perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TUGAS AKHIR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER Disusun oleh: Tomy Arief [I0205120] Dosen Pembimbing: Ir. A. Farkhan, MT Amin Sumadyo, ST.MT JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
116
Embed
TUGAS AKHIR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN · tugas akhir konsep perencanaan dan perancangan galeri seni urban yogyakarta dengan penekanan pada pencitraan bentuk bangunan kontemporer
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER
Disusun oleh: Tomy Arief
[I0205120]
Dosen Pembimbing: Ir. A. Farkhan, MT
Amin Sumadyo, ST.MT
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA
PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER
DISUSUN OLEH : TOMY ARIEF NIM. I0205120
SURAKARTA, 26 OKTOBER 2010
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh
PEMBIMBING TUGAS AKHIR
MENGESAHKAN,
PEMBIMBING I
IR. A. FARKHAN, MT
NIP. 19600101 199003 1 001
PEMBIMBING II
AMIN SUMADYO, ST, MT
NIP. 19720811 200012 1 001
PEMBANTU DEKAN I FAKULTAS TEKNIK UNS
IR. NOEGROHO JARWANTI, MT
NIP. 19561112 198403 2 007
KETUA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNS
IR. HARDIYATI, MT
NIP. 19561209 198601 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pengumpulan Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-1
Gambar 2.2 Pameran Hasil Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-1
Gambar 2.3 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-2
Gambar 2.4 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri II.2
Gambar 2.5 Kritik Sosial dalam Muatan Seni Urban II-7
Gambar 2.6 Seni yang Menghampiri Masyarakat di Ruang Publik II-8
Gambar 2.7 Mural yang berisi Kritik atas Kontroversi RUU APP II-9
Gambar 2.8 Grafitti di Bounes Aires Argentina yang Bergaya Stencil II-10
Gambar 2.9 Urban Toys yang Merupakan Crossover dari Berbagai
Macam Karakter
II-11
Gambar 2.10 Karya Seni Instalasi II-12
Gambar 2.11 Performance Art yang Memadukan Seni Pertunjukan dan
Instalasi
II-13
Gambar 2.12 Interior Imatra II-19
Gambar 2.13 Eksterior Imatra II-19
Gambar 2.14 Interior Guggenheims Gallery II-19
Gambar 2.15 Venna Venturi House II-20
Gambar 2.16 Peta Kotamadya Yogyakarta II-20
Gambar 2.17 Instalasi Pada Biennale II-25
Gambar 2.18 Performance pada Gelaran Perfurbance II-25
Gambar 2.19 Gelaran Kode Pos Art Project II-27
Gambar 2.20 Peta Pembagian Kawasan Kotamadya Yogyakarta II-28
Gambar 2.21 Peta Rencana Pemanfaatan Lahan Kotamadya
Yogyakarta
II-29
Gambar 2.22 Entrance Selasar Sunaryo II-30
Gambar 2.23 Interior Selasar Sunaryo II-30
Gambar 2.24 Aksonometri Rumah Seni Cemeti II-31
Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti II-32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Galeri Seni Uban III-3
Gambar 4.1 Alternatif Lokasi IV-1
Gambar 4.2 Site Terpilih IV-3
Gambar 4.3 Pola Kegiatan Galeri Seni Urban IV-6
Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Makro IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Mikro IV-16
Gambar 4.6 Analisa Pencapaian IV-20
Gambar 4.7 Analisa Penentuan ME dan SE IV-21
Gambar 4.8 Analisa Matahari IV-22
Gambar 4.9 Analisa Kebisingan IV-23
Gambar 4.10 Analisa View IV-24
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi IV-27
Gambar 4.12 Contoh Bangunan Kontemporer yang Menganut Double
Coding
IV-33
Gambar 4.13 Sistem Jaringan Air Bersih dengan Down Feed
Distribution
IV-40
Gambar 4.14 Sistem Pembuangan Air Kotor IV-41
Gambar 4.15 Sistem Instalasi Tenaga Listrik IV-44
Gambar 5.1 Site Terpilih V-1
Gambar 5.2 Konep ME/SE dan Sirkulasi V-4
Gambar 5.3 Sclupture pada Jalur Pedestrian V-5
Gambar 5.4 Lebar Jalur Sirkulasi Kendaraan V-5
Gambar 5.5 Lebar Jalur Sirkulasi Pedestrian V-6
Gambar 5.6 Respon Iklim pada Massa Pendidikan dan Pengelolaan V-6
Gambar 5.7 Respon Iklim pada Massa Kegiatan Pameran V-7
Gambar 5.8 Peletakan Vegetasi Mengelilingi Site V-7
Gambar 5.9 Zoning Berdasarkan Noise V-8
Gambar 5.10 Arah Orientasi Bangunan V-8
Gambar 5.11 Konsep Zonifikasi Site V-9
Gambar 5.12 Gubahan Massa Kelompok Kegiatan V-10
Gambar 5.13 Gubahan Massa Gabungan V-11
Gambar 5.14 Konsep Pola Tata Letak Massa Bangunan V-12
Gambar 5.15 Ekspresi dan Citra Bangunan V-12
Gambar 5.16 Persilangan Antar Langgam V-13
Gambar 5.17 Pola Jalan Setapak V-13
Gambar 5.18 Pondasi Footplate V-14
Gambar 5.19 Modul Struktur V-14
Gambar 5.20 Struktur Kantilever V-15
Gambar 5.21 Struktur Kuda-kuda Baja V-15
Gambar 5.22 Luminary Track V-15
Gambar 5.23 Aplikasi Luminary Track V-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Gambar 5.24 Lampu LED dan Pemainan Warna Ambient V-17
Gambar 5.25 Konsep Sistem Air Bersih V-17
Gambar 5.26 Konsep Pembuangan Air Kotor V-18
Gambar 5.27 Konsep Instalasi Listrik V-18
Gambar 5.28 Pemadam Kebakaran Busa V-19
Gambar 5.29 Pemadam Kebakaran Tepung Kering V-19
Gambar 5.30 Jenis Kamera CCTV V-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL .
Tabel 1.1. Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta I-4
Tabel 2.1. Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream II-9
Tabel 2.2. Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme II-17
Tabel 4.1. Analisa Pemilihan Lokasi IV-2
Tabel 4.2. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan IV-7
Tabel 4.3. Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa
Kegiatan
IV-7
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang IV-10
Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam IV-17
Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar IV-19
Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-25
Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi IV-26
Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan IV-28
Tabel 4.10. Alternatif Tata Massa Bangunan IV-28
Tabel 4.11. Alternatif Organisasi Massa Bangunan IV-29
Tabel 4.12. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di
Indonesia
IV-32
Tabel 4.13. Macam Pencahayaan IV-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Ucapan Terima Kasih iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
[BAB I] Pendahuluan
A. Judul I-1
B. Pemahaman Judul I-2
C. Latar Belakang I-3
D. Permasalahan I-7
D.1. Umum I-7
D.2. Khusus I-7
E. Tujuan Dan Sasaran I-7
F. Lingkup Penulisan I-8
F.1. Lingkup Materi I-8
F.2. Lingkup Wilayah I-8
G. Metoda Pengumpulan Data dan Pembahasan I-8
H. Sistematika Penulisan I-10
[BAB II] Tinjauan Pustaka
Galeri Seni, Seni Urban, Ruang Publik, Kontemporer Dan Kota Yogyakarta
A. Galeri Seni II-1
A.1. Pemahaman Galeri II-1
A.2. Perkembangan Fungsi Galeri II-1
A.3. Macam Galeri Seni II-3
A.4. Lingkup Kegiatan Galeri II-5
B. Seni Urban II-5
B.1. Pemahaman Seni Urban II-5
B.2. Macam Seni Urban II-9
C. Ruang Publik II-14
C.1. Ruang Publik Dalam Elemen Kota II-14
C.2. Ruang Publik Untuk Galeri Seni Urban
II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
D. Bentuk Kontemporer II-15
D.1. Pemahaman Kontemporer II-15
D.2. Kontemporer Sebagai Bagian dari Gerakan Postmodern II-16
D.3. Kontemporer dalam Arsitektur II-18
E. Tinjauan Kota Yogyakarta II-20
E.1. Keadaan Geografi dan Klimatologis II-20
E.2. Potensi Kota Yogyakarta II-21
E.3. Perkembangan Seni Urban di Yogyakarta II-23
E.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta II-28
F. Studi Kasus Galeri Seni II-30
F.1. Selasar Sunaryo Art Space Bandung II-30
F.2. Rumah Seni Cemeti Yogyakarta II-31
[BAB III] Galeri Seni Urban Yogyakarta yang Direncanakan
A. Pengertian III-1
B. Tujuan III-1
C. Fungsi, Motivasi dan Peranan Galeri Seni Urban III-1
D. Lingkup Pelayanan III-2
E, Status Kelembagaan III-2
F. Pengelola Galeri Seni Urban III-3
G. Kegiatan yang Diwadahi III-3
H. Pameran dan Koleksi III-4
I. Pelaku Kegiatan III-5
[BAB IV] Proses Penentuan Konsep Perencanaan dan Perancangan
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
A. Analisa Makro
IV-1
A.1. Proses Penentuan Pemilihan Lokasi IV-1
A.2. Proses Penentuan Pemilihan Tapak IV-3
B. Analia Mikro IV-4
B.1. Analisa Pola Kegiatan IV-4
B.2. Analisa Peruangan IV-7
B.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang IV-7
B.2.2. Analisa Besaran Ruang IV-10
B.2.3. Analisa Pola Hubungan Ruang IV-14
B.2.4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang IV-16
B.3. Analisa Penentuan Sistem ME dan SE
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
[BAB V] Konsep Perencanaan Dan Perancangan
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
A. Konsep Pemilihan Lokasi dan Site V-1
B. Konsep Peruangan V-1
C. Konsep ME/SE dan Sirkulasi Tapak V-4
D. Konsep Klimatologi V-6
E. Konsep Kebisingan V-7
F. Konsep Orientasi V-8
G. Konsep Zoifikasi Site V-9
H. Konsep Gubahan Massa V-9
I. Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan V-12
J. Konsep Landscape Bangunan V-13
K. Konsep Sistem Struktur V-14
L. Konsep Pencahayaan V-15
M. Konsep Sistem Utilitas Bangunan V-17
Daftar Pustaka xiii
Lampiran
B.4. Analisa Konsep Klimatologi IV-21
B.5. Analisa Kebisingan IV-23
B.6. Analisa View dan Orientasi IV-24
B.7. Analia Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-24
B.8. Analisa Sirkulasi IV-26
B.9. Analisa Gubahan Massa IV-27
B.10. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan IV-31
B.11. Analisa Penentuan Landscape Bangunan IV-33
B.12. Analisa Sistem Struktur IV-35
B.13. Analisa Sistem Pencahayaan IV-37
B.14. Analisa Sistem Utilitas Bangunan IV-40
B.14.1. Analisa Sistem Air Bersih IV-40
B.14.2. Analisa Sistem Air Kotor IV-40
B.14.3. Analisa Sitem Penghawaan IV-41
B.14.4. Analisa Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran IV-42
B.14.5. Analisa Sistem Instalasi Listrik IV-44
B.14.6. Analisa Sistem Pennangkal Petir IV-45
B.14.7. Analisa Sistem Keamanan Aset Pameran IV-46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐1
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB I] PENDAHULUAN
A. Judul
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
B. Pemahaman Judul
• Galeri: Berasal dari bahasa latin (galeria) yaitu ruang beratap dengan satu sisi
terbuka. Di Indonesia galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri
yang digunakan untk memamerkan karya seni. (Ensiklopedia Nasional Indonesia.
PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta. 1989)
• Seni urban: Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana
perkembangan itu kemudian melahirkan sistem di masyarakat yang secara struktur
dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan.
(bandungcreativecityblog.wordpres.com)
• Citra: Image,kesan atau gambaran penghayatan yang menangkap arti bagi
2 bandungcreativecityblog.wordpress.com ditulis oleh Addy Handy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐3
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik3.
Di Indonesia sendiri seni urban berkembang pesat khususnya di kota-kota besar
dengan keheterogenitas penduduknya. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta
dan Surabaya menjadi telah pusat perkembangan seni urban di Indonesia. Diantara
kota-kota besar tersebut, kota yang paling pesat perkembangan seni urbannya adalah
Yogyakarta.
Seperti diketahui, Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota dengan nuansa seni
dan budaya yang kental. Di kota inilah lahir seniman-seniman terkenal Indonesia
seperti Affandi, Rusli, Y.B Mangunjaya, Hendra Gunawan dan masih banyak lagi. Kota
Yogyakarta juga merupakan contoh ideal dimana seni dan budaya modern
kontemporer yang diusung oleh para pendatang dapat berafiliasi dan membaur dengan
seni budaya tradisonal masayarakat setempat.
Perkembangan seni urban di Yogyakarta dimulai sejak tahun 1997 dengan
komunitas Apotik Komik sebagai pelepopornya. Komunitas Apotik Komik pertama kali
menghadirkan seni ke ranah publik dengan menempelkan “mural” berupa komik pada
kain dan triplek yang kemudian dipamerkannya di luar ruangan. Selanjutnya Apotik
Komik gencar mengadakan praktek berkesenian di ruang publik, tidak hanya
berkegiatan sendirian, tetapi juga dengan melibatkan mayarakat setempat seperti
dalam proyek Koe Pos Art Project dan Kampung Sebelah Art Project.
Pada tahun yang sama juga lahir komunitas Lembaga Budaya Kerakyatan Taring
Padi yang merupakan gabungan dari para pekerja seni dan mahasiswa ISI Yogyakarta.
Kelompok Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi adalah kelompok yang secara
intens menciptakan karya-karya yang mereka tempatkan pada ruang publik. Tujuan
mereka sangat jelas, memakai ruang publik untuk mempresentasikan karya-karya
mereka yang sarat dengan pesan-pesan sosial, agar karya-karya tersebut bisa
dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Mereka memakai seni rupa sebagai media
untuk penyadaran kepada masyarakat. Aktivitas seni rupa LBK Taring Padi dibagi
dalam dua kecenderungan, yaitu yang bersifat praksis yang biasanya dilakukan
bersama masyarakat, dan kecenderungan lain adalah penciptaan karya-karya
individual. Praksis adalah aktivitas antara seniman dan komunitas masyarakat yang
3 Makalah yang disampaikan pada Diskusi Mural Kota Yogya, Kerja Sama Jogja Fine Art
Community-Harian Bernas dan kemudian dipublikasaikan secara luas dalam Harian
Bernas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐4
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
mempergunakan media seni rupa. Aktivitas ini bertujuan untuk membangun kesadaran
baru bagi masyarakat akan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya4.
Hingga saat ini komunitas seni urban Yogyakarta telah berkembang dengan pesat
termasuk didalamnya para penggiat seni kontemporer. Tidak ada data yang pasti
mengenai jumlah komunitas seni urban di Yogyakarta dikarenakan sifat komunitas ini
yang tidak terikat dan bebas. Tapi berdasarkan dokumentasi yang dilakukan komunitas
Gelaran Budaya yang kemudian dipublikasikan dalam Gelaran Almanak Seni Rupa
Jogja 1999-2009, setidaknya ada 101 komunitas seni yang masih aktif di Yogyakarta
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta
Jenis Kesenian Jumlah Komunitas
Seni Lukis 11
Seni Patung 1
Seni Grafis 8
New Media Art/Performance Art 6
Fotografi 11
Film 64
Jumlah 101
Data di atas belum mencangkup komunitas-komunitas yang bergerak secara ‘bawah
tanah’ serta para penggiat seni yang beraktifitas secara individu.
Festival serta acara-acara kesenian juga semakin banyak diadakan untuk
merespon perkembangan komnitas-komunitas seni urban di Yogyakarta dan semuanya
mendapatkan antusiasme besar dari mayarakat Yogyakarta sendiri. Tercatat ada 22
gelaran seni yang memiliki lingkup Kota Yogyakarta dan 6 diantaranya bersifat rutin
(Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, Gelaran Budaya, 2009). Gelaran yang
bersifat rutin itu adalah Biannale Jogja, Perfurbance, Festival Kesenian Yogya (FKY),
Jogja Art Fair, Beber Seni Yogyakarta dan Fetival Film Dokumenter Yogyakarta.
Tapi perkembangan komunitas seni urban ini tidak dibarengi dengan
perkembangan wadah yang dapat menampung ekspresi berkesenian komunitas ini.
Galeri seni seharusnya cukup potensial untuk dapat menjadi wadah tersebut. Tapi
galeri tersebut telah dimasuki oleh prinsip-prinsip komersialisme. Karya seni yang 4 www.karbonjournal.org dalam Seni rupa (dalam ruang) Publik ditulis oleh FX Harsono
Sumber: Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, Gelaran Budaya, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐5
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
ditampilkan lebih bertujuan untuk mencari keuntungan tanpa memperdulikan adanya
apresiasi dari masyarakat luas. Galeri-galeri tersebut didesain secara eksklusif, megah
dan angkuh dimana hanya kalangan-kalangan tertentu saja yang dapat masuk ke sana.
Padahal karya seni diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi oleh semua kalangan
tanpa memperdulikan status, kedudukan dan strata sosial masyarakat. Hal inilah yang
mendorong para penggiat seni urban lebih memilih melakukan kesenian di ruang
publik. Tidak ada wadah legal yang dapat diajak bekerjasama dan berkompromi.
Akibatnya, aktifitas berkesenian yang mereka lakukan sering mendapat cap buruk oleh
sebagian kalangan. Salah satu bentuk seni urban, yaitu mural telah lama mendapat
label negatif dari masyarakat yang lebih konservatif. Mural dianggap sebagai aktifitas
yang merugikan, tidak tertib bahkan terkadang dikategorikan sebagai tindak kriminal.
Padahal bagi penggiatnya, mural bertujuan untuk lebih memberikan warna bagi
kotanya sendiri selain itu juga berfungsi bagai kritik sosial dan yang lebih penting
adalah untuk membawa seni untuk lebih dekat kepada masyarakat sehingga dapat
diapresiasi secara luas.
Lain lagi dengan performance art yang diwakili oleh teater dan sajian musik
jalanan. Orang-orang yang berkecimpung dalam dunia performance art jalanan jelas
sekali kesulitan untuk dapat berkarya dan menampilkan karyanya kepada publik.
Seandainya mereka terpaksa untuk pentas, mereka akan melakukannya di jalanan,
tempat-tempat parkir, pelataran mall dan halaman-halaman bangunan publik.
Masalahnya sama seperti pada mural, kegiatan yang mereka lakukan telah mendapat
label “aneh”. Pemusik jalanan digeneralisasikan sebagai pengemen sedangkan pentas
performance art harus “kucing-kucingan” dengan aparat.
Disini diperlukan perubahan paradigma fungsi galeri dari sekedar sebagai runag
pamer menjadi ruang untuk seni itu sendiri. Galeri tidak hanya mengemban misi
dokumentasi saja tapi juga misi eksplorasi dan edukasi. Artinya galeri seni harus dapat
mengakomodasi kegiatan-kegiatan berkesenian seperti penciptaan karya,
mendokumentasikannya dan kemudian mengapresiasikannya. Di Yogyakarta sendiri
terdapat sekitar 47 galeri seni dimana 28 diantaranya merupakan bangunan yang
murni berfungi sebagai galeri seni dan sisa 19 lainnya adalah ruang pamer yang
bergabung dengan fungsi bangunan lain. Diantara 47 galeri terebut 11 diantaranya
dikategorikan sebagai galeri yang teraktif dan hanya 7 galeri yang merupakan galeri
publik (bukan kepunyaan pribadi). (Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009,
Gelaran Budaya, 2009).
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang memang
tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena itu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐6
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Di ruang-ruang bersifat seperti
inilah seni urban tumbuh dan berkembang. Hal tersebut dikarenakan seni urban
bukanlah merupakan hasil pemikiran pribadi saja, tetapi ada proses dialog, komunikasi
dan brainstorming dalam proses penciptaanya yang kemudian karyanya harus dapat
diapresiasi oleh masyarakat luas
Image galeri saat ini yang cenderung tertutup, eksklusif dengan target segmentif
tidak sesuai dengan semangat seni urban. Untuk itu galeri seni harus dapat menjadi
atau setidaknya memiliki sifat seperti ruang publik. Sifat interaktif ruang publik yang
dihadirkan melalui ruang-ruang eksterior terbuka, elemen pembentuk ruang yang
fleksibel serta tidak massif dan penempatan lokasi yang familiar dengan kehidupan
urban masyarakat setempat. Semua hal tersebut dimaksudkan agar galeri seni dapat
dikunjungi oleh lapisan masyarakat manapun tanapa ada batasan strata sosial
sehingga tercipta dialog antara seniman--melalui karya seninya--dengan masyarakat
lewat proses apresiasi.
Suatu galeri seni yang merefleksikan apa yang dipamerkan di dalamnya haruslah
memiliki jiwa dari seni yang diwadahinya. Jiwa dari seni urban adalah ’kekinian’,
universal dan kebebasan apresiasi. Sama dengan jiwa yang diusung oleh bentuk-
bentuk kontemporer.
Kontemporer memiliki jiwa pencarian bentuk, jati diri dan ciri khas. Dalam
arsitektur sendiri, kontemporer dapat diartikan sebagai ’kekinian’. Sebagai bagian dari
gerakan post modern yang merupakan counter culture dari paham modern, bentuk
kontemporer memiliki kekhasan pada bentuk yang mengundang berbagai macam
ekspresi bagi yang mengapresiasikannya. Bentuknya tidak terikat oleh langgam
tertentu dengan pemahaman bentuk yang bervariasi Ciri-cirinya mengacu pada
pluralisme, dekonstruksionisme, multikulturalisme, post-kolonialisme den feminisme
(Yasraf Amir Piliang, 2006: 75). Hal ini selaras dengan jiwa seni urban itu sendiri, jiwa
seni yang bebas dengan apresiasi yang bebas dari para penikmatnya dan tidak
memiliki kekhususan ataupun keberpihakan pada aliran seni tertentu. Seni urban juga
siap menerima masukan-masukan baru baik dalam bentuk dan ciri khas guna
menentukan jati dirinya sendiri.
Bentuk-bentuk kontemporer mungkin belum dapat diterima dan diapresiasi oleh
budaya Indonesia, tapi setidaknya bentuk kontemporer yang terkesan aneh, baru dan
tidak lazim akan menarik minat masyarakat serta memberikan ciri khas dan hal yang
akan menjadi ikon bagi suatu karya arsitektural.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐7
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan seni urban di
Yogyakarta belum diimbangi oleh adanya wadah untuk menampung kegiatan
berkesenian para pelakunya. Oleh karena itu diperlukan suatu galeri seni urban yang
tidak hanya memiliki misi dokumentasi saja, tetapi juga berperan dalam poses
penciptaan, memamerkan dan pengapresiasian suatu karya seni. Galeri seni yang
memiliki sifat ruang publik sehigga tidak segmentif serta dapat menciptakan suatu
dialog yang bebas dan demokratis.
D. Permasalahan
D.1. Umum
Bagaimana merencanakan dan merancang galeri yang dapat mewadahi ekspresi
dari seni urban kontemporer sekaligus berfungsi sebagai ruang publik alternatif bagi
masyarakat dengan mengutamakan pada pencitraan bentuk bangunan yang
kontemporer sesuai dengan semangat seni urban itu sendiri.
D.2. Khusus
• Menentukan lokasi tapak site yang mudah dicapai serta ikonik bagi masyarakat
Yogyakarta
• Menentukan building massa, orientasi, sirkulasi dan tata vegetasi yang dapat
menciptakan suasana interaktif sebagai ruang publik
• Menentukan tampilan bangunan yang mencitrakan bentuk bangunan yang
kontemporer
• Menentukan sistem strukur yang mendukung pemanfaatan dan peruntukan
ruang secara maksimal serta pembentukan bentuk bangunan yang
kontemporer
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Mewujudkan suatu rancang bangun yang dapat mewadahi keinginan masyarakat
untuk menikmati “kepublikannya secara demokratis” dan mengekspresikan
ekspresi estetiknya lewat seni urban yang semua hal tersebut akhirnya diwujudkan
oleh suatu Galeri Seni Urban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐8
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2. Sasaran
Sasaran dari penulisan konsep ini adalah :
a. Rumusan penentuan lokasi site perencanaan melalui penyesuaian terhadap
prinsip desain arsitektural yang sesuai dengan kebutuhan bagi kegiatan dalam
galeri seni urban
b. Rumusan konsep pola tata massa dan pola sirkulasi yang sesuai bagi wadah
kegiatan dengan suasana interaktif sebagai ruang publik
c. Rumusan konsep tampilan bangunan yang dapat mencitrakan suatu bentuk
bangunan kontemporer disertai system struktur yang mendukungnya
F. Lingkup Penulisan
F.1. Lingkup Materi
Penulisan dilakukan melalui pendekatan pengungkapan permasalahan, analisa
dan sintesa secara arsitektural serta hal-hal yang berkaitan dengan konsep
perencanaan desain yang akan direncanakan (faktor teknis), sedangkan faktor-faktor
non-teknis dan disiplin ilmu lain merupakan faktor pendukung serta masukan yang
berguna bagi kesempurnaan pembahasan.
F.2. Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi potensi terpilih sebagai wilayah studi yaitu Kota
Yogyakarta. Maka langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya yaitu :
a. Identifikasi potensi yang dimiliki wilayah studi yang mendukung untuk
perencanaan galeri seni urban di wilayah tersebut, untuk menentukan site
yang potensial bagi perencanaan desain
b. Pengamatan dan analisa kondisi fisik dan non-fisik site untuk kelayakannya
sebagai site perencanaan desain
G. Metode Pengumpulan Data
Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan diunakan untuk
proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini teradapat beberapa metode yang
dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari metode pengumpulan data primer dan
sekunder.
G.1. Metode Pengumpulan Data Primer
• Melalui survey terhadap komunitas-komunitas seni urban serta galeri-galeri
yang telah ada, survey yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung
berupa data statistik fakta-fakta tentang perkembangan seni urban yang
terdapat di Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐9
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding
dilakukan terhadap bangunan galeri-galeri yang sesuai dengan konsep Galeri
Seni Urban yang direncanakan dan kegiatan-kegiatan para penggiat seni
urban.
G.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
G.2.1 Studi Literatur
• Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan konsep
sebuah Galeri Seni Urban dan bentuk kotemporer.
• Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, dan perpustakaan
jurusan Senirupa
• Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada sebelumnya
• Mencari refrensi mengenai seni urban melalui pencarian di internet
• Mencari buku-buku yang berkaitan dengan seni urban melalui toko buku
G.3. Metode Mengolah Data
Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat baik data primer
maupun data sekunder, diantaranya:
G.3.1 Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran dilakukan sesuai
dengan aspek penekanan galeri seni urban yang ingin dirancang.
G.3.2 Korelasi data
Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu dengan data
yang lainnya, data primer dan data sekunder.
G.3.3 Pemaparan Data
Memaparkan hasil data yang didapat yang disajikan dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
• Deskripsi data
• Gambar
• Dokumentasi
• Tabel
• Grafik
• Dll
G.3.4 Analisis Data
• Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat
melalui refrensi (data sekunder)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐10
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai dengan
dasar-dasar karakter bentuk kontemporer.
• Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok pembahasan dan
dijadikan sebagai data pendukung.
• Mencari benang merah antara ekspresi estetis seni urban dari data yang
didapat dengan arsitektur yang mencitrakan bentuk kontemporer berdasarkan
data yang sudah didapat
G.3.5 Menarik kesimpulan
H. Sistematika Pembahasan
Tahap I
Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan
sasaran pembahasan, metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.
Tahap II Mengeksplorasi teori-teori dalam seni urban dan perkembangannya khususnya di
Yogyakarta, serta pemikiran ruang publik untuk galeri seni.
Tahap III
Mengeksplorasi prinsip kontemporer dalam kaitannya dengan arsitektur. Melakukan
pendalaman terhadap prinsip-prinsip desain serta semangat kontemporer sebagai
bagian dari gerakan post-modern secara khusus dan mengkaitkannya dengan konsep
desain yang dibutuhkan pada pewadahan kegiatan seni, terutama seni urban.
Tahap IV
Menjabarkan preseden Galeri Seni serta wadah-wadah pengembangan dan pusat seni
yang telah ada di dunia dan Indonesia, sebagai studi banding dan kajian referensional
bagi tahap perumusan konsep.
Tahap V
Proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan melalui analisa yang
dimulai dengan analisa mikro (analisa kegiatan), Kebutuhan dan besaran ruang) dan
berlanjut ke analisa makro (analisa pemilihan site dan pengolahannya)
Tahap VI
Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir
dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐1
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB II] TINJAUAN PUSTAKA GALERI SENI, SENI URBAN, RUANG PUBLIK, KONTEMPORER DAN KOTA
YOGYAKARTA A. Galeri Seni
A.1 . Pemahaman Galeri
Galeri diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk
memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan dalam bidang seni
baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam
masyarakat.
A.2 . Perkembangan Fungsi Galeri
Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah
memamerkan hasil-hasil seni agar dapat dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian
terlihat adanya usaha :
• Mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi
• Memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat
• Memelihara hasil-hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara/konservasi)
Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut.
Sebagai tempat mengumpulkan karya seni,
yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni
pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya dapat
dipamerkan kembali. Sebagai contoh karya-karya seni
rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia yang sebagian
besar di tempatkan di ruang penyimpanan (storage)
yang sudah memenuhi persyaratan peyimpanan
karya seni rupa karena ruang penyimpanan tersebut
sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk
ruangan, alat pengatur suhu udara, lemari kayu,
panel geser, panel kawat dan panel kayu, serta
dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana
pengamanannya.
Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni
agar dikenal masyarakat. Ini merupakan fungsi utama
sebuah galeri, sehingga pada umumnya ruang yang
Gambar 2.1 Pengumpulan Karya Seni Dalam Suatu Galeri Sumber: Dokumetasi Pribadi
Gambar 2.2 Pameran Hasil Karya Seni Dalam Suatu Galeri Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐2
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
digunakan sebagai temapt memamerkan karya seni ini memiliki bentuk-bentuk ruang
yang menarik,baik dari segi pencahayaan yang menggunakan lampu-lampu spot, warna
dinding yang kontras dengan lukisan yang menempel di dinding sehingga membuat
karya seni tersebut hidup.
Sebagai tempat memelihara hasil karya seni
agar tidak rusak. Ruang yang digunakan untuk
memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang
Pengunjung - area parkir - penitipan barang - front desk - r. pameran - lavatory
- parkir - memeriksa dokumen/objek pamer - memandu dan memberi informasi - metabolisme - ibadah
Kurator - area parkir - kantor kuratorial - r. pameran - lavatory - musholla
- parkir - memeriksa dokumen/objek pamer - menurunkan/memuat barang - mengelola kegiatan pameran - metabolisme - ibadah
Pengelola - area parkir - kantor pengelola - Kntor kuratorial - loading dock - r. pameran - lavatory - musholla
2. Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film
- parkir - bertanya - mendaftar/membeli tiket - menonton pertunjukan pementasan seni - menonton pemutaran film - diskusi dan evaluasi - metabolisme
Pengunjung - area parkir - front desk - amphiteater terbuka - r. audio visual - lavatory
- parkir - mempersiapkan pertunjukan/ pemutaran film - briefing - pertunjukan pementasan seni - pemutaran film - diskusi dan evaluasi - menyimpan peralatan - metabolisme
Pementas/Kru Film/ seniman
- area parkir - r. persiapan - amphiteater terbuka - r. audio visual - gudang - lavatory - r. mekanikal audiovisual
3. Kegiatan Penciptaan Karya Seni(Berkesenian)
- parkir - brainstorming dan berdiskusi - penelusuran referensi - persiapan alat - eksekusi penciptaan karya seni - diskusi dan evaluasi - metabolisme
Seniman - area parkir - perpustakaan - r. pameran - taman/amphiteater - gudang alat - lavatory
4. Kegiatan Diskusi Umum/ Terbuka
a. Diskusi Bebas - parkir - bertanya dan mendaftar - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - metabolisme
Pengunjung. Seniman, kurator
- area parkir - front desk - amphiteater terbuka - r. serbaguna - lavatory
b. Peluncuran Buku, Musik dan Film - parkir
Pengunjung. Seniman,
- area parkir - front desk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
- bertanya dan mendaftar - persiapan presentasi peluncuran - presentasi peluncuran - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - metabolisme
kurator - r. persiapan - taman/amphiteater terbuka - r. serbaguna - lavatory
c. Seminar - parkir - bertanya dan mendaftar - persiapan seminar - kegiatan seminar - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - metabolisme
Pengunjung. Seniman, kurator
- area parkir - front desk - r. persiapan - r. serbaguna - lavatory - taman/amphiteater terbuka
5. Kegiatan Studio Workshop
- parkir - persiapan studio workshop - mengajar teori seni kontemporer - mengajar praktek seni kontemporer - menyimpan alat - metabolisme - ibadah
Seniman dan kurator
- area parkir - kantor kuratorial - r. studio workshop - r. pameran - taman/amphiteater terbuka - gudang alat - locker - lavatory - musholla
- parkir - mendaftar - persiapan studio workshop - menitipkan barang bawaan - mengikuti kelas teori - mengikuti pelatihan praktek seni kontemporer - diskusi dan evaluasi - menyimpan alat - metabolisme
Pengunjung/ peserta studio workshop
- area parkir - front desk - r. persiapan - r. locker - r. studio workshop - r. pameran - taman/amphitear - gudang - lavatory
B. Kegiatan pendukung (Komersiil)
a. Art Shop - parkir - bertanya dan melihat-lihat koleksi - membeli koleksi - metabolisme
- parkir - mempersiapkan koleksi - menerima dan menurunkan barang - menyimpan barang - melayani pembeli - metabolisme - ibadah
Pengelola/ staff art shop
- area parkir - retail shop - loading dock - retail shop dan kasir - lavatory - musholla
b. restaurant/Coffee Shop - parkir - memesan minuman dan makanan - menikmati pesanan - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - membayar pesanan - metabolisme
Pengunjung. Seniman
- area parkir - bar - area duduk - kasir - lavatory
- parkir - menyimpan barang pribadi - mempersiapkan bahan minuman dan makanan - melayani pengunjung - mengelola restaurant/coffee shop - metabolisme - ibadah
Pengelola/ staff restaurant
- area parkir - locker karyawan - gudang - dapur dan bar - area duduk - lavatory karyawan - musholla
C. Kegiatan Penunjang
Perpustakaan - Parkir - Bertanya dan mendaftar - Menitipkan barang - Mencari literatur/ koleksi khusus - Membaca literatur - Mempelajari koleksi - Memanfaatkan fasilitas internet - Diskusi - Metabolisme
Pengunjung - r. katalog - area parkir - counter penerima - r. penitipan barang - r. koleksi - r. baca - R. internet - R. diskusi - lavatory
- parkir - menyimpan barang pribadi - mempersiapkan dokumen - melayani pengunjung - mengelola r. perpustakaan - mendata dan menyimpan koleksi - metabolisme
Pengelola - area parkir - locker - kantor - counter penerima - r. koleksi - lavatory - musholla
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
- ibadah D. Kegiatan
Pengelolaan - parkir - aktivitas direktur - keg. Wakil direktur - keg. Administrasi dan keuangan - keg. manajemen program - keg. manajemen bagian informasi dan penelitian - keg. manajemen keamanan dan perawatan - komputerisasi data/arsip - rapat - ibadah - metabolisme - keg. penerimaan - keg. perawatan bangunan - keg. pengoperasian utilitas ba-ngunan - keg. Pengamanan - penyediaan fasilitas makan/ minum
- area parkir pengelola - r. direktur utama - r. tamu - r. wakil direktur - r. sekretaris - r. manajer administrasi keu. - r. staf administrasi keu. - r. manajer program - r. manajerinfo dan penelitian - r. staf dokumentasi dan
kepustakaan - r. litbang tek. informasi - r. manajer keamanan dan
perawatan - r. koor. dan staff keamanan - r. koor. dan staff perawatan
dan rmh tangga - r. arsip - r. rapat - dapur/pantry - musholla - lavatory - gudang alat kebersihan - r. genset - r. trafo - r. panel listrik - r. mesin AC - r. pompa - tangki air - gudang - r. satpam/pos jaga
Sumber: Analisa Pribadi
B.2.2. Analisa Besaran Ruang
Dasar pertimbangan/acuan dalam penentuan besaran ruang yaitu:
i) Perhitungan standard (literatur)
- Architects data, Ernerst Neufert (NAD)
- Time Saver Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John Callender
- Building, Planning and Design Standard (BPDS)
- New Metric Handbook (NMH)
- Mechanical and Electrical Equipment for Buildings (MEE)
ii) Perhitungan studi ruang (PHS), yaitu perkiraan kebutuhan ruang dengan
pertimbangan:
- Kapasitas pemakai
- Flow
- Kenyamanan pemakai
iii) Asumsi
iv) Studi kasus/ Studi banding (SB)
Disamping itu sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya sirkulasi/flow
gerak yang dibutuhkan masing-masing ruang, dengan pertimbangan aktivitas
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
dalam ruang dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak atas
dasar tujuan tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut:
• 5%-10% = standart minimum
• 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
• 30% = tuntutan kenyamanan fisik
• 40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
• 50% = Tuntutan spesifik kegiatan
• 70%-100% = Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang
a. Area Kegiatan Utama (Pengembangan)
NAMA RUANG PENDEKATAN JUMLAH/
KAPASITAS KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
Entrance Lobby NAD 75 org Dihitung 5% dari ruang pamer
utama 5% x 1500 m2
Flow 30% 97,50 m2
Reception & Information
NAD 5,50 m2/org 5 orang Penempatan @ 1 org utk tiap
ruang-ruang utama 5 x 5,50
Flow 20% 19,80 m2
Ruang Pamer Tetap Asumsi 1 unit Studi banding dengan ruang
pamer Selasar Sunaryo Art Space 1500,00 m2
Ruang Pamer Temporer
Asumsi @ 30% dari ruang
pamer tetap 1 unit
Studi banding dengan ruang pamer Selasar Sunaryo Art Space
(30% x 1500 m2)
450,00 m2
Ruang Audio visual SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 96,00 m2
Ruang Serba Guna
NAD 1,40 x 0,6 m2/kursi
600 kursi Studi banding dengan auditorium Taman Ismail Marzuki 600 x (1,40 x 0,6)
Flow 20% 604,8 m2
Art Garden
Asumsi 1 unit
Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space
100,00 m2
Amphiteater terbuka SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 300 m2 300,00 m2
Ruang mekanikal SB 1 unit Dihitung 25% dari ruang audio
visual 25% x 96 m2 24,00 m2
Toilet umum NMH Pria: 80-100 org
4 WC 4 urinoir
2 wastafel Wanita: 80-100
org 4 WC
4 wastafel
4 x 1,80 4 x 0,40 2 x 0,54
4 x 1,80 4 x 0,54
9,88 m2
9,36 m2
Gudang barang koleksi SB 1 unit Dihitung setengah luasan ruang
persiapan 40,00 m2
Gudang alat SB 1 unit Dihitung setengah luasan ruang
persiapan 40,00 m2
Kantor kurator & staff ahli
Asumsi 1 unit, 3 orang
Kurator = 1 org Staff ahli = 2org 50,00 m2
LUAS 3343,34 m2 Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik)
30% x 3343,34 1002,9 m2
TOTAL 4346,24 m2
b. Kegiatan Pendukung (Komersial)
NAMA PENDEKATAN JUMLAH/ KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
RUANG KAPASITAS Art Shop
SB 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space 60,00 m2
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Luas Total
474,29 m2
e. Area Kegiatan Servis
NAMA RUANG PENDEKATAN JUMLAH/
KAPASITAS KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
Parkir Pengunjung Aaumsi
1400 orang peak
hour
• 15 % Menggunakan motor: 15 % x 1400 = 212 orang
• 35 % Menggunakan mobil 35 % x 1400 = 424 orang
• 50 % Menggunakan kendaraan umum
Kapasitas per unit dan jumla kendaraan: Motor: 2org/unit, 212:2 = 106 Mobil: 4org/unit, 424:4 = 106
Modul standart motor 2,5 m2/unit 106 x 2,5 = 265 m2 Sirkulasi 60%= 159m2 Modul Standart mobil 22,5 m2/unit 106 x 22,5=2385 m2 Sirkulasi 60%=1431 m2
444 m2
3816 m2
R. Panel & Trafo PHS 1 unit Asumsi = 20 m2 20,00 20,00 m2 R. Genset
PHS 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space 40,00 40,00 m2
R. Pompa
PHS 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space 50,00 50,00 m2
R. Mesin AC MEE 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 48,00 48,00 m2
R. Keamanan (CCTV) SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 20,00 20,00 m2
Toilet + Locker Karyawan
NAD
2 unit, unit pria & unit
wanita
Disamakan dengan area toilet dan locker karyawan di commercial area 2 x 26,6 53,20 m2
Gudang PHS 1 unit Dihitung 1/3 dari area kantin+dapur 20,00 20,00 m2 Loading dock
NAD 30,00
m2/mobil
1 unit, 2 mobil
Studi banding dengan aktivitas Galeri Nasional Jakarta 2 x 30,00
Flow 50% 90,00 m2
Musholla SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 40,00 40,00 m2
Luas
4641,2 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik)
(100-70)% x 381,2 1392,36 m2
Luas Total
6033,56 m2
KELOMPOK RUANG TOTAL BESARAN RUANG
Area Kegiatan Utama/Pengembangan 4346,24 m2
Area Kegiatan Penunjang (Komersil) 915,54 m2
Area Kegiatan Pendukung (Perpustakaan) 1113,22 m2
Area Kegiatan Pengelolaan 474,29 m2
Area Kegiatan Servis 6033,56 m2
Total Luas Ruang 12882,83 m2
B.2.3. Analisa Pola Hubungan Ruang
a. Pola Hubungan Ruang Makro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
b. Pola Hubungan Ruang Mikro
1) Area Kegiatan Utama/Pengembangan
2) Area Kegiatan Pendukung (Komersil)
3) Area Kegiatan Penunjang
Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Makro Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
4) Area Kegiatan Pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
5) Area Kegiatan Servis
B.2.4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang
Dalam menghadirkan suatu karakteristik ruang publik pada galeri seni
urban yang direncanakan maka diperlukan perencanaan ruang yang
menggunakan dasar konsep penggabungan antara ruang luar dan dalam. Artinya
ada sinergi antara ruang luar dan dalam, dimana ruang dalam tidak bersifat
parsial dengan ruang luar. Ruang dalam pada prinsipnya diartikan sebagai “ruang
luar yang beratap”. Ciri khas double coding dari arsitektur kontemporer
dihadirkan dengan suasan ruang ynag menggabungkan selera modern, klasik
dan tradisional. sekuensi penyatuan ruang dalam dan ruang luar dihadirkan
dengan memasukkan elemen-elemen alam ke dalam ruang, seperti efek
masuknya cahaya atau view kontinu, dengan tujuan untuk menghadirkan jiwa
lingkungan sekitar ke dalam ruang (eksterior mengisi interior).
a. Proses Penentuan Konsep Persyaratan dan Perencanaan Ruang Dalam
Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam
RUANG PERSYARATAN PERENCANAAN RUANG DALAM
VIEW PENCA HAYAAN
KETE NANGAN
PENCAPAIAN PENATAAN RUANG EFEK RUANG/SEKUENSI
AREA KEGIATAN UTAMA Ruang Pamer
Tetap +++ +++ ++ +++ Ruang dibentuk melalui pembuatan
garis-garis grid sebagai pemandu struktur dan bentuk gubahan massa. Jarak grid dibuat minimal 6 m, untuk efisiensi sirkulasi dan kegiatan ruang pamer
Hall pamer berupa lorong-lorong panjang diciptakan dengan cara membentuk dinding masif yang menyamarkan kolom-kolom struktur, menciptakan kesan ruang pamer yang tertutup namun kontinu. Sekuen ruang yang dihadirkan adalah selera modern yang minimalis
Ruang Pamer Temporer
+++ +++ ++ +++ Garis-garis grid diteruskan dalam penentuan bentuk dan struktur
Hall pamer berupa lorong-lorong panjang, dengan area ruang yang
Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Mikro Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
ruang, ruang pamer temporer diposisikan langsung berhubungan dengan jalur sirkulasi utama
terbuka menyatu dengan ruang luar. Efek cahaya dihadirkan melalui permainan kaca dan bukaan. Sekuen ruang yang dihadirkan adalah selera modern minimalis
Ruang Audio Visual
++ ++ ++ +++ Ruang dibentuk berdasarkan grid yang sudah ada, terhubung langsung dengan ruang pamer baik secara fisik maupun visual
Ruang hanya dibatasi oleh dinding masif pengganti kolom struktur, tanpa batas pintu untuk menghilangkan kesan ruang yang terisolasi
Ruang Serba Guna
+++ +++ ++ +++ Ruang dibuat terpisah dengan ruang pamer untuk membedakan fungsi. Massa bangunan menyatu dengan ruang audiovisual dalam satu kesatuan
Efek kejut ruang tercipta dengan membagi view ruang ke dua sisi yang berbeda, yaitu menuju ke elemen alam dan aktifitas pada art garden
AREA KEGIATAN INFORMASI DAN PENELITIAN Ruang Kelas &
Studio Workshop
++ +++ +++ ++ Grid-grid dipertahankan untuk mempermudah penataan ruang. Ruang kelas dan studio dibuat luas dan fleksibel untuk kemudahan kegiatan, dibuat seterbuka mungkin namun masih dengan privasi yang cukup
Bukaan ruang kelas diarahkan untuk view dan pencahayaan alami, didukung oleh warna dinding yang terang (putih, krem) untuk mencerahkan ruang dan membuat ruang nyaman untuk kegiatan workshop
Ruang Koleksi Perpustakaan
++ +++ +++ ++ Ruang diletakkan pada lantai atas untuk menunjang privasi namun ruang dapat dibuat terbuka dan menyatu dengan ruang baca, mengikuti grid dengan jarak minimal 6 m
Ruang tidak diarahkan langsung pada bukaan untuk melindungi koleksi perpustakaan, batas ruang diciptakan melalui furniture penunjang dan warna dinding yang lebih gelap dari ruang baca
Ruang Baca Perpustakaan
+++ +++ +++ ++ Ruang baca diletakkan pada lantai atas untuk menunjang privasi dengan ruang yang terbuka dan fleksibel untuk kegiatan membaca dan berdiskusi
Bukaan besar pada ruang baca diarahkan menuju area taman hijau, sekuen ruang yang dihadirkan adalah selera klasik kolonial dengan ornamen-ornamennya
Ruang Internet & Audio Visual
++ ++ +++ ++ Ruang ini diletakkan di luar ruang perpustakaan namun pada bagian lantai yang sama, untuk membedakan tingkat privasi. Ruang dibuat terbuka dengan menyesuaikan dengan grid pembentuk ruang
Dinding kaca dimanfaatkan untuk menciptakan pembatas ruang yang tidak menutupi ruang secara visual
Ruang Konservasi &
Restorasi
++ +++ +++ + Ruang ini diletakkan di sisi lain pada area perpustakaan, lebih tertutup untuk menjaga keamanan dan privasi kegiatan penelitian
Bukaan dibatasi untuk melindungi koleksi penelitian, privasi dibentuk oleh dinding dan pewarnaan dinding dibuat terang untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan
Ruang Dokumentasi
& Arsip Khusus
++ +++ +++ ++ Ruang dibuat tertutup namun masih bisa diakses, berada di luar perpustakaan
Dinding kaca diarahkan menuju bukaan lebar pada sisi bangunan, agar ruang tidak gelap ketika tidak digunakan
AREA KEGIATAN KOMERSIAL Art & Souvenir
Shop +++ +++ + +++ Pemanfaatan grid untuk
menentukan penempatan kolom struktur, ruang dibuat terbuka tanpa sekat penutup/pembatas ruang
Ruang shop yang terbuka langsung menuju coffeeshop dan menuju path masuk menjadikan art shop ini sebagai ruang transisi antara ruang tertutup menuju ke ruang yang lebih terbuka
Coffee Shop +++ +++ + +++ Pemanfaatan grid untuk menentukan penempatan kolom struktur, ruang dibuat terbuka tanpa sekat penutup/pembatas ruang langsung menyatu dengan art shop
Ruang terbuka langsung pada art garden menyajikan view bebas terhadap berbagai macam kegiatan dan aktifitas pada art garden
Ruang Counter Kasir
++ +++ + +++ Diposisikan sebagai pembatas fungsi ruang antara art shop dengan coffee shop, sehingga ruang komersial tampak luas dan terbuka
Dapur & Bar + ++ + +++ Diposisikan sebagai focal point pada coffeeshop, tampak dari area coffeeshop
R. Manager & Staff
+++ +++ ++ ++ Dibuat dengan privasi yang tinggi, grid dimanfaatkan untuk penempatan struktur dan pembagian ruang
Ruang dengan privasi tinggi, tidak mudah diakses dan didukung oleh lorong-lorong yang tercipta dari dinding dan kolom struktur
AREA KEGIATAN PENGELOLAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Ruang tamu + Front Desk
+++ +++ + +++ Sebagai area penerima pengunjung pada pusat informasi dan pengelolaan, terbuka dan bersifat publik
Ruang yang terbuka sebagai kamuflase dari lebar massa bangunan yang tidak begitu besar, view mengarah ke danau buatan
R. Direksi & Sekretaris
+++ +++ ++ ++ Ruang-ruang direksi dan sekretaris dibuat dengan mengikuti grid terbesar, dengan privasi tinggi namun tetap memiliki bukaan untuk keleluasaan kegiatan dan menciptakan kontak visual dengan ruang di luarnya
Bukaan ruang yang tidak begitu besar menciptakan arah view pribadi yang memberikan kenyamanan bagi pengguna ruang sekaligus privasi terhadap kegiatan di luar ruangan
R. Manager & Staff
+++ +++ ++ ++ Ruang-ruang dibuat dengan privasi yang lebih rendah tanpa sekat-sekat untuk mendukung keleluasaan kegiatan antar bagian bidang
View-view terbuka memberi keleluasaan bagi staff dan kenyamanan view. Bukaan diarahkan ke area taman hijau untuk tetap menciptakan privasi kerja
R. Rapat +++ +++ ++ ++ Ruang rapat memiliki privasi tinggi namun dibuat terbuka, agar ruang tidak gelap ketika tidak digunakan
Dinding kaca diarahkan menuju bukaan lebar pada sisi bangunan, agar ruang tetap dapat menjadi elemen visual yang menarik bagi ruang pengelolaan meski tidak digunakan
R. Arsip + +++ +++ ++ Ruang dibuat dengan privasi tinggi dan dinding masif sebagai penjamin keamanan arsip
AREA KEGIATAN SERVIS R. Keamanan
(CCTV) +++ +++ + ++ Ruang keamanan diposisikan pada
area penghubung antara ruang servis dengan ruang pengelola, untuk mengawasi kegiatan loading barang
Toilet + Locker Karyawan
+ +++ +++ ++ Ruang-ruang tertutup untuk mewadahi kegiatan loker karyawan, dinding masif dimanfaatkan untuk menyamarkan kolom struktur
Dapur + Kantin ++ ++ + ++ Dibuat terbuka namun tertutup dari akses publik, langsung berhubungan dengan ruang-ruang servis yang lain dan diposisikan pada sisi path masuk tapak untuk menutupi ruang servis dari visual pengunjung
Kenyamanan view kearah path dan area taman hijau serta privasi yang tinggi menjadikan ruang ini fleksibel dan memadai sebagai ruang istirahat staff fasilitas
Gudang + ++ ++ ++ Langsung terhubung dengan loading dock, dibuat tertutup untuk menjaga keamanan barang-barang yang disimpan di dalamnya
Ruang yang tertutup diberikan pewarnaan dinding ruang yang terang sehingga tidak menggunakan terlalu banyak pencahayaan buatan
Loading dock + ++ + +++ Terbuka langsung menuju pintu side entrance yang berfungsi sebagai akses servis, dibuat cukup luas untuk kegiatan loading
Musholla ++ ++ +++ +++ Dibatasi oleh sekat berupa dinding bata dan dengan arah view menuju ruang luar
Bukaan memberikan arah view yang luas keluar ruangan, namun jarak bangunan dar pedestrian tetap dapat mempertahankan privasi ruangan
Keterangan:
+ : kurang perlu/ kurang berpengaruh
++ : perlu / berpengaruh
+++ : sangat perlu / sangat berpengaruh
b. Proses Penentuan Persyaratan dan Perencanaan Ruang Luar
Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar RUANG PERKERASAN VEGETASI AIR PERENCANAAN RUANG LUAR Parkir Paving block Untuk peneduh Area parkir dibuat pada satu blok pada main
entrance, kemudian pengunjung langsung diarahkan menuju dua sisi, yaitu menuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
entrance plaza dan menuju pusat informasi dan pengelolaan
Entrance Plaza Grass block & perkerasan beton pada beberapa area duduk
Untuk pembatas Flowing water (kolam menurun)
Plaza dengan path utama memasuki kawasan diberikan trap-trap perbedaan tingkat permukaan tanah dan dipertegas dengan kolam menurun di sisi path. Suara aliran air pada kolam menurun ini dapat memberi suasana ketenangan bagi pengunjung sebagai pengantar memasuki ruang pamer
Amphiteater Terbuka
Perkerasan batu alam pada undak-undakan tempat duduk Perkerasan beton pada area plaza terbuka
Untuk pembatas Danau buatan (pool) Amphiteater terbuka tanpa penutup atap dikelilingi oleh danau buatan yang adpat menciptakan suasana dingin pada area terbuka ini
Art Garden Jalur tapak dengan batu alam dan paving block
Untuk peneduh Untuk lavatory dan kolam-kolam (reflecting pool)
Ruang pamer terbuka sekaligus pusat dari seluruh bangunan. Merupakan tempat berkumpul dan berkomunitas bebasdibuat menyatukan path dengan reflecting pool yang juga menyatu dengan elemen eksterior bangunan sehingga menciptakan kesan unity terhadap bangunan secara keseluruhan. Path dirancang dengan pola jalan-jalan utama di Yogyakarta
Plaza Batu alam dan paving block
Untuk pembatas Plaza-plaza terbuka sebagai titik-titik pertemuan kegiatan publik diletakkan pada tiap titik pertemuan atau akhir jalur sirkulasi/path
Area Taman Hijau
Grass block Untuk peneduh Untuk pengairan taman
Penghadiran alam buatan sebagai elemen arsitektur, menciptakan efek kejut dengan menghadirkan alam di dalam tapak dan menyatukannya dengan massa bangunan geometris yang kaku
Sumber: Analisa Pribadi
B.3. Analisa Penentuan Sistem ME dan SE Tapak
Kriteria akses ME dan SE:
• Mempunyai kemudahan akses sirkulasi menuju jalan raya
• Akses langsung terhadap pedestrian dalam kaitannya sebagai pembentu ruang
publik
• Memiliki fleksibilitas dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
Lebih lanjut mengenai yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
pencapaian adalah sebagai berikut:
Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki di sekitar site
1) Jalur Kendaraan
Jl. Pangeran Mangkubumi, merupakan jalur satu arah dengan intensitas
tinggi. Dilalui bus kota, Trans Jogja, kendaraan pribadi roda dua dan empat.
Dimensi jalan 6 m.Di sepanjang jalan terdapat jalur lambat dengan lebar 5 m
dan pedestrian selebar 3 m.
2) Pedestrian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Jl. Pangeran Mangkubumi merupakan jalur pedestrian yang sangat potensial.
Jalur pedestrian terhubung antara daerah perdagangan/jasa di sekitar Tugu
dengan daerah pariwisata sepanjang Jalan Malioboro
3) Potensi Di Sekitar Site
Potensi di sekitar site antara lain adalah daerah perdagangan/jasa di sekitar
Tugu, Stasiun Tugu, daerah wisata sepanjang Jalan Malioboro, Pasar
Beringharjo, Benteng Vredeberg dan alun-alun Kidul di Selatan. Dapat dilihat,
site terpilih memeliki potensi sebagai pengikat daerah perdagangan/jassa
seitar Tugu dengan daerah pariwisata sepanjang Jalan Malioboro.
Analisa:
Baik main entrance dan side entrance ditempatkan pada Jl. Pangeran
Mangkubumi sebagai satu-satunya akses jalan raya. Entrance di bagi menjadi
entrance kendaraan dan entrance pedestrian. ME kendaraan ditempatkan di
utara site berfungsi sebagai jalan masuk sekaligus keluar utama kendraan. SE
kendaraan ditempatkan di selatan site difungsikan sebagai tempat keluar
kendaraan servis agar tidak mengganggu arus lalu lintas jalan. Entrance bagi
pedestrian ditempatkan di tengah-tengah site dan berhubungan langsung dengan
trotoar dan jalur lambat. Hal ini dimaksudkan sebagai pembentuk sifat ruang
publik yang terbuka.
B.4. Analisa Konsep Klimatologi
Analisis klimatik dilakukan untuk mendapatkan perancangan terkait adanya
pencahayaan alami yang dimanfaatkan dalam bangunan. Selain sebagai fentilasi
pencahayaan oleh sinar matahari juga akan dimanfaatkan sebagi efek
pencahayaan pada ruang pameran yang direncanakan. Dasar pertimbangan yang
Efek bayangan yang ditimbulkan oleh sinar matahari
Analisa:
Gambar 4.6 Analisa Pencapaian Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.7 Analisa Penentuan ME dan SE Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Secara umum pergerakan angin di Indonesia adalah dari arah tenggara menuju
barat daya atau sebaliknya, tapi kondisi iklim secara mikro tidak selalu sesuai
dengan hal tersebut dikarenakan banyak faktor, seperti vegetasi, bangunan di
sekitar, dll. Pada site sendiri arah angin yang dominan adalah dari arah utara dan
tenggara, Angin yang kuat bertiup dari arah Jl. Pangeran Mangkubumi di bbarat
menuju pemukiman di timur.
Sedangkan sinar matahari yang dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk efek
pencahayaan adalah sinar matahari pagi dan sore yang tidaktelalu terang da
menyengat. Di utara site terdapat bangunan PLN yang tinggi dan menghalangi
sinar matahari, seingga intensita sinar matahari di bagian ini tidak terlalu tinggi.
Begitu pula di bagian barat site dimana banyak terdapat vegatasi yang
menghalangi sinar matahari. Sementara di tengah site sinar intensitas sinar
matahari cenderung tinggi dikarenakan kontur site yang datar dan terbuka.
B.5. Analisa Kebisingan
Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak berdasarkan area
penerima kebisingan dari lingkungan, dalam kaitannya dengan kenyamanan
tapak terhadap kebisingan lingkungan. Berdasarkan arah datangnya kebisingan,
maka tapak dibagi menjadi beberapa zona kebisingan.
Analisa:
Sumber kebisingan utama adalah Jl. Pangeran Mangkubumi, daerah yang
berhubungan langsung dengan jalan ini diperuntukan sebagai zona publik.
Sementara kebisingan dengan intensitas sedang berasal dari pertokoan dan
pemukiman di utara dan selatan site. Daerah utara dan selatan site diperuntukan
sebagai ruang semi publik dengan fungsi kegiatan utama galeri seperti pameran
dan pertunjukan. Zona privat dengan fungsi pengelolaan penelitian dan
pepustakaan ditempatkan pada daerah timur site dikarenakan intensitas
kebisingan yang relatif kecil. Selain itu pengendalian kebisingan bisa dilakukan
dengan pemberian buffer pada site berupa tanaman yang berdaun lebat dan juga
pemberian jarak antara bangunan dengan sumber kebisingan
Gambar 4.8 Analisa Matahari Sumber: Dkumentasi Pribadi
Gambar 4.7 Analisa Pergerakan Angin Sumber: Dkumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B.66. Analisa Vi
Analisa
ditujukan
banguna
• Arah o
fasade
luar site
• Arah or
yang m
fasilitas
Analisa:
View yan
Malioboro
daerah T
Dengan Pe
ew dan Orien
orientasi ba
n untuk kem
n pada tapak
rientasi yan
utama fasilit
e.
rientasi yang
menarik agar
s menuju ke
ng paling po
o. View men
ugu sepanja
GS
nekanan pad
ntasi
angunan de
mudian mem
k, dengan pe
g baik (good
tas yang me
g kurang bai
pengunjung
arah luar.
otensial ada
uju site pun
ng Jl. Panger
Gambar 4.9 AnaSumber: Dkume
da Pencitraa
engan mem
mbantu dala
ertimbangan s
d) memiliki
narik baik da
k (ok) disele
g tetap mend
alah view k
berpotensi
ran Mangkub
alisa Kebisingaentasi Pribadi
Galeri San Bentuk Ba
mpertimbangk
m penentua
sebagai beri
potensi seb
ari arah dala
esaikan deng
dapatkan vie
e arah dae
terlihat dari
bumi.
n
Seni Urban Yoangunan Kon
kan arah v
an arah des
kut:
bagai arah d
m fasilitas m
gan elemen-e
ew yang bai
erah Tugu d
arah Stasiun
IV-22
ogyakarta ntemporer
view tapak
sain massa
desain bagi
maupun dari
elemen site
k dari arah
dan daerah
n Tugu dan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
B.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan
Analisa zonifikasi kelompok kegiatan dilakukan untuk mendapatkan zonifikasi
yang tepat untuk masing-masing kelompok kegiatan dalam perancangan Galeri
Seni Urban Yogyakarta. Dasar pertimbangan yang digunakan dalam analisa ini
antara lain,
kedekatan hubungan antar kelompok kegiatan
tingkat kedekatan dengan entrance/lingkungan luar
tingkat kenyamanan noise yang dibutuhkan
tingkat kebutuhan terhadap pencahayaan
Analisa :
Tiap kelompok kegiatan memiliki karakter dan fungsi yang tersendiri, sehingga
penentuan zona tiap kelompok kegiatan harus memperhatikan pertimbangan yang
telah disebutkan sebelumnya. Pertimbangan zonifikasi terkait kedekatan
hungungan ruang didasrkan pada analisa keruangan yang sudah dilakukan
sebelumnya. Dimana kelompok kegiatan yang pelaksanaannya saling beriringan
otomatis memiliki hubungan rruang yang dekat sehingga letaknya didekatkan.
Dalam hal sifat kelompok kegiatan terbagi menjadi tiga yakni yang bersifat publik,
semi publik, dan privat. Sementara menurut Kelompok kegiatannya akan dibagi
menjadi:
Zona kegiatan pameran, mewadahi kegiatan pemeran benda-benda seni terkait
seni uban, dapat berupa ruang outdoor maupun indoor
Zona kegiatan pertunjukan,mewadai kegiatan pertunjukan performing art terkait
dengan seni urban, dapat berupa outdoor maupun indoor
Zona pengelolaan dan pendidikan, mewadahi kegiatan pegelolaan serta
pengembangan dan pendidikan terkait deng seni uban
Berikutnya terkait noise dan pencahayaan tiap kelompok kegiatan memiliki
kebutuhan yang berbeda pula. maka jika suatu fungsi membutuhkan ketenangan
tinggi maka diletakkan jauh dari keramaian/sumber noise dan sebaliknya. Sama
halnya dengan pencahayaan, untuk kelompok kegiatan yang membutuhkan
banyak cahaya diletakkan pada area yang terkena sinar matahari terus-menerus.
Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan
Gambar 4.10 Analisa View Sumber: Dkumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Zona Kegiatan
Hubungan Antar
Kelompok Kegiatan
Kedekatan Dengan
Entrance
Kenyamanan Noise
Yang Dibutuhkan
Kebutuhan
Pencahayaan
Zona Pameran Berhubungan dekat
dengan dengan zona
pertunjukan serta
pendidikan dan
pengelolaan
Tidak perlu terlalu
dekat dengan
entance
Tidak terlalu butuh
kenyamanan noise
yang tinggi
Butuh
pencahayaan
maksimal
Zona
Pertunjukan
Berhubungan dekat
dengan dengan zona
pameran
Jauh dari entrace Membutuhkan
kenyamanan noise
Tidak butuh
pencahayaan
makimal
Zona Pendidikan
dan Pengeolaan
Dekat dengan zona
pameran
Dekat dengan
entrance
Tidak terlalu buth
kenyamanan noise
yang tinggi
Tidak terlau
butuh
pencahayaan
makimal
Sumber: Analisa Pribadi
B.8. Analisa Sirkulasi
Sebagai ruang publik maka pengaturan sirkulasi dalam tapak sangat penting,
terutama agar dapat menciptakan kenyamanan manusia pengguna/user, maka
diusahakan agar sirkulasi kendaraan tidak mengganggu aktivitas manusia yang
terjadi dalam tapak. Maka kemudian jenis sirkulasi pada tapak dibagi menjadi
beberapa macam:
Sirkulasi manusia
Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi service
Ada beberapa jenis sirkulasi yang dapat digunakan sebagai alternatif, yaitu:
Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi
Jenis Sirkulasi Keterangan Pencapaian frontal
Sistem pencapaian langsung mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari jauh.
Pencapaian ke samping
Memperkuat efek objek perpektif yang dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak sequence sebelum mencapai objek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-25
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pencapaian memutar
Memperlambat pencapaian dan memperbanyak sequence. Memperlihatkan tampak tiga dimensi objek dengan mengelilinginya.
Sumber: Ir. Rustam Hakim
Analisa:
Karakteristik para seniman urban yang cenderung bebas dan tidak terikat
diwadahi melalui konsep sirkulasi radial memutar untuk kendaraan. Sebagai
pusat adalah ruang pameran sebagai penghubung antar ruang terbuka (art
garden) di tengah bangunan. Ruang tebuka ini menjadi titik tolak dari semua
sirkulasi kegiatan. Para seniman bebas memilih kegiatan sesuai dengan yang
dikehendakinya. Untuk pedestrian, sirkulasi yang digunakan adalah
jenissirkulasi dengan pencapaian frontal untuk lebih mengundang pedestrian
masuk dan berkegiatan di Galeri Seni Urban Yogyakarta.
B.9. Analisa Gubahan Massa
Dasar pertimbangan:
Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan unsur campuran
eklektis antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur,
sederhana/kompleks khas arsitektur kontemporer. Konsep perjalanan waktu
dengan penyatuan antara massa yang saling terhubung dimana setiap massa
meghadirkan ekspresi bentuk yang berbeda-beda berdasarkan massanya.
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi Sumber: Dkumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-26
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Bentuk fisik massa bangunan dihadirkan melalui permainan bentuk-bentuk
dasar geometris. Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk antara lain fungsi,
simbol serta teknologi struktur dan bahan (Sutedjo, 1982 : 43).
Alternatif bentuk dasar massa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan
Bentuk Dasar Karakteristik
Segiempat
Mudah dalam pengembangan, pengolahan sirkulasi, pengolahan struktur, serta memiliki efisiensi dalam penggunaa ruang. Memiliki kesan formal dan status. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi bujur sangkar. >> Bentuk segi empat sesuai dengan pola ruang pameran dan pertunjukan dikarenakan kefleksibelitasannya serta efisiensinya yang tinggi. Tidak membingungkan dan langsung megarah kepada objek yang dipamerkan
Segitiga
Mudah dalam pengolahan sirkulasi, namun sukar dalam pengembangan dan kurang memiliki efisiensi ruang. Memiliki kesan tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi segitiga. >> Bentuk segitiga memiliki sudut yang tidak menguntugkan bagi pemanfaatannya. Tidak fleksibel dan cenderung mengekang
Lingkaran
Mudah dalam pengolahan sirkulasi dan struktur, namun sukar dalam pengembangan. Efisiensi pemakaian kurang baik. Memiliki kesan tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil modifikasi. >> Cocok digunakan sebagai bentuk dasar amphitheater terbuka untuk memaksimalkan penglihatan menuju stage serta memberikan kesan dinamis secara keseluruhan
Sumber: DK. Ching
Bentuk yang aman digunakan adalah bentuk sederhana, fleksibel dan dengan
pemanfaatan ruang yang tinggi, maka dipilih bentuk dasar massa segiempat.
Untuk pengembangannya, bentuk dasar segiempat dimodifikasi melalui teknik
mengubah bentuk yaitu perputaran, peregangan, perputaran dan pergeseran.
Untuk Alteratif sistem tata massa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Alternatif Tata Massa Bangunan
Sistem Tata Massa Karakteristik
Sistem terlepas Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi. Baik untuk memanfaatkan kondisi alam secara maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-27
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
(banyak ruang terbuka). Sirkulasi dan hubungan antar massa dan kegiatan kurang baik. >>Massa bangunan dengan bentuk terpisah dan menyebar terkesan kurang akrab dan kompak walau terkesan dinamis. >>Kurang mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial di dalamnya. >>Orientasi bangunan menyebar dan memiliki view bebas.
Sistem gabungan massa
Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi. Dapat memanfaatkan potensi alam secara maksimal. Kelancaran sirkulasi dan hubungan antar kegiatan baik. >>Massa bangunan dengan bentuk yang terpisah-pisah namun terhubung oleh taman/ruang bermain sehingga terkesan akrab, kompak dan dinamis. >>Mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial di dalamnya yaitu melalui area transisi antar massa. Arah orientasi yang terkait antar massa dan memiliki view ke luar dan ke dalam.
Sistem massa tunggal
Adaptasi interaksi dalam bangunan tinggi. Efisiensi lahan. Sirkulasi di luar bangunan mudah dan ter-image, tetapi monoton. >>Massa bangunan tunggal memberi tatanan ruang yang mampu mengurangi interaksi sosial, aktivitas penggunanya lebih bersifat kedalam sehingga aktivitas sosial kurang hidup. >>Memiliki karakter yang cenderung kaku dengan orientasi di dalam bangunan yang memusat dengan view keluar ke segala arah.
Sumber: DK. Ching
Dari ketiga alternatif diatas, dipilih sistem hibrida antara gabungan massa
dengan massa tunggal. Masing-masing zona kegiatan kan memiliki massanya
sendiri, tapi digabung sehingga menjadi satu-kesatuan bangunan tunggal,
dengan pertimbangan utama mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi
sosial, yang memang sangat dibuutuhkan oleh suatu galeri seni yang juga dapat
berfungsi sebagai ruang publik alternatif. Selain itu, sistem massa seperti ini
mampu memberi privasi yang tinggi terhadap ruang-ruang dalam masing-masing
kelompok kegiatan.
Untuk alternatif pola organisasi massa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Alternatif Organisasi Massa Bangunan
Pola Organisasi Massa Deskripsi Karakter
Pola grid
Posisi dalam ruang dan hubungan satu sama lainnya diatur oleh tiga garis dimensi atau bidang. Menggambarkan keteraturan,, ruang dalam satu grid dapat mempunyai
Dapat terbentuk ruang-ruang sebagai daerah terisolir. Jika dipandang sebagai bentuk positif, akan menciptakan set kedua berupa ruang negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-28
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
hubungan bersama walaupun berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi.
Pola linear
Suatu urutan linear dari ruang-ruang yang terulang, fleksibel dan dapat bereaksi pada macam-macam kondisi. Mampu beradaptasi dengan perubahan topografi.
Bentuk ini dapat menimbulkan individualitas yang tinggi karena tidak terbentuk ruang-ruang bersama untuk bersosialisasi, masing-masing bagian memiliki teritori sendiri.
Pola radial
Bentuk radial ini mempunyai jalan yang berkembang dari atau menuju sebuah titik pusat gabungan dari unsur linear dan terpusat.
Merupakan bentuk yang menggabungkan bentuk memusat dan linear.
Pola memusat
Suatu pusat ruang dimana sejumlah ruang dikelompokkan. Bentuk secara relatif kompak dan secara geometris dapat digunakan untuk menentukan titik pusat.
Semua aktivitas dominan memusat dan hal ini baik untuk membentuk ruang bersama.
Pola cluster
Ruang-ruang yang dikelompokkan oleh letaknya secara berhubungan.
Memberikan kebebasan ruang antar bagianny dan dapat menciptakan ruang-ruang terbuka dimana akan terjadi komunikasi didalamnya.
Sumber: DK. Ching
Dari alternatif pola organisasi massa di atas, dipilih massa radial. Pola organisasi
ini sesuai dengan sistem tata massa gabungan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Galeri Seni Urban Yogyakarta yang direncanakan memiliki banyak
sub kegiatan dimana setiap sub kegiatan tersebut harus dapat saling terhubung
dan membentuk jalinan interaksi satu dengan yang lainnya. Dengan pola radial,
walau terkesan berdiri sendiri,antar sub kegiatan tetap disatukan oleh suatu
pusat kegiatan utama.
Konsep budaya Jawa diwujudkan pada zonifikasi massa sesuai dengan zonifikasi
dalam rumah tradisional Jawa pada umumya. Pada bangunan Jawa terdapat
suatu pola tingkatan hirarki ruang dimana semakin ke dalam memiliki tingkatan
yang lebih privat. Prinsip tersebut diterapkan pada Galeri Seni Urban yang
direncanakan sebagai berikut:
• Pintu masuk: pintu masuk ke suatu daerah pada bangunan Jawa
menggunakan bentuk-bentuk seperti gapura atau pintu gerbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-29
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan, pintu masuk pada main entrance
pedestrian merupakan sculpture berbentuk gunungan/kayon dalam
pewayangan sebagai salah satu eye catcher.
• Halaman depan (publik): Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan memiliki
suatu open space atau taman pada bagian depan, setelah pintu masuk. Open
space tersebut dikatakan berfungsi sebagai ‘alun-alun’ bagi Galeri Seni Urban
yang direncanakan.
• Pendopo (semi publik): Fungsi pendhopo sebagai tempat menerima tamu
sesuai dengan fungsi lobby dan front office, sehingga lobby dapat dianggap
sebagai pendhopo.
• Dalem (semi privat): Dalem merupakan pusat dari rumah Jawa dimana
kehidupan yang mencerminkan tradisi atau budaya Jawa tampak di dalamnya,
mulai dari kegiatan yang sederhana hingga kegiatan yang bersifat perayaan.
Bagian ini dapat diisi dengan fungsi-fungsi inti dari Galeri Seni urban, seperti
ruang pameran tetap dan kontemporer, ruang serbaguna, ruang pertunjukan
dan ruang audiovisual
• Senthong (privat): Dalam bangunan Jawa terdapat tiga buah senthong yang
memiliki fungsi yang berlainan. Senthong kiwa sering digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan baranag-barang berharga atau keramat. Senthong
tengen digunakan sebagai tempat beristirahat. Sedangkan senthong tengah
memiliki tingkat yang lebih sakral, digunakan sebagai tempat untuk
melakukan pemujaan atau berdoa kepada Tuhan. Pada Galeri Seni Urban
yang direncanakan, hal tersebut diterjemahkan sebagai zona pengelolaan,
karena zona tersebut merupakan zona dengan tingkat privasi yang relative
lebih tinggi
B.10.Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan
Penerapan penyelesaian rancang bangun yang kontras sesuai degan ciri khas
arsitektur kontemporer untuk menonjolkan citra dan karakter seni urban.
Bangunan merupakan wadah kegiatan seni urban, karakter yang ditampilkan
antara lain:
• Atraktif
• Dinamis
• Kontemporer
Sebagai ruang publik, karakter yang ditampilkan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-30
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Terbuka
• Mengundang
Sebagai wujud pelestarian pencitraan bentuk kontemporer:
• Kontras
• Double Coding
• Metaforik dan humoris
Analisa:
Ekspresi bangunan adalah ekspresi dari suatu pencitraan bentuk bangunan
kontemporer dimana dilakuka dengan menerapan unsur campuran eklektis
antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks
khas arsitektur kontemporer.
Berbagai gaya yang disinkronisasikan adalah gaya –gaya dan langgam arsitektur
yag penah eksis di Indonesia dan Yogyakarta padakhussnya dengan segala ciri
khas dan keunikannya. Langgam dan gaya-gaya tersebut adalah:
Tabel 4.11. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di Indonesia
Gaya/Langgam
Arsitektur Contoh Gambar Ciri Khas
Arsitektur Kolonial
Penggunaan kolom yang besar
Jendela-jendela dengan bukaa
besar
Bentuk denah yang simetris
Penggunaan ornament klasik
pada list tembok
Terkesan elegant dengan warna
yang bersih
Arsitektur
Tradisional Jawa
Atap joglo
Ornament khas tradisional
Material alami seperti kayau dan
batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-31
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Arsitektur Modern
Asimetris dinamis
Atap datar
Tidak ada cornice /profil atap
Penampian efisien
Deretan jendela kaca atau garis-
garis
Sumber: Analisa Pribadi
Setiap masing-masing kelompok kegiata akan mewakili salah satu gaya/langgam arsitektur yang
pernah eksis di Indonesia diimana zona keiatan pendidikan dan pengelolaan akan
mengekspresikan arsitektur kolonial yang kaku tapi elegant, zona pameran akan mengekspresikan
arsitektur modern yang dinamis dan zona pertunjukan akan mengekspresikan arsitektur
tradionalJawa yang megah tapi tetap rendah hati.
Setiap langgam ini kan diselangkan dan digabungkan menjadi satu kesatuansehingga akan
meimbulkan pemaknaan baru, dimana pemaknaan baru ini yang menajdi ciri khas utama suatu
bentuk kontemporer yaitu kekinian. Berikut beberapa bangunan yang menyilangkan dua unsure
dalam desainnya.
B.11.Proses Penentuan Landscape Bangunan
Tujuannya adalah menentukan tata lansekap yang menarik dan atraktif sebagai
ruang terbuka hijau sekaligus ruang public yang dapat mewadahi kegiatan
berkomunitas dan berkesenian, menunjang sirkulasi dan sebagai barier debu,
angin atau kebisingan.
• Jalan setapak
Jalan setapak bagi pedestrian jalur yang digunakan bagi pengunjung pejalan
kaki. Pedestrian ini mempunyai tuntutan kenyamanan yang lebih dibandingkan
dengan jalur sirkulasi yang lain. Hal ini bertujuan supaya para pengunjung
pejalan kaki tidak merasa jenuh. Sebagai pembeda pedestrian pejalan kaki
dengan jalur sirkulasi yang lain adalah lebih variatif dengan permainan jalur
yang berkelok-kelok dan tidak monoton, adanya pohon-pohon peneduh supaya
lebih tekesan rindang.
• Material lunak (Soft material)
Visual control
₋ Mampu untuk menahan sinar matahari
Contoh : pohon kelapa, pohon rambutan, pohon cemara
Gambar 4.12 Contoh Bangunan Kontemporer yang Menganut Double Coding Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-32
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
₋ Pembatas ruang dan aktivitas dengan kesan privasi
Contoh : pohon rendah, berdaun jarang, semak/perdu (teh-tehan, bunga)
₋ Sebagai point of interest dalam area
Contoh : cemara yang tidak terlalu tinggi
₋ Sebagai ground cover
Esthetic value
₋ Warna
Memberi efek khusus yang bergantung pada cahaya yang jatuh pada
tanaman.
Warna cerah, dapat memberi kesan gembira / ceria / hangat
Warna lembut dan gelap, dapat memberi kesan sejuk dan dingin.
₋ Bentuk
Digunakan utnuk menunjukkan kesan dinamis, indah, sebagai aksen,
penunjuk arah dan pembentuk ruang
₋ Tekstur
Ditentukan oleh cabang, batang daun, tunas, dan jarak pandang terhadap
tanaman tersebut
Climate control
₋ Angin, untuk mengantisipasi datangnya angin kencang
Contoh : akasia dan beringin
₋ Panas, meneduhkan dan mengurangi radiasi matahari (ditempatkan
disekeliling bangunan)
Contoh : cemara, beringin, jambu
• Kelengkapan Ruang Terbuka
Ruang terbuka perlu dilengkapi dengan kelengkapan lainnya yang meliputi :
meja taman, dan penerangan untuk malam hari
Penerangan
Spot lighting
Spotlight digunakan untuk menampilkan suatu patung atau
sculpture di malam hari sehingga menjadi daya tarik kawasan
tersebut.
Sign lighting
Untuk memberikan kemudahan dalam membaca
tanda-tanda yang disediakan di suatu kawasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-33
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Lampu ini mempunyai kemampuan menerangi benda tinggi.
Pond lighting
Mampu menerangi kolam atau taman air karena
lampu ini mempunyai kemampuan untuk
memberikan pencahayaan di bawah air.
Path lighting
Digunakan untuk menciptakan pola simetris
pencahayaaan untuk pengarahan. Lampu ini
diletakkan di sepanjang jalan setapakatau
perbedaan ketinggian pada lansekap.
B.12.Analisa Sistem Struktur
Analisa sistem struktur dan konstruksi merupakan analisa yang dilakukan untuk
mendapatkan konsep sruktur yang tepat untuk menunjang berdirinya bentuk
bangunan sesuai analisa bentuk dan tata masa yang sebelumnya telah
dilakukan. pertimbangan terkait penentuan sistem sruktur dan konstruksi adalah
sebagai berikut:
− Terpenuhinya persyaratan dasar struktur yakni stabilitas, kegunaan, estetika
− Terjaminnya kemudahan pelaksanaan
− Keleluasaan menunjang terbentuknya ekspresi bangunan
− Terjaminnya permasalahan pengatasan struktur antara lain beban lateral
(angin dan gempa), beban hidup dan beban mati
Dari pertimbangan secara general tersebut maka penentuan sistem struktur
untuk tiap bagian bangunan dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem sub struktur
Sistem sub struktur adalah sistem struktur bawah yang merupakan pondasi
untuk menunjang berdirinya bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur bawah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
− Tinjauan tapak yang merupakan daya dukung tanah
− Cukup mudah dalam pelaksanaan, perawatan dan daya tahan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-34
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− Fleksibilitas bentuk tinggi dan sesuai dengan tuntutan kegunaan dan kondisi
bangunan
Beberapa alternatif sistem sub struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
− Sumuran
− Tiang pancang
− Footplate
− Rakit
2. Sistem super struktur
Sistem super struktur adalah struktur tengah yang merupakan bagian tengah
menyalurkan beban-beban ke pondasi. Kriteria-kriteria terkait struktur tengah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
− Mampu mendukung ekspresi bangunan
− Kemudahan pelaksanaan
− Mampu menahan beban yang diakibatkan oleh gaya angin dan gempa
sehingga menghasilkan bangunan yang kaku, stabil dan kuat
Beberapa alternatif sistem super struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
− Struktur rangka
− Struktur dinding pemikul
− Gabungan sistem rangka dan dinding pemikul
Keseluruhan alternatif tersebut nantinya diterapkan pada komponen-
komponen struktur yang terdiri atas struktur dinding, dan struktur atap,
dimana dalam pemakaiannya berdasarkan pertimbangan:
− Hubungan bentang kolom
− Efisisensi bahan
3. Sistem upper struktur
Sistem upper struktur adalah struktur atas yang merupakan struktur penutup
atap pada bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur atas yang digunakan
dalam perancangan antara lain:
− Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan
− Kesesuaian dengan filosofi wadah
− Sesuai dengan iklim tropis
− Mudah dalam pelaksananaan dan perawatan
Beberapa alternatif sistem upper struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-35
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer