Top Banner
AUDIT FORENSIK “Fundamentals of Fraud Auditing and Forensic Accounting” Disusun oleh 1202111909 Patricia Muliani Teguh 1202112735 Indri Mutiara Sari 1202120348 Nengsi Sri Ulan 1202135229 Riza Safitri UNIVERSITAS RIAU Fakultas Ekonomi
28
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

AUDIT FORENSIK

Fundamentals of Fraud Auditingand Forensic Accounting

Disusun oleh

1202111909Patricia Muliani Teguh1202112735Indri Mutiara Sari1202120348Nengsi Sri Ulan1202135229Riza Safitri

UNIVERSITAS RIAUFakultas EkonomiJurusan Akuntansi2012

Statement of Authorship

Saya / kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK / makalah / tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya / kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya / kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.Materi ini tidak / belum pernah disajikan / digunakan sebgai bahan untuk makalah / tugas pada mata ajaran lain kecuali saya / kami menyatakan dengan jelas bahwa saya / kami menggunakannya.Saya / kami memahami bahwa tugas yang saya / kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme

Mata Kuliah : Audit ForensikJudul RMK: Fundamentals of Fraud Auditing and Forensic AccountingTanggal : Sabtu, 07 Maret 2015Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Akt., CANama : PatriciaIndriNengsiRizaNIM : 1202111909 1202112735 12021203481202135229

Tanda tangan:

Patricia Muliani TeguhIndri Mutiara SariNengsi Sri UlanRiza Safitri1202111909120211273512021203481202135229

Fundamentals of Fraud Auditing and Forensic Accounting

Who Needs Fraud Auditing?Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam transaksi-tansaksi komersial. Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (errors). Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai unintentional mistakes atau kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan jurnal, pengikhtisaran proses, dan hasil laporan keuangan. Apabila suatu kesalahan disengaja, maka kesalahan tersebut merupakan kecurangan (fraudulent).Auditor tertama tertarik pada pencegahan, deteksi, dan pengungkapan kesalahan-kesalahan karena alasan berikut:a. Eksistensi kesalahan dapat menunjukkan bagi auditor bahwa catatan akuntansi dari kliennya tidak dapat dipercaya dan dengan demikian tidak memadai sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan.b. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian internal, maka ia harus memastikan dan menilai pengendalian tersebut serta melakukan pengujian ketaatan atas operasi. Apabila pengujian ketaatan menunjukkan sejumlah besar kesalahan, maka auditor tidak dapat mempercayai pengendalian internal.c. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan tersebut.

What Should A Fraud Auditor Know and Be Able To Do?J. S. R. Venables dan K. W. Impley (1988) mengemukakan kecurangan terjadi karena:1. Penyebab utamaa. penyembunyian (concealment), pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi dan hukuman sebagai akibatnya (kesempatan tidak terdeteksi).b. kesempatan / peluang (opportunity), pelaku perlu berada pada tempat dan waktu yang tepat agar mendapat keuntungan atas kelemahan khusus dalam sistem dan juga menghindari deteksi.c. motivasi (motivation), pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan atau kerakusan dan motivator yang lain.d. daya tarik (attraction), sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku.e. keberhasilan (success), pelaku perlu menilai peluang keberhasilan yang dapat diukur baik menghindari penuntutan atau deteksi.2. Penyebab sekundera. a perk kurang pengendalian, mengambil keuntunmgan aktiva organisasi dipertimbangkan sebagai suatu tunjangan karyawan.b. hubungan antara pemberi kerja dan pekerja yang jelek, sehingga pelaku mengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya menjadi kewajiban.c. pembalasan dendam (revenge), ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat mengakibatkan pelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.d. tantangan (challenge), karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencuri dengan berusaha untuk memukul sistem, sehingga mendapatkan suatu arti pencapaian (a sense of achievement) atau pembebasan frustasi (relief of frustation).

Thirteen Principles of Fraud Auditing1. Fraud auditing berbeda dengan financial audit. Fraud auditing lebih mengarah kepada pola pikir daripada metodologi.2. Fraud auditor memiliki pendekatan yang berbeda dari financial auditor. Fraud auditor lebih fokus pada pengecualian, keanehan, ketidakberesan akuntansi, dan pola tingkah laku, bukan pada kesalahan dan kelalaian.3. Fraud auditing biasanya dipelajari melalui pengalaman, bukan dari buku maupun kertas kerja yang lalu.4. Dari perspektif fraud auditing, fraud adalah kesengajaan dalam menyajikan fakta keuangan yang salah bukan sesuatu yang material.5. Fraud dilakukan dengan alasan ekonomi, egosentris, idiologi, dan psikologi.6. Fraud cenderung mencakup theory structure around motive, opportunity, and benefit.7. Fraud pada lingkungan akuntansi berbasis komputer, dapat dilakukan pada tiap tahapan proses (input, throughput, output).8. Skema kecurangan yang dilakukan oleh level pekerja biasanya berhubungan dengan pengeluaran.9. Skema kecurangan yang dilakukan oleh level manajer biasanya berhubungan dengan profit smoothing (meningkatkan pendapatan).10. Tipe accounting fraud sering disebabkan oleh ketiadaan kontrol dibandingkan dengan kekurangan kontrol.11. Kejadian fraud tidak berkembang secara eksponensial, tetapi dampaknya berkembang secara eksponensial.12. Accounting fraud sering ditemukan secara tidak sengaja dibandingkan dengan yang melalui tujuan dan didesain finansial audit13. Pencegahan fraud lebih mengarah pada kecukupan kontrol dan penciptaan lingkungan kerja yang memberikan nilai pada kejujuran personil dan perlakuan yang adil.

Financial Auditing and Fraud AuditingFinancial Auditing (audit keuangan) merupakan audit yang paling tua dan paling popular. Audit ini dilaksanakan dengan melakukan pengkajian dan penilaian terhadap sistem pelaporan akuntansi dan keuangan. Dilihat dari ketersediaan prosedur dan teknik audit, audit ini memiliki prosedur dan teknik yang paling lengkap dan baku. Disamping pelaksanaan auditnya telah dipimpin dengan norma audit yang standar, karena dikeluarkan oleh asosiasi profesi di bidangnya, juga objek yang diaudit telah dipimpim dengan suatu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (general accepted accounting principle - GAAP).Audit ini merupakan perluasan dari audit internal, sehingga dalam audit ini penilaian terhadap pencapaian tujuanpengendalian internal juga menjadi tujuan audit yang sangat penting. Audit keuangan dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses akuntansi yang berlaku umum serta disajikan dengan kondisi sebenarnya keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan pada periode tersebut. Ruang lingkup audit keuangan berkisar pada bukti-bukti transaksi dan proses akuntansi yang diterapkan pada objek audit.Dalam menentukan luas audit, auditor mendasarkan keyakinannya pada efektivitas pengendalian internal perusahaan. Oleh karena itu, auditor harus melakukan penelaahan terhadap pengendalian internal yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Semakin kuat pengendalian internal yang dimiliki perusahaan, biasanya auditor cenderung menetapkan luas audit yang kecil, begitu pula sebaliknya. Audit keuangan dilakukan dalam rangka mendapatkan pengesahan (opini) secara independen dari pihak auditor atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan. Oleh karena itu, audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh kantor akuntan publik / akuntan publik sebagai auditor independen (auditor eksternal). Audit keuangan telah memiliki standar bentuk laporan audit yang bersifat baku bagi seluruh akuntan independen yang melakukan audit keuangan. hal ini diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Bentuk laporan yang disampaikan biasanya adalah laporan bentuk pendek yang menyertai laporan keuangan hasil audit. Laporan audit keuangan ini ditujukan kepada berbagai kelompok pengguna yang berada di luar perusahaan (eksternal). Kelompok tersebut diantaranya pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan nformasi berbagai kelompok tersebut, laporan keuangan disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai.Fraud Auditing (audit kecurangan) adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial, dibutuhkan gabungan dari dua keterampilan, yaitu keterampilan sebagai auditor yang terlatih dan keterampilan kriminal investigator. Tujuan audit kecurangan adalah untuk mencegah terjadinya kecurangan dan mendeteksi kecurangan. Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab manajemen. Pemeriksa internal bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektivitas dari tindakan yang diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut.Beberapa sikap yang diyakini oleh para auditor kecurangan, yaitu:a. Penipuan mungkin bahkan dapat terjadi dalam sistem akuntansi yang memiliki kontrol yang ketat.b. Bagian dari penipuan transaksi yang terjadi mungkin melibatkan beberapa jumlah yang kecil dari uan, akan tetapi yang mungkin tidak terlihat merupakan sesuatu yang besar.c. Suatu kecurangan adalah sesuatu yang kelihatan apabila melihat dengan cukup lama dan cukup mendalami pelaku.d. Suatu kecurangan dapat berasal dari setiap tingkat manajemen maupun masyarakat.

Thingking as A Fraud AuditorDalam Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) dibahas mengenai pencegahan, deteksi, penyelidikan, dan pelaporan kecurangan, yakni:a. Pencegahan Kecurangan, merupakan tanggung jawab manajemen. Auditor internal bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan dan efektivitas dari tindakan yang diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut.b. Deteksi / Penemuan Kecurangan, auditor internal harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat mengidentifikasi indikator kemungkinan terjadinya kecurangan. Auditor internal tidak diharapkan mempunyai pengetahuan yang sama seperti seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah mendeteksi dan menyelidiki kecurangan.Penilaian Risiko FraudPenilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensic yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.Deteksi dan Investigasi FraudDalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang, penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.

Deteksi Kerugian KeuanganAudit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud.Kesaksian Ahli (Litigation Support)Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.Uji Tuntas (Due diligence)Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah), yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada ertifikat legal untuk audit forensik dalam lingkungan publik.BPKP merupakan badan hukum yang bernaung di bawah perintah presiden, yang diaudit oleh BPKP. BPKP merupakan lembaga negara yang bertugas mengaudit semua instansi yang menggunakan keuangan negara (auditor ekesternal pemerintah). BPKP diaudit oleh KAP yang ditunjuk dan disetujui oleh Menteri Keuangan dan DPR. BPK juga diaudit oleh Lembaga Audit Dunia dalam rangka peer review.

What is Forensic and Investigative Accounting?Investigative Accounting dikenal juga sebagai akuntansi forensik.Forensic Accounting, didefinisikan oleh Tuanakotta (2010) sebagai penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atu di luar pengadilan. Secara sederhana akuntansi forensik dapat dikatakan sebagai akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum, atau akuntansi yang tahan uji dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau proses peninjauan yudisial dan tinjauan administratif.Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA), mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.Jadi jelas bahwa akuntansi forensik adalah penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi yang dipadu dengan kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu masalah/sengketa keuangan atau dugaan fraud yang pada akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat penyelesaian perkara lainnya.Praktek akuntansi forensik di Indonesia semakin pesat pada masa setelah krisis keuangan tahun 1997. Sarbanes Oxley Act (2002) merupakan salah satu pendorong dalam perkembangan akuntansi forensik. Akuntansi forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan motive pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption dan misappropriation of asset.

Who Needs Forensic Accounting?Akuntan sebagai orang yang dipercaya para stakeholder untuk memberikan opini ataskewajaran laporan keuangan tentu harus tanggap akan kondisi dan keadaan ekonomi yangsedang terjadi. Akuntan juga harus tahu cara berpikir orang-orang yang mungkin dengan sengaja ingin menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Sehingga usaha-usaha licik mereka dapat terbaca dan memberikan opini atas laporan keuangan dengan tepat pula. Akuntan harus menjadi garda terdepan dalam pemberantasan korupsi di negeri ini, sejajar dengan Kepolisian, Kejaksaan, maupun KPK. Untuk dapat mengimbangi kepandaian para koruptor dalam memainkan muslihat mereka, kemampuan audit untuk menilai kewajaran keuangan saja tidak cukup.Diperlukan suatu keahlian khusus yang dapat membaca atau menginvestigasi adanya praktik-praktik kotor tersebut. Akuntansi Forensik atau beberapa ada yang menyebutnya Audit Investigatif dapat menjadi alat untuk mendeteksi korupsi atau bahkan sebagai pendukung pemberantasan korupsi di Indonesia. Akuntan Forensik di Indonesia masih relatif baru, bahkan di Amerika pun baru menjadi perhatian setelah kasus-kasus yang menimpa keuangan publik yang mendorong disahkannya Sarbanes Oxley Act atau SOX sejak tahun 2002. Kasus yang serupa, yaitu penipuan dan penggelapan uang para investor banyak terjadi di Indonesia, tetapi peran Akuntan Forensik masih belum terlalu dikenal oleh masyarakat.Oleh karena itu, diyakini profesi ini akan mengalami pertumbuhan yang cepat di masa mendatang dan dalam waktu dekat ini, karena kepercayaan semakin menjadi sesuatu yang langka di dunia. Layanan yang disediakan oleh perusahaan forensik akuntansi diarahkan untuk memberikan solusi kepada klien untuk masalah di mana ada ketidaksepakatan tentang fakta-fakta, atau di mana perilaku bisnis yang terkait tidak sesuai dengan harapan atau standar.

What Should A Forensic Accountant Be Able To Do?Seorang akuntan forensik dapat terlibat dalam praktik umum, ataupun dipeker-jakan oleh perusahaan asuransi, bank, polisi, instansi pemerintah, dan organisasi lainnya. seorang akuntan forensik sering terlibat dalam (1) investigasi dan meng-analisis bukti keuangan, (2) mengembangkan aplikasi komputerisasi untuk mem-bantu analisis dan penyajian bukti keuangan, (3) berkomunikasi temuan mereka dalam bentuk laporan, pameran, dan koleksi dokumen, serta (4) membantu dalam proses hukum, termasuk bersaksi di pengadilan sebagai saksi ahli dan memper-siapkan alat bantu visual untuk mendukung bukti persidangan.Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa akuntan forensik sebaiknya menguasai keterampilan dalam banyak bidang. Beberapa akuntan forensik, mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu seperti teknologi informasi. Akan tetapi, semua akuntan forensik yang telah terlatih sekurang-kurangnya memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam bidang-bidang berikut ini:1. Keterampilan auditing merupakan hal terpenting bagi akuntan forensik karena adanya sifat pengumpulan informasi dan verifikasi yang terdapat pada akuntansi forensik. Akuntan forensik yang terampil harus mampu mengum-pulkan dan mengkaji informasi apapun yang relevan sehingga kasus-kasus yang mereka tangani akan didukung secara positif oleh pihak pengadilan.2. Pengetahuan dan keterampilan investigasi, misalnya taktik-taktik surveillance dan keterampilan wawancara dan interogasi, membantu akuntan forensik untuk melangkah di luar keterampilan mereka di dalam mengaudit aspek-aspek forensik baik aspek legal maupun aspek finansial.3. Kriminologi, khususnya studi psikologi tindak kejahatan, adalah penting bagi akuntan forensik karena keterampilan investigasi yang efektif sering bergantung pada pengetahuan tentang motif dan insentif yang dialami oleh perpetrator.4. Pengetahuan akuntansi membantu akuntan forensik untuk menganalisis dan menginterpretasi informasi keuangan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kasus di dalam investigasi keuangan, apakah itu dalam kasus kebangkrutan, operasi pencucian uang, atau skema-skema penyelewangan lainnya. Hal ini meliputi pengetahuan tentang pengendalian internal yang baik seperti yang terkait dengan kepemimpinan perusahaan (corporate governance).5. Pengetahuan tentang hukum sangat penting untuk menentukan keberhasilan akuntan forensik. Pengetahuan tentang prosedur hukum dan pengadilan mempermudah akuntan forensik untuk mengidentifikasi jenis bukti yang diperlukan untuk memenuhi standar hukum yurisdiksi di mana kasus akan dinilai dan menjaga bukti melalui cara-cara yang memenuhi kriteria pengadilan.6. Pengetahuan dan keterampilan bidang Teknologi Informasi (TI) menjadi sarana yang penting bagi akuntan forensik di tengah dunia yang dipenuhi oleh kejahatan-kejahatan dunia maya. Pada taraf yang minimum, akuntan forensik harus mengetahui poin di mana mereka harus menghubungi seorang ahli bidang piranti keras (hardware) atau piranti lunak (software) komputer. Akuntan forensik menggunakan keterampilan teknologi untuk mengkarantina data, ekstraksi data melalui penggalian data, mendesain dan menjalankan pengendalian atas manipulasi data, menghimpun informasi database untuk perbandingan, dan menganalisis data.7. Keterampilan berkomunikasi juga dibutuhkan oleh akuntan forensik untuk memastikan bahwa hasil penyelidikan atau analisis mereka dapat dipahami secara benar dan jelas oleh pengguna jasanya.

Some Reflections on Forensic AccountingTertuang dalam pernyataan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) pasal 179 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran, kehakiman, atau dokter, atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan di atas dikenal dengan sebutan dokter forensik, namun ahli lainnya yang dalam hal ini termasuk juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai akuntan forensik.Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation), namun juga berperan dalam bidang hukum di luar pengadilan (non litigation), misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi, dan upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.Untuk menjadi seorang akuntan forensik, seseorang harus memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat, serta pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human and organization behaviour). Pengetahuan tengang aspek yang mendorong terhadinya kecurangan (incentive, pressure, attitudes, rationalization, opportunities), pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum), pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling), pemahaman terhadap pengendalian internal, serta kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft) juga dibutuhkan.Kasus korupsi di Indonesia seakan tidak pernah ada habisnya. Tingkat korupsi yang masih tinggi juga menjadi pendorong yang kuat untuk berkembangnya praktik akuntansi forensi di Indonesia.

ReferensiArens, Alvin A. et al. 2006. Buku Satu Auditing dan Jasa Assurance Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga.Singleton, Tommie W., Aaron J. Singleton. 2010. Fraud Auditing and Forensic Accounting Fourth Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.Elly Alpinista. 2013. Mendeteksi Kecurangan (Fraud Auditting). Dapat diakses pada URL: http://alpinistaelly.blogspot.com/2013/04/mendeteksi-kecurangan-fraud-auditing.html.Pembahasan Mengenai Fraud. 2013. Motivasi Melakukan Fraud. Dapat diakses pada URL: http://arezky125.wordpress.com/2013/05/20/motivasi-melakukan-fraud/.