Top Banner
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Kasih KaruniaNya serta KemurahanNya. Sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Batubara. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Tugas ini merupakan suatu tugas dari Mata Kuliah Batubara yang harus ditempuh dalam Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. Selain untuk menyelesaikan tugas ternyata tugas ini juga memberi manfaat baik kepada penulis maupun kepada pembaca dari segi akademik maupun pengalaman. Penulis mengakui tidaklah sempurna seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” begitu pula dalam penulisan tugas ini. Apabila nanti terdapat kekeliruan dalam penulisan tugas ini penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi tercapainya laporan tugas yang baik. Akhir kata semoga Tugas Batubara ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua. i
31

Tugas Batubara Kel. 1

Jan 26, 2016

Download

Documents

batubar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Batubara Kel. 1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Kasih KaruniaNya serta KemurahanNya. Sehingga kami diberi

kesempatan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Batubara. Sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas tepat waktu.

Tugas ini merupakan suatu tugas dari Mata Kuliah Batubara yang harus

ditempuh dalam Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas

Palangka Raya. Selain untuk menyelesaikan tugas ternyata tugas ini juga memberi

manfaat baik kepada penulis maupun kepada pembaca dari segi akademik maupun

pengalaman.

Penulis mengakui tidaklah sempurna seperti kata pepatah “tak ada gading yang

tak retak” begitu pula dalam penulisan tugas ini. Apabila nanti terdapat kekeliruan

dalam penulisan tugas ini penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi

tercapainya laporan tugas yang baik.

Akhir kata semoga Tugas Batubara ini dapat memberikan banyak manfaat bagi

kita semua.

Palangka Raya, 15 Oktober 2015

Penyusun,

i

Page 2: Tugas Batubara Kel. 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

BAB I ............................................................................................................................1

1.1...................................................................................................... Definisi Batubara

.................................................................................................................................1

1.2.................................................................... Sejarah Singkat Pemanfaatan Batubara

.................................................................................................................................2

1.3................................................................................ Pasang Surut Peranan Batubara

.................................................................................................................................3

BAB II ..........................................................................................................................7

2.1. Sejarah Pertambangan Batubara di Indonesia ......................................................7

BAB III .......................................................................................................................15

3.1. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara .........................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................iii

ii

Page 3: Tugas Batubara Kel. 1

BAB I

1.1. Defenisi Batubara

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari endapan,

batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara

terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan

diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga

membentuk lapisan batubara. Proses Pembentukan batubara itu sendiri dimulai sejak

zaman batubara pertama (Carboniferous Period / Periode Pembentukan Karbon atau

Batubara), yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu.

Mutu dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta

lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai‘maturitas organik’. Proses awalnya

gambut berubah menjadi lignite (batubara muda) atau‘brown coal (batubara coklat)’

Ini adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan

batubara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari

hitam pekat sampai kecoklat – coklatan.

Akibat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun,

batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas

organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara ‘sub-bitumen’.

Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras

dan warnanya lebih hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau‘antrasit’. Dalam kondisi

yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung

hingga membentuk antrasit. 

1

Page 4: Tugas Batubara Kel. 1

2

1.2. Sejarah Singkat Pemanfaatan Batubara

Penggunaan batubara memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Beberapa

ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama kali digunakan secara komersial di Cina.

Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan

batubara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar tahun

1000 SM. Salah satu dari rujukan batubara yang pertama kali diketahui dibuat oleh

seorang filsuf dan ilmuwan Yunani Aristoteles, yang menyebutkan arang seperti batu.

Abu batubara yang ditemukan di reruntuhan bangsa Romawi di Inggris menunjukkan

bahwa bangsa Romawi menggunakan batubara sebagai sumber energi pada tahun 400

SM. Catatan sejarah dari abad pertengahan memberikan bukti pertama penambangan

batubara di Eropa, bahkan suatu perdagangan internasional batubara laut dari lapisan

batubara yang terpapar di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia.

Selama revolusi industri pada abad ke-18 dan abad ke-19, kebutuhan akan

batubara amat mendesak. Penemuan besar mesin uap oleh James Watt, yang

dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan

batubara. Riwayat penambangan dan penggunaan batubara tidak dapat dipungkiri

Page 5: Tugas Batubara Kel. 1

3

berkaitan dengan Revolusi Industri – produksi besi dan baja, transportasi kereta api

dan kapal uap. Batubara juga digunakan untuk menghasilkan gas untuk lampu gas di

banyak kota, yang disebut ‘kota gas’. Proses pembentukan gas dengan menggunakan

batubara ini menunjukkan pertumbuhan lampu gas di sepanjang daerah metropolitan

pada awal abad ke-19, terutama di London. Penggunaan gas yang dihasilkan batubara

untuk penerangan jalan akhirnya digantikan oleh munculnya zaman listrik modern.

Dengan perkembangan tenaga listrik pada abad ke-19, masa depan batubara sangat

terkait dengan pembangkit listrik tenaga uap. Pusat pembangkit listrik tenaga uap

yang pertama yang dikembangkan oleh Thomas Edison, mulai dioperasikan di Kota

New York pada tahun 1882, yang mencatu daya untuk lampu-lampu rumah.

Akhirnya pada tahun 1960-an, minyak akhirnya mengambil alih posisi

batubara sebagai sumber energi utama dengan pertumbuhan yang pesat disektor

transportasi. Batubara masih memainkan peran yang penting dalam kombinasi energi

utama dunia, dimana memberikan kontribusi sebesar 23.5% dari kebutuhan energi

utama dunia pada tahun 2002, 39% dari kebutuhan listrik dunia, lebih dari dua kali

lipat sumber daya terbesar berikutnya,dan masukan penting sebesar 64% dari

produksi baja dunia.

1.3. Pasang Surut Peranan Batubara

Selama Revolusi Industri pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara amat

mendesak. Penemuan revolusional mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada

tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan batubara. Oleh karena

itu, riwayat penambangan dan penggunaan batubara tidak dapat dilepaskan dari

sejarah Revolusi Industri, terutama terkait dengan produksi besi dan baja, transportasi

kereta api dan kapal uap. Namun tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi

primer mulai berkurang seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian minyak.

Dan akhirnya, sejak tahun 1960 minyak menempati posisi paling atas sebagai sumber

energi primer menggantikan batubara. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa

Page 6: Tugas Batubara Kel. 1

4

batubara akhirnya tidak berperan sama sekali sebagai salah satu sumber energi

primer. 

Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak pihak bahwa

ketergantungan yang berlebihan pada salah satu sumber energi primer, dalam hal ini

minyak, akan menyulitkan upaya pemenuhan pasokan energi yang kontinyu. Selain

itu, labilnya kondisi keamanan di Timur Tengah yang merupakan produsen minyak

terbesar juga sangat berpengaruh pada fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan.

Keadaan inilah yang kemudian mengembalikan pamor batubara sebagai alternatif

sumber energi primer, disamping faktor faktor berikut ini: 

1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas.

Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti

(proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.

Dengan asumsi tingkat produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton

per tahun untuk produksi batubara keras (hard coal) dan 879 juta ton per tahun

untuk batubara muda (brown coal), maka cadangan batubara diperkirakan

dapat bertahan hingga 164 tahun. Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada

saat ini, minyak diperkirakan akan habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan

gas adalah 67 tahun. Disamping itu, sebaran cadangannya pun terbatas,

dimana 68% cadangan minyak dan 67% cadangan gas dunia terkonsentrasi di

Timur Tengah dan Rusia.

2. Negara – Negara maju dan Negara – Negara berkembang terkemuka memiliki

banyak cadangan batubara. Berdasarkan data dari BP Statistical Review of

Energy 2004, pada tahun 2003, 8 besar negara negara dengan cadangan

batubara terbanyak adalah Amerika Serikat, Rusia, China, India, Australia,

Jerman, Afrika Selatan, dan  Ukraina.

3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan

yang stabil.

4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.

5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.

Page 7: Tugas Batubara Kel. 1

5

6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi

sementara.

7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.

8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.

9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah

dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean

coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.

Masyarakat industri mulai sadar akan manfaat batubara dalam melaksanakan

kegiatannya. Sesudah terjadi krisis minyak tahun 1973/1974 yang melambungkan

harga minyak babak pertama (US$ 10 – US$ 12/bbl) yang kemudian diperkuat lagi

dengan krisis minyak kedua pada waktu pecah perang Iran – Irak 1979 menyebabkan

harga minyak melambung sampai US$ 40/bbl.

Sebenarnya batubara sudah dikenal terlebih dahulu pada abad 18. Bersama

dengan baja telah mencetuskan revolusi industri yang diawali dengan penemuan

mesin uap. Peranan batubara mencapai puncaknya dekat sebelum pecah Perang Dunia

I sewaktu 80% dari kebutuhan energi dunia bersumber dari bahan bakar batubara.

Dengan demikian maka saat puncak penggunaan betubara terjadi sebelum pecah

Perang Dunia I. Dengan meletusnya Perang Dunia I, pola penggunaan batubara

sangat terganggu dan masyarakat dunia menjadi sadar apabila selalu bertumpu pada

satu jenis bahan energi yaitu betubara pada akhirnya akan mengalami kesulitan. Hal

ini tercermin pada penggunaan bahan bakar pada kapal-kapal mesin uap yang tadinya

100% menggunakan batubara (sebelum Perang Dunia I) kemudian secara lambat laun

beralih ke minyak.

Di Indonesia sebelum Perang Dunia II angkutan laut dan kereta api

sepenuhnya mengguanakan batubara, tetapi kemudian berangsur-angsur beralih ke

bahan bakar minyak yang lebih mudah diperoleh. Kini dengan terjadinya krisis

minyak tahun 1973/1974 kebalikannya telah terjadi yaitu dunia mulai sadar bahwa

konsumsi energi terlalu besar bertumpu pada minyak. Dengan demikian jelas bahwa

Page 8: Tugas Batubara Kel. 1

6

tumpuan energi pada suatu jenis akan sangat tidak mengenakan, oleh sebab itu perlu

dicari energi alternatif.

Energi alternatif yang dimaksud bukan saja terdiri dari batubara tetapi

sementara itu sumberdaya gas alam, dan nuklir telah pula dimanfaatkan dalam jumlah

yang tidak sedikit dan juga telah dikembangkan tenaga geotermal dan tenaga-tenaga

yang dapat diperbarui. Di dalam pemilihan energi alternatif yang dapat menggantikan

sebagian besar peranan yang diambil oleh minyak terutama dalam kondisi dan situasi

Indonesia, tidak dapat dihindarkan bahwa batubara di antara sekian energi alternatif

yang tersedia akan mengambil peranan.

Page 9: Tugas Batubara Kel. 1

BAB II

2.1. Sejarah Pertambangan Batubara di Indonesia

Pertambangan batubara di Indonesia dimulai pada tahun 1849 di Pengaran,

Kalimantan Timur N.V. Oost Borneo Maatschappij suatu perusahaan swasta memulai

kegiatan pada tahun 1888 di Pelarang, kira-kira 10 km sebelah tenggara Samarinda.

Menjelang Perang Dunia I ada beberapa perusahaan kecil yang bekerja di Kalimantan

Timur. Di Sumatera kegiatan pertama untuk melakukan pertambangan batubara

secara besar-besaran dimulai pada tahun 1880 di lapangan Sungai Durian di Sumatera

Barat. Usaha ini gagal karena kesulitan pengangkutan. Setelah penyelidikan dengan

seksama pada tahun 1868 – 1873, yaitu setelah diketemukannya lapangan batubara

pada tahun 1868 dibukalah pada tahun 1892 Tambang Batubara Ombilin.

Di Sumatera selatan, penyelidikan antara tahun 1915 – 1918 menghasilkan

pembukaan Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 1919. Tambang Batubara

Ombilin dan Bukit Asam segera menjadi dua penghasil batubara terpenting di

Indonesia. Pada tahun 1970 tiga Tambang Batubara masih bekerja yaitu Tambang

Batubara Ombilin di Sumatera barat, Bukit Asam di Sumatera Selatan dan Mahakam

di Kalimantan Timur disatukan dalam P.N. Batubara yang didirikan berdasarkan atas

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1968. Ketiga tambang ini dikenal pula sebagai

Unit I, Unit II, dan Unit III.

Sejarah kegiatan pertambangan di Indonesia, secara resmi dapat ditemukan

dalam catatan-catatan kegiatan para geologi Belanda yang pernah melakukan survey

di negeri ini. Antara lain Ter Braake (1944) dan R .W Van Bemmelen (1949) , serta

berbagai laporan tahunan Dinas Pertambangan Hindia Belanda (“Jaarverslag Dienst

Van Den Mijn Bow”). Berdasarkan catatan-catatan tersebut terkesan bahwa seakan-

akan kegiatan usaha pertambangan di Indonesia baru dimulai sejak tahun 1899 yaitu

tahun diundangkannya Indische Mijn Wet, Stb. Tahun 1899 No.214. Pada tahun 1899

Belanda lalu menerbitkan Indische Mijn Wet Stb.1899 No.214, yang mengatur secara

khusus tentang perijinan yang bersifat publik dibidang Pertambangan, yang diatur

7

Page 10: Tugas Batubara Kel. 1

8

sesuai konsep hukum perdata barat. Dimana semua perijinan yang bersifat publik

diberikan dalam bentuk “Konsesi”, seperti Konsesi Hutan yang selanjutnya dikenal

sebagai Hak Penebangan Hutan atau HPH, Konsesi Perkebunan, sesuai UU

Agrarische Wet Stb. 1870 No.55 dan Konsesi Pertambangan baik untuk

Pertambangan Umum maupun Minyak dan Gas berdasarkan Indische Mijn

Wet Stb.1899 No. 214. Pelaksanaan pemberian Konsesi oleh Pemerintah Hindia

Belanda ini, dilakukan dalam rangka menetapkan politik dan kebijaksaan kolonialnya

atas kekayaan alam bahan galian di Indonesia.Undang-undang pertambangan Hindia

Belanda ini lahir, dari perkembangan politik pada waktu itu dilandasi oleh pemikiran

yang liberalistis dan kapitalis. Kebijakan politik penjajah dibidang pertambangan ini

telah melapangkan jalan bagi “Konsesi Pertambangan”.

“Suatu periode dimana manajemen pengusahaan dan pemilikan hasil produksi

bahan galian atau mineral sepenuhnya berada di tangan pihak pemegang konsesi

pertambangan”, dan Negara ( Pemerintah Kolonial ) hanya menerima bersih Iuran

Pertambangan sebesar 0,25 Gulden per hektar setiap tahun serta 46 % dari hasil

kotor ( Pasal. 35 Indische Mijn Wet Stb.1899 No.214 ).

Konsep pemberian “hak konsesi” ini, berasal dari konsep hukum Perdata

Barat (Belanda) untuk membuka pertambangan, jalan dan fasilitas lain seperti yang

dituangkan dalam Indische Mijn West 1899 tentang “konsesi” ini, yaitu:

“Suatu izin dari pemerintah untuk membuka tanah dan untuk menjalankan suatu

usaha diatasnya, untuk membuka jalan, untuk menambang. Berdasarkan Pasal 4 ayat

(1) Undang-Undang Pokok Agraria, hak konsesi ini dapat dikonversi menjadi Hak

Guna Usaha (HGU).

Hak Guna Usaha yang diberikan oleh Belanda berdasarkan hak konsesi.

Pemberian ini dapat diberikan pada pihak asing yang ingin menanamkan modalnya di

Indonesia. Tentu ini sangat mengiurkan bagi pemodal asing yang ada di Eropa karena

mereka sedikit banyak telah mengenal Indonesia sebagai daerah yang kaya dengan

sumber daya alam terutama pertambangan dari laporan – laporan ahli yang pernah

ditugaskan oleh Pemerintah sendiri. Sumatera Barat merupakan daerah yang dilalui

Page 11: Tugas Batubara Kel. 1

9

bukit barisan. Bukit Barisan membujur di sepanjang punggung Sumatra. Di Sumatera

Barat dikelilingi oleh gunung – gunung, yakni Gunung Merapi, Gunung Sago,

Gunung Singgalang, Gunung Talang, Gunung Pasaman dan Gunung Kerinci.

Wilayah Sumatera Barat terdapat daerah yang paling subur. Daerah ini di

sebut darek (darat dalam bahasa Indonesia) atau daerah pedalaman, daerah kebalikan

dari darek, yakni rantau adalah daerah luar dari darek atau daerah perbatasan. Suku

yang mayoritas mendiami Sumatera Barat adalah etnik Minangkabau. Menurut

Sensus Pemerintahan Hindia Belanda tahun 1930 adalah 3 persen penduduk

Minangkabau dari penduduk pribumi Indonesia. Peranan orang Minangkabau

mempunyai peranan penting dalam sejarah Indonesia. Hal ini terbukti dari banyak

tokoh – tokoh pergerakan rentang tahun 1920 – 1945 antara lain M. Hatta, Haji Agus

Salim, M. Natsir, dan Sutan Sjahrir.  Sedangkan Posisi Sumatera Barat terletak antara

0° 54′ Lintang Utara dan 3° 30′ Lintang Selatan serta 98° 36′ Bujur Timur dan 101°

53 Bujur Barat. Tercatat memiliki luas wilayah sekitar 42, 2 Km² atau 2.17 % dari

luas Republik Indonesia. Kondisi daerah yang memiliki contour bukit dan gunung

tinggi dan bebetuan yang sudah mulai tua memungkinkan keberadaaan bahan

tambang. Memulai kegiatan penambangan di Indonesia dilandasi oleh banyaknya

cekungan yang mengandung bahan tambang yang saat itu menjadi komodi primadona

sehingga pemerintah Kolonial Belanda diuntungkan dari penambangan dan

penanaman modl asing. Setidaknya jutaan ton material tambang dihasilkan seperti

batubara, tembaga, emas, maupun timah. Batubara sebagai salah satu hasil tambang

terbesar di Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Selatan, sedangkan

untuk daerah Sumatera Barat batubara tersebut terletak didaerah Ombilin. Batubara

Ombilin adalah batubara yang berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup banyak,

sebelum dibuka pertambangan Bukit Asam di Sumatera Selatan.

Di Sumatera Barat telah dibuka pertambangan batubara yang dikelola oleh

tambang oleh pemerintahan Hindia Belanda. Pada awalnya batubara hanya dipakai

untuk kapal – kapal uap pemerintahan dan swasta baru kemudian dipergunakan untuk

kereta api. Pada akhirnya Belanda mengirim ahli-ahli untuk melakukan kegiatan

Page 12: Tugas Batubara Kel. 1

10

survey lebih lanjut tentang ketersediaan batubara di setiap daerah di Indonesia

termasuk Sumatera Barat. Penemuan batubara di Sumatera Barat dilakukan oleh

orang Belanda. W.H. de Greve seorang geolog muda Belanda ditugaskan oleh

Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1867 untuk melakukan ekspedisi di

pedalaman Minangkabau. Temuan de Greeve dilaporkan pada tahun 1871 dengan

judul Het Ombilien-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het transportstelsel

op Sumatra’s Westkust. Dalam laporan De Greve menemukan lokasi-lokasi yang

mengandung batubara. Setelah de Greve meninggal tahun 1872. Ekspedisi dilanjutkan

oleh RDM Verbeek tahun 1875 sesuai dengan laporan De Grave.

Menurut laporan De Greve daerah yang mengandung batu bata terletak di

sepanjang Sungai Ombilin, sebelumnya sungai ini bergabung dengan Sungai

Sinamar. Mulai dari lembah kiri – kanan Sungai Ombilin yang mengandung batubara

di sebelah utara dibatasi oleh garis dari Sijantan sampai ke arah timur. Di sebelah

Barat Sijantan sampai Lubukkama. Di sebelah selatan dibatasi oleh bukit – bukit

kapur dari Sibrambang hingga Silungkang. Di bagian timur dibatasi oleh Sungai

Lunto maupun Pandan. Diantara batas – batas inilah Sungai Ombilin mengalir

sepanjang 6 Km, diantara lereng bukit Sigaluik. Masyarakat di daerah tersebut, pada

saat itu tidak mengetahui adanya batubara di lokasi tersebut karena pada waktu itu

pekembangan teknologi belum maju.

Verbeek pernah menuliskan tentang cadangan batubara yang ada di

Sawahlunto yang bermula dari Sungai Durian. Geolog ini menaksir cadangan paling

sedikit 200 juta ton. Jumlah ini ada di seluruh daerah mengandung batubara. Verbeek

membagi perbandingan cadangan batubara yaitu : daerah Perambahan 20 juta ton,

Sigaluik 80 juta ton, Sungai Durian 93 juta ton, daerah sebelah Barat Lurah Gadang 4

juta ton, dan daerah Sugar. Pada tahun 1891, Sungai Durian menjadi titik tolak

dimulai pertambangan batubara di Kota Sawalunto. Kemudian berkembang ke daerah

Sawah Rasau, Waringin dan Lembah Soegar.

Setelah dimulainya kegiatan penambangan tersebut, Sawahlunto mulai

menjadi pemukiman pekerja tambang pada tahun 1887, untuk mendukung

Page 13: Tugas Batubara Kel. 1

11

penambangan Pemerintah Hindia Belanda  menginvestasikan uang sejumlah 5,5 juta

Gulden untuk pembangunan fasilitas perusahaan tambang batubara Ombilin salah

satu fasilitasnya adalah kereta api. Tahun 1894 Sawahlunto telah terhubung dengan

kota Padang oleh jalur kereta api, sehingga mempermudah kegitaan penambangan,

pendistribusian batubara serta turut mempercepat perkembangan Sawahlunto sampai

masa kejayaan pada tahun 1930-an.

Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda

cukup berhasil.Pada masa ini, aktivitas ekonomi di daerah Ombilin merupakan salah

satu pusat industri. Beberapa tahun saja setelah berproduksi, ternyata tidak hanya

memberikan keuntungan akan tetapi memberikan harapan pada masa yang akan

datang. Seluruh pengeluaran sampai tahun pada 1899 yakni penambangan

Sawahlunto pembangunan fasilitas dan instalasi di Teluk Bayur sejumlah 1.372.000

Gulden, pengeluaran untuk pembuatan jalur kereta api 30.238.000 Gulden dan

pembuatan Pelabuhan Teluk Bayur 3.424.000 maka pegeluaran semuanya 35.034.000

Gulden. Sedangkan keuntungan yang didapat pada pada akhir abad ke-19 berjumlah

1.334.000 Gulden sudah termasuk seluruh pengeluaran, tidak kurang dari 6,2 %

keuntungan ditambah lagi terjadi kenaikan keuntungan 3,3 % dari tahun 1896. Untuk

produksi terjadi peningkatan mulanya 1.758 ton tahun1892 menjadi 100 ribu ton 

bahkan pada tahun 1901 terjadi peningkatan 200 ribu ton.

Peningkatan jumlah produksi tidak lepas dari peranan kuli kontrak dan orang

rantai yang dibayar sangat murah sehingga pengeluaran ditekan serendah mungkin.

Melibatkan ribuan pekerja, pada umumnya pekerja adalah orang kuli kontrak dan

orang hukuman yang sering disebut dengan orang rantai karena mereka memakai

kalung besi di leher.Kuli kontak pada umumnya berasal dari Cina (terutama

Singapura) dan orang Jawa. Sedangkan orang rantai orang yang dihukum oleh

Belanda karena melakukan perlawanan terhadap Belanda di daerah asal mereka.

Pengunaan orang rantai sebagai kuli untuk menghemat biaya pengeluaran, karena

kebanyak dari kuli ini adalah orang – orang tahanan. Sejarah pertambangan batubara

secara modern diawali dengan penemuan cebakan batubara di Ombilin tahun 1856,

Page 14: Tugas Batubara Kel. 1

12

yang dilanjutkan dengan pekerjaan persiapan selama lebih kurang 36 tahun sebelum

produksi pertama tahun 1892. Pekerjaan persiapan tersebut termasuk membangun rel

kereta api dari kota Padang ke Sawahlunto – yang selanjutnya berperan penting

dalam pembangunan Sumatra Barat.

Jalan masuk tambang Ombilin pada tahun 1971

Selain di Ombilin, pertambangan batubara juga dibuka di Tanjung Enim

(Sumatra Selatan), tepi sungai Mahakam (Kalimantan Timur), Pulau Laut

(Kalimantan Selatan). Empat phase penting dari perkembangan pertambangan

batubara Indonesia:

1. Sebelum tahun 1941. Awal dibukanya tambang-tambang batubara modern:

Ombilin – tambang bawah tanah Tanjung Enim – tambang terbuka. Tepi sungai

Mahakam – tambang bawah tanah.

Pemakai batubara: transportasi (kereta api), pabrik semen, industri manufaktur

dan industri kecil – terutama di sekitar tambang batubara.

Pabrik Semen Padang dibangun tahun 1910 menggunakan batubara dari

Ombilin. 

Produksi meningkat hingga mencapai sekitar 2 juta ton/tahun.

Page 15: Tugas Batubara Kel. 1

13

2. Antara 1941 sampai tahun 1974 

Pendudukan Jepang mengambil alih tambang tambang yang ada dan

dimanfaatkan untuk keperluan perang.

Setelah kemerdekaan dan nasionalisasi pada pertengahan tahun 50-an,

produksi menurun karena pemakai batubara mulai berkurang dan kekurangan

tenaga ahli, walaupun ada bantuan teknik dari Polandia pada awal tahun 60-

an. 

Batubara mulai ditinggalkan, diganti oleh minyak .

Tingkat produksi mencapai titik terrendah pada tahun 1969 (sekitar 200 ribu

ton/tahun).

Awal tahun 70-an krisis minyak membuat perhatian kembali ke batubara.

3. Antara 1974 sampai tahun 1991.

Kontrak karya pertama dengan Shell Mijnbouw – di Sumatera Selatan, sekitar

Tanjung Enim pada tahun 1974 – berakhir tahun 1978 tanpa kelanjutan. 

Awal 80-an proyek terpadu pengembangan tambang Bukit Asam, jalur kereta

api dari Tanjung Enim ke Tarahan (Lampung) dan PLTU Suralaya.

PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) terpisah dari PN Tambang

Batubara. 

PN Tambang Batubara menandatangani kontrak kerjasama (KKS) dengan

perusahaan asing untuk pengembangan pertambangan batubara di berbagai

tempat di Kalimantan dan Sumatra. 

Tahun 1990 – PN Tambang Batubara dibubarkan dan dilebur ke PTBA

Tahun 1990 beberapa tambang KKS telah memasuki tahap operasi produksi

4. Sejak 1991

Produksi batubara Indonesia terus meningkat secara signifikan – terutama dari

tambang – tambang milik PTBA dan KKS.

Tahun 1995 PTBA tidak lagi sebagai prinsipal KKS – diambil alih oleh

pemerintah – menjadi PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara).

Page 16: Tugas Batubara Kel. 1

14

Sampai saat ini sudah 3 generasi PKP2B  

Kebutuhan domestik meningkat dengan dibangunnya PLTU-PLTU baru. 

Ekspor juga meningkat dengan pesat sejalan dengan berkembangnya negara-

negara industri baru di Asia Timur.

Page 17: Tugas Batubara Kel. 1

BAB III

3.1. Rantai Rangkaian Pemanfaatan Batubara

1. Pemanfaatan Batubara

Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia.

Penggunan yang paling penting adalah untuk :

a. Bahan bakar pembangkit  listrik.

b. Produksi besi dan baja.

c. Bahan bakar pembuatan semen.

d. Bahan bakar cair.

Penggunaan batubara yang penting lainnya mencakup pusat pengolahan

alumina, pabrik kertas, dan industri kimia serta farmasi. Beberapa produk kimia

dapat diproduksi dari hasil – hasil sampingan batubara. Terbatubara yang dimurnikan

digunakan dalam pembuatan bahan kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol dan

benzene. Gas amoniak yang diambil dari tungku kokas digunakan untuk membuat

garam amoniak, asam nitrat dan pupuk tanaman. Ribuan produk yang berbeda

memiliki komponen batubara atau hasil sampingan batubara : sabun, aspirin, zat

pelarut, pewarna, plastik dan fiber, seperti rayon dan nylon. Batubara juga

merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk – produk tertentu:

Karbon teraktivasi – digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta

mesin pencuci darah.

Serat karbon – bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan

pada konstruksi, sepeda gunung dan raket tenis.

Metal silikon – digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang pada

gilirannya digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, resin, kosmetik,

shampo dan pasta gigi.

Batubara sebagai bahan galian memiliki peran penting. Misalnya sebagai bahan

bakar alternative nonminyak dan gas (nonmigas), digunakan dalam industri

kimia dan industri lainnya.

15

Page 18: Tugas Batubara Kel. 1

16

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Pembakaran batubara merupakan pemanfaatan batubara secara

langsung untuk memperoleh energi panas dan menghasilkan gas buang (flue

gas) dan abu. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) merupakan salah satu

contoh pemanfaatan batubara secara langsung. Dalam pemanfaatn tersebut,

batubara uap dibakar dipembangkit uap (bolier) untuk menghasilkan panas

yang akan digunakan untuk mengubah air menjadi uap air, yang selanjutnya

digunakan untuk menggerakkan turbin uap dan memutar generator guna

menghasilkan energi listrik. Mula-mula ukuran butiran batubara tersebut

dikecilkan hingga berukuran halus untuk menambah luas permukaannya agar

lebih mudah terbakar.Batubara tersebut kemudian disemburkan ke tungku

pembakaran bertemperatur tinggi. Gas dan energi panas yang dihasilkan

mengubah air pada tabung di sekeliling tungku tersebut menjadi uap.Uap

bertekanan tunggi memutar turbin dengan kecepatan tinggi guna

menggerakkan generator. Saat ini, penggunaan batubara sebagai sumber

energi pembangkit listrik tercatat lebih kurang 39% kebutuhan listrik dunia

(Panduan bisnis PTBA, 2008).

2. Industri besi dan baja.

Peran batubara penting dalam kegiatan industri besi dan baja.Sekitar

64% produksi baja dunia berasal dari besi. Sebagai gambaran produksi baja

dunia yang mencapai 965 juta ton pada tahun 2003 memanfaatkan batubara

sebesar 543 juta ton. Proses peleburan besi dan baja tersebut menggunakan

kokas dan batubara. Proses peleburan biji besi dilakukan dengan

menggunakan tungku peleburan tanur tinggi (blast furnace) dengan

menggunakan kokas sebagai reduktor.

Page 19: Tugas Batubara Kel. 1

17

Reaksi reduksi terjadi sebagai berikut :

C    + O2           ——>                   2CO2

CO2 + C             ——>                  2CO

Fe2O3 + 3CO     ——>                   2Fe  +  3CO2

3. Industri Semen

Batubara digunakan sebagai sumber energi panas pada industri semen.

Pada proses pembakaran dalam tungku (klin), batubara dibakar dalam ukuran

halus (bentuk bubuk) dengan setiap 450 gram (g) batubara akan menghasilkan

semen sekitar 900g. Pada masa mendatang peran batubara masih cukup besar

dalam industri semen.

Page 20: Tugas Batubara Kel. 1

DAFTAR PUSTAKA

Ade Yusevi, Noby. ST. 2015. Teknik Eksplorasi Batubara. Coal Geology Pengenalan

Geology Batubara

Idefa, 2015 Sejarah Penggunaan Batubara,

http://idefa.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-penggunaan-batubara.html

iii