PowerPoint Presentation
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN
PROFESINYA(Studi Kasus: RS Setia Mitra Cilandak Jakarta
Selatan)Analisis KasusTugas UAS Hukum dan Etika Oleh : Yohannes
Febru NainggolanNPM. 1406522046Pembimbing : Prof. dr. Anhari
Achadi, SKM, Sc.DB. Yudarini Hayarita P., SH, M.KesFAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH
SAKITJAKARTA2015
Latar BelakangPENDAHULUANKESEHATANSARANA KESEHATANTENAGA
KESEHATANRS, PUSKESMAS, KLINIK, PRAKTIK PERORANGANDOKTER, BIDAN,
PERAWATHAK MANUSIA
Latar BelakangPENDAHULUANPASIENSARANA KESEHATANTENAGA
KESEHATANRS, PUSKESMAS, KLINIK, PRAKTIK PERORANGANDOKTER, BIDAN,
PERAWATSUBYEK DALAM PRAKTEK KESEHATAN
Latar BelakangPENDAHULUANPASIENRUMAH SAKITDOKTERMENGIKAT
DIRIMENGIKAT DIRIPERJANJIAN TERAPEUTIKSAKITINGIN MEMERIKSA
DIRI(Nasution, 2005)
Latar BelakangPENDAHULUANPASIENDOKTERPERJANJIAN
TERAPEUTIKSAKITINGIN MEMERIKSA DIRI(Alfiansyah, 2013)MENGANALISIS
PENYAKITMERENCANAKAN PENGOBATANMERENCANAKAN PERAWATANMERENCANAKAN
TINDAKAN MEDISMENGISI REKAM MEDISINFORMED CONSENT
Kasus Rumah SakitPENDAHULUANSeorang pria berusia 51 tahun di
Pondok Indah, Jakarta Selatan diduga menjadi korban malpraktek
hingga meninggal dunia. Keluarga pria bernama Hisar Pandapotan
Sitompul ini pun melaporkan dugaan tersebut ke Polda Metro Jaya.
Pengacara keluarga Hisar, Anthony Siagian mengatakan Hisar diduga
meninggal karena ada kesalahan prosedur saat dia dirawat di Rumah
Sakit Setia Mitra, Cilandak Jakarta Selatan. "Dia tidak segera
ditangani saat harus menjalani HD (hemodialisa atau cuci darah
akibat gagal ginjal," kata dia kepada Tempo Sabtu 17 Januari
2015.
Kasus Rumah SakitPENDAHULUANPasien masuk ke rumah sakit tersebut
pada Ahad pagi 21 Desember 2014 lalu. Keluhannya adalah sesak napas
sejak hari Sabtu. Pasien pun dimasukkan ke Instalasi Gawat Darurat
dan berada di sana hingga siang hari. Di sana, pasien hanya
mendapat pertolongan berupa pemberian lima ampul Furosemide untuk
mengeluarkan cairan dari paru-parunya melalui air seni. "Namun
pasien tak mengalami perubahan," kata dia.
Kasus Rumah SakitPENDAHULUAN Akhirnya, dokter jaga IGD yang
tugas saat itu memindahkan pasien ke ruang rawat inap. "Kami duga
itu atas intruksi dokter yang bertanggungjawab atas pasien," kata
Anthony. Dokter yang dimaksud adalah Dokter Imam Effendi.
Kasus Rumah SakitPENDAHULUANMenurut Anthony, jika melihat
kondisi pasien yang masih sesak napas meski telah diberi obat,
seharusnya pasien bisa langsung menjalani cuci darah agar cairan
yang mengisi paru-parunya bisa ditarik. Karena, sejak bulan
November 2014 lalu, pasien memang diwajibkan melakukan cuci darah
satu minggu dua kali seumur hidup atas gagal ginjal yang
dideritanya.
Kasus Rumah SakitPENDAHULUAN Namun, hingga malam harinya, dokter
di rumah sakit tak memberi pertolongan lain selain menambahkan
beberapa ampul Furosemide. Keluarga mempertanyakan apakah tidak
bisa dilakukan cuci darah malam ini yang dijawab oleh dokter jaga
yang memeriksa bahwa tidak bisa dilakukan. "Keluarga diminta
menunggu kedatangan dokter yang bertanggungjawab besok pagi untuk
tindakan selanjutnya," kata dia. Sepanjang malam itu, pasien tak
bisa tidur karena sesak napas.
Kasus Rumah SakitPENDAHULUANKeesokannya, dokter Imam memutuskan
untuk melakukan cuci darah. Namun tindakan itu tak segera dilakukan
dengan bermacam alasan. Sampai sekitar pukul 10.55 WIB Senin 22
Desember 2014, pasien dinyatakan meninggal tanpa sempat menjalani
cuci darah. "Pasien meninggal karena paru-parunya tergenang
cairan," kata Anthony.
Kasus Rumah SakitPENDAHULUAN Atas kejadian itu, keluarga merasa
ada kelalaian dan pelanggaran disiplin dokter sampai menyebabkan
pasien meninggal. Keluarga telah beraudiensi dengan pihak rumah
sakit pada 8 Januari 2015 lalu namun rumah sakit merasa telah
melakukan pertolongan sesuai prosedur. "Karenanya kami tempuh jalur
hukum," katanya.
Kasus ini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya kemarin dengan
dugaan pelanggaran Pasal 361 KUHP dan Pasal 51 dan 52 Undang-undang
Kedokteran. "Kami melaporkan dokter Imam selaku dokter yang
bertanggungjawab," kata Anthony (Chairunnisa, 2015). Kasus Rumah
SakitPENDAHULUAN
FaktaPENDAHULUANPELAKU : dr. IMAM EFFENDI, Sp.PD-KGHKORBAN :
HISAR PANDAPOTAN SITOMPULPENYAKIT: GAGAL GINJAL DAN HEMODIALISIS
(CUCI DARAH)KASUS HUKUM: DUGAAN SALAH PROSEDURHARI/TANGGAL MASUK:
MINGGU/21 DESEMBER 2014HARI/TANGGAL MENINGGAL: SENIN/22 DESEMBER
2014
KRONOLOGIS: PASIEN MASUK DENGAN KELUHAN SESAK NAPAS MASUK KE IGD
RS SETIA MITRA CILANDAK JAKARTA SELATAN DAN TELAH DIBERI PENGOBATAN
INJEKSI FUROSEMIDE 5 AMPUL UNTUK MENGELUARKAN CAIRAN DARI PARU-PARU
MELALUI AIR SENI HARI SENIN PAGI DOKTER IMAM MEMUTUSKAN UNTUK
MELAKUKAN CUCI DARAH TAPI SEBELUM CUCI DARAH PASIEN MENINGGAL DUNIA
PADA PUKUL 10.55 WIB
DUGAAN PELANGGARAN: PASAL 361 KUHP DAN PASAL 51 DAN 52
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
Isu PermasalahanPENDAHULUANApakah perbuatan dokter Imam Effendi
bertentangan atau melanggar hukum?
Apakah dokter Imam Effendi dapat dimintai pertanggungjawaban
hukum pidana (pasal 361 KUHP dan pasal 51 dan 52 UUPK) dalam hal
meninggalnya pasien bernama Hisar Pandapotan Sitompul?
Apakah klausul dapat dibatalkan demi hukum?
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanUndang-Undang No. 36 Tahun 2009
Tentang KesehatanUndang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
SakitUndang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 44 ayat (1)Setiap tenaga
kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STRPasal 46 ayat
(1), ayat (2), ayat (3)Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan
praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.Izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.SIP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat tenaga kesehatan menjalankan praktiknya.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 57Tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktiknya berhak :Memperoleh pelindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional;Memperoleh
informasi lengkap dan benar dari penerima pelayanan kesehatan atau
keluarganya;Menerima imbalan jasa;Memperoleh pelindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai
agama;Mendapat kesempatan untuk mengembangkan profesinya;Menolak
keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang
bertentangan dengan standar profesi, kode etik, standar pelayanan,
standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; danMemperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 58Tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik wajib :Memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur
operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan penerima
pelayanan kesehatan;Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan
kesehatan atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan;Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan
kesehatan;Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; danMerujuk
penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.Kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf d hanya
berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 61Dalam menjalankan praktik,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada penerima
pelayanan kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk
kepentingan penerima pelayanan kesehatan dengan tidak menjanjikan
hasil.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 62 ayat (1)Tenaga kesehatan
dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan kewenangan
yang didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 66 ayat (1)Setiap tenaga
kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur
operasional.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 75Tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik berhak mendapatkan pelindungan hukum sesuai
dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga KesehatanPasal 78 Dalam hal Tenaga Kesehatan
diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan,
perselisihan yang timbul akibat kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian sengketa di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2009 Tentang KesehatanPasal 23 Tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.Kewenangan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2009 Tentang KesehatanPasal 29Dalam hal tenaga kesehatan diduga
melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 36 Tahun
2009 Tentang KesehatanPasal 58 Setiap orang berhak menuntut ganti
rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya. Tuntutan ganti rugi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.Ketentuan
mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah SakitPasal 13Tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran di Rumah Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Tenaga kesehatan
tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Setiap tenaga
kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien. Ketentuan mengenai tenaga medis
dan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah SakitPasal 29 ayat (1) point b dan point g
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban :b) memberi pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit g) membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani
pasien.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah SakitPasal 45 ayat (2)Rumah Sakit tidak dapat
dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa
manusia. Pasal 46Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktek Kedokteran Pasal 29 Setiap dokter dan dokter
gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki
surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter
gigi. Pasal 36Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktek Kedokteran Pasal 50Dokter atau dokter gigi
dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :Memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional. Memberikan
pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari
pasien atau keluarganya, dan Menerima imbalan jasa.
Peraturan yang berkaitanASPEK HUKUMUndang-Undang No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktek Kedokteran Pasal 51Dokter atau dokter gigi
dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban
:Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;Merujuk
pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan; Merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia; Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas
dan mampu melakukannya; Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum perdata;Tanggung
jawab secara hukum pidana.ASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum perdataPasal
1365 KHUPerdataTiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.
ASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum perdataPasal
1366 KHUPerdataSetiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas
kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas
kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya.ASPEK
HUKUM
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum perdataPasal
1367 KHUPerdataSeseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas
kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas
kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang
menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di
bawah pengawasannya. ASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum
pidanaKesengajaan (dolus) Pasal 281 KUHPDiancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah :barangsiapa dengan
sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;barangsiapa dengan sengaja
dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan
kehendaknya melanggar kesusilaan.ASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum
pidanaKesengajaan (dolus) Pasal 333 KUHPBarangsiapa dengan sengaja
dan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang, atau meneruskan
perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara
paling lama delapan tahun.Jika perbuatan itu mengakibatkan
luka-luka berat, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama Sembilan tahun.Jika mengakibatkan mati, diancam dengan
pidana penjara paling lama du belas tahun.Pidana yang ditentukan
dalam pasal ini diterapkan juga bagi orang yang dengan sengaja dan
melawan hukum memberi tempat untuk perampasan kemerdekaanASPEK
HUKUM
Tanggung Jawab HukumTanggung jawab secara hukum
pidanaKesengajaan (dolus) Pasal 338 KUHPBarangsiapa dengan sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.ASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumPasal 334 KUHPBarangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan seorang dirampas kemerdekaannya secara melawan hukum,
atau diteruskannya perampasan kemerdekaan yang demikian, diancam
dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak tiga ratus rupiah.Jika perbuatan itu mengakibatkan
luka-luka berat, maka yang bersalah diancam dengan pidana kurungan
paling lama Sembilan bulan.Jika mengakibatkan mati, diancam dengan
pidana kurungan paling lama satu tahun.Kelalaian/kealpaan (culpa)
Tanggung jawab secara hukum pidanaASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumPasal 359 KUHPBarangsiapa karena
kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling
lama satu tahun. Kelalaian/kealpaan (culpa) Tanggung jawab secara
hukum pidanaASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumPasal 360 KUHPBarangsiapa karena
kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat
luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.Barangsiapa
karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencariaan selama waktu tertentu, diancam
dengan pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda
paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.Kelalaian/kealpaan
(culpa) Tanggung jawab secara hukum pidanaASPEK HUKUM
Tanggung Jawab HukumPasal 361 KUHPJika keterangan yang
diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan
atau pencariaan, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencariaan dalam
mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusannya diumumkan. Kelalaian/kealpaan (culpa) Tanggung jawab
secara hukum pidanaASPEK HUKUM
Klausula (Perjanjian)PerjanjianAdalah Suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih (Pasal 1313 KUHPerdata). Syarat sahnya
PerjanjianKesepakatan mereka yang mengikat dirinyaKecakapan untuk
membuat suatu perikatan Suatu pokok persoalan tertentu Suatu sebab
yang tidak terlarang (Pasal 1320 KUHPerdata )ASPEK HUKUM
Klausula (Perjanjian)Syarat sahnya PerjanjianKesepakatan mereka
yang mengikat dirinyaAda lima cara terjadinya persesuaian
pernyataan kehendak, yaitu dengan :Bahasa yang sempurna dan
tertulis;Bahasa yang sempurna secara lisan;Bahasa yang tidak
sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan;Bahasa isyarat asal
dapat diterima oleh pihak lawannya;Diam dan membisu, tetapi asal
dipahami atau diterima pihak lawan. ASPEK HUKUM
Klausula (Perjanjian)Syarat sahnya PerjanjianKecakapan untuk
membuat suatu perikatan Orang yang tidak cakap untuk membuat suatu
perjanjian tertuang dalam pasal 1330 KUHPerdata, yaitu :Anak yang
belum dewasa;Orang yang ditaruh di bawah pengampuan;Perempuan yang
telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang dan pada
umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat
persetujuan tertentu.ASPEK HUKUM
Klausula (Perjanjian)Syarat sahnya PerjanjianSuatu pokok
persoalan tertentu Pada pasal 1234 KUHPerdata diterangkan bahwa
perikatan (perjanjian) ditujukan untuk memberi sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. ASPEK HUKUM
Klausula (Perjanjian)Syarat sahnya PerjanjianSuatu sebab yang
tidak terlarang Pada pasal 1337 KUHPerdata menerangkan bahwa suatu
sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang
atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan
ketertiban hukum. ASPEK HUKUM
Dalam memperoleh pelindungan hukum, seorang dokter harus
memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam hukum tersebut, yaituSTR
dan SIP Pasal 44 ayat (1) dan pasal 46 ayat (1), ayat (2), ayat (3)
Undang-undang nomor 36 tahun 2014Pasal 34 ayat (2) Undang-undang
nomor 36 tahun 2009Pasal 13 Undang-undang nomor 44 tahun 2009Pasal
29, pasal 36 dan pasal 37 ayat (1) Undang-undang nomor 29 tahun
2004Menjalankan prosedur rumah sakit dan standar profesiPasal 58
Undang-undang nomor 36 tahun 2014Pasal 66 ayat (1) Undang-undang
nomor 36 tahun 2014Pasal 13 Undang-undang nomor 36 tahun 2009Pasal
51 Undang-undang nomor 29 tahun 2004Wajib menjelaskan setiap
tindakan medis sesuai kebutuhan, keadaan medis, advis medis dari
penerima pelayanan kesehatan dan menuliskannya.Analisis Kasus
Menilik kasus diatas berdasarkan kronologis :Pasien masuk ke IGD
RS Setia Mitra Cilandak Jakarta Selatan Penanganan darurat yang
diberikan berupa obat suntikan furosemide sebanyak 5 ampul yang
bertujuan untuk mengeluarkan cairan yang diduga berada di
paru-paru.Terjadinya perjanjian terapeutik antara dokter dengan
pasien ketika pasien datang meminta pertolongan dokter di rumah
sakit Analisis Kasus
Menilik kasus diatas berdasarkan kronologis :Pasien masuk Ruang
Rawat Inap RS Setia Mitra Cilandak Jakarta Selatan Rumah Sakit
memberikan pelayanan sesuai dengan standar mutu pelayanan kesehatan
yang ada di rumah sakit tersebutPeralihan kewenangan tanggung jawab
pasien dari dokter jaga IGD kepada dokter spesialis yang
berkompeten.Dokter DPJP melakukan pemeriksaan terhadap
pasienAnalisis Kasus
Menilik kasus diatas berdasarkan kronologis :Penyelenggaraan
pelayanan hemodialisis (cuci darah) RS Setia Mitra Cilandak Jakarta
Selatan Adanya tindak lanjut dari DPJP dalam memutuskan tindakan
hemodialisis (cuci darah)Persyaratan sarana, prasarana dan
peralatan hemodialisis yang belum terpenuhiPemberian penjelasan
kepada keluarga pasien terhadap situasi dan keadaan
tersebutAnalisis Kasus
Menilik kasus diatas berdasarkan kronologis :Pasien meninggal
sebelum dilakukan tindakan hemodialisisTuntutan pertanggungjawaban
dokter DPJP secara hukum perdataDokter DPJP telah melakukan
prosedur sesuai dengan standar operasional prosedur RSKeluarga
pasien melakukan tuntutan pertanggungjawaban dokter DPJP secara
hukum pidanaAnalisis Kasus
Dalam memperoleh pelindungan hukum, seorang dokter harus
memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam hukum tersebut, yaituSTR
dan SIP Menjalankan prosedur rumah sakit dan standar profesiWajib
menjelaskan setiap tindakan medis sesuai kebutuhan, keadaan medis,
advis medis dari penerima pelayanan kesehatan dan
menuliskannya.Terjadinya perjanjian terapeutik antara dokter dengan
pasien ketika pasien datang meminta pertolongan dokter di rumah
sakit yang diatur pada pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).Kesimpulan
Rumah sakit dan tenaga kesehatan berkewajiban memberikan
pelayanan kegawatdaruratan kepada penerima pelayanan kesehatan yang
membutuhkan.Rumah sakit wajib memiliki standar dalam pelayanan
kesehatannya.Tenaga kesehatan wajib memberikan keterangan lengkap
mengenai keadaan pasien, tindakan medis yang dibutuhkan, keterangan
lain yang dibutuhkan pasien dan dibuktikan secara tertulis serta
disaksikan oleh perawat dan keluarga pasien.Kematian pasien tidak
dapat mengubah perjanjian yang telah dibuat semula berupa
perjanjian terapeutik.Kesimpulan
Dalam meminta pertanggungjawaban tenaga kesehatan atas
perbuatan-perbuatan harus diawali dengan pertanggungjawaban secara
hukum perdata.Pasien berhak meminta pertanggungjawaban tenaga
kesehatan secara pertanggungjawaban secara hukum pidana apabila
pertanggungjawaban secara hukum perdata tidak dihiraukan oleh
tenaga kesehatan dengan adanya pembuktian-pembuktian.
Kesimpulan
Alfiansyah, 2013. Tanggung Gugat Dokter atas Kesalahan Diagnosis
Pada Pelayanan Medis di Rumah Sakit (Studi Kasus di RSD Dr.
Soebandi Jember). Jurnal. Fakultas Hukum. Universitas
Brawijaya.Chairunnisa, 2015. Kisah Pasien Cuci Darah Meninggal di
Rumah Sakit.
http://www.tempo.co/read/news/2015/01/18/083635626/Kisah-Pasien-Cuci-Darah-Meninggal-di-Rumah-Sakit.
Diunduh tanggal 17 Mei 2015 jam 19.00 WIB.Hadi, 2013. Perlindungan
Hukum Terhadap Tenaga Kesehatan Dalam Melaksanakan Tugas dan
Profesinya. Jurnal Hukum. Universitas Mataram.Daftar Pustaka
Indrawati, Et.al, ---. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien
Sebagai Konsumen yang Mengalami Malpraktik Jasa Pelayanan Kesehatan
(Studi di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggata Kabupaten Kutai Timur).
Jurnal.
http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/354_JURNAL-INDRAWATI.pdf.
Diunduh tanggal 17 Mei 2015 jam 20.10 WIB.Nasution, 2005. Hukum
Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter. Jakarta: Rineka
Cipta.Panggabean, 2010. Keabsahan Perjanjian dengan Klausul Baku.
Jurnal Hukum. Nomor 4. Volume 17. Fakultas Hukum. Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya. Hal. 651-67.Poernomo, 1984. Azas-azas
Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.Daftar Pustaka
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan.Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.Republik Indonesia. Undang-undang
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.Republik Indonesia.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana.Republik Indonesia. Kitab
Undang-undang Hukum Perdata.Republik Indonesia. Permenkes Nomor
812/MENKES/PER/VII/2010 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.Daftar Pustaka
Ridwan, 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.Soegandhi, ---. Pengantar dan Seluk Beluk Hukum Kesehatan.
https://www.academia.edu/4979845/PENGANTAR_DAN_SELUK_BELUK_HUKUM_KESEHATAN.
Diunduh tanggal 17 Mei 2015 jam 19.56 WIB.Daftar Pustaka