-
Ketua: Yoseph Kandars (102010064) Sekertaris: Indra Febryan G.
(102010078)Anggota: Mardha Dhian H. (102010071) Ivani Yunita K.
(102010085) Raras Aftri W. (102010092) Paskalina (102010099) Lisa
(102010106) Monalisa (102010114) Liana Herdita S. (102010127)
-
Skenario IVSepasang suami istri, sudah 15 tahun berkeluarga
namun belum dikaruniai keturunan. Akibat situasi ini, suami-istri
bertengkar. Sang istri dituduh tidak bisa memberikan keturunan. Dan
hampir terancam cerai. Oleh pendeta, kedua suami istri ini dibina,
dan disarankan untuk mencari solusi terbaik untuk mengatasi situasi
mereka. Namun sang suami tetap bersikeras untuk bercerai. Orang tua
sang suami juga mendukung niat anak mereka, dengan mengatakan bahwa
: Apabila istrimu tidak bisa memberikan keturunan, ceraikan saja.
Sejak saat itu hubungan suami istri ini tidak harmonis. Sang suami
sering pulang malam-malam dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan
istri tidak lagi diberikan tunjangan hidup (gaji). Oleh pengadilan,
mereka telah dinyatakan bercerai.Menggambarkan hubungan yang tidak
erat lagi.
-
Perceraian
-
Konflik rumah tangga yang terjadi, telah melanggar nilai
iman.Pada kasus ini, terjadi pelanggaran terhadap unsur iman, yaitu
: Tidak adanya kepercayaan dan kesetiaan. Tidak adanya pendirian
kebenaran. Tanggapan terhadap panggilan dari AllahBuku yang
menujukkan harga sebuah kepercayaan dalam isinya.
-
Konflik rumah tangga tersebut, menyebabkan hilangnya nilai
kasih, yang terdapat dalam penggalan alkitab, yakni (1 Korintus 13
: 4-7), yang berbunyi :
Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia
tidak memegahkan diri, dan ia tidak sombong. Ia tidak melakukan
yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia
tidak pemarah dan menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka
cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala
sesuatu.
-
Konflik rumah tangga tersebut, juga telah melanggar nilai
tanggung jawab, yaitu : Setiap orang Kristen, atau kelompok Kristen
mempunyai tanggung jawab, sesuai dengan panggilan Kristen di dunia.
Tanggung jawab seorang Kristen, tertuju pada dirinya sendiri,
keluarganya, komunitas, masyarakat luas, dan Allah.
-
Konflik rumah tangga tersebut, juga telah melanggar nilai
kemandirian. Yaitu : Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan,
dan pelayanan kepada sesama. Ketaatan kepada Firman Tuhan.
Panggilan dan tanggung jawabnya sebagai umat Allah. Kebaikan dan
kasih kepada Allah, dan sesama.
Keputusan kita untuk berbagi kepada sesama, merupakan bentuk
kemandirian.
-
Konflik rumah tangga tersebut telah melanggar nilai pelayanan,
dan beberapa karakterisktiknya. Nilai pelayanan yang dilanggar,
yaitu : Sikap melayani, memperlakukan sesama manusia, sesuai dengan
harkatnya sebagai ciptaan Allah yang mulia. Tugas kita sebagai umat
Allah, adalah melayani bukan kepentingan diri sendiri, melainkan
kepentingan orang lain (Filipi 2 : 4)
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada sesama.
-
Karakteristiknya, antara lain adalah :Transparan, rendah hati,
jujur, tidak mementingkan diri sendiri, suka memberi, setia dan
rajin melayani orang lain, melupakan kesalahan orang lain, dan
memiliki pikiran Kristus.Sosok yang selalu memiliki pikiran
Kristus. Pasti memiliki jiwa pelayanan, dan semangat pelayanan yang
kuat.
-
Orang-orang yang menabur dengan mecucurkan air mata, akan menuai
dengan sorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis,
sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai, sambil
membawa berkas-berkasnya. (Mazmur 126 : 5-6) Intinya, dalam kasus
ini, hubungan keluarga tidak dipertahankan dengan usaha
keras.Seorang ibu yang sedang bekerja keras, untuk mencari nafkah
bagi keluarganya.
-
Hubungan tersebut, pada dasarnya harus dipertahankan. Sebab,
Tuhan mengajarkan kita untuk selalu hidup bersama pasangan
selamanya, hingga mau memisahkan.Dan pada kasus ini, sang suami
telah melanggar ajaran Tuhan tersebut. Perceraian bukanlah solusi
yang tepat. Masih ada cara lain untuk menyelesaikan masalah
tersebut.Pasangan ini bisa mengadopsi anak.Pasangan ini bisa
melakukan proses kehamilan dengan cara-cara terbarukan,
memanfaatkan kemajuan teknologi.
Dan bisa kita gambarkan, apakah selama 15 tahun tersebut,
pasangan tersebut intensif melakukan hubungan suami-istri atau
tidak. Kemudian, apakah sang suami melakukan hubungan suami-istri,
ketika istri sedang memasuki masa subur. Dari penjelasan, tidak
dijelaskan sang istri, atau sang suami memiliki kelainan.
Perceraian yang sangat tidak sesuai dengan ajaran-Nya.