DAFTAR ISI
DAFTAR ISI1BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang2B. Tujuan Praktek
Kerja Industri3C. Identifikasi Masalah4D. Metode Penulisan5E.
Sistematika Laporan6BAB IITINJAUAN UMUMA. Sejarah Singkat PT.
Geoservices8B. Fungsi dan Tugas9C. Struktur Kerja Divisi
Laboratorium PT. Geoservices11D. Lingkup PT. Geoservices.13BAB
IIIURAIAN TEORIA. Sejarah Pertambangan Batubara di Indonesia16B.
Definisi Batubara17C. Pembentukan Batubara18D. Sifat Batubara29E.
Sistem Klasifikasi Batubara35F. Pemanfaatan Batubara37G.
Dasar-Dasar Teori41BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan55B. Daftar
Pustaka56
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPada masa era globalisasi saat
ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diberbagai
bidang khususnya pada bidang industri merupakan tantangan bagi
setiap perusahaan atau instansi untuk saling bersaing menerapkan
prinsip peraturan internasional dengan adanya informasi pada masa
ini, bahwa barang-barang yang akan diperdangangkan akan didukung
oleh adanya hasil dari suatu lembaga pengujian barang dan jasa yang
berkompetisi untuk melakukan pengujian.Proses pengujian suatu
barang dan jasa dibutuhkan keterampilan yang khusus dalam melakukan
pengujian tersebut misalnya: keterampilan dalam melakukan suatu
analisa suatu barang dan jasa baik melalui praktek maupun teori
atau lisan yang menjadi pedoman untuk menganalisasuatu produk agar
pengujian suatu produksi tidak terbantahkan oleh pihak lain,
tentunya didukung oleh adanya sumber daya manusia yang memiliki
keahlian dalam menganalisa sutau produk yang siap berkompetensi
sehingga dapat bersaing dengan laboratorium lain baik nasional
maupun internasional.Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
taknologi (IPTEK) khususnya dibidang industri pertambangan, dalam
hal ini batubara, maka perlu adanya pengawasan terhadap mutu dari
tiap-tiap jenis produksi. Karena mutu dan kualitas dari suatu
batubara sangat berpengaruh dalam penggunaan dan
pemanfaatannya.Sekolah Menengah Kejuruan SMKN 1 Bontang merupakan
salah satu alternatif untuk menindak lanjuti hal tersebut diatas.
Oleh karena itu sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
SMKN 1 Bontang yang mewajibkan siswa-siswi kelas XII semester V
untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuruan SMKN 1 Bontang.Melihat peranan batubara yang sangat besar
ini, maka penulis tertarik untuk melaksanakan Praktek Kerja
Industri pada batubara yang terdapat di Samarinda, Kalimantan Timur
yakni PT. Geoservices Ltd yang memfokuskan pada Preparasi dan
Analisa Batubara. Dimana batubara merupakan salah satu sumber
energi yang depositnya cukup besar dan sudah lama dikenal serta
digunakan sebagai bahan bakar kapal uap, lokomotif, pabrik semen,
dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
B. Tujuan Praktek Kerja IndustriPelaksanaan Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN) bagi siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan SMKN
1 Bontang bertujuan untuk:1. Memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program belajar pada institusi pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan SMKN 1 Bontang.2. Menambah pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan dalam bekerja khususnya dalam bidang
pengujian di laboratorium.3. Menumbuh kembangkan sikap etos kerja,
sikap kemandirian, dan sikap profesional sebagai seorang tenaga
analis kimia.4. Melatih dan meningkatkan disiplin serta
tanggungjawab dalam lingkungan kerja.5. Menambah literatur bagi
perpustakaan Sekolah Menengah Kejuruan SMKN 1 Bontang
C. Identifikasi Masalah Batubara merupakan bahan bakar padat
yang mengandung mineral-mineral. Penanganan batubara memerlukan
pengamanan, karena ada beberapa masalah dalam penanganan batubara
antara lain :1. Batubara dapat terbakar sendiri.2. Batubara dapat
menimbulkan ledakan.Meskipun terdapat masalah dalam penanganan
batubara, masyarakat memakai sumber daya energi di Indonesia,
terutama yang menggunakan energi untuk keperluan pembakaran dalam
jumlah besar seperti: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
industri semen, menyadari bahwa penggunanan batubara mempunyai
kelebihan antara lain:1. Penekanan biaya operasi yang disebabkan
oleh harga batubara yang lebih murah dari pada jenis sumber energi
lainnya.2. Batubara dalam dunia industri lebih berperan
dibandingkan sumber energi yang lainnya.Penggunaan batubara dalam
bentuk briket merupakan bahan yang sangat potensial untuk
menggantikan korosin maupun kayu bakar yang masih banyak digunakan
di daerah pedesaan, dengan beralihnya kebiasaan membakar kayu bakar
ke briket batubara, masalah ekologi air tanah akan mendapat bantuan
yang tak terhingga.
D. Metode PenulisanAdapun metode-metode yang penulis pergunakan
dalam penyusunan laporan ini antara lain :1. Metode Orientasi di
LaboratoriumPada metode ini, penulis terjun langsung melaksanakan
percobaan. Dengan metode ini penulis merekam semua bentuk
pengamatan yang berkaitan pada proses analisis kimia.2. Metode
Studi LiteraturPada metode ini penulis membaca dan mempelajari
berbagai literature yang berkaitan dengan materi tentang analisa
batubara.3. Konsultasi dengan pembimbing Apabila dijumpai suatu
permasalahan yang tidak terdapat pada literatur, maka sebagai jalan
keluarnya adalah berkonsultasi langsung dengan pembimbing.
E. Sistimatika LaporanLaporan ini dibagi menjadi 3 bagian utama
yang meliputi :a) Bagian pendahuluan yang mencakup : halaman judul,
lembar pengesahan, lembar penerimaan, kata pengantar, ucapan terima
kasih, daftar isi.b) Bagian isi yang terdiri dari :BAB I : Berisi
pendahuluan yang mencakup : latar belakang,tujuan praktek kerja
industri, identifikasi masalah, metode penulisan laporan dan
sistimatika laporan.BAB II : Berisi tinjauan umum perusahaan yang
mencakup : sejarah singkat perusahaan, fungsi, tugas dan struktur
kerja divisi laboratorium PT. GEOSERVICES.BAB III :Berisi landasan
teori mengenai batubara yang mancakup :sejarah batubara, defenisi
batubara, pembentukan, jenis, sifat, kegunaan, dan penjelasan
tentang parameter analisa batubara.BAB IV : Berisi tentang metode
analisa yang meliputi: analisa proksimat (kadar air, kadar abu, dan
volatile matter), calorific value, dan analisa total sulfur.
BAB V : Berisi tentang hasil analisa dan pembahasan.c) Bagian
penutup BAB VI : Terdiri dari kesimpulan dan saran. Dimana pada
kesimpulan mencakup tentang analisa kadar proksimat, calorific
value, dan total sulfur.
BAB IITINJAUAN UMUM
A. Sejarah PT. Geoservices PT. GEOSERVICES adalah perusahaan
konsultan yang seluruhnya dimiliki oleh perusahaan swasta nasional,
dua pendiri utama perusahaan ini adalah master dari Colorado school
of Mines Bapak H.L Ong yang mempunyai gelar Doctor kimia
batu-batuan pada tahun 1968 sedangkan Bapak Durban L. Ardjo
mendapatkan masternya (M.Sc) dalam metalurgi pada tahun 1965.Sejak
didirikan pada tahun 1971 PT. GEOSERVICES terus dikembangkan dalam
memberikan pelayanan dibidang pertambangan ini mempekerjakan 400
karyawan yang diantaranya ialah ahli dari luar negeri. Laboratorium
batubara didirikan pada tahun 1982 dengan laboratorium pusatnya di
Bandung. Saat ini PT. Geoservices telah memiliki 26 laboratorium
batubara dan mempekerjakan sedikitnya 600 orang karyawan.Selain
laboratorium yang ada di Jawa Barat, laboratorium lainnya terdapat
di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan
Jawa Timur.Laboratorium kimia ini termasuk salah satu unit kerja
yang didirikan pertama kali disamping unit kerja lainnya, seperti
pemetaan dan eksplorasi, pelayanan yang dapat diberikan pada waktu
itu ialah pemeriksaan kualitas mineral dan air, sekarang
laboratorium PT. GEOSERVICES selain dapat melayani pemeriksaan
mineral dan air juga dapat melayani pemeriksaan kualitas batubara,
minyak, dan gas.PT. Geoservices bekerja sama dengan perusahaan
asing yaitu OMIC (Overseas Merchandise Inspection Company, Japan)
dan QHS (Quality Handling Systems, Australia) untuk menjaga
kualitas hasil pekerjaan di PT. Geoservices maka dilakukan secara
rutin setiap bulan Round Robin Check yang diikuti oleh 65
laboratorium yang ada di Indonesia. Sedangkan daily check adalah
pemeriksaan suatu mutu analisa yang dilakukan sendiri dengan
menggunakan sampel standar yang telah diketahui mutunya.
B. Fungsi dan TugasPT. Geoservices mempunyai fungsi dan tugas
dalam pengujian dan menganalisa mineral-mineral, batubara, minyak,
dan gas bumi. Untuk menjalankan pengujian itu, PT. Geoservices
bekerjasama dengan analis dari Australia pada tahun 1986-1989 dan
Australia Laboratories pada tahun 1991, tujuannya adalah untuk
mendapatkan kesempatan yang luas untuk pelatihan para staf
laboratorium baik yang berada di Indonesia maupun yang ada di luar
Indonesia.PT. Geoservices adalah lisensi untuk perlakuan pengawasan
muatan batubara di Indonesia dan memiliki staf pengawas yang
terlatih dengan pengawas yang luas tentang kontrol dengan berat
badan dagang atau komoditi. PT. Geoservices telah mengerjakan
berbagai pengujian dan pelayanan terhadap industri batubara
Indonesia. Layanan ini tentang loging test batuan secara cepat yang
telah ditawarkan sejak tahun 1982.Pada tahun 1989 pelayanan loging
test semakin ditingkatkan dengan menambahkan yang baru dan modern
sehingga loging test dilakukan dengan sistem komputerisasi digital
menawarkan pula pembukaan dan hal mengenai pelayanan loging test
untuk penyelidikan dan produksi minyak di bawah 2000 meter. Sebelum
tahun 1991, PT. Geoservices mengembangkan sistem loging testnya,
selain itu, PT. Geoservices menawarkan pelatihan bagi para pekerja
dari instruktur yang berpengalaman selama lebih dari 10 tahun yang
telah mendapat izin dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk
menggunakan sumber radio aktif.PT. GEOSERVICES memberikan
pelayanan-pelayanan yang secara garis besarnya sebagai berikut:
Export superintendingSebagai independent arbitor untuk pemasok
batubara dengan pembeli untuk tujuan penentuan dan kualitas
batubara yang akan pengapalan. Pengujian Contoh Eksplorsi Tambang
dan Preparation plantLaboratorium pengujian yang terdapat di
Bandung , Samarinda, dan Balikpapan, disamping mengerjakan
pengujian superintending, dilengkapi pula dengan peralatan dan
personal untuk menangani pengujian batubara yang lebih rumit dan
bervariasi serta di perlukan dalam program eksplorasi, tambang dan
coal preparation plant. Sampling Mengerjakan sampling untuk
pembuatan sertifikat sampling dan pengujian PT. GEOSERVICES
memiliki pegawai yang ahli dalam penentuan presisi sampling dan
bias. Pengujian KimiaPT. GEOSERVICES melakukuan pengujian kimia
suatu batubara berdasarkan permintaan client.C. Struktur Kerja
Divisi Laboratorium PT. Geoservices Tugas divisi laboratorium di
PT. Geoservices dibagi dalam dua bagian yaitu:1. Komersial
(Superintending Work)a. Jumlah (Quantity)Dilakukan dengan cara draf
survey, yaitu penetapan jumlah berat batubara yang masuk dalam
kapal pengangkut.b. Kualitas (Quality)Dilakukan dengan cara
melakukan sampling dan analisa di laboratorium batubara yang masuk
dalam kapal pengangkut. SamplingPengambilan sampel dilakukan dengan
cara sedikit demi sedikit dari semua sampel yang ada sehingga
sampel tersebut mampu mewakili seluruh jumlah sampel yang ada.
PreparasiSampel dipersiapkan secara sistematis untuk keperluan
analisa dengan tahap kerja sebagai berikut : Air drying
(pengeringan pada udara terbuka) Crushing (proses pengecilan
ukuran) Dividing (pembagian sampel) Milling (pengecilan ukuran
menjadi halus sehingga siap untuk dianalisa)Selain proses di atas
ada juga tes yang dilakukan pada bagian lain yaitu : Size
analysis/Sizing (analisa ukuran batubara) Hardgrove Grindability
Indeks / HGI (mengetahui kemudahan batubara untuk digerus) Free
Moisture (kadar air bebas)c. Analisa (Analysis)Untuk mengetahui
persentasi kandungan zat-zat atau mineral tertentu serta nilai
total moisture yang terkandung dalam batubara tersebut agar dapat
diketahui kualitasnya, analisa yang biasa dilakukan pada bagian ini
adalah : Proximate : Moisture, Ash, Volatile Matter, dan Fixed
Carbon. Total Moisture Total Sulfur Calori Value 2. Kualitas
Kontrol (Quality Control)Ruang linkup pada bagian ini adalah :a.
Product ControlSuatu kegiatan untuk mengontrol hasil produksi yang
bertujuan untuk spesifikasi dari kualitas yang kita punya atau
produksi.b. Washability TestKegiatan untuk mempelajari
karakteristik batubara apabila dilakukan pencucian berdasarkan
density-nya.c. Preparation Kegiatan ini meliputi air drying lost,
crushing, dividing, dan milling.d. Testing & Analysis Kegiatan
ini meliputi : Analisis analisi dasar, yaitu analisis proksimat
(Moisture, Ash, Volatile Matter dan Fixed Carbon) Analisa ultimate
(karbon, hydrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen) dan penentuan
unsur-unsur tertentu dalam batubara. Penentuan-penentuan khusus
(calorific value, hardgrove grindability index, abrasion index, ash
fusion temperature, ash analysis, klor, dsb).
D. Lingkup PT. GeoservicesPelaksanaan PRAKERIN dilakukan di
laboratorium batubara PT. Geoservices cabang Samarinda selama 3
bulan yaitu dimulai tanggal 16 Juni sampai dengan 13 September
2013.Kegiatan di laboratorium batubara PT. Geoservices meliputi
sampling (pengambilan contoh batubara), preparasi (proses penyiapan
contoh untuk dianalisa dengan pengurangan bobot dan ukuran contoh
serta mewakili contoh dalah jumlah yang besar), pengerjaan sizing
(mengetahui distribusi partikel batubara), pengerjaan HGI
(Hardgrove Gridability Index) utnuk mengetahui tingkat kemudahan
batubara untuk digerus, serta analisa kualitas mutu batubara yang
terdiri dari analisa total moisture, proximate analysis, gross
calorific value, analisa ash content, dan lain-lain. PT.
Geoservices juga melakukan sertifikasi mutu barang baik eksplorasi,
eksploitasi, ekspor domestik, ekspor internasional, serta
pengiriman market sample.Ruangan analisis PT. Geoservices dibedakan
antara ruangan analisis dan ruangan preparasi. Ruang preparasi
terdiri dari :1. Ruangan untuk penghancuran dan distribusi
contoh.2. Ruangan untuk pengeringan, penghomogenan, dan
penggilingan contoh.3. Ruangan untuk penyimpanan contoh.4. Ruangan
untuk analisis Hardgrove Grindability Index (HGI).Sedangkan, pada
laboratorium batubara PT. Geoservices terdapat beberapa ruangan,
antara lain :1. Ruangan untuk analisis Total Sulphur (HTM).2.
Ruangan untuk analisis Proximate (Furnace Room).3. Ruangan untuk
Supervisor dan Quality Control.4. Ruangan untuk analisis Gross
Calori Value (GCV).5. Ruangan untuk Balance Room.6. Ruangan untuk
Total Sulphur (Carbon Sulfur Determinator PC Controlled).Contoh
batubara yang akan dianalisa berasal dari perusahaan tambang dan
trader. Pada umumnya contoh yang akan dianalisa parameternya
tergantiung dari permintaan pelanggan, tidak selalu dianalisa semua
parameternya.Laboratorium batubara PT. Geoservices memiliki jam
kerja secara bergantian dalam 2 shift, shift 1 dimulai pukul 08.00
17.00, shift 2 dimulai pukul 17.00 07.00. Di laboratorium batubara
terdapat berbagai macam alat seperti: peralatan gelas, neraca
analitik, stopwatch, flowmeter, seperangkat alat safety, waterbath,
tungku pembakaran (furnace), tungku (mujjile), thermocouple, oven,
tube furnace (untuk analisa total sulfur), cawan perahu yang
terbuat dari refraktori bebas besi, serta beberapa alat
instrumentasi diantaranya seperangkat alat bomb calorimeter, dan
lain-lain. Laboratorium ini juga dilengkapi rak contoh dan setiap
contoh yang akan dianalisa diberi kode sesuai dengan jenis
standarnya (ISO/ASTM).Analisis batubara merupakan proses empiris.
Setiap metode pengujian standar menentukan angka presisi terendah
yang harus dicapai, seperti repeatability (antara dua hasil
duplikat) dan reproducibility (antara dua laboratorium).
BAB III
URAIAN TEORI
A. SEJARAH PERTAMBANGAN BATUBARA DI INDONESIA
Pertambangan batubara di Indonesia dimulai pada tahun 1849 di
pengaran, Kalimantan Timur N.V.Oost Borneo Maatsehappij suatu
perusahaan swasta yang memulai kegiatannya pada tahun 1888 di
pelarang, kira-kira 10 km di sebelah Samarinda. Menjelang perang
dunia I ada beberapa perusahaan kecil yang bekerja di Kalimantan
Timur.Di Sumatera kegiatan pertama untuk melakukan penambangan
batubara secara besar-besaran di mulai pada tahun 1880 di lapangan
Sungai Durian, Sumatera Barat. Usaha ini gagal karena kesulitan
pengangkutan. Setelah penyelidikan seksama pada tahun 1968 1873,
yaitu setelah di temukannya lapangan batubara pada tahun 1868 di
bukalah pada tahun 1892 Tambang Batubara Ombilin. Di Sumatera
Selatan, penyelidikan antara tahun 1915-1918 menghasilkan pembukaan
Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 1919. Tambang batubara
Ombilin dan Bukit Asam segera menjadi penghasil batubara terpenting
di Indonesia.Pada tahun 1970 tiga tambang batubara masih bekerja
yaitu Tambang batubara Ombilin di Sumatera Barat, Bukit Asam di
Sumatera Selatan dan Mahakam di Kalimantan Timur di satukan dalam
P. N. Batubara yang didirikan atas peraturan pemerintah no.23 tahun
1968. Ketiga tambang ini dikenal pula sebagai Unit I, Unit II, dan
Unit III.Indonesia mempunyai jumlah cadangan batubara yang cukup
besar. Sebagai sumber daya energi, batubara ini memiliki nilai yang
strategis dan potensil untuk Kalimantan Barat, 1.20% di Kalimantan
Tengah), dan sisanya di Jawa, Sulawesi, dan Irian jaya.B. DEFINISI
BATUBARA
Gambut(Peat)LigniteBrownCoalCoalDalam mendefinisikan batubara
harus ditinjau dari beberapa aspek antara lain, sifat fisikanya,
asal kejadian dan pemanfaatannya. Untuk memberikan gambaran
mengenai pengertian batubara secara umum oleh beberapa penulis
dapat diuraikan sebagai berikut.Batubara adalah batuan yang mudah
terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan
organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent
moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa
jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar,
dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami
berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan
perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun
sesudah tertutup oleh endapan lainnya.Pengertian lain batubara
adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat terbakar, yang terbentuk
dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon,
hidrogen, dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah
terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh
kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara. Batubara dapat diartikan sebagai
endapan batuan yang terbakar, dibentuk dari pelapukan bahan
tanaman-tanaman, adalah sebuah zat kimia yang komplek yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.Adapula yang mengartikan batubara
adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah berbentuk
yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut.C. PEMBENTUKAN
BATUBARABatubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya
merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam
pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk
dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa
disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian
menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses
perubahan menjadi batubara.Secara umum, setelah sisa tanaman
tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung
(banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam
hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun
terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara.
Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat
didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang
ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan
menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai
proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit.
Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara,
dimana proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari
sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi
tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi
pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari
sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur
karbon, alterasi, pengurangan kandungan air, dalam tahap awal
pengaruh dari mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat
penting.Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite
(batubara muda) atau brown coal (batubara coklat), ini adalah
batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
jenis batubara lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya
bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.Mendapat
pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun,
batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara
sub-bitumen.Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga
batubara menjadi lebih keras dan warnannya lebih hitam dan
membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.Proses pembentukan batubara terdiri dari
dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).Peatification CoalificationEndapan organik Gambut
BatubaraBiokimia GeokimiaTahap penggambutan (peatification) adalah
tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam
kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk
dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 10 meter. Material
tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk
senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh
bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut.Tahap
pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,
kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut. Pada tahap ini presentase karbon akan
meningkat, sedangkan presentase hidrogen dan oksigen akan
berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai
tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit,
sub-bituminous, bituminous, semi antrasit, antrasit, hingga meta
antrasit.Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi
bahwa material tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang
lama, mengalami peluruhan sebagian kemudian hasilnya teralterasi
oleh berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu juga,
dinyatakan bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan
terbentuknya peat.Batubara terbentuk dengan cara yang sangat
kompleks dan memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan
juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia, ataupun keadaan
geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari
tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya,serta bentuk lapisan
batubara.
1. Tempat Terbentuknya BatubaraUntuk menjelaskan tempat
terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori, yaitu :a. Teori In
SituTeori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan
batubara,terbentuknya di mana tumbuhan-tumbuhan asal itu berada.
Dengan demikian maka setelah tumbuhan itu mati, belum mengalami
proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sediment dan
mengalami proses coallification. Jenis batubara yang terbentuk
dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya
lebih baik karena kadar abunya lebih kecil. Batubara yang terbentuk
seperti ini di Indonesia di dapatkan di lapangan batubara di Muara
Enim (Sumatera Selatan).b. Teori DriftTeori ini menyebutkan bahwa
bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat yang
berbeda dengan di tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang.
Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut dengan air dan
berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan dan menggali
proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi di jumpai di beberapa
tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material
pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari
tempat asal tanaman ketempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk
seperti ini di dapatkan di lapangan batubara Delta Mahakam Purba,
Kalimantan Timur.c. Faktor Yang Berpengaruh Terbentuknya
BatubaraCara terbentuknya batubara merupakan proses yang kompleks,
dalam arti harus dipelajari dalam berbagai sudut yang berbeda.
Terdapatnya serangkaian factor yang diperlukan dalam pembentukan
batubara yaitu :a. Posisi GeotektonikAdalah suatu tempat yang
keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam
pembentukan cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan faktor
yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi proses metamorfosa
organic dan struktur dari lapangan batubara melalui masa sejarah
setelah pengendapan berakhir.b. Topografi (Morfologi)Morfologi dari
cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara tersebut
terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap
iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.c.
IklimKelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara
dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang
sesuai, iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi
dipengaruhi oleh geotektonik. Temperatur yang lembab pada iklim
tropis dan sub-tropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora
dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan
bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9
tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30m, sedangkan pada iklim
yang lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam
selang waktu yang sama. d. Penurunan Cekungan BatubaraPenurunan
cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik.
Jikapenurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan
batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi
pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal tersebut menyebabkan
adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari
batubara yang terbentuk.
e. Umur Geologi.Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi
kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi
secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan
metamorfosa organic. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan
batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai
umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi
tektonik yang membentuk perlipatan atau patahan pada lapisan
batubara. Di samping itu faktor erosi akan merusak semua bagian
dari endapan batubara.f. Tumbuh-tumbuhanFlora merupakan unsur utama
pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora mengakumulasi pada suatu
lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu.
Flora merupakan faktor tertentu terbentuknya berbagai tipe
batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda
selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga dovon,
flora belum tumbuh dengan baik. Setelah dovon pertama kali
terbentuk lapisan batubara di daerah lagon yang dangkal. Periode
ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara
besar-besaran dalam waktu singkat dalam setiap benua. Hutan tumbuh
dengan subur selama masa karbon. Pada masa tersier merupakan
perkembangan yang sangat luas dari berbagai jenis tanaman.
d. Reaksi Pembentukan BatubaraBatubara terbentuk dari sisa
tumbuhan mati dengan komposisi utama dari Selulosa. Proses
pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh factor
fisika, kimia alami akan mengubah selulosa menjadi lignit,
sub-bituminous, bituminous, dan antrasit. Reaksi pembentukan
batubara dapat digambarkan sebagai berikut :5 (C6H10O5) C12H22O4 +
3CH4 + 8H2O + 6CO2 +COCellulosaLignit Gas Metan6 (C6H10O5) C22H20O3
+ 5CH4 + 10H2O + 8CO2 +COCellulosaBitumine Gas MetanKeterangan:
Cellulosa (zat organik) yang merupakan pembentuk batubara. Unsur C
dalam lignit lebih sedikit dibanding bitumine. Semakin banyak unsur
C pada lignit semakin baik mutunya. Unsur H dalam lignit lebih
banyak dibandingkan pada bitumine. Semakin banyak unsur H pada
lignit makin kurang baik mutunya. Senyawa CH4 (gas metan) dalam
lignit lebih sedikit dibanding dalam bitumine. Semakin banyak
CH4pada lignit semakin baik kualitasnya.
Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk
kedalam celah-celah vein batu lempung dan ini sangat berbahaya. Gas
metan yang suka terakumulasi di dalam celah vein, terlebih-lebih
apabila terjadi kenaikan temperatur, karena tidak dapat keluar,
sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh sebab itu
mengetahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penebangan
yang dipilih dan akan meningkatkan keselamatan kerja.e.
Komponen-Komponen/ Penyusun BatubaraPengetahuan tentang petrologi
batubara dirintis oleh William Hutton (1883). Analisis petrologi
yang dilakukan dengan menggunakan sayatan tipis pada awalnya untuk
mengidentifikasi jenis tumbuhan pembentuk batubara.Studi tentang
petrologi batubara diperkaya dengan penemuan Stopes (1919) dan
Thissen (1920). Stopes mempergunakan mikroskop untuk mendukung
hasil pemeriksaan. Stopes dan Thissen sama-sama menggunakan teknik
sayatan tipis, tetapi . Stopes akhirnya menggunakan sinar pantul
(reflectant).Pada tahun 1930-an diperkenalkan suatu teknik baru
yang menjadi bagian dari ilmu petrologi batubara, yaitu pengukuran
refleksi maceral (mineral pada batuan) dan kegunaanya adalah
sebagai parameter derajat batubara. Pada tahun 1953, Stopes
memperkenalkan konsep maceral yang dapat diartikan sebagai komponen
terkecil dalam batubara. Konsep maceral ini yang tetap dipakai
sampai sekarang. Pada waktu itu para ahli mencoba mencari hubungan
antara komposisi petrologi dengan sifat-sifat keteknikan dari
batubara. Seperti diketahui bahwa batubara yang kaya akan kelompok
maceral vitrinite dan liptinie mempunyai perbedaan nyata dalam
sifat pencarian, penggasan, dan pembakaran, jika dibandingkan
dengan batubara yang kaya akan inertinite.Studi tentang batubara
mengalami pengembangan pesat semenjak tahun 1960-an antara lain
diteliti lebih lanjut tentang :a. Petrologi gambut, untuk
mengetahui jenis tumbuhan pembentuk.b. Faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi pembatubaraan.c. Hubungan antara petrologi batubara
dengan sedimentasi.d.Tingkat oksidasie. Teknologi batubara seperti
pengkokasan, pencairan penggasan dan pembakaran.Dengan
berkembangnya petrologi batubara, suatu teknik baru diperkenalkan
yaitu penggunaan sinar ultraviolet dan mikroskop otomatis sinar
ultraviolet umumnya dipergunakan pada kelompok lignit yang kaya
hidrogen.Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat
dengan ditemukannya cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara.
Dalam penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai macam
polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin,
dll. Namun komposisi dari polimer-polimer ini bervariasi tergantung
pada spesies dari tumbuhan penyusunnya.a.LigninLignin merupakan
suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan
sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan molekul umum
dari lignin belum diketahui dengan pasti, namun susunannya dapat
diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam jenis
tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai
susunan p-koumaril alkohol yang kompleks. Pada umumnya lignin
merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol.Hingga saat
ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin
merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.
b.KarbohidratGula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik
yang mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada
umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan
hidroksil yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul
sebagai disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis
polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena dalam
tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida
(khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk
batubara.c.ProteinProtein merupakan bahan organik yang mengandung
nitrogen yang selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk
hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino
yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya
muncul sebagai steroid, lilin.d.PorphirinPorphirin merupakan
komponen nitrogen yang berdasar atas sistem pyrrole. Porphirin
biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang terdiri atas empat
cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan methin. Kandungan
unsur porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai marker
yang sangat penting untuk mendeterminasi perkembangan dari proses
coalifikasi. e.HidrokarbonUnsur ini terdiri atas bisiklik alkali,
hidrokarbon terpentin, dan pigmen kartenoid. Sebagai tambahan,
munculnya turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik
polinuklir dalam ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi material
sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini menandakan bahwa
struktur rangka tetap utuh selama proses pematangan, dan tidak
adanya perubahan serta penambahan struktur rangka yang
baru.f.Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)Selain material
organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan adanya material
inorganik yang menyusun batubara. Secara umum mineral ini dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral inheren dan unsur
mineral eksternal. Unsur mineral inheren adalah material inorganik
yang berasal dari tumbuhan yang menyusun bahan organik yang
terdapat dalam lapisan batubara. Sedangkan unsur mineral eksternal
merupakan unsur yang dibawa dari luar kedalam lapisan batubara,
pada umumya jenis inilah yang menyusun bagian inorganik dalam
sebuah lapisan batubara.D.SIFAT BATUBARABatubara merupakan suatu
campuran padatan yang heterogen yang terdapat di dalam tingkat /
grade yang berbeda mulai dari lignit, sub-bitumine, dan antrasit.
Berdasarkan atas kandungan zat terbang (volatile matter) dan
besaran kalori panas yang dihasilkan batubara dibagi menjadi 9
kelas utama.Dalam perdagangan dikenal istilah hard coal dan brown
coal. Hard coal adalah jenis batubara yang menghasilkan gross
kalori lebih dari 5.700 kcl/kg dan dibagi :a.Kandungan zat terbang
(volatile matter) hingga 33 %, termasuk kelas 1-5.b.Kandungan zat
terbang (volatile matter) lebih besar 33 %, termaksud kelas
6-9.Hard coal merupakan jenis batubara dengan hasil kalori yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bitumine, sub-bitumine, dan lignit
(brown coal).Sifat batubara jenis antrasit :a. Warna hitam sangat
mengikilat, dan kompakb. Nilai kalori sangat tinggi, kandungan
karbon 86 - 98 %.c. Kandungan air kurang dari 8 %.Sifat batubara
jenis bituminous :a. Warna hitam mengkilat, kurang kompak.b. Nilai
kalori tinggi, kandungan karbon 68 -86 %.c. Kandungan air 8 -10
%.Sifat batubara jenis sub-bituminous :a. Mengandung sedikit
karbon.b. Kandungan air tinggi.Sifat batubara jenis lignit (brown
coal) :a. Warna hitam, kusam dan sangat rapuh.b. Nilai kalori
rendah, kandungan karbon sedikit.c. Kandungan air 35 -75 % dari
beratnya.d. Kandungan abu banyak.Sebagai padatan batubara terdiri
atas kumpulan maceral (vitrinit, eksinit, dan inertinit) serta
miner (clay, kalsit, dan lain-lain).Dilihat dari unsur
pembentukanya batubara terdiri atas Karbon, Oksigen, Nitrogen,
sedikit Sulfur, Posfor, dan lain-lain.Sedang dari segi struktur
atomnya dibedakan :1. Aromatic; di mana atom C tersusun dalam
rangkaian rantai tertutup.2. Aliphatic; dimana atom C tersusun
dalam rangkaian lurus/terbuka.Dalam industri batubara dipergunakan
sebagai bahan bakar olehnya itu perlunya mengetahui panas
pembakaran, hasil pembakaran, dan sisa pembakaran. Perlu diketahui
khususnya dalam industri semen apabila hal tersebut akan mengganggu
kualitas hasil semen.Sifat-sifat batubara dapat dilihat dengan
analisa sebagai berikut:a. Analisa ProksimatTerdiri dari:1. Lengas
(moisture) yang berupa: Lengas bebas (Free Moisture) Lengas bawaan
(Inherent Moisture) Lengas total (Total Moisture)2. Kadar abu (Ash
Content)3. Carbon (Fixed Carbon)4. Zat Terbang (Volatile Matter)b.
Nilai KalorTerdapat 2 macam nilai kalor yaitu :1. Nilai kalor net
(net calorific value atau low heating value). Yaitu nilai kalor
pembakaran di mana semua air dihitung dalam keadaan wujud gas.2.
Nilai kalor gross (gross calorific value atau high heating value).
Yaitu nilai kalor pembakaran di mana semua air dihitung dalam
keadaan wujud cair.Nilai kalor ini dinyatakan dalam cal/gr,Btu/lb
atau Mj/Kg. Dan secara umum nilai kalori yang di hasilkan 1 ton
batubara equivalent dengan 3 bbl minyak bumi.c. Total SulfurSulfur
atau belerang dalam batubara dapat dijumpai sebagai mineral pirit,
markasit, kalsium sulfur, atau belerang organik, yang pada saat
pembakaran akan berubah menjadi SO2.d. Analisa AbuAbu yang terjadi
pada pembakaran batubaran akan membentuk oksida-oksida sebagai
berikut : SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO,Na2O, dan K2O.
Abu inilah yang terutama akan secara padatan bercampur dengan
klinker (pada industri semen) dan akan mempengaruhi kualitas semen.
Namun demikian kadar abu dalam batubara di Indonesia biasanya hanya
berkisar antara 5 %-20 %.e. Indeks Gerus (Hardgrove Grindability
Index)Merupakan suatu bilangan yang dapat menunjukkan mudah
sukarnya batubara digerus menjadi bahan bakar serbuk. Makin kecil
bilangannya makin keras keadaan batubaranya. Harga hardgrove
grindability index untuk batubara Indonesia berkisar antara 35
60.f. Sifat batubara kaitannya dengan Volatile MatterSesuai dengan
sifatnya, batubara umumnya dibagi atas 4 macam :1. Antrasit,
mengandung sedikit volatile matter.2. Bitumine, mengandung medium
volatile matter3. Lignit, mengandung banyak volatile matter.4.
Gambut (peat).Batubara dengan volatile matter tinggi akan
menghasilkan nyala yang panjang di atas grate fire dan batubara
dengan kadar volatile matter rendah akan menghasilkan nyala yang
pendek. Oleh karena antrasit dapat disebut dengan short flamingcoal
dan bitumine disebut sebagai long flaming coal. Akan tetapi
batubara menghasilkan produk yang berbeda bila di bakar dalam
bentuk batubara halus di dalam tanur putar (pada industri semen).g.
Kandungan air dalam batubaraAir yang terdapat dalam batubara, baik
secara inherent moisture maupun sebagian kecil moisture yang lain,
akan merugikan karena mengurangi panas yang di hasilkan.h.
Impurities dalam batubaraBila proses pencucian batubara tidak baik,
akan ditemui impurities misal clay. Dengan adanya impurities ini,
tentunya akan menghasilkan jumlah umpan panas ke dalam tanur
putar.Seperti diketahui batubara yang diambil dari hasil
penambangan selalu mengandung bahan-bahan pengotor (impurities). Di
kenal 2 jenis impurities yaitu :1. Inherent impurities yang
merupakan pengotor bawaan yang terdapat di dalam batubara. Batubara
yang sudah di cuci bersih (bentuk bongkah), ketika di bakar habis
ternyata masih memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi
bersama-sama pada waktu terjadi proses pembentukan batubara (ketika
masih berupa gelly). Pengotor ini dapat berupa mineral seperti :
gypsum, anhidrit, pirit, silica, markasit, dan dapat pula berbentuk
tulang-tulang binatang (diketahui ada senyawa posfor dari hasil
analisa abu).2. External impurities merupakan pengotor luar, yang
berasal dari proses penambangan antara lain terbawanya lapisan
penutup. Kejadian ini sangat umum dan sulit dihindarkan khususnya
pada kegiatan tambang terbuka.E.SYSTEM KLASIFIKASI BATUBARASeperti
dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa umur dan rank adalah dua
hal yang berbeda pengukurannya. Umur ditentukan oleh kapan
terjadinya pembentukan batubara tersebut. Sedangkan ranking atau
kelas ditentukan oleh kualitas atau parameter-parameter yang
ditentukan dari batubara tersebut.Ada beberapa sistem klasifikasi
yang biasanya digunakan untuk menentukan rank suatu batubara yaitu
:1. ASTM Classification2. Seylers Classification3. Ralstons
Classification4. ECE Classification (Economic Commission for
Europe)5. International Classification for LigniteDiantara sistem
klasifikasi diatas yang paling sering digunakan adalah sistem
klasifikasi ASTM. Dimana sistem ini membagi rank atau golongan
batubara menjadi beberapa kelas seperti dibawah ini :Tabel. 3.1.
Klasifikasi batubara berdasarkan ranknya
Dalam klasifikasi ASTM tersebut batubara berdasarkan kualitasnya
dapat dibagi menjadi beberapa golongan seperti di bawah
ini.ANTHRACITE :1. Meta-anthracite2. Anthracite3. Semi
anthraciteBITUMINOUS :1. Low volatile bituminous2. Medium volatile
bituminous3. High volatile-A bituminous4. High volatile-B
bituminous5. High volatile-C bituminousSUBBITUMINOUS :1.
Subbituminous A2. Subbituminous B3. Subbituminous CLIGNITE :1.
Lignite-A2. Lignite-BAnthracite coal adalah padat (dense),
batu-keras dengan warna jet-black berkilauan (luster) metallic,
mengandung antara 86% - 98% karbon dari beratnya, terbakar lambat,
dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit
sekali asap, beberapa batu bara ditemukan di area pegunungan
seperti the Rocky Mountains dan Appalachian Mountains in North
America, telah terkondisikan pada panas yang besar dan tekanan
seperti batu metamorphic, hard coal atau anthracite ini adalah
hampir carbon sempurna. Bituminous coal atau batu bara lunak
mengandung 68 86% karbon dari beratnya dan hampir semua batu bara
berbentuk ini. Sub-bituminous coal mengandung sedikit karbon dan
banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang tidak
efisien. Lignite coal atau batu bara coklat adalah batu bara yang
sangat lunak yang mengandung air 70% dari beratnya.
F.PEMANFAATAN BATUBARADalam pemanfaatannya, batubara harus
diketahui terlebih dahulu kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar
spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan batubara sebagai
bahan bakar sesuai dengan mutu batubara yang akan digunakan,
sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfumgsi optimal dan tahan
lama.Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan
adalah kalori, kadar kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu,
kadar karbon, kadar sulfur, ukuran, dan tingkat ketergerusan, di
samping parameter lain seperti analisa unsur yang terdapat dalam
abu (SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dll), analisa komposisi sulfur
(pyretic sulfur, sulfate sulfur, organic sulfur), dan titik leleh
abu (ash fusion temperature).Mengambil contoh pembangkit listrik
tenaga uap batubara (gambar 3.1), pengaruh-pengaruh parameter di
atas terhadap peralatan pembangkit listrik sebagai berikut
:a.Kalori (Calorific Valueatau CV, satuan cal/grataukcal/kg)CV
sangat berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser/mill, pipa
batubara, dan windbox, serta burner.Semakin tinggi CV maka aliran
batubara setiap jam-nya semakin rendah sehingga kecepatan coal
feeder harus disesuaikan.Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan
tingkat ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang tinggi
menyebabkan pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas normalnya
(menurut desain), atau dengan kata lain operating ratio-nya menjadi
lebih rendah.
Gambar3.1.kualitas batubara pada pembangkit listrik(sumber: The
coal resource, 2004)
b.Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen)Hasil analisis untuk
kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent moisture
(IM).Adapun jumlah dari keduanya disebut dengan total moisture
(TM).Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara
primernya. Batubara berkadar kelembaban tinggi akan membutuhkan
udara primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara tersebut pada
suhu yang ditetapkan oleh output pulveriser.c.Zat terbang (Volatile
Matter atau VM, satuan persen)Kandungan VM mempengaruhi
kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Penilaian tersebut
didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon
(fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan
bakar (fuel ratio).Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah
karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak.
Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1.2, maka pengapian
akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran
menurun.d.Kadar abu (Ash content, satuan persen)Kandungan abu akan
terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah
konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai
80 persen dan abu dasar sebanyak 20 persen. Semakin tinggi kadar
abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling),
keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.e.Kadar karbon (Fixed
Carbon atau FC, satuan persen)Nilai kadar karbon diperoleh melalui
pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air (kelembaban), kadar
abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah seiring
dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat terbang
digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar,
yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana dijelaskan di
atas.f.Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen)Kandungan sulfur
dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate sulfur, dan
organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan sulfur dalam
batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur
berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada
elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari
pada titik embun sulfur, di samping berpengaruh terhadap
efektivitas penangkapan abu pada peralatan
electrostaticprecipitator.g.Ukuran (Coal size)Ukuran butir batubara
dibatasi pada rentang butir halus (pulverized coal atau dust coal)
dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus untuk ukuran
maksimum 3 milimeter, sedangkan butir paling kasar sampai dengan
ukuran 50 milimeter.h.Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability
Index atau HGI)Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai
HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi
lebih rendah dari nilai standarnya pula untuk menghasilkan tingkat
kehalusan (fineness) yang sama.
G.DASAR-DASAR TEORIDalam industri batubara banyak sekali
ditemukan istilah-istilah atau nama nama yang menyangkut batubara.
Istilah-istilah tersebut biasa muncul dalam kegiatan eksplorasi,
penambangan, handling, loading, transhipment, tender jual beli
batubara dan lain sebagainya. Salah satu istilah atau nama
diantaranya adalah parameter kualitas batubara dan basisnya.
Sebenarnya banyak sekali parameter kualitas yang ditentukan dari
batubara tersebut dan juga istilahnya. Diantara istilah tersebut
ada yang group dan ada yang individual. Parameter group contohnya
adalah ; Proximate analysis yang di dalamnya terdiri dari parameter
: Moisture in the Analysis Sample, Ash Content, Volatile Matter,
dan Fixed Carbon. Kemudian Ultimate analysis yang terdiri dari
parameter Carbon, Hydrogen, Nitrogen , Sulfur, dan Oksigen. Contoh
lainnya adalah Ash Analysis, Petrographic Analysis, Trace Element,
dan lain-lain. Sedangkan yang bersifat individual misalnya
Calorific Value, Chlorine in Coal, Hardgrove Grindability Index,
Total Moisture, dan lain-lain.Masing-masing parameter tersebut
dilaporkan menurut basis yang sudah disepakati oleh dunia
internasional. Fungsinya adalah agar diperoleh suatu bahasa dan
persepsi yang sama dalam menganalisa dan mengevaluasi data-data
parameter batubara . Dengan adanya acuan ini maka tidak akan
terjadi persepsi yang keliru dalam menganalisa dan membaca setiap
laporan yang memuat tentang parameter kualitas batubaraDalam modul
ini akan dibahas secara global mengenai Parameter kualitas batubara
yang umum termasuk metode pengambilan sample dan langkah-langkah
preparasi untuk menyiapkan sample batubara agar dapat dianalisa di
Laboratorium. Selain itu mengingat pentingnya pengetahuan mengenai
basis pelaporan maka dalam modul ini pula akan diulas secara
ringkas mengenai basis pelaporan parameter kualitas batubara
beserta formula konversinya.
1. SamplingSampling secara umum dapat didefinisikan sebagai;
Suatu proses pengambilan sebagian kecil contoh dari suatu material
sehingga karakteristik contoh material tersebut mewakili
keseluruhan material.Di dalam industri pertambangan batubara,
sampling merupakan hal yang sangat penting, karena merupakan proses
yang sangat vital dalam menentukan karakteristik batubara tersebut.
Dalam tahap explorasi, karakteristik batubara merupakan salah satu
penentu dalam study kelayakan apakah batubara tersebut cukup
ekonomis untuk ditambang atau tidak.Begitu pun dalam tahap produksi
dan pengapalan atau penjualan batubara tersebut karakteristik
dijadikan acuan dalam menentukan harga batubara.Secara garis besar
sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan
dimana batubara berada dan tujuannya yaitu ; Exploration Sampling,
Pit Sampling, Production Sampling, dan Loading Sampling (barging
dan transhipment) Exploration sampling dilakukan pada tahap awal
pendeteksian kualitas batubara baik dengan cara channel sampling
pada outcrop atau lebih detail lagi dengan cara pemboran atau
drilling. Tujuan dari sampling di tahap ini adalah untuk menentukan
karakteristik batubara secara global yang merupakan pendeteksian
awal batubara yang akan di exploitasi. Pit sampling dilakukan
setelah explorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan progress
tambang di dalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan
lebih mendetailkan data yang sudah ada pada tahap explorasi. Pit
sampling ini dilakukan oleh pit control untuk mengetahui kualitas
batubara yang segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk
mengkontrol kualitas batubara yang akan ditambang dalam jangka
waktu short term (di bawah satu tahun). Pit sampling dapat
dilakukan dengan cara pemboran dan juga dengan channel pada face
penambangan kalau diperlukan untuk mengecek kualitas batubara yang
dalam progress ditambang.Production sampling dilakukan setelah
batubara diproses di Coal Processing Plant dimana proses ini dapat
merupakan peremukan (crushing), pencucian (washing), pemindahan
stock, dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui secara pasti
kualitas batubara yang akan dijual atau dikirim ke pembeli agar
kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas
batubara di stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat
menentukan batubara yang mana yang cocok untuk dikirim ke buyer
tertentu dengan spesifikasi batubara tertentu pula. Baik dengan
cara mencampur (blending) batubara-batubara yang ada di stockpile
atau pun dengan single source dengan memilih kualitas yang sesuai.
Loading Sampling dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke
pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya
dilakukan oleh independent company karena kualitas yang ditentukan
harus diakui dan dipercaya oleh penjual (shipper) dan pembeli
(buyer). Tujuannya adalah menentukan secara pasti kualitas batubara
yang dijual yang nantinya akan menentukan harga batubara itu
sendiri karena ada beberapa parameter yang sifatnya fleksibel
sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas actual pada
saat batubara dikapalkan. Sampling, preparasi dan analisa sample
batubara dengan berbagai tujuan seperti telah dijelaskan di atas,
dilakukan dengan menggunakan standar standar yang telah ada, yang
pemilihannya tergantung keperluannya, biasanya tergantung
permintaan pembeli atau calon pembeli batubara. Standard yang
sering digunakan untuk keperluan tersebut diantaranya ; ASTM
(American Society for Testing and Materials), AS (Australian
Standard), Internasional Standard, British Standard, dan banyak
lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional maupun
internasional.
2. Preparasi SamplePreparasi sample adalah pengurangan massa dan
ukuran dari gross sample sampai pada massa dan ukuran yang cocok
untuk analisa di Laboratorium
Tahap-tahap preparasi sample adalah sebagai berikut
:1.Pengeringan udara/Air DryingPengeringan udara pada gross sample
dilakukan jika sample tersebut terlalu basah untuk diproses tanpa
menghilangnya moisture atau yang menyebabkan timbulnya kesulitan
pada crusher atau mill. Pengeringan udara dilakukan pada suhu
ambient sampai suhu maksimum yang dapat diterima yaitu 400C. Waktu
yang diperlukan untuk pengeringan ini bervariasi tergantung dari
typical batubara yang akan dipreparasi, hanya prinsipnya batubara
dijaga agar tidak mengalami oksidasi saat pengeringan.2.Pengecilan
ukuran butirPengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan
ukuran atas sample tanpa menyebabkan perubahan apapun pada massa
sampleContoh alat mekanis untuk melakukan pengecilan ukuran butir
adalah : Jaw Crusher Rolls Crusher Swing Hammer MillsJaw Crusher
atau Roll Crusher biasa digunakan untuk mengurangi ukuran butir
dari 50 mm sampai 11,2 mm; 4,75 mm atau 2,36 mm. Roll Crusher lebih
direkomendasikan untuk jumlah/massa sample yang besar.Swing Hammer
Mill digunakan untuk menggerus sample sampai ukuran 0,2 mm yang
akan digunakan untuk sample yang akan dianalisa di Laboratorium.1.
Mixing atau PencampuranMixing / pencampuran adalah proses
pengadukan sample agar diperoleh sample yang homogenPencampuran
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :a. Metode manual ;
menggunakan riffle atau dengan membentuk dan membentuk kembali
timbunan berbentuk kerucutb. Metode Mekanis : menggunakan Alat
Rotary Sample Divider (RSD)2. Pembagian atau DividingProses untuk
mendapatkan sample yang representatif dari gross sample tanpa
memperkecil ukuran butir. Sebagai aturan umum, pengurangan sample
ini harus dilakukan dengan melakukan pembagian sample.Pembagian
dilakukan dengan metode manual (riffling atau metode increment
manual) dan metode mekanis (Rotary Sample Divider)3.Coal
AnalysisJenis analisa atau parameter untuk menentukan kualitas
suatu batubara banyak sekali baik analisa fisik atau disebut
physical property, chemical property, pilut scale test, dan
lain-lain. Contoh yang masuk kedalam physical property misalnya
;Hardgrove Grindability Index, Sieve Analysis, Drop Shatter, Bulk
Density dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk kedalam chemical
property adalah misalnya Proximate Analysis, Ultimate, Ash
Analysis, dan lain-lain. Dan beberapa contoh pilot scale
testmisalnya ; Test Sponcomb, Test Burn, Wet Tumble Test, dan
lain-lain. Begitu banyak tes atau analisis yang dilakukan terhadap
batubara dengan tujuannya masing-masing. Setiap tes atau analisis
sudah pasti ada tujuan atau ada yang ingin diketahui. Ditinjau dari
tujuannya, coal analysis dapat dibagi ke dalam dua tujuan utama
yaitu tujuan study, dan tujuan komersial.Di dalam module ini coal
analysis yang akan dibahas dibatasi hanya untuk beberapa parameter
khususnya yang termasuk ke dalam basic analysis dan parameter yang
biasa ditentukan untuk kepentingan komersial batubara.
Parameter-parameter tersebut adalah : Moisture Ash Content Volatile
Matter Fixed Carbon Total Sulfur Calorific Value Ash Analysis Ash
Fusion Temperature Hardgrove Grindability IndexDalam Laporan ini
hanyak di bahas mengenai Moisture (kandungan air) dan Calorific
Value (kadar kalori).3.1.MoistureMoisture di dalam batubara dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu inherent moisture dan extraneous
moisture. Dua istilah tersebut di atas merupakan istilah pengertian
bukan istilah parameter. Inherent moisture adalah moisture yang
terkandung dalam batubara dan tidak dapat menguap atau hilang
dengan pengeringan udara atau air drying pada ambien temperature
walaupun batubara tersebut telah dimilling ke ukuran 200 mikron.
Inherent moisture ini hampir menyatu dengan struktur molekul
batubara karena berada pada kapiler yang sangat kecil dalam
partikel batubara. Nilai inherent moisture ini tidak fluktuatif
dengan berubah-ubahnya humiditas ruangan. Dan moisture ini baru
bisa dihilangkan dari batubara pada pemanasan lebih dari 100
derajat Celsius. Extaraneous moisture adalah moisture yang berasal
dari luar dan menempel atau teradsorpsi di permukaan batubara atau
masuk dan tergabung dalam retakan-retakan atau lubang-lubang kecil
batubara. Sumber extraneous moisture ini misalnya ; air dari
genangan, air hujan, dan lain-lain. Moisture ini dapat dihilangkan
atau diuapkan dengan caraair drying atau pemanasan di oven pada
ambien temperature. Ada yang mengistilahkan untuk moisture ini
adalah Surface Moisture atau Free Moisture.Parameter parameter yang
termasuk ke dalam penentuan kadar moisture adalah ; EQM / MHC /
Inherent Moisture / Bed Moisture / In situ Moisture Total Moisture
/ as received moisture / as sampled moisture / as despatched
moisture Air dried moisture / Inherent Moisture / Moisture in the
Analysis Sample Transportable moisture limit / flow moisture
3.2.Equilibrium MoistureEquilibrium moisture adalah parameter
penentuan moisture sebagai pendekatan untuk menentukan inherent
moisture atau insitu moisture dalam batubara. EQM ini biasanya
ditentukan pada saat explorasi batubara yang kegunaanya adalah
untuk memperkirakan nilai TM pada saat batubara tersebut ditambang.
Nilai EQM ini relatif tidak fluktuasi nilainya pada satu seam yang
sama. Selain untuk memperkirakan TM, juga EQM berguna dalam
menentukan golongan atau Rank dari suatu batubara terutama untuk
Low rank coal yang penentuan Ranknya menggunakan nilai calorific
value pada basis mmmf (moist, mineral matter free basis), dimana
basis ini memerlukan data insitu moisture atau EQM. EQM ini adalah
istilah penentuan dalam standar ASTM, sedangkan dalam standar ISO
istilah parameternya adalah MHC (Moisture Holding
Capacity).Belakangan ini penentuan untuk inherent moisture ini bisa
dilakukan pada sample channel yang not visible surface moisture
dengan prosedur sampling tertentu.
3.3.Total MoistureTotal moisture biasanya ditentukan pada
batubara mulai dari explorasi sampai transshipment. Nilainya sangat
penting sekali, karena dalam penjualannya nilai TM sangat
diperhatikan dan menentukan harga dari batubara tersebut selain
berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain dalam basis as
received. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk menaksir atau
memperkirakan nilai TM batubara in-situ sekaligus untuk menentukan
nilai surface moisture-nya dari selisih antara TM dan EQM. Karena
TM adalah jumlah dari EQM dengan Surface moisture.( TM = EQM + SM
). Selain itu, nilai TM yang didapat dari sample core pada saat
explorasi banyak digunakan oleh geologist-geologist untuk
menampilkan data dalam basis as received pada saat batubara
tersebut belum ditambang. Yang paling menentukan dalam penentuan TM
ini adalah samplingnya, yakni sesaat setelah sample batubara
disampling sesegera mungkin sample tersebut dimasukan kedalam
kontainer yang ditutup sangat rapat sehingga tidak ada moisture
yang masuk atau keluar dari sample tersebut. Apabila ini terlaksana
dengan baik maka nilai TM yang diperoleh dapat dianggap mewakili
nilai moisture batubara yang diambil samplenya tersebut pada saat
dan keadaan batubara tersebut disampling. Prinsip ini biasanya
sulit terlaksana pada sample core dari sample Pit atau bor dalam,
karena dari sample core tersebut masih ada beberapa data yang harus
dicatat dan diamati, sehingga sample tersebut tidak segera dapat
dimasukan ke dalam kontainer yang kedap udara sesaat setelah
disampling. Selain itu pada saat pemboran biasanya menggunakan air
selama coring dilakukan, sehingga kontaminasi batubara tersebut
oleh air yang bukan berasal dari batubara mungkin sekali terjadi.
Oleh karena itu nilai TM tersebut menjadi tidak begitu reliable
untuk menunjukan nilai TM batubara in-situ. Nilai TM yang diperoleh
juga biasanya sangat fluktuatif nilainya.Pada coal in bulk, nilai
TM ini dipengaruhi oleh luas permukaan batubara (size distribusi),
juga oleh cuaca, sehingga nilai TM pada coal in bulk relatif
fluktuatif seiring dengan keadaan cuaca atau musim dan size
distribusi dari batubara tersebut terutama setelah di crushing.
3.4.Air Dried MoistureSesuai dengan namanya, air dried moisture
adalah nilai moisture batubara pada saat setelah batubara tersebut
diair drying. Nilai moisture ini sangat penting karena pada
dasarnya semua parameter ditentukan pada sample setelah air drying
sehingga basisnya adalah air dried basis. Nilai parameter dalam
basis ini merupakan actual hasil analisa dari Lab. Sedangkan
basis-basis lainya dalam coal analysis merupakan kalkulasi saja
dari nilai-nilai air dried basis ini. Jadi jelaslah bahwa tanpa
nilai air dried moisture, parameter-parameter yang lain tidak dapat
diubah ke dalam basis lainnya. Selain itu nilai ADM ini berpengaruh
pada nilai parameter lainnya pada basis airdried, seperti CV, VM,
Sulfur, dan lain-lain. Sehingga nilai ADM menjadi lebih penting
lagi apabila spesifikasi dinyatakan dalam basis air dried.
3.5.Transportable moisture limitCoal in bulk yang diangkut
dengan menggunakan kapal tertutup seperti kapal-kapal besar, dalam
kondisi tertentu yang diakibatkan oleh angin dan ombak,
memungkinkan terjadinya segregasi moisture dan finer coal dari bulk
dan membentuk semacam liquefaction dan pada kondisi tertentu dapat
membahayakan kapal tersebut terutama pada stability kapal selama
dalam pelayarannya. Oleh karena itu IMO (International Marine
Organization) mensyaratkan untuk setiap kapal yang mengangkut
batubara terutama low rank coal, harus meminta statement dari
Shipper mengenai nilai transportable moisture limit dari batubara
yang akan dimuat. Ada satu metoda yang dikembangkan di National
Coal Board (UK) untuk menentukan nilai TML ini yaitu dengan cara ;
Sebanyak 10 kg batubara dimasukan ke dalam suatu silinder dimana di
bawah silinder tersebut diletakan dua bola tenis meja. Kemudian
silinder tersebut diletakan di atas Vibrating Table. Penentuan ini
dilakukan pada nilai moisture batubara yang bervariasi. Flow
Moisture ditentukan sebagai nilai moisture pada saat bola tenis
meja tersebut masuk naik ke atas batubara dalam silinder
tersebut.Sedangkan TML adalah 90 % dari nilai Flow moisture
tersebut.
3.6.Calorific ValueNilai Kalori atau Calorific Value adalah
jumlah unit panas yang dikeluarkan per unit bahan bakar yang
dibakar dengan oksgen, nitrogen dan oksida nitrogen,
karbondioksida, sulfurdioksida, uap air, dan abu padat.Nilai kalori
biasanya dilaporkan sebagai :a. Gross Calorific Value, adalah
jumlah unit panas yang dikeluarkan per unit bahan-bahan yang
dibakar dengan oksigen di bawah kondisi standar. Disebut juga
kalori gross pada volume konstanb. Net Calorific Value, adalah
konversi secara matematis dari Gross Calorific Value dengan
menerapkan faktor koreksi yang didasarkan pada kandungan hidrogen,
oksigen dan moisture. Biasa disebut sebagai panas pembakaran pada
tekanan konstan dimana air berujud gas.Penentuan nilai kalori
batubara yang digunakan di sini adalah dengan alat Calorimeter
dengan sistem Isoperibol. Alat ini menggunakan siklus Isotermik,
dimana secara computerize, panas yang dihasilkan dari pembakaran
batubara dalam calorimeter tersebut dikonversikan ke dalam satuan
Megajoule per kilogram (MJ/kg) atau Calori per gram (Cal/g). Jadi
secara otomatis nilai kalori dari batubara yang ditentukan diprint
out oleh alat kalorimeter tersebut.
3.7.Basis PerhitunganBasis adalah dasar yang dipakai untuk
menyatakan nilai dari suatu parameter dan menginterpretasikan nilai
tersebut pada kondisi tertentu batubara. Interpretasi dari basis
tersebut sesuai dengan istilah basis tersebut, misalkan seperti
basis basis di bawah ini ; As received/as sampled basis (AR) =
nilai parameter atau kualitas batubara pada saat batubara tersebut
diterima / disampling. Air dried basis (ADB) = nilai kualitas pada
kondisi batubara setelah di air dried. Dry basis (DB) = nilai
kualitas pada kondisi batubara kering atau tidak memiliki nilai
moisture (moisture free) Dry ash free basis (DAF) = nilai kualitas
batubara pada kondisi batubara tersebut kering dan bebas dari ash.
Dry mineral matter free basis (DMMF) = menginterpretasikan nilai
kualitas pada kondisi batubara tidak mengandung air dan mineral
matter. Moist, mineral matter free basis (mmmf) menginterpretasikan
nilai kualitas batubara pada kondisi batubara tersebut masih
didalam tanah (in-situ coal) dan tidak mengandung mineral matter.
Dan Lain-lainBasis-basis di atas merupakan basis-basis yang umum
atau biasanya dipakai dalam menyatakan nilai dari suatu parameter
kualitas dari suatu batubara. Selain basis-basis tersebut di atas
masih ada beberapa basis lainnya yang hanya untuk keperluan
tertentu saja digunakan seperti misalnya ; Sulfat free, SO3 free,
Ash free, dan lain-lain.
A. KESIMPULAN
1)Analisa batubara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas batubara sehingga dapat membantu dalam proses penambangan
maupun pemasaran.2)Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat
diketahui hubungan antara kandungan abu dan nilai kalori adalah
semakin tinggi kandungan abu, maka nilai kalorinya semakin rendah
karena apabila kandungan abunya tinggi berarti batubara tidak
terbakar sempurna.3) Dalam pengerjaan analisa sample batubara
disertai pengerjaan analisa CRM (Certified Reference Materials)
untuk mengecek kondisi alat yang digunakan dan ketepatan hasil
analisa. Selain itu, juga dilakukan Daily Check (Inhouse Standard)
untuk menjaga mutu laboratorium secara harian.4)Batubara yang
mempunyai kualitas yang baik ditandai dengan tingginya nilai
kalori, kandungan air rendah dan kandungan abu yang rendah.
DAFTAR PUSTAKAAnonim 1. 2010. Batubara.Anonim 2. 2009. Proses
Pembentukan Batubara.Anonim 3. 2008. Analisis Batubara.Anonim 4.
2009. Industri Batubara. Sukandarrumidi. 2004. Batubara dan Gambut.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Putrago. 2009. Pengertian
Sumber Daya dan Cadangan Batubara.
1 | Page