BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung-gelembung udara (alveoli).
Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel dan
endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2masuk kedalam
darah dan CO2dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan
dengan pernafasan pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan
yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar; arus darah
melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru distribusi arus udara
dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa
dicapai untuk semua bagian difusi gas yang menembus membran alveoli
dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Asma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang
menyebabkan spasmr bronkus. Asma merupakan reaksi hypersensitive
yang disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan
faktor fsikologis. Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat
medik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat
kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan
pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus
terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan.
Faktor-faktor ini yang terutama menyebabkan refrakternya serangan
asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator. Serangan Asma dapat
dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan minuman
obat sebelum melakukan olahraga. Dan upaya pencegahan asma pada
anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada 2 anak yang asmanya
belum bermanifestasi. Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ;
walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi
manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penghindaraan
terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi
pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak. Orang tua
terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
B. Tujuan
Untuk mengetahui tentang Asmatikus.
Untuk mengetahui tentang etiologi asmatikus.
Untuk mengetahui tentang manifestasi klinik asmatikus.
Untuk mengetahui tentang patofisiologi asmatikus.
Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang asmatikus
Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan asmatikus
Untuk mengetahui tentang pencegahan asmatikus
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah
ini penulis hanya membicarakan tentang anatomi fisiologi dan konsep
dasar asmatikus.
D. Rumusan Masalah
1. Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan
adalah :
2. Apa yang dimaksud dengan pengertian asmatikus.
3. Apa saja etiologi asmatikus.
4. Apa saja manifestasi klinik asmatikus.
5. Apa saja patofisiologi asmatikus
Definisi:
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat madik yang lain,
bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar
akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada
status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula
sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini
yang terutam menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap
obat-obatan bronkodilator.
Definisi Asma
Global Initiative for Asthma
(GINA) mendefinisikan asma sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran nafas
dengan banyak sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada
orang yang rentan
inflamasi dapat menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa
dada
tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala
mengi
serta
batuk dengan karakteristik sebagai beriku
t; timbul secara
episodik dan atau kr
onik, cenderung pada malam hari atau
dini hari
(nokturnal), musiman. Adanya faktor pencetus diantaranya
aktivitas fisik
dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
penyumbatan,
serta adanya riwayat asma at
au atopi lain pada pasien atau
keluarga,
sedangkan seba
b
-
sebab lain sudah disingkirkan (Nelson, 1996).
Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang
praktis dalam bentuk batasan operasional yaitu mengi berulang
terkadang
disertai batuk persisten
dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara
epis
odik, cenderung pada malam hari atau
dini hari (nokturnal), musiman,
faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik, dan bersifat
reversibel baik
secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya ri
wayat asma
atau atopi la
in pada pasien atau keluarganya (PPIDAI, 2004).
KLASIFIKASI ASMA:
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi
:
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap
bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran
nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat
berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang
konvensional status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator
(Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa
pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising
ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan
labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher,
hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan
kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi
di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi
pertanda bahaya gagal pernapasan.
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo
2008)
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan
karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu
yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi
dan kodisi lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi
udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006)
penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat)
yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
gejala kurang dari seminggu
serangan singkat
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
gejala lebih dari sekali seminggu
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% 30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
gejala setiap hari
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
FEV 1 tau PEV 60% 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
gejala setiap hari
serangan terus menerus
gejala pada malam hari setiap hari
terjadi pembatasan aktivitas fisik
FEV 1 atau PEF = 60%
PEF atau FEV variabilitas > 30%
4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat
diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA,
2006)
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan,
bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi
kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara
memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi
nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat
inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan
posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada
sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan,
sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan
asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami
serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami
serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam
terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian
ETIOLOGIASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering
menimbulkan Asma adalah:
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan
oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan
alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius,
latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang
menjadi pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan.
Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum
berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu
cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan
relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran
pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah
ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara,
polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan
emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan
sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak
dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma
secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma
adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga
bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti
buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan
obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor,
kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E
jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk
tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E
pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen
ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast
seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen
berupa asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau
latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang
biasanya terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging,
aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan
oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit
sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis
mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan
perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah
mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya,
karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus,
misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini
menyebabkan inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
Tanda dan gejala :
1. Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten
dan wheezing pada waktu inspirasi, lebih sering terutama pada malam
hari.
2. Batuk-batuk dengan lendir yang lengket : kesulitan pada
ekspektoransi
3. Gelisah, usaha bernafas dengan keras.
4. Bernafas melalui sela-sela bibir
5. Sianosis
6. Takipnea
7. Nadi cepat
PEMERIKSAAN PENUNJANGASMA:
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel
bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe
asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan
bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat
RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.
KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
2.Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen, defisiensi
oksigen darah
4. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
Penatalaksanaan :
1. Peroide dinatar waktu serangan
a. Hilangnya penyebab dari lingkungan penderita asma yang
alregic
b. Derivat amniphilin oranl.
c. Beta alfa agonis oral atau inhalasi
d. Inhalasi kostikostiroid yang tidak diserap, beclometazone
e. Modifikasi reaksi alergen antibidy dengan inhalasi
cromolyu
f. Kostikostiroid oral untuk kasus yang berat
2. Serangan akut
a. Hidrasi adekuat sangat penting
b. Epinefrin subkutan atau simpatomimetik lain sering membantu
pada permulaan serangan.
c. Derivat aminophilin parenteral.
d. Inhalasi bronkho selektive beta agonist pada serangan
ringan.
e. Serangan yang hebat mungkin memerlukan pengobatan steroid dan
dipertahankan untuk jangka waktu lama dengan dosis selektif minimum
bila serangan hilang timbul.
3. Status Asmatikus
a. Serangan asma yang lama dan berat dapat berbahaya bagi jiwa
klien
b. Harus diberikan pengobatan yang cepat seperti pada serangan
akut.
c. Pengobatan seperti pada searangan akut.
d. Harus diberikan hiodrokortison secara intar vena.
e. Terapi O2 mungkin perlu pada penderita yang dapat menahan
CO2.
f. Mungkin memelukan inkubasi endotracheal dan bantuan
ventilator.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Keluhan Utama / Kesehatan umum :
Sesak nafas.
Riwayat Pentyakit Sekarang ( ssi PQRST) :
Kuarang lebih pukul 19.00 malam kx sesak nafas (perlahan-lahan
dada sakit, tidak bisa diam). Kemudian oleh keluarganya
dipanggilkan mantri (disuntik Aminophilin) tapi kx tetap sesak (TD
: 120 /90 mmHg, Resp. 16 x/m, nadi : 64 x/m Suhu : 37,1 oC )
sehingga oleh keluarganya sekitar Pukul 20:30 wita di bawa ke RS
Ulin ini (Tgl 28 3 02).
Penggunaan obat sekarang
IVFD D5 % + 1 amp Aminopihlin 20 tts/m.
Kalmitahsone 1 amp / 8 jam .
GG 3x 1 tab.
Antasid 2 x 1
Dexamethasone 3 x 1 amp
B. compleks 3x1
O2 3 liter / menit
Riwayat Penyakit dahulu :
Mulai umur 12 th kx mulai sering sesak nafas terutama setelah
bermain dan suhu yang dingin. Dari keluarganya tidak ada DM,
Hipertensi, Hepatitis .Klein baru 1 x masuk RS.
Upaya epncegahan : berobat ke Puskesmas Gambut (disuntik
aminophilin dan obat tablet ) dan ke Mantri (suntik
aminopihlin).
Penyakit masa anak :
Panas dan batuk biasa setelah berobat kx sembuh.
Alergi :
Suhu dingin
Kebiasaan :
Tembakau pernah, sejak 12 tahun, jenis Gudang Garam jumlah 1
bungkus / hari. Alkohol : pernah, jenis bir Bintang 1 2 gelas tidak
pernah mabuk. Riwayat penggunaan obat lain pernah, jenis Asmason
jumlah 1x/hari. Bila kx terasa sesak.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx menderita seperti kx. Ayah
kx menderita asma telah meninggal 5 tahun yang lalu.
Riwayat Sosial :
Kx anak paling bungsu dari 7 bersaudara, kx mudah bergaul
sehingga banyak mempunyai teman, kx sering pergi dengan
teman-temannya misalnya : ke pameran, dan ke Sekumpul.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Masukan nutrisi sebelum sakit :
Pagi : nasi + lauk + air putih (1 piring + 2 3 gelas air)
Siang: Sda
Sore : Sda
Pantangan makan : lumbok , sahang, nangka.
Kudapan Sore tidak ada.
Saat sakit
Saat sakit,pagi BB TKTP (2 3 sendok),siang dan malam sama saja
dengan pagi. Nafsu makan normal, tetapi kx hanya makan 2 3 sendok
karena sesak nafas (bila tidak sesak kx dapat menghabiskan diet
yang diberikan). Kesulitan menelan tidak ada, keadaan gigi atas dan
bawah penuh. Penggunaan Protesa tidak ada . fluktuasi BB 6 bualan
terakhir tetap 51 Kg.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital : TB 158 sm, BB 51 Kg
Kulit :
Warna normal (sawo matang), suhu 35 oC , torgur baik (N < 1
detik). Edema tidak ada , lesi dan memar tidak ada.
Rambut dan kulit kepala :
Keadaan rambut : kering tebal dan warna rambut hitam.
Mulut :
Hygiene bersih,gusi normal tidak ada perdarahan, warna merah
muda, gigi normal, tidak ada careis. Lidah normal, mocosa warna
merah muda, tonsil normal tidak ada peradangan, Wicara normal tapi
saat sesak baicara kx terputus putus dan singkat.
Abdomen :
Pembesaran hepar dan lein tidak ada.
3. Pola eliminasi
Faeces
Kebiasaan defekasi : 1 ( satu )x /hari, defekasi terakhir selama
di Rumah Sakit tidak ada BAB. Masalah konstipasi dan diare tidak
ada.
Abdomen struktur simetris, frekuensi bising usus : 9 x/m,
distensi tidak ada.
Urine
Kebiasaan miksi :frekuensi > 3 x/hari. Masalah dalam kencing
tidak ada tidak menggunakan alat bantu.
Pemeriksaan fisik
Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk negatif. Blast tidak ada
distensi.
4. Pola Aktivitas Latihan
Klien dapat beraktivitas secara mandiri seperti mandi,
berpakaian, toeliting, mobilitas di tempat tidur, berpindah,
ambulasi dan pemeliharan kesehatan. Klien tidak menggunakan alat
bantu.
Pemeriksaan fisik :
Pernafasan / sirkulasi; tanda vital TD : 110/80 mmHg. Nadi 40
x/m. Resp. 20 x/m. Kualitas dangkal,cepat dan irreguler. Kx
sesekali batuk + dahak (lendir + warna putih). Bunyi nafas tidak
ada . Kelainan wheezing pada waktu ekspirasi.
Pemeriksaan Fukus Sistem Respirasi :
Infeksi :
Bentuk dada : simetris. Sifat pernafasan : nafas dada. Pola
nafas : takhipnea. Ritme : inspirtasi lebih panjang dari ekspirasi
( cepat dan dangkal ) irregular.
Pemakaian otot pernafasan ada. Frekwensi : 20 x/menit. Postur:
normal.
Palpasi :
Nyeri tekan tidak ada. Massa tidak ada. Premitus vokal melemah.
Kesimetrisan ekspansi dada simetris.
Perkusi :
Bunyi perkusi paru : hiperresonan.
Auskultasi :
Bunyi nafas tambahan : wheezing ( ekspirasi ). Kualitas suara :
kalimat terpatah-patah.
F Riwayat Keperawatan dan Kesehatan
Keluhan/ masalah mulai dirasakan semajak umur 12 tahun yang
lalu. Berkembang perlahan-lahan. Keluhan menghilang setelah
mendapat terapi (minum obat). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan : minum obat , istirahat / mengatur posisi. Riwayat
kelaurga dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx berpenyakit yang sama
seperti kx. Ayah klien penderita sama telah meninggal 5 tahun yang
lalu.
F Faktot pencetus :
a. Kebiasaan merokok
Mulai umur 12 tahun px mulai merokok . ketika lulus Tsanawiyah (
16 tahun) menjadi perokok aktiv. 1 bungkus / hari. Sering kontak
dengan perokok. Durasi 5 10 menit setelah rokok yang dihisap
habis.
b. Pekerjaan
Membantu orang tua disawah.
c. Data Rekreasi
Hobby main gitas dan menyanyi. Mengisi waktu luang dengan
istirahat/tidur/main gitar.
d. Data lingkungan
Kx tinggal dipinggir jalan raya dan kx tidak punya hewan
piaraan.
F Riwayat Psikologis
klien menganggap sudah biasa terhadap penyakit yang dideritanya,
kx sangat memperhatikan pengobatannya. Pengaruh sakit terhadap cara
hidup / pola hidup kx, cukup berpengaruh ( apabila sesak nafas kx
kambuh, kx tidak dapat bekerja ). Kx telah terbiasa dengan penyakit
dan pengobatan yang telah dilakukan. Keluarga dapat menerima
keadaan kx dan selalu berusaha membantu dalam pengobatan kx
terutama pada saat sesaknya kambuh.
Gejala yang muncul :
a. Batuk
Frekwensi kadang-kadang, jenis batuk tidak produktif, batuk
bertambah berat setelah beraktifitas. Batuk muncul bila terasa
banyak sekret pada tenggorokan. Posisi yang enak saat batuk adalah
duduk.
b. Sekresi
Jenis mokoid, warna putih dan ditambah lendir, viskositas agak
kental berlendir, jumlah sedang ( cc / hari ), tidak berbau.
c. Dispnoe
Dapat timbul bila aktivitas berlebihan. Waktu tidak tentu.
Serangan dan faktor prefitasi adalah suhu dingin dan batuk. Kulit
teraba dingin, berkeringat dingin muka tampak pucat.
d. Nyeri dada
Gambaran rasa nyeri seperti diremas-remas. Serangan perlahan -
lahan. Lokasi dada kiri dan kanan. Datang ketika sesak nafas.
Faktor yang dapat mengurangi setelah diberi obat dan istirahat.
Nyeri timbul pada saat sesak nafas. Cukup mengganggu terhadap
aktivitas dengan skala nyeri 2.
5. Pola Tidur Istirahat.
Kebiasaan 8 jam /hari, siang 2 jam, malam 5 jam , di Rs kx tidak
bisa tidur, malam tadi ( 2 jam ). Setelah bangun tidur kx tidak
merasa segar , insomnia kerena sesak nafas. Penampilan fisik
lelah/letih konjunktiva pucat.
6. Pola Kognitif dan Konseptual
Pendengaran normal, vertigo tidak ada, terdapat nyeri akut
seperti diremas-remas pada dada kiri dan kanan. Penatalaksaan nyeri
mengatur posisi yang nyaman dan minum obat.
Pemeriksaan fisik :
Mata pupil isokor, status mental compus mentes, GCS 455
7. Pola Persepsi Diri/ Konsep diri
Kx merasa sanggup dengan masalah financial dan perawatan di RS
ini baik. Kedaan emosional stabil, konsep diri : kx dapat menerima
penyakitnya.
8. Pola Peran/Hubungan.
Status pekerjaan tidak tetap, keluarga peduli terhadap kx,
terlihat dari banyak keluarga dan saudaranya yang menengok kx di
RS.
9. Pola Seksualitas.
Tidak ada masalah
10. Pola Koping -Toleransi Stress.
Klien dapat beradaptasi dengan penyakitnya, cara pengambilan
keputusan, dibantu oleh kakak dan orang tuanya. Kejadian terbesar
seperti PHK, perceraian, dll tidak pernah terjadi
LAPORAN KASUS :Nn.B 18 thn ,Agama Islam,dan nama walinya adalah
Tn. Eko. Masuk kerumah sakit pada tanggal 27 april 2011klien masuk
melalui poliklinik penyakit dalam , dengan keluhan sesak napas ,
saat dilakukan pemeriksaan, Nn. B mengeluh sesak pada saat ia
bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan abdomen. Klien juga
mengatakan lemah,lemas dan hanya bias berbaring saja karena susah
bernapas jika beraktifitas, aktivitas sehari hari klien di bantu
oleh keluarganya. Skala nyeri klien adalah 5 . Klien mengatakan 3
tahun yang lalu pernah, ia pernah dirawat di rumah sakit dengan
sakit yang sama, dan dokter saat itu mengatakan bahwa dia sakit
asma. Nn.B tampak lelah, dan nmengatakan adanya alergi pada debu,
dan sangat rentan kena asma pada udara malam.ny. N Menggunakan otot
bantu pernapasan, tampak adanya pernapasan cuping hidung. Pada saat
pengkajian klien tampak susah bernapas dan ketika ekspirasi
terdengar bunyi wheezing. Dari hasil pemeriksaan fisik klien
didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi : 113x/mnt, klien
tampak lemah dan letih, wajah klien tampak pucat. Hasil pemeriksaan
radiologi paru Nn.B , didapati hiperinflasi pada
parunya.PengkajianNama Perawat : Perawat DilaTanggal Pengkajian :
28 April 2011 Ruang Perawatan Dahlia, Rumah Sakit RespatiJam
Pengkajian : 08.00 wibTanggal Masuk : 27 April 20111. Biodata
:Pasien Nama : Nn. BAgama : IslamPendidikan : SMAPekerjaan :
-Status Pernikahan : Belum MenikahAlamat : JogjakartaDiagnosa Medis
: Status AsmatikusPenanggung Jawab Nama : Tn. EkoAgama :
IslamPendidikan : Sarjana EkonomiPekerjaan : Admin di sebuah
perusahaan swastaStatus Pernikahan : MenikahAlamat :
JogjakartaHubungan dengan klien : Orang tua2. Keluhan utama :Klien
mengeluh sesak napas.3. Riwayat Kesehatan :a. Riwayat Penyakit
Sekarang :Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. b.
Riwayat Penyakit Dahulu :Klien menderita penyakit asma sejak 3
tahun yang lalu.4. Basic Promoting physiology of Health1. Aktivitas
dan latihanKlien sangat lemah sehingga untuk aktivitas yang berat
dibantu keluarga dan aktivitas yang dikerjakan pasien hanya sebatas
ringan saja, seperti membaca buku, dan menonton TV. 2. Tidur dan
istirahatUntuk istirahat klien mengatakan tidak pernah mengalami
masalah, kecuali pada saat penyakitnya kambuh.3. Kenyamanan dan
nyeriKlien mengatakan nyeri yang dirasakannya mengganggu. Saat
dilakukan pengkajian nyeri didapatkan :P : saat terkena debu dan
udara malamQ : nyeri yang dirasakan klien terus menerusR : pada
dadaS : skala nyeri 5T : sekitar 15 menit4. NutrisiKlien masuk
rumah sakit dengan BB 50 kg, sebelum masuk rumah sakit nafsu makan
klien baik. Sejak masuk rumah sakit, klien mengatakan nafsu
makannya kurang. 5. Cairan, elektrolit dan asamPasien mengatakan
dalam sehari minum pasien minum 6 gelas blimbing, dalam 1 gelas
ukurannya 200 cc.Minum 6 gelas sehari = 6 x 200 = 1200 mlInfus 500
cc/6 jam = 4 x 500 cc = 2000Air metabolisme 5/kg
BB/hari=5x69=345mlIntake=1200+2000+345=3545mlUrin = 5 x 300= 1200
ml/hariIWL =14/kg/hari=15 x 69= 1035mlIWL = IWL+200 (suhu sekarang
- 370C) = 1035 + 200(38 - 37) = 1235Output=1500+100+1235=2835BC
=Intake-Output=4545-2835= + 1710mlpH =7,286. OksigenasiPada saat
masuk rumah sakit klien mengalami sesak nafas dan dyspnea / sakit
saat bernafas, RR karakteristik pernapasan.7. Eliminasi
fekal/bowelKlien BAB normal dalam sehari 1X, klien mengatakan
jarang sekali menderita diare.8. Eliminasi urinKlien BAK dengan
mudah dan tidak merasa sakit saat BAK ataupun ada keluhan lain saat
BAK.9. Sensori, persepsi dan kognitifKlien tidak mengalami gangguan
persepsi sensori. Kllien juga tidak menggunakan alat bantu
penglihatan dan alat bantu untuk berjalan. Pendengaran klien masih
normal dan tidak mengalami gangguan. Penciuman klien masih
normal.5. Pemeriksaan Fisik kuantia. Keadaan umum pasien tampak
lemah dan wajah tampak pucat. GCS berapa, kualinya apa???
Pemeriksaan TTV didapatkan hasil : TD : 100/70 mmHg, nadi :
110x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 37,7 0C.b. Pemeriksaan kepala
(inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): bentuk kepala klien
mesochepal, tidak terdapat lesi, tidak ada hematom, rambut klien
bersih tidak rontok. Pemeriksaan muka : muka klien tampak pucat,
berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera klien berwarna
putih bersih, terdapat sekret pada mata, konjunctiva anemis. Hidung
klien simetris, tidak ada septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak
ada epistaksis, tidak ada polip. Pada pemeriksaan bibir klien
didapatkan bibir klien kering, tidak ada stomatitis. Pada telinga
klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.c.
Pemeriksaan leher , leher klien simetris tidak ada penyimpangan,
tidak ada pembesaran kelenjar tyhroid, saat dilakukan pengukuran
JVP didapatkan nilai 2 cm, tidak ada kaku kuduk, tidak terjadi
kesusahan dalam menelan.d. Pemeriksaan dada dibagi jadi 2 : a)
Pulmonal /paru - Inpeksi : bentuk tulang dada simetris, tetapi saat
bernapas klien terlihat pengembangan dada yang tidak simetris.-
Palpasi : pada saat dilakukan palpasi volal fremitus dapat terasa
getaran yang berat .- Perkusi : suara perkusi yang dapat dihasilkan
dari paru-paru klien terdapat pekak yang menunjukkan banyak
sekret.- Auskultasi : saat dilakukan auskultasi terdapat suara
whweezing pada pernapasan klien.b) Coroner / jantung Auskultasi =
Terdapat suara bunyi jantung yaitu S1 dan S2 yang berarti tidak ada
gannguan pada jantung. e. Pemeriksaan abdomen 1. Inspeksi : bentuk
abdomen klien simetris, tidak asites ataupun kemerahan2. Auskultasi
: karakter bunyi peristaltiknya normal, frekuensi peristaltic
ususnya didapatkan nilai 12x/menit masih dalam rentang normal.3.
Palpasi : saat dilakukan palpasi terdapat terdapat nyeri tekan,
karena adanya pengaruh otot pada abdomen.4. Perkusi : Kajian jenis
& lokasi bunyitympani (normal pd usus) hypertimpani (kembung),
menentukan batas hepar.f. Pada Genetalia klien warnanya sama dengan
warna kulit,tidak terdapat lesi pada vulva, Pada palpasi tidak
terdapat nyeri.g. Pengkajian ekstremitas, klien terdapat edema dan
kekuatannya ototnya melemah.B. Diagnosa Keperawatana) Analisa
DataNo Data Fokus Etiologi Problem1. DS : klien mengatakan sesak
pada saat ia bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan
abdomen. adanya alergi pada debu.DO : klien tampak susah bernapas
dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil
pemeriksaan fisik klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt ,
Nadi : 113x/mnt Spasme jalan napas Bersihan jalan napas tidak
efektif2. Ds: Klien mengatakan sesak pada saat bernafas,nyeri pada
dada dan abdomen.Do: Klien tampak lemah,letih, dan wajah tampak
pucat.Hasil pemeriksaan Radiologi menunjukan terjadi Hiperinflasi
pada parunya .Menggunakan otot bantu pernapasan, tampak adanya
pernapasan cuping hidungPada TTV klien menunjukkan :TD : 120/80.RR
: 29x/menit.Nadi : 113x/menit. Penurun energi/kelelahan. Pola nafas
tidak efektif.3. Ds: Klien mengatakan sesak saat bernapas , batuk
kering, dan nyeri pada dada dan abdomen.Klien juga mengatakan
lemah, lemas, dan hanya bisa berbaring saja karena susah bernapas
saat beraktivitas.DO : Terlihat TTV klien :TD: 120/80, RR : 29
x/menit, dan nadi 113 x/menit.Wajah Klien tampak pucat.Aktivitas
Sehari klien dibantu oleh kelurga Kelemahan Intoleransi Aktivitasb)
Diagnosa Prioritas 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan
dengan Spasme jalan napas yang ditandai dengan klien mengatakan
sesak pada saat ia bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan
abdomen. adanya alergi pada debu dan klien tampak susah bernapas
dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil
pemeriksaan fisik klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt ,
Nadi : 113x/mnt.2. Pola napas tidak efektif berhungan dengan
penurunan energi atau kelelahan ditandai dengan Klien mengatakan
sesak pada saat bernafas,nyeri pada dada dan abdomen, Klien tampak
lemah,letih, dan wajah tampak pucat ,Hasil pemeriksaan Radiologi
menunjukan terjadi Hiperinflasi pada parunya dan Pada TTV klien
menunjukkan TD : 120/80, RR : 29x/menit dan Nadi : 113x/menit.3.
Intoleransi aktivitas berhungan dengan kelemahan yang dintai dengan
Klien mengatakan sesak saat bernapas , batuk kering, dan nyeri pada
dada dan abdomen, Klien juga mengatakan lemah, lemas, dan hanya
bisa berbaring saja karena susah bernapas saat beraktivitas dan
Terlihat TTV klien TD: 120/80, RR : 29 x/menit, dan nadi 113
x/menit. Wajah Klien yang tampak pucat dan aktivitas- aktivitas
Sehari klien dibantu oleh kelurga.c) Rencana Tindakan
KeperawatanNama : Nn.B No. CM : 12455Umur : 18 tahun Tanggal masuk
RS : 28 april 2011Ruang : - Diagnosa : Status AsmatikusNo Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi TTD1 Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam pada Tn.A, diharapkan jalan
nafas klien menjadi efektik dengan kriteria hasil :1. Klien merasa
nyaman ditandai dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada serta
abdomen yang diarasakan klien berkurang.2. Klien tidak mengeluh
sakit saat batuk.3. TTV klien dalam rentang normal yaitu :RR : 16
24x/menitNadi : 60 100x/menit4. bunyi nafas bronkhovesikuler pada
daerah bronkus5. bunyi nafas vesikuler di semua lapang paru 1. Kaji
TTV2. Lakukan pemeriksaan austulkasi3. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator4.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotik 1. Untuk
mengetahui perubahan keadaan klien meliputi nadi, TD, RR, dan
suhu2. Untuk mengetahui adanya bunyi tambahan3. Untuk
merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi,
dan produksi mukosa4. Untuk membunuh kuman yang terdapat pada
sputum ( staphilococcus ) Dila2 Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada klien B,selama 2x24 jam.
Diharapkan pola nafas dapat kembali normal. Dengan kriteria
hasil:1. Sesak napas klien mulai berkurang2. Tidak lagi menggunakan
otot bantu pernapasan3. Tidak ada lagi pernapasan cuping hidung TD
: 110/70-120/80mmHg, RR :4. TTV dalam batas normal yaitu
16-24x/menit, nadi : 60-100x/menit, suhu : 36,5-37,50C 1. Kaji TTV
klien.2. Beritahu klien untuk banyak istirahat3. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian oksigen ( 2-4 liter/menit )4. Ajarkan klien
untuk nafas dalam5. kalaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk
memastikan keadekuatan ventilator mekanis.1. Mengidentifikasi
keadaan umum klien.2. Untuk memulihakan kondisi kelelahan klien3.
Agar kebutuhan oksigen klien terpenuhi 4. Agar dapat mengatur
pernapasan klien5. Untuk merencanakn terapi oksigen yg akan
diberikan pada klien.Dila3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
Setelah dilakukan tindakan kepada Nn. b selama 3 x 24 jam pasien
mampu melakukan aktivitas, dengan kriteria hasil :a. Keadaan umum
baik..b. Klien mampu memenuhi kebetuhan sehari-hari dibantu
keluarga dan perawat seminimal mungkin.c. klien dapat melakukan ROM
pasif1. Observasi KU klien2. Dekatkan alat- alat yang dibutuhkan
klien.3. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.4.
Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Dengan mengobservasi keaadaan umum
pasien.2. Dengan mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien dapat
melatih pasien untuk tidak bergantung dengan orang lain.3. Dengan
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan dapat
mengurangi aktivitas klien.4. Untuk memenuhi kebutuhan klien Dilad)
Catatan PerkembanganNama : Nn.B No. CM : 12455Umur : 18 tahun
Tanggal masuk RS : 28 april 2011Ruang : - Diagnosa : Status
AsmatikusDx Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi TTD1 28/4/2011
07.0007:0011:0011:301. Mengkaji KUS : Klien bersedia diukur TTV
nya.O : RR : 26x/menit. bunyi pernapasan wheezing2. Melakukan
pemeriksaan auskultasiS : pasien bersedia dilakukan pemeriksaan
bunyi napasO : terdengar suara napas wheezing yang semakin
berkurang3. berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai
dengan indikasi bronkodilator (sanbutamol)4. berkolaborasi dengan
dokter pemberian obat antibiotic amoxiline 500mgS : klien mengeluh
masih terasa sedikit sesak saat bernapasO : RR : 26x/menitBunyi
napas wheezing A : Tujuan belum tercapai.P : Intevensi 1,2,3,4,dan
5 dilanjutkan
2. 28/04/2011
07:0007:3011:0011:3012.001. mengkaji TTV klien.S : klien
mengatakan masih susah untuk bernapasO: di dapati TTV klien RR : 29
x/mnt , tampak pernapasan cuping hidung, pasien tampak menggunakan
otot bantu pernapasan2. memberitahu klien untuk banyak istirahatS :
klien mau mendengarkan saran perawatO: klien tampak dengan sungguh
sungguh melakukan saran perawat3. mengkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian oksigen ( 2-4 liter/menit )4. mengajarkan klien
untuk nafas dalamS; klien memperhatikan dengan baik pengajaran
perawatO: klien dapat melakukan dengan benar tapi masih susah untuk
bernapas5. mengkolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk
memastikan keadekuatan ventilator mekanis.03/05/2011S: klien
mengatakan belum merasa nyaman dalam bernafas.O: klien masih tampak
sesak napasA: tujuan belum tercapaiP: Lanjutkan intervensiNo: 1, 2,
3,dan 4 3. 28/04/2011 07.0007:30
11:0011:3012.30 1. Mengobservasi Keadaan Umum O : Keadaan umum
lemah.2. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.S : Klien
mengatakan tidak bisa mengambil alat-alat yang dibutuhkan.O : Klien
terlihat kesulitan mengambil alat-alat yang dibutuhkan.3. Membantu
klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.S : Klien mengatakan
bahwa klien merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya.O : Kebutuhan sehari-hari klien dapat terpenuhi.4.
Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien.O :
Keluarga klien mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari klien karena keluarga belum terbiasa.5. Mengkolaborasi
dengan ahli gisi dengan dalam pemberian nutrisiTanggal 03/ 05 /
2011 Pukul 13.50S : Klien mengatakan belum dapat melakukan
aktivitas sendiri.O : Keadaan umum lemahKlien menunjukkan
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara mandiri.Intake
nutrisi klien terpenuhi dengan baik.A : Masalah teratasi sebagian.P
: Intervensi 1,2,3,dan 4 dilanjutkan. Dx Tanggal Waktu Implementasi
Evaluasi TTD1. Mengkaji KUS : Klien bersedia diukur TTV nya.O : RR
: 24x/menit. Suara napas bronkovesikuler2. Melakukan pemeriksaan
austulkasiS : pasien bersedia dilakukan pemeriksaan bunyi napasO :
terdengar suara napas bronkovesikuler3. berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator (
sanbutamol)4. berkolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotic
amoxiline 500mgS : klien mengatakan sudah tidak terasa sesak saat
bernapasO : RR : 24x/menitBunyi napas bronkovesikuler A : Tujuan
tercapai.P : Intevensi dipertahankan1. Mengobservasi Keadaan Umum O
: Keadaan Umum Baik.2. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien.S : Klien mengatakan dapat mengambil alat-alat yang
dibutuhkan.O : Klien terlihat mampu mengambil alat-alat yang
dibutuhkan.3. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.S
: Klien mengatakan bahwa klien merasa terbantu dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya.O : Kebutuhan sehari-hari klien dapat
terpenuhi.4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari klien.O : Keluarga klien sangat antusias dalam membantu
pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien.5. Monitor intake nutrisi.O :
Intake nutrisi klien terpenuhi dengan baik.Tanggal 08/05/ 2011
Pukul 13.50S : Klien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitas
sendiri.O : Keadaan umum baikKlien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri. Intake nutrisi klien terpenuhi dengan baik.A : Masalah
teratasi.P : Intervensi dipertahankan