 2007).
4.4 Posologi Vitamin E tersedia dalam sediaan per oral dan
parenteral
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin Malabsorpsi: 30-100
mg/hari Defisit berat: 1-2 mg/KgBB/hari atau 50-200 IU/kgBB/hari
Page 9 VITAMIN dan MINERAL Maintenance Laki-laki: 10 mg/hari; 15 IU
Wanita: 8 mg/hari; 12 IU Ibu hamil: 10-12 mg/hari Kategori dalam
kehamilan A (C jika dosis melebihi RDA) Kondisi kekurangan Lisis
sel darah merah Efek samping Tidak signifikanMineral Mix Mineral
mix merupakan salah satu komponen dalam pembuatan Rehydration
Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO (Formula 75 dan
100 ) yang digunakan dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk untuk
memenuhi kekurangan zat gizi mikro pada pada anak gizi buruk .
Sasaran penguna mineral mix adalah anak gizi buruk klinis dan atau
antropometri (BB/TB < -3 SD) dan anak gizi buruk paska perawatan
(Siswono 2010). Tiap kemasan/ sachet mineral mix mengandung zat
aktif KCl, Tripotasium Citrat, Magnesium Clorida, Zn asetat dan
Cuprum sulfat. ReSoMal adalah cairan yang diberikan kepada anak
gizi buruk yang menderita diare dan atau dehidrasi. Formula WHO
adalah formula yang diberikan pada anak Page 15 VITAMIN dan MINERAL
penderita gizi buruk. Mineral mix dalam bentuk sachet sudah
tersedia di Kementerian Kesehatan dan menjadi pedoman tatalaksana
anak gizi buruk di Indonesia (Soekandar AW, et al 2008).Nutrisi
ParenteralNutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi
yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaaan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan
apabila usus tidak dipakai karena suatu hal, misalnya: malformasi
kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress
respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus
dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000).Tunjangan nutrisi
parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi
dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk memberikan nutrisi
enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi
parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien
dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral
secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan
lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap
factor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang
paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN)
melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000).Berdasarkan
cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas :1.Nutrisi parenteral
sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) : Merupakan pemberian
nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi sepenuhannya
melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak
dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang
mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang
mengandung lemak seperti intralipid2.Nutrisi parenteral perifer (
untuk nutrisi Parenteral Parsial ) : Merupakan pemberian sebagian
kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi
harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang
biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam
aminoIndikasi Nutrisi Parenteral :a. Gangguan absorbs makanan
seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis
infeksiosa, obstruksi usus halus.b. Kondisi dimana usus harus
diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre operatif
dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare
berulang.c.Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang
berkepanjangan.d. Makan, muntah terus menerus, gangguan
hemodinamik, hiperemisis gravidarum (Wiryana, 2007).PENGGOLONGAN
VAKSIN1.Berdasarkan asal antigen
a.Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live
attenuated)
1)Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
2)Bakteri : BCG
b.Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
1)Seluruh partikel diambil:
Virus :IPV (Inactivated Polio Vaccine), Rabies
Bakteri: Pertusis
2)Sebagian partikel diambil:
a)Berdasarkan protein:
Sub Unit : Aseluler Pertusis
Toxoid: DT
b)Berdasarkan Polisakarida
Murni: Meningicocal
Gabungan : Hib (Haemofilus Influenza type B)
c)Rekombinan (rekayasa genetika): Hepatitis B
2.Berdasarkan Sensifitas terhadap suhu
Vaksin sensitive suhu beku, yaitu golongan vaksin yang akan
rusak terhadap suhu dingin di bawah 0oC, seperti: Hepatitis B,
DPT/HB, DT, TT
Vaksin sensitife Panas, yaitu golongan vaksin yang akan rusak
terhadap paparan panas yang berlebihan, seperti, Polio, Campak, dan
BCG
B.JENIS VAKSIN1.Vaksin BCG KeringDeskripsiVaksin ini adalah
vaksin bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang sudah dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin = BCG) dari strain
Paris No. 1173-P2.
IndikasiUntuk Imunisasi aktif terhadap tuberkulosa.
KomposisiSetelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut,tiap ml vaksin
mengandung:
Basil BCG hidup0,375 mg
Natrium Glutamat1,875 mg
Natrium klorida9 mg
Dosis dan Cara PemberianTambahkan pelarut ke dalam ampul berisi
vaksin BCG beku kering dengan alat suntik yang steril dan kering
dan jarum yang panjang. Untuk bayi ( 1 tahun) tambahkan 4 ml
pelarut danuntuk anaktambahkan 2 ml pelarut.
Disuntikkan secara intrakutan di daerah insertion M.
Deltoideus.
Dengan dosis:
Bayi 1 tahun: 0,05 ml
Anak > 1 tahun: 0,1 ml
Efek SampingImunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam. Satu hingga dua minggu kemudian timbul indurasi
dan eriterna di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi ulkus. Luka ini tidak memerlukan pengobatan,
akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak
dan/atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan akan
menghilang dengan sendirinya. Sekalipun sangat jarang, karena dosis
berlebihan atau suntikan terlalu dalam (subkutan) pada bayi < 1
tahun kadang-kadang dapat terjadi limfadenitis supurativa. Proses
ini bersifat tenang dan akan sembuh spontan sekalipun tanpa
pengobatan.
KontraindikasiAdanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti
eksim, furunkulosis dan sebagainya, serta orang yang sedang
menderita TBC.
Penyimpanan dan DaluarsaVaksin harus disimpan pada suhu 2o-8oC.
Lebih baik dalam freezer. Pengangkutan dalam keadaan dingin
(2o-8oC) dan terhindar dari sinar matahari langsung/tidak
langsung
Daluarsa :1 tahun
Vaksin yang sudah dilarutkan:
1.Harus dipakai dalam waktu 3 jam, dan selama waktu tersebut,
vaksin harus dalam keadaan dingin (2o-8oC, jangan disimpan di dalam
freezer)
2.Setelah 3 jam, bila ada sisa jangan dipakai lagi.
KemasanVaksin BCG kering beku ini tersedia dalam kemasan ampul
dengan 4 ml pelarut dalam ampul.
2.Vaksin Jerap Difteri TetanusDeskripsiVaksin DT adalah vaksin
yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan
yang teradsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium fosfat.Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen vaksin per dosis
sedikitnya 30 IU (International Unit) untuk potensi toksoid Difteri
dan sedikitnya 40 IU untuk potensitoksoid Tetanus.
IndikasiUntuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri dan
tetanus.
KomposisiTiap ml mengandung:
Toksoid Difteri yang dimurnikan40 Lf.
Toksoid tetanus yang dimurnika15 Lf.
Aluminium fosfat3 mg
Thimerosal0,1 mg
Dosis dan Cara PemberianVaksin harus dikocok dulu sebelum
digunakan untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan
secara intra muskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan
syringe yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan. Vaksin
DT dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk individu usia
8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin jerap Td.
Vaksin DT lebih dianjurkan untuk diberikan pada usia anak-anak
daripada vaksin DTP jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen
pertusis. Untuk anak-anak sedikitnya 3 kali penyuntikan secara
intramuskuler dengan dosis 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Vaksin
DT dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin BCG, Campak,
Rubella, Mumps, Polio (OPV dan IPV), Hepatisis B, Hib, dan Yellow
Fever.
Efek SampingGejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala
demam.
KontraindikasiDosis kedua atau selanjutnya dari vaksin DT jangan
diberikan pada anak yang menderita gejala-gejala berat setelah
pemberian dosis sebelumnya. Seseorang yang terinfeksi dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) baik tanpa gejala maupun dengan
gejala, imunisasi DT harus berdasarkan jadual standar tertentu.
Penyimpanan dan DaluarsaVaksin DT harus disimpan dan
ditransportasikan pada kondisi suhu 2o-8oC, tidak boleh
dibekukan.
Daluarsa : 2 tahun
KemasanVaksin DT tersedia dalam vial 10 dosis
3.Vaksin Jerap Difteri Tetanus PertusisDeskripsiVaksin DTP
adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal
sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri, dan 60 IU tetanus.
IndikasiUntuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri,
tetanus dab batuk rejam.
KomposisiTiap ml mengandung:
Toksoid difteri yang dimurnikan40 Lf.
Toksoid tetanus yang dimurnikan15 Lf.
C.Pertussis yang diinaktivasi24 OU
Aluminium fosfat3 mg
Thimerosal0,1 mg
Dosis dan Cara PemberianVaksin harus dikocok dulu untuk
menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan secara
intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral
paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat
penyuntikan. (Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak
direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak
boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi local.
Satu dosis adalah o,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan
jarum suntik dan syringe yang steril.
Di Negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi
muda, imunisasi DTP harus mulai sesegera mungkin dengan dosis
petama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya
diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat
diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan
vaksinasi BCG, Campak, Polio, Hepatitis B, Hib, dan vaksin Yellow
Fever.
Efek SampingTerjadinya gejala-gejala yang bersifat sementara
seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang
terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan
meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Menurut
dugaan komplikasi neurologis yang disebabkan oleh komponen pertusis
sangat jarang terjadi, observasi yang telah dilakukan menunjukkan
gejala ini jarang terjadi jika dibandingkan dengan gejala-gejala
lain yang ditimbulkan oleh imunisasi DTP.
KontraindikasiTerdapat beberapa kontra indikasi yang berkaitan
dengan suntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada
periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada
saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi
DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami
gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP. Komponen pertussis
harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan
imunisasi ini. Untuk individu penderita HIV baik dengan gejala
maupun tanpa gejala harus diberi imunisasi DTP sesuai dengan
standar jadual tertentu.
Penyimpanan dan DaluarsaVaksin DTP harus disimpan dan
ditransportasikan pada suhu 2oC-8oC tidak boleh dibekukan
Daluarsa : 2 tahun
KemasanVaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis
4.Vaksin Jerap TetanusDeskripsiVaksin TT adalah vaksin yang
mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang teradsorbsi
ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi
sedikitnya 40 IU. Vaksin TT Digunakan untuk pencegahan tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan
juga untuk pencegahan tetanus.
IndikasiUntuk imunisasi aktif terhadap tetanus
KomposisiTiap ml mengandung:
Toksoid tetanus yang dimurnikan20Lf.
Aluminium fosfat3mg
Thimerosal0,1 mg
Dosis dan Cara PemberianVaksin harus dikocok dulu sebelum
digunakan untuk menghomogenkan suspense. Vaksin harus disuntikkan
secara intramuskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan
syringe yang streil harus digunakan pada setiap penyuntikan.
Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal
terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara
intramuskuler atau subkutan yang dalam dengan interval 4 minggu
yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6 12 bulan berikutnya.
Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia
subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat
diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan
1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman
diberikan selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester
pertama.
Efek SampingEfek samping jarang terjadi dan bersifat ringan.
Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Imunisasi
TT aman diberikan selama periode kehamilan.
KontraindikasiGejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi
Individu yang terinfeksi oleh virus HIV baik yang tanpa gejala
maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan standar jadual
tertentu.
Penyimpanan dan DaluarsaVaksin TT harus disimpan dan
ditransportasikan pada kondisi suhu 2oC-8oC. Tidak boleh
dibekkan
Daluarsa : 2 tahun
KemasanVaksin TT tersedia dalam vial 10 dosis dan 20 dosis
5.Vaksin Tetanus Toksoid-UnijectVaksin TT adalah vaksin yang
mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan yang teradsorbsi
ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi
sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan
juga untuk pencegahan tetanus.
IndikasiUntuk Imunisasi aktif terhadap tetanus
KomposisiTiap ml mengandung:
Toksoid tetanus yang dimurnikan20Lf.
Aluminium fosfat3mg
Thimerosal0,1mg
Dosis dan Cara PemberianVaksin harus disuntikkan secara
intramuskuler atau subkutan yang dalam. Jarum suntik dan syringe
yang steril harus digunakan pada setiap penyuntikan.
Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/tetanus neonatal
terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara
intramuskuler atau subkutan yang dalam dengan interval 4 minggu
yang dilanjutkan dengan dosis ketiga pada 6 12 bulan berikutnya.
Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia
subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis keempat
diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan
1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat secara aman
diberikan selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester
pertama.
Efek SampingEfek samping jarang terjadi dan bersifat ringan.
Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. Imunisasi
TT aman diberikan selama periode kehamilan.
KontraindikasiGejala-gejala berat karena dosis pertama TT. Bagi
Individu yang terinfeksi oleh virus HIV baik yang tanpa gejala
maupun dengan gejala, imunisasi TT harus berdasarkan standar jadual
tertentu.
Penyimpanan dan DaluarsaVaksin TT harus disimpan dan
ditransportasikan pada kondisi suhu 2oC-8oC. Tidak boleh
dibekkan
Daluarsa : 2 tahun
KemasanVaksin TT tersedia dalam Uniject 0,5 ml
6.Vaksin Polio OralDeskripsiVaksin oral polio hidup adalah
vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi
viruspoliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah
dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa. Vaksin oral polio ini telah memenuhi
persyaratan WHO. (WHO-TRS:800,1990)
IndikasiImunisasi aktif terhadap poliomyelitis
KomposisiTiap dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus polio
tidak kurang dari:
Tipe1: 106,0CCID50Tipe2: 105,0CCID50Tipe3: 105,8CCID50Dosis dan
Cara PemberianVaksin polio harus diberikan secara oral sebanyak 2
tetes langsung ke dalam mulut melalui pipet atau dispenser. Harus
dijaga jangan sampai vaksin dalam dropper multi dose terkontaminasi
oleh air liur.
Bayi harus menerima minimal 3 dosis OPV dengan interval minimum
4 minggu. Di daerah non endemic, dosis pertama diberikan mulai usia
6 minggu bersamaan dengan dosis pertama DTP. Di daerah endemic,
diperlukan dosis ekstra yang diberikan segera setelah bayi
dilahirkan. OPV tetap aman dan efektif jika diberikan pada waktu
bersamaan dengan pemberian vaksin Campak, DTP, DT, Td, TT, BCG,
Hepatitis B dan Yellow Fever.
Efek SampingPada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek
samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang
terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000: Bull WHO 66: 1988).
Kontra IndikasiVaksin jangan diberikan pada individu yang
menderita immune deficiency. Tidak ada efek yang berbahaya yang
timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika
ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan
dapat diberikan setelah sembuh. Bayi yang mengidap HIV baik yang
tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV dilakukan
berdasarkan jadual standar tertentu.
Vaksin Hepatisis B RekombinanDeskripsiVaksin Hepatisis B
Rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non-infectious,
berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin ini
merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan sel
ragi yang mengandung gen HBsAg, yang dimurnikan dan diinaktivasi
melalui beberapa tahap proses fisika kimia seperti ultrasentrifuse,
kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.IndikasiUntuk
imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus lain
seperti virus Hepatisis A, Hepatisis C atau virus lain yang
diketahui dapat menginfeksi hati. Dapat diberikan pada semua usia
dan direkomendasikan terutama untuk orang-orang yang mempunyai
resiko tinggi terinfeksi virus Hepatisis B, seperti: petugas
kesehatan, pasien transfusi darah, petugas lembaga permasyarakatan,
penyalahgunaan obat suntik, dan sebagainya.KomposisiSetiap 1 ml
vaksin mengandung HBsAg 20 mcg yang teradsorbsi pada Aluminium
hidroksida 0,5 mg.Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HBsAg 10 mcg yang
teradsorbsi pada Aluminium hidrosida 0,25 mg.Seluruh formulasi
mengandung Thimerosal 0,01 w/v% sebagai pengawet.Dosis dan Cara
PemberianVaksin Hepatisis B disuntikkan secara intramuskuler,
jangan disuntikkan secara intravena atau intradermal.Dosis untuk
dewasa ( 10 tahun) 1,0 ml. Sedangkan dosis untuk bayi/anak ( 1
tahun sebaiknya disuntikkan pada otot deltoid, sedangkan pada bayi
sebaiknya pada anterolateral paha. Vaksin Hepatisis B rekombinan
dapat diberikan secara subkutan khusus pada pasien yang mempunyai
kecendrungan perdarahan berat (seperti hemofilia).Vaksin harus
dikocok dahulu sebelum digunakan.Vaksinasi dasar terdiri dari 3
dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan. Vaksinasi ulang
diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.Vaksin Hepatisis
B Rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatisis B
immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat
diberikan bersama-sama dengan vaksin DTP, OPV dengan menggunakan
jarum suntik dan lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan
mengganggu respon imun terhadap vaksin-vaksin tersebut.Efek
SampingReaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dam pembengkakan
di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah 2 hari. Keluhan sistemik seperti demam,
sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum dapat dibuktikan
disebabkan oleh pemberian vaksin.KontraindikasiHipersensitif
terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin Hepatisis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada
penderita infeksi berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi
dapat diberikan kepada penderita infeksi ringan.Penyimpanan dan
DaluarsaVaksin harus disimpan pada suhu 2o-8oC.Daluarsa : 26
bulanPeringatan dan Perhatian Efek antigen terhadap janin belum
diketahui dan karena itu vaksinasi terhadap wanita hamil tidak
direkomendasikan, kecuali pada keadaan resiko tinggi. Epinephrine
sebaiknya selalu tersedia untuk penanganan reaksi anafilaktik
Mengingat masa inkubasi virus Hepatisis B panjang, ada kemungkinan
terjadi infeksi yang tidak diketahui pada saat vaksinasi. Jangan
diberikan pada daerah gluteal atau intra-dermal, karena tidak akan
memberikan respon imun yang optimal, dan jangan diberikan secara
intravena. Pada pasien dialysis dan orang yang mempunyai kelemahan
system imun, respon antibody mungkin tidak cukup setelah vaksinasi
dasar, karena itu perlu diberikan vaksinasi ulang.Narkoba atau
NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /
psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam
NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkanketergantungan.Narkotika terdiri dari 3
golongan :
1.Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2.Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin,
Petidin.
3.Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codein.
PSIKOTROPIKA :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1.Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Ekstasi.
2.Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3.Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4.Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
ZAT ADIKTIF LAINNYA :Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah :
bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan
Psikotropika, meliputi :
1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian
dari kehidupan manusia sehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 20 % ( Berbagai minuman anggur
)
c. Golongan C : kadar etanol 20 45 % ( Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker ).
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut )
mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin.
Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,
Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi
bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari
NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1.Golongan Depresan ( Downer ).Adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan
diri. Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative (
penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas
).
2.Golongan Stimulan ( Upper ).Adalah jenis NAPZA yang merangsang
fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat
pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh:
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3.Golongan Halusinogen.Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan
efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan
seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh
persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).
II. PENYALAHGUNAAN NAPZA :Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA
yang sering disalahgunakan adalah :
1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :a.Opioda alamiah ( Opiat
) : Morfin, Opium, Codein.
b.Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
c.Opioda sintetik : Metadon.
Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak
murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan
proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali
melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400
kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat
yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat
kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan
perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada
taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak
mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk
dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi
musuh.
2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih
mudah larutNama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet,
snow / salju.Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang
permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot
seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau.
Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada
sekitar lubang hidung bagian dalam.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan
nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa
sakit dan lelah.
3. KANABIS :
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass,
bhang.
Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa
lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ), sering
berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi,
sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.
4. AMPHETAMINE :
Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan
juga tablet.Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang
berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada 2 jenis Amphetamine :
a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )Nama jalanan : Inex,
xtc.Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.b. Metamphetamine
iceNama jalanan : SHABU, SS, ice.
Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan
asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
dirancang khusus ( boong ).
5. LSD ( Lysergic Acid ).
Termasuk dalam golongan halusinogen.
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak
kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar.
Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan
bereaksi setelah 30 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 12
jam.
Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga
timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama
lama menjadikan penggunaanya paranoid.
6. SEDATIF HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN ) :
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika (
obat tidur ).Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG,
Rohyp.Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan
lewat anus.Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien
yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat
tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya :
Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning,
Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba coba oleh anak di bawah
umur, pada golongan yang kurang mampu.
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi
ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.
8. ALKOHOL :
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusiaDiperoleh
dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi umbian yang
mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu
dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang
lebih tinggi, bahkan 100 %.
Nama jalanan : booze, drink.Efek yang ditimbulkan : euphoria,
bahkan penurunan kesadaran
https://zenc.wordpress.com/2007/06/13/napza-narkotika-psikotropika-dan-zat-aditif/http://dwidayadarma.com/pengenalan-vaksin.htmlhttp://skp.unair.ac.id/repository/web-pdf/web_VITAMIN__dan_MINERAL_RATIH_KUMALA_SARI.pdf