Page 1
TUGAS AKHIR MATA KULIAH PRINSIP TEKNIK PANGAN
ANALISIS KESETIMBANGAN MASSA
PABRIK MIE BASAH CAP 77 CIKARANG
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Oleh:
Romone L.M (F24078001)
Khoirunnisa (F24080013)
Nurma Subangkit (F24080020)
Efratia (F24080033)
Atikah Bararah (F24080076)
Cindy Firiera D. (F24080081)
Page 2
2
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2 Tujuan................................................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.4 Ruang Lingkup ..................................................................................................... 4
1.5 Metode Penulisan ................................................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
2.1 Prinsip Kesetimbangan Massa .................................................................................. 5
2.2 Mie Basah .................................................................................................................. 6
2.3 Proses Pembuatan Mie Basah ................................................................................... 6
BAB III. PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN ................................................ 8
3.1 Proses Pembuatan Mie Basah Cap 77 ....................................................................... 8
3.2 Analisis Kesetimbangan Massa ................................................................................. 9
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 12
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 12
4.2 Saran ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13
Lampiran ........................................................................................................................... 14
Page 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pengolahan suatu produk pangan melibatkan berbagai macam bahan
baku dan bahan tambahan pangan, baik yang masuk maupun keluar dalam proses
tersebut. Oleh karena itu, perlu suatu analisis kesetimbangan massa dalam suatu
proses pengolahan pangan. Kesetimbangan massa sendiri diartikan sebagai total
jumlah massa yang masuk sama dengan total jumlah massa yang keluar serta
perhitungan setiap perubahan jumlah massa tersebut. Analisis kesetimbangan massa
dalam proses pengolahan pangan biasanya diaplikasikan dalam proses pengeringan,
pencampuran, evaporasi, penggorengan, dan proses pangan lainnya yang
berhubungan dengan perubahan massa.
Evaluasi kesetimbangan massa dalam suatu proses pengolahan pangan dapat
dianalisis pada beberapa tahap atau keseluruhan proses serta perlu dilakukan
identifikasi dan spesifikasi seluruh materi yang masuk dalam proses tersebut dan
dimasukkan ke dalam perhitungan. Hal ini dikarenakan masing-masing tahapan
proses memieliki kesetimbangan massa tersendiri. Perhitungan proses kesetimbangan
massa melibatkan variabel-variabel serta simbol-simbol untuk mempermudah
perhitungan dan mengidentifikasi setiap atribut yang terlibat dalam proses pengolahan
pangan.
Salah satu industri yang sedang berkembang pesat saat ini adalah industri mie.
Makanan ini telah menjadi makanan pokok kedua masyarakat Indonesia setelah nasi,
karena pemrosesannya yang mudah dan kandungan gizinya yang cukup. Pembuatan
mie terdiri dari beberapa tahap. Tahap terpenting dimana kalkulasi kesetimbangan
massa penting untuk dilakukan adalah tahap pencampuran, atau di beberapa industri
tahap ini langsung dijadikan satu dengan pengadonan. Makalah ini disusun dengan
observasi langsung ke lokasi pembuatan mie basah Cap 77, Cikarang, Kabupaten
Bekasi, untuk mengetahui sekaligus mengaplikasikan prinsip kesetimbangan massa
dari prosesnya dan efisiensi pembuatan mie dalam setiap batch produksi.
Page 4
4
1.2 Tujuan
Analisis kesetimbangan massa di perusahaan mie basah Cap 77 bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses pembuatan dan pengolahan mie basah Cap 77
2. Mengetahui kesetimbangan massa yang ada dalam pengolahan mie
3. Mengetahui efisiensi produksi dalam pabrik pembuatan mie tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Penulis memiliki beberapa rumusan masalah yang akan dilakukan pembahasan
lebih lanjut. Adapun rumusan masalah dari karya tulis ini adalah,
1. Bagaimanakah proses pembuatan mie basah Cap 77?
2. Bagaimanakah kesetimbangan massa yang ada dalam pengolahan mie?
3. Bagaimanakah efisiensi produksi yang ada dalam pengolahan mie di industri
tersebut?
1.4 Ruang Lingkup
Penulis melakukan analisis terhadap perusahaan mie basah Cap 77 ini terbatas
pada analisis kesetimbangan massa dan proses pengolahan mie. Kesetimbangan massa
yang dianalisis hanya kesetimbangan massa pada proses pencampuran dan
pengadonan, serta dihitung pula efisiensi proses dari setiap batch produksi mie
tersebut mengacu kepada kesetimbangan massa yang telah dihitung.
1.5 Metode Penulisan
Penulis menyusun makalah ini dengan melakukan observasi dan studi pustaka.
Observasi dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke pabrik mie basah Cap
77 di daerah Cikarang, Kab. Bekasi, sedangkan studi pustaka yaitu dengan mencari
pustaka yang berhubungan dengan analisis kesetimbangan massa yang dilakukan pada
pengolahan mie basah Cap 77.
Page 5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Kesetimbangan Massa
Hukum konservatif atau kekekalan massa menyatakan bahwa materi tidak dapat
diciptakan atau dihilangkan, tetapi hanya berubah bentuk dari satu wujud ke wujud
lainnya. Prinsip ini pun berlaku dalam proses pengolahan pangan, dimana total input
bahan yang masuk ke dalam suatu proses pengolahan akan sama dengan total
outputnya. Prinsip ini dikenal dengan istilah kesetimbangan massa/materi
(mass/material balance).
Dalam suatu proses apapun jika tidak ada akumulasi dalam peralatan prosesnya,
maka jumlah bahan yang masuk akan sama dengan jumlah yang keluar. Dengan kata
lain, dalam suatu sistem apapun jumlah materi dalam sistem akan tetap walaupun
terjadi perubahan bentuk atau keadaan fisik. Oleh sebab itu, jumlah bahan yang
masuk dalam suatu proses pengolahan pangan jumlahnya akan sama dengan jumlah
bahan yang keluar sebagai produk yang dikehendaki ditambah jumlah yang hilang
dan yang terakumulasi dalam peralatan pengolahan. Secara matematis, prinsip
kesetimbangan massa tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan 1 berikut dimana
“m” adalah total massa:
mnput
= mouput
+ makumulasi
Proses pengolahan yang tidak mengalami akumulasi disebut “steady state
process”, sedangkan yang mengalamie akumulasi disebut “unsteady state process”
(Toledo 2007). Salah satu contoh unsteady state process dalam pengolahan akan
dibahas pada makalah ini dimana terjadi akumulasi massa dalam peralatan proses
pembuatan mie.
Perhitungan kesetimbangan massa digunakan untuk menelusuri bahan yang
masuk serta keluar dan menentukan jumlah tiap komponen atau keseluruhan bahan
selama proses pengolahan pangan. Toledo (2007) menyatakan bahwa perhitungan
tersebut berguna dalam menentukan formulasi produk hingga komposisi spesifik yang
dibutuhkan dari bahan baku dan mengevaluasi komposisi akhir setelah bahan
melewati suatu proses. Sehingga dengan melakukan perhitungan kesetimbangan
Page 6
6
masssa akan diperoleh informasi tentang jumlah bahan yang efisien dan parameter
proses yang efektif guna mendapatkan produk akhir yang diinginkan.
2.2 Mie Basah
Mie dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya, yaitu somen (sangat tipis,
lebar 0.7-1.2 mm), hiyamughi (tipis, lebar 1.3-1.7 mm), udon (standar, lebar 1.9-3.8
mm), dan hiramen (datar, lebar 5.0-6.0 mm) (Kusnandar 2010; Fu 2008). Berdasarkan
proses pengolahannya, mie berbasis terigu dibedakan menjadi yaitu mie basah
mentah, mie basah matang, mie kering dan mie instan (Kusnandar 2010).
Mie basah mentah merupakan untaian mie hasil dari pemotongan lembaran
adonan, tanpa perlakuan pengolahan lanjutan. Mie jenis ini biasanya digunakan untuk
mie ayam. Kadar air mie ini sekitar 35% dan biasanya ditaburi dengan tapioka untuk
menjaga agar mie tidak saling lengket (Kusnandar 2010).
Mi basah merupakan salah satu jenis mie yang dikenal luas dan disukai oleh
masyarakat dan sebagian besar diproduksi oleh industri rumah tangga, kecil dan
menengah. Dua jenis mie basah yang dikenal masyarakat adalah mie mentah (raw
noodle) dan mie rebus (cooked noodle). Mie basah matang melalui proses perebusan
setelah pemotongan adonan mie sedangkan mie basah mentah tidak. Mie basah
mentah dijual dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan seperti mie ayam.
Mie basah mentah juga banyak diolah menjadi aneka makanan di tingkat rumah
tangga.
Tanpa penambahan pengawet, umur simpan mie basah mentah relatif pendek
yaitu sekitar 16 – 20 jam jika disimpan pada suhu ruang (Syamsir 2010). Penyebab
kerusakan terutama aktivitas miekroba pembusuk yang dipercepat oleh beberapa
faktor yaitu tingginya kadar air, aktivitas air (aw) dan pH mie basah. Selain itu
praktek pengolahan mie basah yang kurang memperhatikan sanitasi dan higiene,
kondisi produksi, distribusi, penyimpanan dan penjualan pada suhu ruang juga dapat
menyebabkan umur simpan mie basah relatif pendek.
2.3 Proses Pembuatan Mie Basah
Secara umum, proses pembuatan mie basah di berbagai pabrik adalah melalui
tahapan proses yang sama. Tahapan proses pembuatan mie basah meliputi
pencampuran, pengadonan, pembuatan lembaran (sheeting), penipisan lembaran
(sebagian besar mesin prosesnya sudah dijadikan satu dengan sheeting machine), dan
Page 7
7
pemotongan menjadi bentuk mie. Di industri, sebelum pemotongan mie ditaburkan
tepung tapioka agar mie tidak menjadi lengket satu sama lain (Kusnandar 2010;
Syamsir 2010; Fu 2008). Secara singkat, berikut diagram alir pembuatan mie basah
mentah, dimana untuk mie basah matang hanya ditambahkan proses perebusan setelah
pemotongan.
Diagram 1. Proses pembuatan mie basah mentah (Syamsir 2010)
Pada proses pembuatan digunakan larutan alkali yang merupakan campuran
dari pengawet dan garam dapur yang akan membentuk sifat mie basah dengan warna
dan aroma normal (khas mie basah mentah) dengan tekstur kenyal dan umur simpan
yang lebih lama tanpa menggunakan boraks dan formalin (Syamsir 2010; Fu 2008).
Jika ambang batas penerimaan mie basah ditentukan secara visual seperti layaknya
konsumen di pasar, maka penggunaan pengawet ini dapat meningkatkan umur simpan
mie mentah sampai 48 jam pada penyimpanan di suhu ruang.
Page 8
8
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Proses Pembuatan Mie Basah Cap 77
Observasi langsung dilakukan di pabrik mie basah Cap 77 yang beralamat di
Jalan Ki Hajar Dewantara no 91, Cikarang, Kabupaten Bekasi. Pabrik mie basah cap
77 sudah berdiri sebelum tahun 2000 di Jakarta, namun baru di tahun 2007 pabrik ini
diambil alih oleh pemiliknya yang sekarang yaitu Pak Martin dan pindah ke Bekasi.
Berdasarkan lama tahun dan hasil produksinya, pabrik ini masih berskala rumah
tangga dengan produksi maksimal 2 batch per harinya.
Mie basah Cap 77 termasuk dalam klasifikasi mie basah mentah, karena dalam
proses pembuatannya tidak melalui tahap pemasakan. Proses pembuatan mie basah
Cap 77 dimulai dengan penakaran bahan dimana untuk penambahan asam benzoat
dilakukan sebanyak 100 gram untuk 100 kg tepung, sodium karbonat ditambahkan
sebanyak 100 gram per 100 kg tepung, air sebanyak 7 liter untuk setiap 1 sak (25 kg)
tepung, dan garam sebanyak 1 kg untuk 75 kg tepung. Setelah semua bahan ditakar,
semuanya dilarutkan ke dalam air kecuali tepung. Tepung yang digunakan adalah
tepung protein tinggi bermerek Cakra Kembar dicampur 50:50 dengan tepung protein
sedang bermerek Segitiga Biru.
Tahap kedua adalah pencampuran dan pengadonan dimana di pabrik Cap 77
ini, kedua proses tersebut dilakukan di alat yang sama yaitu sebuah kneader besar
dengan kapasitas sekitar 5-6 sak tepung. Air yang didalamnya sudah terdapat bahan-
bahan tambahan dicampurkan dengan tepung di dalam alat dan alat ditutup lalu
dinyalakan. Proses pengadonan ini biasanya memakan waktu 20 hingga 25 menit.
Adonan mie setelah jadi berupa adonan yang tidak terlalu basah dan tidak lengket.
Adonan yang telah dikeluarkan dari kneader lalu dimasukkan ke alat
pembentuk lembaran melalui hopper. Jarak antara kneader dan sheeting machine
yang tidak dekat menyebabkan sejumlah adonan terbuang dan ada yang terakumulasi
di kneader. Alat tersebut lalu menggiling adonan menjadi berbentuk lembaran yang
kemudian di akhir alat akan ada proses rolling, yaitu penggulungan lembaran adonan
mie untuk dimasukkan ke alat pemotong. Lembaran mie yang telah digulung lalu
Page 9
9
dimasukan ke alat pemotong dan dipotong sehingga menjadi bentuk mie yang
panjang, pipih dan agak keriting.
Proses selanjutnya adalah penimbangan dan pengemasan. Mie yang telah
dipotong ditimbang cepat sehingga mencapai 1 kg dan dikemas di dalam plastik PE
yang sudah diberi label. Kemasan lalu diseal secara manual menggunakan sealer dan
dipak ke dalam sebuah plastik besar, dimana setiap plastik besar akan berisi 10
kemasan mie basah 1 kg. Selain proses kneading, sheeting, dan pemotongan yang
menggunakan mesin, proses rolling, penimbangan, pengemasan dan sealing
dilakukan secara manual oleh 5-6 orang pekerja pabrik. Pada setiap batch produksi,
biasanya dihasilkan sekitar 90 – 100 buah kemasan mie basah 1 kg Cap 77.
Secara ringkas, diagram alir pembuatan mie basah Cap 77 dapat dilihat pada
diagram 2, sedangkan dokumentasi peralatan proses dapat dilihat pada lampiran.
Diagram 2. Proses pembuatan mie basah Cap 77
3.2 Analisis Kesetimbangan Massa
Untuk menghitung dan menganalisis kesetimbangan massa proses
pencampuran dan pengadonan dalam pembuatan mie basah Cap 77, terlebih dahulu
perlu dibuat diagram aliran masuk bahan dan keluar produknya. Diagram tersebut
dapat dilihat pada diagram 3. Kotak dengan garis putus-putus menyatakan posisi
dimana perhitungan kesetimbangan massa dilakukan.
Page 10
10
Diagram 3. Kesetimbangan massa pembuatan mi basah Cap 77
Perhitungan Kesetimbangan Massa
Input:
Tepung = 3 sak ; jika 1 sak adalah 25 kg, maka
= 3 x 25 kg
= 75 kg
Asam Benzoat = 100 g / 100 kg tepung ; untuk 3 sak tepung,
maka
= 75 kg x 100 g/100 kg
= 75 gram
= 0.075 kg
Sodium Karbonat = 100 gram / 100 kg tepung ; untuk 3 sak tepung,
maka
= 75 kg x 100 g/100 kg
= 75 gram
= 0.075 kg
Air = 7 liter / sak tepung ; jika massa jenis air adalah 1 kg/dm3,
maka
= 7 liter / 25 kg tepung ; untuk 3 sak tepung
= 75 kg x 7 liter/25 kg
= 21 liter
Garam = 1 kg / 3 sak tepung
= 1 kg / 75 kg tepung
Page 11
11
Total input = (75 + 0.075 + 0.075 + 21 + 1) kg
= 97.15 kg
Output Per batch produksi (3 sak tepung) menghasilkan 96 kemasan, dengan setiap kemasan
berisi 1 kg.
Sehingga, setiap batch adonan menghasilkan 96 kg mie basah
Jumlah adonan mie yang menempel di kneader dan terbuang (akumulasi massa)
adalah
Input = akumulasi massa + output
97.15 kg = x + 96 kg
X = 97.15 – 96 kg
X = 1.15 kg
Persen efisiensi pembuatan mie adalah
= 98.82 %
Berdasarkan perhitungan kesetimbangan massa, dapat diketahui bahwa jumlah
akumulasi massa di dalam alat atau terbuang, atau adonan yang menempel di alat
penggiling adalah 1.15 kg. Akumulasi massa tersebut didapatkan mungkin karena
jarak antar alat pengadon (kneader) dan sheeting machine tidak terlalu dekat, dan
belum ada metode pengerukan adonan sisa dari kneader. Jumlah tersebut tidak terlalu
besar jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dan hanya mengurangi efisiensi
produksi mie menjadi 98.82%.
Page 12
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Mie basah Cap 77 merupakan mie basah mentah, karena dalam proses
pembuatannya tidak melalui tahap pemasakan. Proses pembuatan mie basah Cap 77
tiap satu batch produksi meliputi penakaran bahan – bahan, yaitu 0,075 kg asam
benzoat, 0,075 kg sodium karbonat, dan 1 kg garam. Bahan – bahan tersebut
dilarutkan dalam 21 liter air kemudian dicampurkan dengan 75 kg tepung. Kedua
proses tersebut dilakukan di alat yang sama yaitu kneader besar dengan kapasitas
sekitar 5-6 sak tepung. Proses pengadonan ini biasanya memakan waktu 20 hingga 25
menit.
Adonan yang telah dikeluarkan dari kneader dimasukkan ke alat pembentuk
lembaran melalui hopper. Jarak antara kneader dan sheeting machine yang tidak dekat
menyebabkan sejumlah adonan terbuang dan ada yang terakumulasi di kneader.
Berdasarkan perhitungan kesetimbangan massa, diketahui jumlah input sebesar 97,15
kg, sedangkan output sebesar 96 kg. Maka, besarnya akumulasi massa dan adonan
yang tidak sengaja terbuang adalah 1,15 kg. Selanjutnya adalah proses rolling, yaitu
penggulungan lembaran adonan mie untuk dimasukkan ke alat pemotong. Lembaran
mie yang telah digulung lalu dimasukkan ke alat pemotong dan dipotong sehingga
menjadi bentuk mie yang panjang, pipih dan agak keriting. Proses selanjutnya adalah
penimbangan dan pengemasan. Pada setiap batch produksi, biasanya dihasilkan
sekitar 90 – 100 buah kemasan mie basah 1 kg Cap 77. Efisiensi dalam keseluruhan
proses adalah 98,82 %.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk lebih memaksimalkan efisiensi produksi, jarak antara
kneader dan mesin pembentuk lembaran didekatkan dan ditambahkan alat pengeruk
adonan di kneader sehingga tidak ada sisa-sisa adonan yang terbuang.
Page 13
13
DAFTAR PUSTAKA
Fu, Bin Xiao. 2008. Asian noodles: History, Classification, Raw Materials, and
Processing. Food Research International 41 pp 888–902.
Kusnandar, Feri. 2010. Mengenal Mie dan Teknologi Proses Produksinya. (terhubung
berkala) http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/ [30 Desember 2010].
Syamsir, Elvira. 2010. Mie Basah Mentah Awet Dua Hari. (terhubung berkala)
http://ilmupangan.blogspot.com/2010 [30 Desember 2010].
Toledo, R.T. 2007. Fundamentals of Food Process Engineering-Third Edition.
University of Georgia. Athens
Page 14
14
Lampiran
Dokumentasi Produksi Mie Basah Cap 77
Page 15
Gambar 1. Suasana pabrik
Gambar 2. Mesin pembuat adonan
/ kneader
Gambar 3. Proses pelembaran
adonan
Gambar 4. Proses rollling
Gambar 5. Proses pemotongan
Gambar 6. Mie Cap 77 siap jual