Page 1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunian-Nya kepada seluruh makhluknnya. Shalawat dan salam tidak
lupa tercurah untuk baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
beberapa pihak, baik yang berupa materil maupun moril, laporan tidak mungkin dapat
terselesaikan. Untuk itu sewajarnya penulis selalu mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak dr. Toha Muhaimin, MSc selaku Dekan PSPD FKK UMJ.
2. Bapak Drs. H. Rustan SA, selaku dosen pembimbing kami yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekan semua di PSPD FKK UMJ Cempaka Putih yang memberikan dukungan
dan support.
4. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis,
baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait,
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga
kebaikanyang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang
senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana
wa Ta’ala, Amin.
A k h i r k a t a , p e n u l i s m e n y a d a r i b a h w a m a s i h t e r d a p a t
k e k u r a n g a n d a l a m l a p o r a n i n i , u n t u k i t u s a r a n d a n k r i t i k y a n g
s i f a t n y a m e m b a n g u n s a n g a t p e n u l i s harapkan.
Jakarta, 21 Desember 2012
Penulis
1
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
C. TUJUAN........................................................................................................................4
D. MANFAAT....................................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................................5
A. PENGERTIAN HAM....................................................................................................5
B. SEJARAH HAM............................................................................................................7
C. BENTUK HAM...........................................................................................................11
D. JENIS HAM.................................................................................................................13
E. PENEGAKAN HAM DALAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI..........................................................14
F. PENGUATAN MASYARAKAT MADANI..............................................................16
G. MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI..........................................................18
BAB III : PENUTUP................................................................................................................23
A. KESIMPULAN............................................................................................................23
B. SARAN........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
DOA.........................................................................................................................................26
2
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia atau biasa disingkat dengan HAM merupakan
sebuah hal yang menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjamin
dalam konstitusinya. Melalui deklarasi universal HAM 10 Desember
1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak
mengenai manusia sebagai manusia. Sejarah HAM dimulai dari Magna
Charta di inggris pada tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut
pada Bill of Rights dan kemudian berpangkal pada DUHAM PBB.
Manusia, menurut Thomas Hobbes adalah makhluk sosial yang
menuntut haknya, tetapi tidak menginginkan kawajibannya, karena
sifatnya yang alami. Pada diri manusia melekat hak-hak yang diberikan
oleh alam, yakni untuk hidup (Life), hak atas kemerdekaan (Liberty), dan
hak atas milik (Property), karena sifatnya yang alamiah tadi,
mengakibatkan suatu perasaan takut, gelisah, resah akan keberadaan hak-
hak asasinya serta kebebasan-kebebasan yang dimilikinya terenggut oleh
orang lain, maka didirikanlah negara melalui kontrak sosial.
Negara diciptakan untuk melindungi hak-hak asasi setiap individu
warganya. Dalam konteks warga Negara inilah, HAM sering tidak
diperhatikan. Negara seakan menjadi kuat apabila warga Negara tunduk
3
Page 4
dan taat tanpa ada koreksi apapun. Civil society mengandaikan bahwa
warga Negara mempunyai kekuatan yang berimbang dengan Negara.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep masyarakat madani?
b. Apa Definisi HAM, Bentuk HAM, Jenis HAM?
c. Apakah masyarakat Indonesia sudah bisa dikatakan madani?
C. Tujuan
a. Memahami serta mampu menerapkan konsep masyarakat madani
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Mewadahi para pembaca untuk menyadari betapa pentingnya
mewujudkan masyarakat madani.
D. Manfaat
a. Manfaat secara khusus
i. Bagi penulis memperoleh pengetahuan dan kesadaran tentang
betapa pentingnya masyarakat madani.
b. Manfaat secara umum
i. Karya ilmiah ini dapat secara langsung digunakan sebagai salah
satu media untuk mengenalkan kepada seluruh komponen
masyarakat tentang konsep serta pentingnya bermasyarakat
madani.
4
Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM )
Hak Asasi manusia (HAM) adalah sejumlah hak yang melekat
pada setiap individu manusia. Hak-hak itu diperoleh sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, bukan pemberian manusia atau
penguasa. Sementara dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tantang HAM, adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
Anggota Komisi Hak Asasi Manusia PBB, merumuskan pengertian
HAM dalam “human right could be generally defines as those right
which are inherent in our nature and without which we cannot live as
human being” yang artinya HAM adalah hak-hak yang secara inheren
melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup
sebagai manusia
Dari pengertian diatas, maka hak asasi mengandung dua makna,
yaitu:
5
Page 6
1. HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri manusia sejak
manusia dilahirkan kedunia.
2. HAM merupakan instrument untuk menjaga harkat martabat manusia
sesuai dengan kodart kemnusiaannya yang luhur.
HAM bukan hanya merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh
setiap manusia sejak lahir. Tapi, juga merupakan standar normatif bagi
perlindungan hak-hak dasar manusia dalam kehidupannya. Esensi HAM
juga dapat dibaca dalam mukadimah universal declaration of human
right. pengakuan atas martabat yang luhur dan hak-hak yang sama dan
tidak dapat dicabut dari semuaanggoat keluarga manusia merupakan
dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia”.
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseoarang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Bila kita tinjau HAM dalam perspektif Islam adalah Islam
menganggap dan meyakini bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak yang
6
Page 7
melekat pada setiap manusia yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia (Jan Materson/Komisi HAM PBB). Hak asasi
Manusia adalah al-huquq al-insan al-dhoruriyyah yakni hak-hak kodrati
yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat
dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun.
Di antara konsep yang relevan dengan HAM adalah rumusan
fuqaha tentang maqâshid al Syar’i (tujuan Syari’ah) berdasarkan analisi
fuqaha, bahwa Allah dan Rasulnya , membuat syari’ah dengan beberapa
tujuan, memelihara kebebasan beragama (hifz ad-din), memelihara diri
atau menjaga kelangsungan hidup (hifz al-nafs), akal (hifz al-‘Aql),
keturunan (hifz al-nasl), dan memelihara harta (hifz al-amwal).
B. Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul
karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai
akibat tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan,
perbudakan, ketidak adilan dan kezaliman ( tirani ).
Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara
perlahan dan beraneka ragam. Perkembangannya dapat kita lihat berikut
ini:
7
Page 8
1. Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah.
Yaitu bisa kita ambil dari sebuah kisah perjuangan Nabi
Muhammad saw untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita dari
penindasan bangsa Quraisy ( tahun 600 Masehi ).
2. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris.
Inggris merupakan Negara pertama didunia yang memperjuangkan
hak asasi manusia. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen
sebagai berikut :
Tahun 1215, munculnya piagam “Magna Charta” atau Piagam
Agung. Terjadi pada pemerintahan raja John, yang bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat dan terhadap kelompok
bangsawan.
Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Right”. Dokumen ini
berisi pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya.
Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus Act”. Dokumen ini
merupakan undang-undang yang mengatur tentang penahanan
seseorang.
Tahun 1689, keluar “Bill of Right”. Merupakan undang-undang
yang diterima parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan
terhadap Raja James II.
8
Page 9
3. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat.
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari
pemikiran John Locke, yaitu tentang hak-hak alam seperti, hak hidup, hak
kebebasan, dan hak milik.
4. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Prancis.
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu
naskah pada awal revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan
tidak puas dari kaum borjuis dan rakyat terhadap kesewenang-wenangan
Raja Louis XVI. Naskah tersebut dikenal dengan Declaration des Droits
de L’ home et Du Citoyen ( pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia
dan warga Negara ).
5. Atlantic Charter 1941.
Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II
yang dipelopori oleh F.D. Roosevelt.
6. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan
naskah yang dikenal denganUniversal Declaration of Human Right, yaitu
pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10
Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.
9
Page 10
7. Hasil sidang Majelis Umum PBB tahun 1966.
Tahun 1996, dalam siding Majelis Umum PBB, telah
diakui covenants on Human Rigths dalam hukum Internasional dan
diratifikasi oleh Negara-negara anggota PBB.
Jika dilihat dari prespektifnya, sejarah perkembangan hak asasi
manusia dikategorikan menjadi empat generasi sebagai berikut:
1. Generasi pertama, pada generasi ini bahwa subtansi HAM berpusat
pada aspek hukum dan politik. Ini disebabkan oleh dampak perang
dunia ke dua. Dimana negara baru ingin membuat tertib hukum baru.
2. Generasi kedua, setelah perang dunia ke dua. Negara baru tidak
hanya menuntut hak-hak yuridis, melainkan hak-hak sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Pada generasi ini lahir dua perjanjian yang
terkenal yaitu, covenant on economic, social ,and cultural right, dan
international covenant on civil and political right. Keduanya telah
disepakati dalam sidang umum PBB pada 1966.
3. Generasi ketiga, pada kondisi sebelumnya mentitik beratkan pada
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya. Ini menyebabkan ketidak
seimbangan pada kehidupan bermasyarakat. Karena ketidak
seimbangan tersebut melahirkan gernerasi ketiga yang menyatukan
antara politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum dalam satu wadah.
Istilah pembangunan (the right of development).
10
Page 11
4. Generasi keempat, dipelopori oleh negara dikawasan asia pada tahun
1983 yang melahirkan deklarasi hak asasi manusia. Yang
disebut declaration of the basic duties of Asian people and
government. Deklarasi keempat ini mengukuhkan keharusan imperatif
dari negara untuk memenuhi hak asasi rakyatnya.
C. Bentuk Hak Asasi Manusia ( HAM )
Bentuk HAM secara umum dibagi menjadi 4 kelompok, yakni:
1. Hak sipil
2. Hak politik
3. Hak ekonomi dan;
4. Hak sosial budaya
Hak sipil, diperlakukan sama dimuka hukum, bebas dari
kekerasan, hidup, dan kehidupan. Sementara Hak Politik, berarti
kebebasan berserikat, berpendapat dan berkumpul, kemerdekaan
mengeluarkan pemikiran dengan lisan dan tulisan.
Adapun Hak Ekonomi, berupa jaminan sosial, perlindungan kerja,
perdagangan dan pembangunan. Hak Sosial Budaya, berupa hak untuk
memperoleh pendidikan, hak kekayaan intelektual, kesehatan,
perumahan, dan pemukiman.
Dalam UU HAM Nomor 39 Tahun 1999 tertulis dalam Pasal 24
Ayat 1; “ Setiap orang berhak untuk berkumpul, berpendapat, dan
11
Page 12
berserikat untuk maksud-maksud damai. Sementara dalam pasal 19
Deklarasi HAM (Universal Declaration of Human Right) menyebutkan
“Setiap orang berhak untuk mengeluarkan pendapat dan ekspresinya, hak
ini mencakup kebebasan untuk memiliki pendapat tanpa adanya campur
tangan, dan juga hak untuk mencari, menerima, menyebarkan informasi
dan ide melalui media apapun dan tak boleh dihalangi. Munculnya pasal
Kriminalisasi terhadap publik sebagai pengguna informasi, yakni pasal 51
UU KIP, “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan informasi
publik secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak 5 juta rupiah”,
menjadi kontra produktif dalam menegakkan HAM di Indonesia.
Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa HAM bukan saja hak
untuk mengeluarkan pendapat tetapi juga hak untuk mendapatkan
pendapat orang lain. Bagi kalangan masyarakat awam, HAM lebih dilihat
sebagai pengakuan terhadap hak-hak sebagai warga Negara. Konsep
HAM berawal dari konsep tentang adanya negara. Gagasan asal mula
adanya konsep negara pertama kalinya diperkenalkan oleh seorang filosof
Yunani bernama Plato (427-247 SM) yang terkenal dengan konsepnya
Negara Ideal, menurutnya bahwa negara ideal adalah suatu komunitas
ethical untuk mencapai kebajikan dan kebaikan, karena pada hakekatnya
adalah sesuatu keluarga, yang didalamnya kamu semua adalah saudara.
12
Page 13
D. Jenis Hak Asasi Manusia
Jenis hak asasi manusia diantaranya adalah dapat diketahui dalam
deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang disetujui dan
diumumkan oleh reolusi majelis umumPBB pada 10 desember 1948.
Menurut deklarasi tersebut yang isinya terdiri 30 pasal, dijelaskan
seperangkat hak-hak asasi dasar manusia. Diantaranya:
Hak hidup,
Hak tidak menjadi budak,
Hak tidak disiksa dan tidak ditahan,
Hak persamaan hukum, dan
Hak untuk mendapatkan praduga tidak bersalah.
Secara lebih spesifik, dalam pasal-pasal tersebut ditegaskan
beberapa kategori hak sebagai berikut:
1. Hak yang secara langsung memberikan gambaran kondisi umum bagi
individu agar mewujudkan watak kemanusiaanya,
2. Hak tentang perlakuan yang seharusnya diperoleh mansia dalam
sistem hukum,
3. Hak kegiatan individu tanpa campur tangan pemeritah,
4. Hak jaminan taraf minimal hidup manusia.
13
Page 14
E. Penegakan Hak Asasi Manusia ( HAM ) dalam Mewujudkan Civil
Society
Adanya fenomena penindasan rakyat yang dilakukan oleh
pemerintah yang sedang berkuasa merupakan realitas yang sering
dipaparkan dalam pemberitaan pers, baik melalui media elktronika
maupun media cetak. Hal ini merupakan bagian kecil dari fenomena
kehidupan yang sangat tidak menghargai posisi rakyat ( Civil ) dihadapan
penguasa, dan bagian dari fenomena kehidupan yang tidak menghargai
kebebasan berserikat dan berpendapat.
Kenyataan tersebut pada akhirnya bermuara pada perlunya dikaji
kembali kekuatan rakyat/masyarakat (Civil ) dalam konteks interaksi,
baik antara rakyat dengan Negara, maupun antara rakyat dengan rakyat.
Kedua pola hubungan interaktif tersebut akan memposisikan rakyat
sebagai bagian integral dalam sebuah komunitas Negara yang memiliki
daya tawar ( bargaining power ) dan menjadi komunitas masyarakat sipil
yang memiliki kecerdasan, analisa kritis yang tajam, dan mampu
berinteraksi di lingkungannya secara demokratis dan berkeadaban.
Untuk mewujudkan demokrasi dan keberadaban itu, maka
dibutuhkan upaya yang serius untuk menciptakan kondisi yang
demokratis. Kondisi demokratis di sini merupakan satu kondisi yang
menjadi penegak wacana masyarakat madani, dimana dalam menjalani
kehidupan, warga Negara memiliki kebebebasan penuh unruk
14
Page 15
menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Kondisi demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam
pola hubungan interaksi dengan masyarakat disekitarnya, tanpa
mempertimbangkan suku, ras dan agama.
Prasyarat demokratis ini banyak dikemukakan oleh para pakar
yang mengkaji fenomena civil society. Bahkan, demokrasi merupakan
salah satu syarat mutlak bagi penegakan civil society. Penekanan
demokrasi ( kondisi demokratis ) disini dapat mencakup berbagai bentuk
aspek kehidupan, seperti politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi dan
sebagainya. Sebuah masyarakat yang demokratis hanya dapat terbentuk
manakala anggota masyarakat yang satumenghormati hak asasi yang
dimiliki anggota masyarakat yang lain dalam komunitas kehidupannya
masing-masing.
Aspek lain yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah masyarakat
madani yaitu sebagai berikut:
Tegaknya keadilan dan supermasi hukum dalam kehidupan
bermasyarakat.
Keadilan dimaksud untuk mewujudkan keseimbangan yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga Negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.
15
Page 16
Hal ini meniscayakan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah
satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara
esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah ( penguasa ).
Supermasi hukum akan terwujud apabila setiap warga Negara, baik
yang duduk dalam pemerintahan maupun sebagai rakyat biasa,
semuanya tunduk pada hukum.
Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkan hak
dan kebebasan antar warga Negara haruslah dilakukan secara damai
dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, supermasi hukum
juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk
penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-norma
hukum dan segala bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia,
sehingga terwujud bentuk kehidupan yang beradab (civilized).
F. Penguatan Civil Society
Penguatan Civil Society dalam ilmu politik, penguatan civil society
menjadi isu penting yang harus dibahas.
Civil society merupakan kondisi ideal di mana ada sekelompok
warga yang mampu mandiri dari kungkungan Negara. Mereka mamapu
menyeimbangkan hak dan kewajibannya di depan Negara, sehingga
warga Negara diperhitungkan sebagai kekuatan mandiri.
16
Page 17
Kebanyakan warga Negara memandang bahwa ketaatan kepada
Negara merupakan sebuah keharusan bukan sebagai hak warga Negara.
Oleh karena itu nilai tawar warga Negara kurang berarti di depan Negara.
Sebaliknya apabila warga Negara kuat dan maju, maka warga Negara
tidak saja sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek Negara.
Keseimbangan hak dan kewajiban bagi warga Negara merupakan sebuah
keniscayaan. Dengan demikian penguatan hak politik warga Negara akan
terlaksana manakala warga Negara menjadi warga Negara yang mandiri
tanpa ada ketergantungan dengan Negara (civil society). Dengan Civil
society yang kuat hak-hak warga Negara sangat diperhatikan oleh
Negara. Dari uraian di atas yaitu tentang “Hak Asasi Manusia (HAM)
dalam Perspektif Politik”, mengingatkan kepada kita, bahwa HAM sangat
diperlukan dalam membangun civil society yang kuat. Civil society
sebagai bagian dari unsur-unsur Negara, yakni warga Negara, wilayah,
perundang-undangan, dan pemerintah mutlak keberadaannya.
Untuk mewujudkan penguatan civil society maka dibutuhkan dua
suasana yakni:
1. Pengakuan Negara atas hak-hak warga Negara dan penguatan lembaga
civil society.
2. Pengakuan Negara atas hak-hak sipil dan politik warga menjadi
penting, karena dalam sebuah Negara demokrasi political will dari
17
Page 18
Negara terutama dari penyelengara pemerintahan sangat mentukan
eksistensi warga Negara.
Pengakuan hak-hak politik warga Negara sekarang ini bisa dilihat dari
berbagai undang-undang politik yang mengakomodir hak-hak politik
warga. Diperbolehkannya calon bupati/walikota atau calon presiden dari
kelompok independent perlu diapresiasi oleh warga, karena wacana ini
sebagai upaya pembelaan terhadap hak politik warga. Begitu juga dengan
diberlakukannya UU No 14/2008 tentanag Kebebasan Informasi Publik
yang mengamanatkan terbentuknya KIP (Komite Informasi Publik) yang
dibentuk di pusat dan Provinsi, merupakan upaya dalam rangka menjamin
terealisasinya hak-hak politik warga agar mendapatkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah.
G. Mewujudkan Civil Society
Civil society akan tumbuh bila terdapat faktor-faktor sebagai
berikut yaitu :
1. Negara kuat dan memiliki aturan yang tegas dan jelas yang mengikat
warga negaranya.
2. Terdapatnya civic competence yaitu kesadaran berwarganegara yang
dilandasi penghargaan atas prinsip toleransi.
3. Terdapatnya otoritas negara yang efektif dan terlembaga.
18
Page 19
4. Birokrasi yang efektif dan efisien memperjuangkan kepentingan
masyarakat sipil.
H. Civil Society akan muncul bila negara kuat dan memiliki aturan
yang tegas dan jelas yang mengikat warga negaranya.
Studi Gunnar Myrdall tahun 1960-an menunjukkan bahwa banyak
negara di Asia yang civil societynya lemah mengalami kebangkrutan
ekonomi, miskin, serta disertai praktik korupsi yang merajalela sebagai
akibat dari ketidakmampuan negara-negara tersebut menciptakan dan
menerapkan hukum serta aturan-aturan yang jelas dan tegas. Negara-
negara semacam inilah yang dikategorikan Myrdall sebagai ”negara-
lunak” (soft state). Indonesia pada saat itu ikut dimasukkan ke dalam
kategori tersebut. Dalam perkembangannya, konsep ”negara lunak”
sering kali dipakai untuk menjelaskan pemerintah-negara yang lemah,
yang tidak memiliki cukup kewibawaan dan kemampuan untuk
mengendalikan seluruh mekanisme penyelenggaraan negara dan
dinamika kehidupan masyarakat. ”Negara tanpa Pemerintah” adalah
istilah sinis yang dilontarkan untuk menggambarkan ketidakmampuannya
mengatasi dinamika masyarakat yang mudah berkembang ke arah anarki
dan chaos.
Negara yang kuat ditandai oleh kamampuannya menjamin bahwa
hukum dan kebijakan yang dilahirkannya ditaati oleh masyarakat, tanpa
harus menebarkan ancaman, paksaan, dan kecemasan yang berlebihan.
19
Page 20
I. Civil Society akan terwujud bila terdapatnya civic competence.
Civic competence yaitu kesadaran berwarganegara yang dilandasi
penghargaan atas prinsip toleransi. Reformasi sejak tahun 1998
membawa pemerintah ke posisi yang canggung dan serba salah karena
upaya mewujudkan civil society ternyata tidak diikuti oleh upaya
mengembangkan civic competence (kesadaran berwarganegara yang
dilandasi penghargaan atas prinsip toleransi).Akibatnya, ketertiban
masyarakat terganggu (social disorder), yang antara lain ditandai oleh
konflik-konflik horizontal antarkelompok terus terjadi di mana-mana,
sementara kebebasan dalam wujud aksi-aksi protes dan demo menjadi tak
terkendali, bahkan menjurus ke situasi yang cenderung anarki. Padahal,
sering diingatkan cendekiawan Nurcholis Madjid (almarhum), inti dari
masyarakat madani ialah ”madaniah” atau keadaban (civility), maka
kebebasan tak terkekang yang menjurus ke kekacauan (chaos) justru
merupakan halangan utama bagi pertumbuhannya. Sebab, situasi yang
kacau akan menjadi persemaian subur bagi kembalinya otoritarianisme.
Karena itu, masyarakat madani dengan sendirinya mengasumsikan
adanya civil responsibility (tanggung jawab kemasyarakatan).
J. Civil Society tumbuh bila terdapatnya otoritas negara yang efektif
dan terlembaga.
Civil Society tumbuh bila terdapatnya otoritas negara yang efektif
dan terlembaga dan jika terjadi penentangan terhadap otoritas ini, ia
20
Page 21
mampu mengatasinya. Dengan kekuatan semacam itulah, negara mampu
menjaga keamanan, ketertiban, kebebasan, serta mampu mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan ekonomi. Jika negara tidak mampu menjaga
otoritas semacam ini, ia disebut sebagai negara lemah. Dengan sendirinya
civil society akan muncul bersama kesejahteraan dan keadilan ekonomi
yang tumbuh dari otoritas negara yang efektif dan terlembaga.
K. Civil Society akan tumbuh bila terdapat birokrasi yang efektif dan
efisien.
Syarat penting terwujudnya civil society adalah birokrasi yang
efektif dan efisien memperjuangkan kepentingan masyarakat sipil. Ernest
Gellner (1995) mengemukakan, ada beberapa hal yang harusnya menjadi
catatan penting agar birokrasi bisa menjadi civilian government, birokrasi
negara yang memperjuangkan kepentingan masyarakat sipil.
mampu menciptakan tatanan sosial yang tidak melakukan penguatan
yang bersifat memaksa. Ini berarti, proses demokrasi secara
substansial sudah mampu ditegakkan yang disertai dengan bangunan
kesadaran masyarakat yang sudah tidak hegemonik.
negara yang direpresentasian oleh birokrasi pemerintahan mampu
memenuhi perannya sebagai penjaga perdamaian di atas berbagai
kepentingan besar. Birokrasi mampu menjadi pelayan bagi
kepentingan publik dan tidak terlibat dalam conflic of interest.
21
Page 22
negara harus menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis, yang
bebas dari eksploitasi dan penindasan, ini menuntut adanya regulasi
pemerintah yang menjadi kebebasan dan penegakan hak-hak
kewargaan.
negara tidak melakukan proses dominasi dan atomisasi masyarakat.
Dari sini terlihat bahwa negara harus bisa membangun orientasi
kembar dalam menjalankan fungsi birokrasinya. Negara juga dituntut
meningkatkan kesejahteraan warga negara dan menjaga kondisi keuangan
negara. Di sisi lain negara juga dituntut agar proaktif mendorong
terciptanya arus demokratisasi di tingkat masyarakat sipil. Negara harus
mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan tetap berbasis pada
kekuatan perekonomian domestik, ini berarti harus dibangun sebuah
sistem perekonomian yang berpihak pada masyarakat atau sistem
ekonomi kerakyatan. Selain itu, negara harus tetap mempertahankan
orientasinya untuk memberdayakan civil society melalui proses
demokratisasi yang memberi akses selebar-lebarnya bagi mereka untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
22
Page 23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan sebaagi berikut :
a. Masyarakat madani merupakan suatu wujud masyarakat yang
memiliki kemandirian aktivitas dengan ciri: universalitas,
supermasi, keabadian, pemerataan kekuatan, kebaikan dari dan
untuk bersama, meraih kebajiakn umum, piranti eksternal, bukan
berinteraksi pada keuntungan, dn kesempatan yang sama dan
merata kepada setiap warganya, ciri masyarakat ini merupakan
masyarakat yang ideal dalam kehidupan. Untuk pemerintah pada
era reformasi ini, akan mengarakan semua potensi bangsa berupa
pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, militer, kerah
masyarakat madani yang dicita-citakan.
b. Di Indonesia konsep masyarakat madani ini sangat bertolak
belakang dengan penerapannya. Politik, ekonomi, sosbud serta
hukum di Indonesia telah jauh dari nilai kemadanian malah
sebaiknya Edan-ni. Namun kita harus melihat positifnya, bahwa
masih ada kesempatan besar untuk memperbaiki masyarakat kita
yang sudah mendekatai taraf menyedihkan ini.
23
Page 24
c. Mahasiswa seharusnya mampu berperan untuk mewujudkan
masyarakat madani. Berbagai cara bisa ditempuh mahasiswa untuk
hal itu. Misalnya: lewat pewacanaan, pengabdian berupa desa
binaan, serta membangun skill kewirausahaan.
Saran
Bagi kita semua, janganlah kita menjadi orang yang apatis, apapun
posisi kita baik mahasiswa, dosen, guru atau wirausaha seharusnya segera
mengambil pran untuk mewujudkan masyarakat madani. Tidaklah pantas
kita berbangga dengan status kita sekarang ini jika kita belum mampu
untuk bermanfaat bagi masyarakat.
24
Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Asykuri ibn Chamim, dkk. 2003. Civic Education, Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: Ditlitbang Muhammadiyah dan LPP
UMY.
Imam Yahya. 2010. Ham dan Civil Society. ( makalah )
25
Page 26
DOA
Alhamdulillahirrobil alamin wassalamuwassalam mualla asrofil ambiyail waa
alla alihi wah sobbihi ajmain. Puji syukur atas semua nikmat yang telah Allah
berikan serta tak lupa salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
“Ya Allah yang telah memberikan kami jalan untuk menuju kesuksesan yang
telah kami cita-citakan, semoga kami dapat menjadi orang yang selalu
bersyukur atas semua nikmat dan yang telah najih, sholeh, sehingga kami dapat
membangun sebuah komunitas masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.”
Amin ya robbal alamin .....
26