Top Banner
TUGAS 1 SURVEI DAN PEMETAAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL (ESDM) OLEH : Nama : ANING PRASTIWI NRP : 3510100002 TANGGAL PENGUMPULAN 4 Maret 2013 TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
13

tugas esdm 1

Nov 29, 2015

Download

Documents

Aning Prastiwi

tugas kuliah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: tugas esdm 1

TUGAS 1

SURVEI DAN PEMETAAN ENERGI SUMBER DAYA

MINERAL (ESDM)

OLEH :

Nama : ANING PRASTIWI

NRP : 3510100002

TANGGAL PENGUMPULAN

4 Maret 2013

TEKNIK GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Page 2: tugas esdm 1

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96 83

UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMASDENGAN METODE AMALGAMASI TIDAK LANGSUNG

(Studi Kasus: Pertambangan Rakyat Desa Waluran, Kecamatan Waluran,Kabupaten Sukabumi)

1Widodo, 2Aminuddin1Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI . Komplek LIPI, Jln. Sangkuriang Bandung

2Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan GeologiJln. Diponegoro No. 57 Bandung

PENDAHULUAN

Kebutuhan dunia akan emas pada saat ini cukup meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, kecerdasan masyarakat, dan pengalaman pengolahan bijih emas. Emas merupakan salah satu sumber daya bahan galian (mineral) yang bersifat sekali ambil akan habis (non renewable resources), dan tidak dapat diperbaharui atau dipulihkan kembali. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang yang tepat dan terencana, serta memperhatikan konservasi mineral untuk generasi yang akan datang.

Penambangan dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah, dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) atau berupa adit dan lubang bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai jalan masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas, baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi. Hasil penambangan bijih emas yang berkadar tinggi diolah dengan metode amalgamasi, yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut sebagai gelundung (amalgamator). Amalgamator selain berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga berperan dalam mereduksi ukuran bijih emas dari yang berukuran kasar (<1 cm) hingga menjadi berbutir halus (80 - 200 mesh) dengan media gerus berupa batangan besi. Amalgamator tersebut dapat diputar dengan tenaga penggerak air sungai melalui kincir atau tenaga listrik (dinamo). Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam (perpaduan logam emas/perak dengan Hg) dari ampas (tailing). Amalgam yang diperoleh diproses melalui pembakaran (penggebosan) untuk memperoleh perpaduan logam emas-perak (bullion). Selanjutnya dilakukan pemisahan antara logam emas (Au) dari logam perak (Ag) dengan menggunakan larutan perak nitrat.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil proses amalgamasi pada “pertambangan rakyat” di Waluran, Kabupaten Sukabumi menimbulkan berbagai permasalahan. Di samping terjadinya pemborosan sumber daya mineral, juga menimbulkan terjadinya degradasi lingkungan. Terjadinya pemborosan sumber daya mineral karena banyak logam emas yang terbuang bersama dengan ampas (tailing) yang tercermin oleh tingkat perolehan (recovery) logam emas yang masih rendah (< 60 %), walaupun secara teoritis tingkat perolehan emas dalam amalgamasi jarang melebihi 85 % (Sevruykov et al, 1960). Akibat penggunaan metode amalgamasi cara langsung ini timbul permasalahan, yaitu perolehan emas yang rendah dan kehilangan merkuri yang cukup tinggi. Kehilangan merkuri yang cukup tinggi ini telah mencemari air Sungai Ciliunggunung (Widodo, 2008a).

Page 3: tugas esdm 1

Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengupayakan meningkatkan perolehan emas dengan melakukan pengolahan bijih emas metode amalgamasi secara tidak langsung. Tujuannya adalah meningkatkan perolehan emas, sehingga kandungan emas yang ada dalam ampas (tailing) hasil pengolahan metode amalgamasi menurun, serta mengurangi adanya dampak pencemaran air raksa dan logam-logam berat lainnya. Percobaan menggunakan bahan dan peralatan yang sama seperti yang dilakukan oleh pertambangan rakyat di Waluran. Bahan percobaan menggunakan bijih emas berukuran <1cm dengan kadar 8,4 gr/t dan 10,32 gr/t, merkuri, kapur tohor, borax, soda abu, dan perak nitrat. Sementara peralatan amalgamasi menggunakan gelundung (amalgamtor) dengan tenaga penggerak kincir air, pendulang (pan), dan retorting.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perolehan emas (Au) sebesar 38,40-47,98 % untuk cara langsung dan 44,43-53,33 % untuk cara tidak langsung. Kehilangan air raksa (Hg) sebesar 6,13-8,06 % untuk cara langsung dan 4,13-5,26 % untuk cara tidak langsung. Berdasarkan hasil percobaan terlihat adanya kecenderungan kenaikan perolehan emas hingga 14,58 %, dan menurunkan kehilangan air raksa hingga 3,93 %. Hasil percobaan pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi tidak langsung ini diharapkan dapat diterapkan pada pertambangan rakyat maupun dalam industri pertambangan emas.

KEADAAN UMUM DAERAH KAJIAN

Lokasi kegiatan penambangan dan pengolahan bijih emas ”pertambangan skala kecil (tambang rakyat)” terletak di daerah Waluran, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi (Gambar 1). Lokasi penelitian dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dari Kecamatan Pelabuhan Ratu ke arah Kiaradua-Surade (Ujung Genteng). Jarak Kota Bandung - Kota Sukabumi sekitar 90 km, sedangkan Kota Sukabumi-Kecamatan Waluran diperkirakan 100 km.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian.

Page 4: tugas esdm 1

Daerah Waluran termasuk kedalam Formasi Jampang (Tmjv). Formasi Jampang (Gambar 2) terdiri atas tiga satuan, yaitu bagian utama sebagian besar adalah breksi gunung api berbutir halus hingga kasar, Anggota Formasi Cikarang (Tmjc) yang terdiri atas tufa dan tufa lapili, dan Anggota Cisereuh (Tmja) terdiri atas aliran andesit dan basal (Sukamto, 1990). Mineralisasi di daerah Waluran dijumpai pada lava andesit dan intrusi dasit, yang ditandai dengan munculnya ubahan klorit, karbonat, mineral lempung, dan kuarsa. Berdasarkan pengamatan mineralogi pada sayatan tipis/poles percontoan urat (Soemarto drr., 1994) diketahui bahwa bijih emas primer termasuk bijih sulfida dengan mineral-mineral penyusun di antaranya: pirit (FeS2), kalkopirit [(Cu, Fe)S2], spalerit [(Zn, Fe)S], dan kovelit (CuS).

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan dan pengolahan data sekunder yang berupa data geologi, bijih emas, dan air sungai. Selain itu juga dilakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan seperti pengambilan percontoh bijih emas, ampas (tailing), dan air.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya proses amalgamasi yang dilakukan pada “pertambangan rakyat” di Waluran, maka dilakukan percobaan amalgamasi dengan indikator tingkat perolehan logam emas dan tingkat kehilangan merkuri (Hg). Bahan percobaan pengolahan metode amalgamasi yang digunakan adalah dua kelompok bijih emas berukuran <1 cm, masing-masing berkadar Y1 (8,4 gr/t) dan Y2 (10,32 gr/t). Bahan proses amalgamasi berupa merkuri (Hg), dan kapur tohor (CaO) untuk pengaturan pH. Sementara peralatan amalgamasi berupa tabung amalgamasi (amalgamator) atau penduduk setempat menyebut dengan istilah gelundung dengan tenaga penggerak dinamo, pendulang, dan retorting. Data prosedur percobaan amalgamasi dilakukan dengan dua cara, yaitu cara langsung (Gambar 3) dan cara tidak langsung (Gambar 4) yang dijelaskan sebagai berikut (Widodo, 2008):

Gambar 2. Peta geologi daerah Waluran dan sekitarnya (Sukamto, 1975).

Page 5: tugas esdm 1

Gambar 3. Pengolahan biji emas metode

amalgamasi cara langsungamalgamasi cara langsung

Gambar 4. Pengolahan biji emas metode

amalgamasi cara tidak langsung

Page 6: tugas esdm 1

Prosedur cara langsung (X1) : Kondisi percobaan diatur sebagai berikut : berat bijih emas 20 kg, berat media giling 9,6 kg, berat merkuri 150 gr, pH pulp 9 - 10, kecepatan putar amalgamator pada penghalusan bijih adalah 55 rpm, dan rentang waktu amalgamasi 9 jam (merkuri dimasukkan bersama-sama dalam proses penggerusan).

Prosedur cara tidak langsung (X2) : Kondisi percobaan sama dengan kondisi cara langsung, perbedaannya cara tidak langsung ini bahwa bijih emas tidak langsung dimasukkan ke amalgamator, tetapi dilakukan pencucian bijih emas terlebih dahulu atau melalui dua tahap proses (Gambar 4).

Tahap pertama dilakukan penghalusan ukuran butir dalam amalgamator selama 7 jam, kemudian baru tahap kedua, yaitu amalgamasi selama 2 jam. Pada tahap amalgamasi ini, dilakukan pengurangan berat media giling 40-50 %, ditambahkan air untuk mendapatkan persentase pulp (adonan) menjadi 30 - 40 %, dimasukkan merkuri dan dilakukan pengecekan pH (9-10). Setelah persiapan pengolahan selesai, amalgamator diputar kembali dengan kecepatan putar sekitar 40 rpm. Pengurangan berat media giling dan kecepatan putar bertujuan agar proses yang terjadi hanya proses pengadukan (agitasi), bukan proses penggerusan. Hasil amalgamasi baik cara langsung maupun tidak langsung sama - sama berupa amalgam.

Selanjutnya dengan menambahkan borax, soda abu, dan nitrat kemudian dibakar dengan alat emposan (retort), didapatkan bullion. Pemisahan logam emas terhadap perak dilakukan dengan menggunakan larutan air keras (asam nitrat) dan batang tembaga sebagai elektroda, perak akan bereaksi dengan air keras, dan emas akan tertinggal. Untuk mengetahui perkembangan tingkat pencemaran air sungai telah dilakukan pemantauan dengan cara mengambil percontoh air sungai pada titik tetap CLG.07 tahun 2007, 2008 dan 2009. Analisis percontoh air sungai meliputi unsur-unsur pH, Hg, Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, Cr, dan As.

PEMBAHASAN

Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi adalah cara pengolahan bijih emas yang paling sederhana dibandingkan dengan metode pengolahan emas lainnya, seperti metode flotasi maupun metode pelindian termasuk sianidasi. Di samping murah biaya operasionalnya, juga mudah dalam pemasaran produknya karena baik masih dalam bentuk amalgam, maupun bullion sudah bisa dipasarkan dengan harga standar berdasarkan kualitas produk dan harga pasar logam emas murni dunia internasional pada saat itu. Oleh karena itu, metode amalgamasi ini menjadi pilihan utama bagi pertambangan skala kecil (pertambangan rakyat) pada umumnya.

Perlakuan waktu amalgamasi sehubungan dengan cara memasukkan merkuri (Hg) ke dalam amalgamator yang dilakukan secara tidak langsung (2 jam) memperoleh hasil amalgamasi lebih baik jika dibandingkan dengan cara langsung (9 jam), sebagaimana yang dilakukan oleh ”pertambangan rakyat” di Waluran pada umumnya.

Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara langsung memperoleh hasil 38,40-47,98 %, sehingga emas yang terbuang bersama ampas sebesar 52,02-62,60 %. Sementara pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak langsung memperoleh hasil 44,43-53,33 %, sehingga emas yang terbuang bersama ampas sebesar 46,67-55,57 %. Berdasarkan diagram pada Gambar 3, tampak bahwa kecenderungan (trend) pengaruh amalgamasi tidak langsung dapat meningkatkan perolehan logam emas (Au) rata-rata sebesar 14,580 %, jika

Page 7: tugas esdm 1

dibandingkan dengan cara langsung. Sementara berdasarkan diagram pada Gambar 4, tampak bahwa kecenderungan (trend) pengaruh amalgamasi tidak langsung dapat menurunkan (menekan) tingkat kehilangan merkuri (Hg) rata-rata sebesar 3,933 %, jika dibandingkan dengan cara langsung.

Terjadinya degradasi lingkungan, khususnya di daerah aliran sungai, disebabkan oleh proses pencucian dan pendulangan yang dilakukan di sungai, sehingga ampas (tailing) terbuang ke dalam sungai. Sebagai akibatnya, air sungai menjadi keruh dan tercemar oleh merkuri yang terbuang bersama ampas. Hasil pemantauan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi (tahun 2004, 2005) menyebutkan bahwa daerah aliran sungai di Kecamatan Waluran pada umumnya telah mengalami pencemaran merkuri (Hg) akibat kegiatan pertambangan emas di daerah sekitarnya. Kandungan merkuri pada bulan-bulan tertentu telah melampaui nilai ambang batas yang diperkenankan. Hasil pengukuran terhadap kualitas air pada bulan Agustus 2005 memperlihatkan nilai kandungan merkuri (Hg) cukup tinggi, yaitu mencapai sekitar 0,2180 mg/l (Wahyu drr., 2006).

Merkuri termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Beberapa logam berat lainnya adalah mangan (Mn), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), dan besi (Fe). Merkuri (Hg) diperlukan untuk pertumbuhan kehidupan biologis, tetapi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh karena itu keberadaan logam berat perlu mendapat pengawasan terutama dari segi jumlah kandungannya di dalam air (Noviardi drr., 2007). Air raksa dalam temperatur kamar berbentuk zat cair, bila terjadi kontak dengan logam emas akan membentuk larutan padat (Sevruykov drr., 1960). Larutan padat biasa disebut amalgam, yaitu merupakan paduan antara air raksa dengan beberapa logam (emas, perak, tembaga, timah, dan seng).

Perolehan emas metode amalgamasi langsung yang rendah (<60 %) ini juga menimbulkan masalah pencemaran air sungai dari merkuri dan logam-logam berat, pemborosan sumber daya mineral karena bijih emas kadar rendah tidak diolah dan ampas (tailing) sebagai sisa pengolahan umumnya masih mengandung emas. Agar dampak pengolahan yang terjadi dapat diminimalisasi (ramah lingkungan), maka perlu dilakukan usaha : (1). pengolahan tidak lagi dilakukan di sungai dengan tenaga penggerak kincir air, tetapi menggunakan genset (dinamo) yang dapat dilakukan jauh dari sungai, (2). memperkecil kandungan air raksa yang tidak dapat diambil kembali dengan cara melakukan pengolahan bijih emas metode amalgamasi tidak langsung dan meningkatkan tingkat efisiensi amalgamasi, (3). membuat kolam-kolam/bak pengendap yang kedap air secara berjenjang untuk tailing hasil pengolahan dan mencegah infiltrasi ke dalam air tanah.

Apabila perbaikan cara penambangan dan pengolahan bijih emas terus ditingkatkan secara berkelanjutan, maka kualitas air sungai juga akan lebih baik, sehingga pencemaran merkuri dan logam-logam lainnya juga akan menurun.

Pengelolaan atau kegiatan penambangan/ pengolahan bahan galian nonlogam (mineral industri) tidak terlalu rumit apabila dibandingkan dengan bahan galian logam. Karakteristik dan kondisi geologi yang berbeda pada setiap jenis bahan galian, akan memberikan cara pengelolaan dan penanganan yang berbeda pula, sehingga penanganan aspek konservasi juga akan berbeda. Bahan galian yang diusahakan pada pertambangan skala kecil umumnya merupakan komoditi pilihan yang dapat dilakukan dengan cara penambangan / pengolahan yang tidak rumit, dan hasilnya dapat segera dipasarkan. Besarnya cadangan bahan galian bagi

Page 8: tugas esdm 1

para penambang juga bukan merupakan faktor utama dalam penentuan kegiatan, asalkan bahan galian yang ditambang/diolah dapat memberikan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Bahan galian yang telah terganggu keberadaannya (ditambang, disimpan ditempat penimbunan), tetapi mempunyai kualitas/kadar yang belum mempunyai nilai ekonomis pada saat ini, harus disimpan pada lokasi tertentu dengan penanganan yang baik dan benar agar tidak turun nilai ekonominya pada masa mendatang. Apabila akan dimanfaatkan dapat dengan mudah untuk diambil (digali) kembali. Sementara untuk bahan galian in-situ yang karena dimensi (jumlah cadangan) atau kadarnya belum mempunyai nilai ekonomi pada saat ini, perlu diamankan, jangan dimanfaatkan menjadi areal penimbunan waste atau tailing untuk mencegah turunnya nilai ekonomi. SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi tidak langsung dapat memperoleh

hasil logam emas (Au) lebih besar dan kehilangan merkuri (Hg) lebih sedikit.2. Proses amalgamasi tidak langsung dapat meningkatkan perolehan logam emas hingga

14,580 % dan menekan tingkat kehilangan merkuri hingga 3,933%. 3. Hasil pemantauan pencemaran air Sungai Ciliunggunung (2007-2009) secara umum

mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya setelah pengolahan bijih emas dilakukan dengan amalgamsi tidak langsung.

4. Nilai pH air di bawah ambang batas maksimum untuk kriteria air baku air minum kelas I. Untuk meningkatkan nilai pH tersebut supaya sesuai dengan syarat yang ditentukan, dapat ditambahkan kapur.

SARAN

Perlu dilakukan pengolahan kembali terhadap tailing yang mengandung emas, dan upaya konservasi terhadap tailing maupun bijih emas kadar rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: tugas esdm 1