TUGAS KHUSUS
(PEMANTAUAN TERAPI OBAT)
Ruang Rawat Inap Pulau Tarempa
RS TNI-AL Dr. MINTOHARDJO
( 01 April 30 April 2015
Disusun Oleh :
KRESENSIA APRILINA (14340014)APOTEKER ANGKATAN XXVII
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
khusus Pemantauan Terapi Obat Ruang Rawat Inap Pulau Tarempa Rs
TNI-AL Dr. Mintohardjo tepat pada waktunya.
Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan
dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Dalam hal
ini, keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah
munculnya masalah terkait obat melaluiDalam penyusunan tugas ini,
tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas khusus ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratas.
Dalam penyusunan tugas khusus ini tentunya masih banyak terdapat
kekurangan, kesalahan dan kekhilafan karena keterbatasan kemampuan
penulis, untuk itu sebelumnya penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan yang bersifat membangun atas tugas
khusus ini.
Jakarta, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.........................................................................................i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR
ISI.....................................................................................................iii
BAB
I.PENDAHULUAN............................................................................
I.1. Latar
Belakang...........................................................................I.2.
Tujuan.........................................................................................12
BAB II.TINJAUAN
PUSTAKA...................................................................3
II.1.Pemantauan Terapi
Obat........................................................3
II.2. Uraian
Penyakit......................................................................6
II.2.1.
Jantung.........................................................................6
II.2.2. Gambaran Klinis Hypertensi Heart Disease (HHD) dan
Atrial
fibrilasiAF).............................................6
II.2.3.
Diagnosa......................................................................7
II.2.4.
Patofisiologi.................................................................8
II.2.5.
Pengobatan...................................................................9
BAB IIIDATA
PENGOBATAN...................................................................11
III.1. Data
Pengobatan......................................................................11
III.2. Pengkajian
Obat......................................................................14
BAB
IVPEMBAHASAN...............................................................................26
BAB VKESIMPULAN DAN
SARAN........................................................29
V.1.
Kesimpulan...............................................................................29
V.2.
Saran.........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA30
BAB IPENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan
menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan
yang baik. Adapun upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Salah satu upaya kesehatan dalam menunjang pelayanan
kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan kefarmasian. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit, menyebutkan pelayanan
Kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik.Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan
suatu kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk melindungi pasien
dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety). Salah satu pelayanan
kefarmasian yang harus dilakukan dalam rangka menangani masalah
terkait obat adalah Pemantauan Terapi Obat (PTO). Proses PTO
mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat,
respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki)dan rekomendasi
perubahan atau alternatif terapi. Keberadaan apoteker memiliki
peran yang penting dalam mencegah munculnya masalah terkait obat.
Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan memiliki peran
penting dalam PTO.
Oleh karena itu, dalam pemantauan terapi obat di ruangan Pulau
Tarempa ini dilakukan untuk memastikan bahwa obat serta dosis yang
diberikan kepada pasien sesuai dengan dosis yang ditentukan
sehingga pengobatan rasional dan bermutu dapat terwujud.
I.2. Tujuan Tujuan dilakukannya pemantauan terapi obat adalah
:
1. Menyesuaikan terapi obat pada karakteristik pasien
individu
2. Memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien serta meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak
dikehendaki
3. Memandu apoteker dalam melakukan kegiatan Pharmaceutical
careBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PemantauanTerapi Obat
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Kegiatan tersebut mencakup: pengkajian
pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD),)dan rekomendasi perubahan atau
alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode
tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat
diketahui.
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat,
serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya
masalah terkait obat. Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan
PTO dalam praktek profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan
meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
Maslah-masalah utama yang dihadapi dalam pemantauan terapi obat
:
1. Polifarmasi
Polifarmasi merupakan penggunaan obat yang berlebihan ooleh
pasien dan penulisan resep berlebihan oleh dokter
2. Reaksi yang merugikan
3. Kesalahan obat
4. Ketidaktepatan penggunaan obat
5. Ketidakpatuhan pasien6. Kontraindikasi
7. Duplikasi
8. Interaksi antar obat-obat yang digunakan
9. Interaksi antar obat-obatan merupakan basalah besar yang
harus dihindari.
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi
aktivitas obat, yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau
menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau direncanakan.
Kegiatan dalam PTO meliputi pengkajian pemilihan Obat, dosis,
cara pemberian Obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak
dikehendaki, pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait
Obat; dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Pemantauan terapi obat mencakup pemantauan dari :
1. Ketepatan terapi dan regimen obat pasien
2. Ketepatan penggunaan obat
3. Ketepatan rute, jadwal, dan metode pemberian dosis obat
4. Ketepatan informasi obat yang diberikan pada pasien
5. Tingkat kepatuhan pasien terhadap regimen obat yang
tertulis
6. Interaksi obat
7. Data laboratorium klinik dan farmakoklinik untuk mengevaluasi
efikasi obat serta untuk mengantisipasi efek samping, toksisitas
serta efek yang merugikan.
8. Tanda fisik dan gejala klinik yang relevan dengan terapi obat
pasien
Seleksi dari suatu obat untuk mencapai sasaran terapi adalah
proses logic, ketika kondisi pasien cocok dengan karakteristik
obat. Karakteristik tiap obat dalam satu golongan terapi harus
dipertimbangkan untuk menetapkan efikasi, efek samping, metode
pemberian, serta infeksi yang mungkin dengan terapi bersamaan,
status penyakit dan makanan.
Untuk mengidentifikasi sasaran pemantauan terapi obat, dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Mengidentifikasi karakteristik penyakit berkaitan dengan
kebutuhan perawatan kesehatan yang mempengaruhi sasaran
farmakoterapi
2. Mengidentifikasi sasaran perawatan kesehatan dari profesional
kesehatan lain yang mempengaruhi sasaran farmakoterapi
3. Mengidentifikasi masalah terapi obat yang mempengaruhi
sasaran farmakoterapi
4. Mengidenfikasi berbagai faktor non penyakit yang mempengaruhi
sasaran farmakoterapi
5. Memperpadukan karakteristik penyakit, sasaran dari
profesional kesehatan lain , masalah terapi obat dan berbagai
faktor non penyakit untuk mengidentifikasi sasaran
farmakoterapi.
Tindak lanjut dalam pemantauan terapi obat menggunakan format
SOAP:
1. Subjektif (S)
Subjektif adalah apa yang dikatakan pasien pada apoteker
berkaitan dengan kebutuhan perawatan kesehatan yang tertera dalam
rencana perawatan yang dilakukan apoteker
2. Objektif (O)
Objektif adalah data kuantitatif, berkaitan dengan informasi
pada sasaran farmakoterapiyang terdaftar pada rencana perawatan
oleh dokter.
3. Pengkajian (A)
Pengkajian merupakan status pasien yang diketahui dari gejala
subjektif serta tanda-tanda objektif parameter klinik, apoteker
harus membuat dan mendokumentasikan suatu pengkajian dari terapi
pengobaatan pasien mengenai efikasi dan toksisitas.
4. Perencanaan (P)
Perencanaan merupakan tindak lanjut untuk semua masalah yang
berkaitan dengan obat.
II.2. Uraian Penyakit
II.2.1. Jantung
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di
pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki
ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang
sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya
mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada
jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung
adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh
dari hasil metabolisme (karbondioksida).
II.2.2. Gambaran Klinis Hypertensi Heart Disease (HHD) dan
Atrial fibrilasi (AF)Hypertensi Heart Disease adalah penyakit
jantung hipertensif ditegakan bila diketahui ventikel, kiri sebagai
akibat langsung dari peningkatan bertahap-tahap, pertahanan
pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang
menentukan hipertensi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya
peningkatan diastol. (Kapita Selekta Kedokteran, 1999, FKUI, Media
Aqesculapius, Jakarta).Hypertensi didefinisikan oleh Joint
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood
Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang
dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari
semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi
patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki.
(Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta).
Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling
umum didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan
peningkatan frekuensi atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga
atrium menghantarkan implus terus menerus ke nodus AV. II.2.3.
Diagnosa
Diagnosa penyakit jantung hipertensi didasarkan pada
riwayat,pengkuran tekanan darah, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan awal pasien hipertensif harus menyertakan
riwayat lengkap dan pemeriksaan fisis untuk mengkonfirmasi
diagnosis hipertensi, menyaring faktor-faktor risiko penyakit
kardiovaskular lain, menyaring penyebab-penyebab sekunder
hipertensi, mengidentifikasi konsekuensi kardiovaskular hipertensi
dan komorbiditas lain, memeriksa gaya hidup terkait-tekanan darah,
dan menentukan potensi intervensi. Pada pemeriksaan laboratorium
meliputi Urinalisis mikroskopik, ekskresi albumin, BUN atau
kreatinin serum, Natrium, kalium, kalsium, dan TSH serum,
Hematokrit, elektrokardiogram, Glukosa darah puasa, kolesterol
total, HDL dan LDL, trigliserida. EKG adalah tes sederhana yang
dapat mendeteksi dan mencatat aktivitas listrik jantung Anda. Ini
adalah tes yang paling berguna untuk mendiagnosa AF. Ini
menunjukkan seberapa cepat jantung berdetak dan irama nya (stabil
atau tidak teratur).
II.2.4. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah
hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari
peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir
ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri
adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa
faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat
dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA)
belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa
ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab
hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi
adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi
pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan
akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner.
Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2 proses,
yaitu proses aktivasi fokal dan multiple wavelet reentry. Pada
proses aktivasi fokal bisa melibatkan proses depolarisasi tunggal
atau depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi fokal, fokus
ektopik yang dominan adalah berasal dari vena pulmonalis superior.
Selain itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan, vena
cava superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini menimbulkan
sinyal elektrik yang dapat mempengaruhi potensial aksi pada atrium
dan menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus sino-atrial
(SA)
II.2.5. Pengobatan
Terapi obat direkomendasikan bagi individu dengan tekanan darah
140/90 mmHg. Derajat keuntungan yang diperoleh dari agen-agen
antihipertensif berhubungan dengan besarnya reduksi tekanan darah.
Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10-12 mmHg dan tekanan
darah diastolik sebesar 5-6 mmHg bersama-sama memberikan reduksi
risiko sebesar 35-40% untuk stroke dan 12-16% untuk CHD dalam 5
tahun dari mula penatalaksanaan. Risiko gagal jantung berkurang
sebesar >50%.
Diuretik thiazide dosis-rendah sering digunakan sebagai agen
lini pertama, sendiri atau dalam kombinasi dengan obat
antihipertensif lain. Thiazide menghambat pompa Na+/Cl di tubulus
konvultus distal sehingga meningkatkan ekskresi natrium.
ACE inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan
kadar bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.
Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT1
secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor AT2 yang
tidak tersekat dapat menambah efek hipotensif.
Spironolakton adalah antogonis aldosteron nonselektif yang dapat
digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan diuretik thiazide. Ia
adalah agen yang terutama efektif pada pasien dengan hipertensi
esensial rendah-renin, hipertensi resistan, dan aldosteronisme
primer.
Beta blocker/ Penyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan
darah melalui penurunan curah jantung, karena reduksi kecepatan
detak jantung dan kontraktilitas.
Antagonis adrenoreseptor selektif postsinaptik mengurangi
tekanan darah melalui penurunan resistansi vaskular perifer. Mereka
adalah agen antihipertensif yang efektif, yang digunakan sebagai
monoterapi maupun dalam kombinasi dengan agen-agen lain.
Antagonis kalsium mengurangi resistansi vaskular melalui
penyekatan L-channel, yang mengurangi kalsium intraselular dan
vasokonstriksi.
Vasodilator Langsung mengurangi resistensi perifer, lazimnya
mereka tidak dianggap sebagai agen lini pertama namun mereka paling
efektif ketika ditambahkan dalam kombinasi yang menyertakan
diuterik dan beta blocker.
BAB III
DATA PENGOBATAN
III. 1Data Pengobatan
Identitas Pasien
Nama pasien: Ny. X
Umur: 70 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Agama: Islam
No. Rekam Medis: 123102
Status: BPJS (Askes PU)
Tanggal masuk RS: 12 April 2015
Alamat: Kp. Batu RT.003/RW.010 No.93 Kembangan Utara, Jakarta
Barat
Anamnesis
Keluahan utama: Nyeri pinggang kanan dan kiri
Keluhan tambahan: sesak napas, susah tidur di malam hari karena
sesak, mudah capek dan lelah
Riwayat penyakit terdahulu: Penyakit jantung (AF+), DM(-)Riwayat
penyakit sekarang: Obstruksi dispnea + HHD + AFPemeriksaan khusus:
Pemeriksaan EKG
Diagnosa kerja: HDD AF+
Subjektif
Keluhan12/413/414/415/416/417/4
Sesak napas---
Lemas-
Dada berdebar----
Nyeri pinggang
Susah BAB-----
Pusing---
Objektif
Vital Sigh12/413/414/415/416/417/4
TD
(mmHg)160/100109/70120/8080/60130/90120/80
Nadi (kali/menit)788780808080
Suhu (0C)36,63636363636
Hasil Laboratorium
Tanggal 12 April 2015
Paket darah lengkapHasilNormal
Hematologi :
1. Darah rutin4,49 gr/dL5,0
2. Leukosit397.000/ mm35,999 10.000
3. Eritrosit4,36 jt/mm34,2 5,4
4. Hemoglobin12,3 gr/dL12-14
5. Hematokrit34 %37 - 42
Tanggal 13 April 2015
Paket darah lengkapHasilNormal
Glukosa darah83< 200
Lemak :
1. Trigliserida110 mg/dL60 - 170
2. Kolesterol total145 mg/dL< 200
3. Kolesterol HDL< 30 mg/dL40 - 60
4. Kolesterol LDL95 mg/dL130
Fungsi hati :
1. AFT (SGOT)< 36 I< 31
2. ALT )SGPT)16 I< 34
Elektrolit :
1. Natrium (Na)144 mmol/L134 146
2. Kalium (K)3,66 mmol/L3,4 4,5
3. Klorida (C)101 mmol/L96 - 108
Rekapitulasi obat selama diamati
No Nama ObatDosisRute12/413/414/415/416/417/4
1Infus RL20 tts/menitIV-
2Lanoxin inj1x1 ampIV-----
3Lazix inj1x1 ampIV----
4Lazix tab1x40 mg (pagi)Oral --
5ISDN tab3x5 mgOral --
6Simarc1x2 mgOral
7Diovan 1x80 mgOral -
8Letonal1x25 mgOral -
9Concord1x2,5 mgOral -
10Laxadin1x1 sdt (malam)Oral -----
11Na Diklofenac2x50 mgOral ---
12Betahistin3x6 mlOral ---
13Digoxin tab1x0,25mgOral -----
Assesment
Problem MedikTerapiDRPRekomendasiMonitoring
HDD/jantung hipertensi
Tgl 12/4 s/d 16/4Lazix inj/tab
Simarc-2 tab
Diovan tab
Concord tab
AF/ Atrial fibrilasi
Tgl 12/4Lanoxin inj
Angina pektoris
Tgl 12/4 s/d 16/4ISDN
Nyeri
Tgl 12/4 s/d 16/4Na.Diklofenac
PusingTgl 14/4Laxadin
III.2. Pengkajian Obat
1. Infus RL
Komposisi::Tiap liter mengandung :
Natrium Lactat 3,10 g
Natrium Klorida 6,00 g
Kalium Klorida 0,30 g
Kalsium klorida 0,20 g
Air untuk injeksi ad 1000 ml
Indikasi::Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi
Mekanisme kerja::
Dengan menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat
secara spesifik sistem enzim H+/K+ AT-Pase permukaan kelenjar sel
parietal lambung
Kontra Indikasi::Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel
hati, asidosis laktat.
Efek Samping::
Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara
pemberiannya termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat
penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat
penyuntikan, ekstravasasi.
2. Lazix
Komposisi:Furosemide
Indikasi::Tablet : edema jantung, ginjal, hati. Edema perifer
karena obstruksi mekanis atau insufisiensi vena dan hipertensi.
Ampul : terapi tambahan pada edema pulmonari akut. Digunakan jika
ingin terjadi diuresis lebih cepat dan tidak mungkin diberi
oral.
Dosis::Tablet : Untuk edema : Dewasa : 20-80 mg, dosis tunggal,
dinaikkan secara perlahan sampai600 mg/hari (kecuali pada gagal
ginjal berat). Anak : 1-2 mg/kg berat badan, dosis tunggal.
Maksimal : 6 mg/kg berat badan. Untuk hipertensi : awal 80 mg/hari.
Ampul : Untuk edema Dewasa : awal 20-40 mg IV/IM dosis tunggal.
Anak : 1 mg/kg berat badan IM/IV. Maksimal : 6 mg/kg berat
badan.
Mekanisme kerja::
Bahan aktif dari Lasix adalah Furosemid. Furosemid bekerja di
ginjal dengan menghambat penyerapan garam dan elektrolit sehingga
air terikat dengan garam tersebut dan tidak bisa diserap oleh
ginjal..
Kontra Indikasi::
Gangguan fungsi ginjal atau hati, anuria, koma hepatik,
hipokalemia, hiponatremia, hipovolamia dengan atau tanpa
hipotensi.
Perhatian::Hamil, laktasi, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan miksi, diabetes, gout.
Efek Samping::
Kehilangan Ca, K, Na, gangguan GI, nefrokalsinosis pada bayi
prematur, metabolik alkalosis, diabetes.
Interaksi Obat::
Aminoglikosida, peningkatan ototoksisitas, sisplatin,
sefaloridin, peningkatan nefrotoksisitas, penghambat ACE, penurunan
TD secara tajam.
3. LanoxinKomposisi::Digoxin
Indikasi::Gagal jantung kongestif akut. Takikardia
supraventrikuler paroksismal
Dosis::Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 1,5 mg dalam dosis
terbagi, bila tidak diperlukan cepat, 250 500 mikrogram sehari
(dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
Dosis pemeliharaan : 62,5 500 microgram sehari (dosis yang lebih
tinggi harus dibagi). dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125 250
mcg sehari (dosis yang lebih rendah diberikan pada penderita lanjut
usia). Pada kondisi emergensi, loading dose (dosis muatan)
diberikan secara infus intravena , 0,75 1 mg hingga paling sedikit
2 jam, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan melalui oral
Mekanisme kerja::
melalui 2 cara, yaitu efek langsung dan tidak langsung. Efek
langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek
inotropik positif). Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin
terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap
neurotransmiter.
Kontra Indikasi::
Blok AV komplit dan derajat 2, henti sinus, sinus bradikardi
yang berlebihan, takikardi ventrikular dan fibrilasi
ventrikular
Perhatian::Hamil, jantung reumatik, kerusakan fungsi ginjal,
blok jantung parsial, miokarditis akut.
Efek Samping::
Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, anoreksia dan
diare.
Interaksi Obat::
Kadar dalam serum ditingkatkan oleh kuinidin. Absorbsi dihambat
oleh antasida, kolestiramin, kolestipol, neomisin,
sulfasalazin..
4. ISDN tab
Indikasi::Terapi dan preventif terhadap serangan akut angina
pektoris.
Dosis::Untuk mengontrol serangan angina 1 tab perhari secara
sublingual
Untuk pencegahan serangan angina 3-4 tab perhari secara oral
Mekanisme kerja:
Isosorbide dinitrate mengakibatkan pembuluh darah pada otot
polos mengalami dilatasi. Karena pembulih darah arteriolar
mengalami relaksasi, maka menurunkan tekanan sistolik arteri.
Kontra Indikasi::
Terjadi reaksi alergi pada orang yang alergi terhadap golongan
nitrat, anemia, sindrom malabsorpsi.
Perhatian::Efek vasodilatasi dari isosorbit dinitrat dapat
menyebabkan hipotensi sehingga perlunya monitoring untuk
menghindari terjadinya bahaya.
Efek Samping::
Jika diberikan secara cepat: Hipotensi akut, kegelisahan
retosternal, takikardi, efek GI, sakit kepala, kejang otot.
Interaksi Obat::
Inhibitor fosfodiester (sildenafil), alkohol, salisilat,
teofilin, litium, relaksan otot. Hipokalemia dapat menimbulkan
toksisitas digitalis.
5. Simarc-2 tablet
Komposisi:Warfarin Sodium 2 mg
Indikasi::Untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan gumpalan
darah dalam pembuluh vena dan arteri
Kontra Indikasi:Hipersensitif terhadap warfarin atau komponen
lain dalam sediaan, hemoragi, hemofilia, trombositopenia purpura,
leukemia, operasi mata atau saraf, anestesia blok lumbar regional
atau operasi besar lainnya. endokarditis bakteri sub akut, visceral
carcinoma, kehamilan.
Dosis::Untuk induksi, dimulai dengan pemberian 10-15 mg/hari.
Setelah itu (setelah 2 atau 3 hari) pemberian diatur sesuai dengan
hasil pemeriksaan waktu prothrombin
Dosis pemeliharaanDosis pemeliharaan diberikan: 2 - 10 mg/hari.
Dosis individual dan frekuensi pemberian disesuaikan dengan respon
prothrombin penderita.
Mekanisme kerja:
menekan sintesis di hati beberapa faktor yang berperan aktif
dalam mekanisme koagulasi yang terjadi pada penyakit seperti
thromboemboli.
Peringatan:
Untuk wanita menyusui: antikoagulan golongan kumarin
didistribusikan ke dalam air susu dan dapat menimbulkan keadaan
prothrombinopenik pada anak yang menyusui.
Trauma: dapat menimbulkan pendarahan internal.
Defisiensi protein C akibat gangguan klinis atau turunan. Jika
penderita atau anggota keluarga penderita mempunyai sejarah pernah
mengalami thromboemboli karena defisiensi protein C, maka resiko
timbulnya nekrosis pada penderita akibat penggunaan warfarin akan
meningkat.
Efek Samping:Antikoagulan, pendarahan, vasculitis,edema, syok
hemoragi, demam, lethargi, malaise, asthenia, nyeri, sakit kepala,
pusing, stroke, rash, dermatitis, urtikaria, pruritus, alopesia,
anoreksia, mual, muntah, kram perut, sakit abdominal, diare.
Interaksi Obat::
Meningkatkan efek/toksisitas : Asetaminofen, allopurinol,
amiodaron, androgen, antifungi (imidazol), capecitabin,
sefalosporin, simetidin.
6. Diovan Tablet
Komposisi:Valsartan 80 mg
Indikasi::Pengobatan hipertensi, terapi gagal jantung pada
pasien yang intoleransi terhadap ACE inhibitor. Pasca infark
miokard.
Kontra Indikasi:Hamil, laktasi, kerusakan hati yang berat,
sirosis, obstruksi bilier.
Dosis::Untuk hipertensi : 80 mg 1 kali/hari dapat ditingkatkan
sampai 160 mg/hari atau dapat ditambah diuretik jika TD belum dapat
terkontrol. Untuk gagal jantung : awal 40 mg 2 kali/hari. Maksimal
: 320 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk pasca infark miokard :
awal 20 mg 2 kali/hari.
Mekanisme kerja:
Valsartan memberikan efek langsung sebagai antagonisme pada
reseptor angiotensin II (AT2), berbeda dengan ACE inhibitor.
Peringatan:
Antagonis reseptor angiotensin II digunakan dengan hati-hati
pada stenosis arteri ginjal.
Efek Samping:Hipotensi simptomatik termasuk pusing dapat terjadi
, terutama pada pasien dengan penurunan volume intravaskular
(seperti penggunaan dosis tinggi diuretik,hiperkalemia
kadang-kadang terjadi;angioedema.
Interaksi Obat::
Efek sitokrom P450: menghambat CYP2C8/9 (lemah);Meningkatkan
efek/toksisitas : kadar alsartan dalam darah ditingkatkan oleh
simetidin dan monoksidin ;
7. Letonal Tablet
Komposisi:Spironolactone 25 mg
Indikasi::Hipertensi esensial, edema akibat : payah jantung
kongestif, sirosis hati dengan atau tanpa asites, sindroma
nefrotik, hiperaldosteronisme primer, pencegahan hipokalemia pada
penderita dengan digitalis terapi, terapi tambahan pada hipertensi
maligna.
Kontra Indikasi:Insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia,
gangguan ginjal
Dosis::Dewasa : Untuk hipertensi esensial : 50-100 mg/hari dosis
tunggal atau terbagi, selama minimal 2 minggu. Untuk gangguan edema
: 100 mg/hari dosis tunggal atau terbagi. Untuk gagal jantung
kongestif : 100 mg/hari. Untuk sirosis hati (ratio Na/K urin >
1) : 100 m/hari. Rasio Na/K < 1 : 200-400 mg/hari. Anak : 3.3
mg/kg berat badan/hari dosisi tunggal atau terbag
Mekanisme kerja:
Preparat ini biasanya dipakai bersama diuretik lain untuk
mengurangi ekskresi kalium disamping memperbesar diuresis
Peringatan:Gangguan fungsi ginjal dan hati. Hamil dan
laktasi.
Efek Samping:Gangguan GI, mengantuk, ginekomastia, letargi,
gangguan mental, ataksia, gangguan menstruasi atau amenorea,
perdarahan pasca menopause, agranulositosis, demam obat.
Interaksi Obat::
Menghambat bersihan digoksin. Meningkatkan efek obat
antihipertensi lain. Dapat menghilangkan respon vaskuler
noraderenalin. Risiko hiperkalemia meningkat dengan ACE
inhibitor.
8. Concord
Komposisi:Bisoprolol nemifumarate
Indikasi::Pengobatan hipertensi dan angina. Pengobatan gagal
jantung sedang-berat kronik stabil dengan penurunan fungsi
ventrikular sistolik sebagai penghambat terhadap ACE inhibitor dan
diuretik dan glikosida jantung (salah satunya)
Kontra Indikasi:Blok jantung derajat 2 dan 3, bradikardi,
hipotensi, syok kardiogenik, asidosis metabolik, gangguan sirkulasi
perifer berat,
Dosis::5 mg/hari pada pagi hari. Dosis rata-rata 5-10 mg /hari,
pada beberapa pasien dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg.hari.
Untuk gagal jantung kronik stabil : awal 1.25 mg 1 kali/hari pada
minggu pertama dan dosis dititrasi bertahap. Pemeliharaan : 10 mg 1
kali/hari.
Mekanisme kerja:
isoprolol adalah zat penyekat(blocking)adrenoreseptor beta-1
selektif (kardioselektif) sintetik tanpa aktivitas stabilisasi
membran yang signifikan atau aktivitas simpatomimetik intrinsik
Peringatan:
hati hati dalam hal bronkospasmus (penyakit saluran) terapi
bersamaan dengan asestesik inhalasi, diabetes miletus
Efek Samping:Mual, muntah, ekstremitas terasa dingin, sakit
kepala, lelah, lemah, diare, pusing, parestesia, hipotensi
ortostatik, gagal jantung,
9. Laxadin Emulsi
Komposisi:Setiap 5 ml Laxadine sirup emulsi mengandung :
phenolphtalein 55 mg, paraffin liquidum 1200 mg, dan glycerin 378
mg.
Indikasi::Kondisi konstipasi / susah buang air besar yang
memerlukan : 1). Perbaikan peristaltis usus, 2). Pelicin jalannya
tinja, 3). Penambahan volume tinja secara sistematis sehingga tinja
mudah dikeluarkan
Kontra Indikasi:Hipersensitiv terhadap zat aktif dalam axadine
emulsi, ileus obtruksi, nyeriabdomen yang belum diketahui
penyebabnya.
Dosis::Dewasa : 3- 6 sendok takar, Anak 6-12 tahun : dosis
dewasa. Diminum 1x sehari pada malam hari menjelang tidur
Mekanisme kerja:
merangsang peristaltik usus besar, menghambat reabsorpsi air dan
melicinkan jalannya faeses
Peringatan:
Hindari pemakaian Laxadine yang terus menerus dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan otot,
kehilangan cairan dan elektrolit.
Efek Samping:Reaksi alergi kulit rash dan pruritus /
gatal-gatal, Kehilangan cairan & elektrolit, diare, Mual dan
muntah.
10. Na. Diklofenac
Indikasi:
:Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis,
osteoartritis dan ankilosing spondilitis.
Kontra Indikasi:pasien dengan ulkus pada saluran pencernaan baik
dengan atau tanpa perdarahan saluran cerna, kelainan pada sistem
pembekuan darah, asma
Dosis::Osteoartritis : 2 - 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali
sehari 75 mg. Reumatoid artritis : 3 - 4 kali sehari 50 mg atau 2
kali sehari 75 mg. Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum
makan.
Mekanisme kerja:
Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas
anti inflamasi, analgesik dan antipiretik. Aktivitas diklofenak
dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin terhambat
Peringatan:
Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau
hipertensi, karena diklofenak dapat menyebabkan retensi cairan dan
edema.
Efek Samping:mual, muntah, diare, kembung, penurunan nafsu
makan, peningkatan kadar enzim hati, nyeri kepala, vertigo
Interaksi obat:Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan
konsentrasi plasma dan AUC diklofenak. Diklofenak menurunkan
aktivitas obat-obatan diuretik.
11. Betahistin Indikasi:
:vertigo dan pusing yang berkaitan dengan penyakit meniere,
sindrom meniere dan fertigo perifer.
Kontra Indikasi:ibu hamil dan menyusui, anak anak dengan usia
dibawah 2 tahun, hipersensitifitas tehadap betahistine
meaylate.
Dosis::Biasanya untuk dewasa, pemberian secara oral 1-2 tablet
(6-12 mg) 3 kali sehari setelah makan. Dosis harus diatur sesuai
dengan umur pasien dan berat-ringannya gejala.
Mekanisme kerja:
Betahistin memperlebar spinchter prekapiler sehingga
meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam. Betahistin
mengatur permeabilitas kapiler pada telinga bagian dalam, dengan
demikain menghilangkan endolymphatic hydrops. Betahistin juga
memperbaiki sirkulasi serebral dan meningkatkan aliran darah arteri
karotis interna.
Perhatian:
Pemberian dosis secara hati hati perlu diperhatikan pada pasien
yang memiliki riwayat penyakit tungkak lambung.
Efek Samping:mual dan muntah, reaksi hipersensitifitis, misalnya
ruam kulit dapat terjadi pada kasus yang jarang.
BAB IVPEMBAHASAN
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 12 April 2015 dengan
keluhan nyeri pinggang sebeah kanan dan kiri dan didiagnosa oleh
dokter bahwa pasien mengalami obstruksi dispneu (sesak), penyakit
jantung hipertensi (HHD) dan Atrial fibrilasi (AF).
Pada hari pertama pasien diberikan Lanoxin injeksi 1x1 ampul
250mcg untuk mngobati gagal jantung pada situasi darura, lazix
injeksi 1x1 ampul 2 ml untuk menurunkan tekanan darah secara cepat
yang tidak mungkin diberi oral, ISDN tablet untuk mengatasi angina
pektoris, simarc tab 1x2 mg untuk mengatasi serangan jantung dan
gumpalan darah dalam pembuluh vena dan arteri.Pada hari kedua
pasien diberikan lazix injeksi 1x1 ampul 2 ml untuk menurunkan
tekanan darah secara cepat yang tidak mungkin diberi oral, ISDN
tablet untuk mengatasi angina pektoris, simarc tab 1x2 mg untuk
mengatasi serangan jantung dan gumpalan darah dalam pembuluh vena
dan arteri, diovan tablet 1x80 mg untuk mengobati hipertensi dan
gagal jantung, letonal tablet 1x25 mg untuk, letonal tablet 1x25 mg
untuk mengatasi hipertensi esensial akibat payah jantung, concort
untuk mengatasi gagal jantung dan hipertensi.
Pada hari ketiga pasien diberikan lazix injeksi 1x1 ampul 2 ml
untuk menurunkan tekanan darah secara cepat yang tidak mungkin
diberi oral, ISDN tablet untuk mengatasi angina pektoris, simarc
tab 1x2 mg untuk mengatasi serangan jantung dan gumpalan darah
dalam pembuluh vena dan arteri, diovan tablet 1x80 mg untuk
mengobati hipertensi dan gagal jantung, letonal tablet 1x25 mg
untuk, letonal tablet 1x25 mg untuk mengatasi hipertensi esensial
akibat payah jantung, concort untuk mengatasi gagal jantung dan
hipertensi, laxadine syrup 1x1 sdt pada malam hari untuk mengatasi
susah BAB.
Pada hari keempat pasien diberikan lazix tablet 1x40 mg pagi
untuk menurunkan tekanan darah, ISDN tablet untuk mengatasi angina
pektoris, simarc tab 1x2 mg untuk mengatasi serangan jantung dan
gumpalan darah dalam pembuluh vena dan arteri, diovan tablet 1x80
mg untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung, letonal tablet
1x25 mg untuk, letonal tablet 1x25 mg untuk mengatasi hipertensi
esensial akibat payah jantung, concord untuk mengatasi gagal
jantung dan hipertensi, betahistin untuk mengatasi keluhan pusing
(kalau perlu).
Pada hari kelima pasien diberikan lazix tablet 1x40 mg pagi
untuk menurunkan tekanan darah, ISDN tablet untuk mengatasi angina
pektoris, simarc tab 1x2 mg untuk mengatasi serangan jantung dan
gumpalan darah dalam pembuluh vena dan arteri, diovan tablet 1x80
mg untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung, letonal tablet
1x25 mg untuk, letonal tablet 1x25 mg untuk mengatasi hipertensi
esensial akibat payah jantung, concort untuk mengatasi gagal
jantung dan hipertensi, betahistin untuk mengatasi keluhan pusing
(kalau perlu), natrium diklofenak untuk mengatasi nyeri (kalau
perlu).
Pada hari keenam tanggal 17 April 2014, pasien keluar rumah
sakit dan diberikan obat-obatan untuk pengobatan di rumah. pasien
diberikan lazix tablet 1x40 mg pagi untuk menurunkan tekanan darah,
ISDN tablet untuk mengatasi angina pektoris, simarc tab 1x2 mg
untuk mengatasi serangan jantung dan gumpalan darah dalam pembuluh
vena dan arteri, diovan tablet 1x80 mg untuk mengobati hipertensi
dan gagal jantung, letonal tablet 1x25 mg untuk, letonal tablet
1x25 mg untuk mengatasi hipertensi esensial akibat payah jantung,
digoxin 1x0,25 mg untuk gagal jantung kongestif akut, concort untuk
mengatasi gagal jantung dan hipertensi, betahistin untuk mengatasi
keluhan pusing (kalau perlu), natrium diklofenak untuk mengatasi
nyeri (kalau perlu).
Dalam pemantauan terapi obat di ruangan Pulau Tarempa terhadap
pasien yang mengalami jantung hipertensi (HDD) dan Atrial fibrilasi
(AF) dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang dilakukan oleh tim
medis RS TNI AL telah mendapatkan pengobatan yang rasional.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dalam pemantauan terapi obat di ruangan Pulau Tarempa terhadap
pasien yang mengalami jantung hipertensi (HDD) dan atrial fibrilasi
(AF) dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang dilakukan oleh tim
medis RS TNI-AL Dr. Mintohardjo telah mendapatkan pengobatan yang
rasional.
V.2. Saran
1. Peran apoteker di ruangann rawat inap Pulau Sayang harus
dijalankan dengan kata lain apoteker berperan dalam pemberian obat
langsung kepada pasien
2. Perlu adanya peningkatan hubungan kerjasama antara seorang
farmasis dengan dokter dan perawat atau profesi pelayanan kesehatan
lainnya tanpa melanggar bataa-batas peranan mereka dalam rangka
peningkatan terapi obat dan pemantauan penggunaan obat secara
rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO Indonesia Volume 47-2012
s/d 2013. PT ISFI Penerbitan. Jakarta.
Kapita Selekta Kedokteran, 1999, FKUI, Media Aqesculapius,
JakartaMarilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC,
Jakarta). Sanjoyo, Raden. 2005, Sistem Kardiovaskuler. Program DIII
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/farmakologi.pdf., diakses 21
April 2015
Tjay, T. H. dan Rahardja, K 2002. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi kelima, Elex Media
Komputindo,
Jakarta.http://www.news-medical.net/health/Atrial-Fibrillation-Diagnosis-%28Indonesian%29.aspx
diakses 21 April 2015
http://eprints.undip.ac.id/44522/3/BAB_II.pdf, diakses 21 April
2015
ii
iii
i