TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONALHARMONISASI AKUNTANSI
OLEH :KELOMPOK 12
1. NI PUTU MUTIARI(1215644030)2. KADEK NOVIA AYU
WIRYANI(1215644070)3. NI MADE DWI RATNANINGSIH(1215644082)
KELAS : VI B / D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
PROGRAM STUDI DIV AKUNTANSI MANAJERIALJURUSAN AKUNTANSI -
POLITEKNIK NEGERI BALITAHUN 2015
BAB IPENDAHULUAN
Banyaknya perusahaan yang melakukan operasi bisnis diluar batas
negaranya, menunjukkan arah perkembangan operasi bisnis yang
bersifat global. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang
dilakukan oleh Deloitte Touche Tohmatsu Internasional pada tahun
1992,terhadap 400 perusahaan skala menengah di dua puluh negara
maju yang melakukan bisnis di pasar internasional (Iqbal, et al.,
1997 dalam Arja Sadjiarto, 1999). Globalisasi juga nampak dengan
semakin banyaknyakerjasamakomunitas internasional yangdilakukan
oleh beberapa negaratermasuk Indonesia. Kerjasama tersebut
diantaranyaNorth American Free Trade Agreement(NAFTA),ASEAN
Federation of Accountants(AFA),Asia-Pasific Economic
Cooperation(APEC),World Trade Organization(WTO), danInternational
Organization of Securities Commissions(IOSOC).Globalisasi membawa
implikasi bahwa hal-hal yang dahulunya merupakan kewenangan dan
tanggung jawab tiap negara, akan dipengaruhi oleh dunia
internasional. Demikianpula dengan pelaporan keuangan dan standar
akuntansi suatu negara (Arja Sadjiarto, 1999).Standar
akuntansimemberikan gambaran yang jelas dan konsisten kepada
pemegang saham, membuat laporan perusahaan lebih dapat dimengerti
dan dapat diperbandingkan. Standar akuntansi yang dapat
diperbandingkan sangat diperlukan oleh perusahaan-perusahaan
multinasional, juga oleh para pengguna laporan keuangan yang ingin
mengevaluasi kinerja perusahaan skala global dan untuk membantu
pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan sekuritas.
Dengan adanya operasi bisnis dan pasar modal yang bersifat global
tentu menuntut adanya standar yang bersifat global atau bersifat
internasional, karena aturan-aturan akuntansi yang bersifat lokal
tidak mampu memenuhi kebutuhan bisnis dan keuangan internasional.
Oleh karena itu,beberapakelompok profesi berusaha membuat standar
akuntansi internasional.
BAB IIPEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HARMONISASIPengertian harmonisasi adalah suatu
upaya dalam mencari keselarasan. Namun, pengertian harmonisasi
dalam akuntansi adalah suatu proses untuk meningkatkan
komparabilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan
batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat
beragam. Secara sederhana pengertian harmonisasi standar akuntansi
dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya
standar yang berlaku secara internasional. Negara tersebut hanya
membuat agar standar akuntansi yang mereka miliki tidak
bertentangan dengan standar akuntansi internasional.Harmonisasi
standar akuntansi internasional pertama kali dikenalkan
olehEuropean Commision(EC). Pada tahun 1995 EC mengadopsi
pendekatan baru bagi harmonisasi akuntansi yang memperbolehkan
penggunaan standar akuntansi internasional untuk perusahaan yang
terdaftar di pasar modal internasional. Lembaga-lembaga yang aktif
dalam usaha harmonisasi standar akuntansi internasional antara lain
adalah IASC (International Accountig Standard Commitee) dan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Beberapa pihak yang diuntungkan
dengan adanya harmonisasi tersebut adalah perusahaan-perusahaan
multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi
perdagangan, sertaInternational Organization of Securities
Commissions(IOSCO) (Arja Sadjiarto, 1999). Harmonisasi standar
akuntansi internasional berarti proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi melalui penyusunan batasan berbagai macam
perbedaan (Choi, et al., 1999). Dengan demikian harmonisasi dapat
mengakomodasi perbedaan nasional dan meningkatkan komparabilitas
informasi keuangan dari berbagai negara. Harmonisasi membuat
standar akuntansi keuangan sejalan dengan standar akuntansi
internasional.
B. PERBEDAAN HARMONISASI DAN STANDARISASI YANG BERLAKU DALAM
STANDAR AKUNTANSIHarmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan
kompatibilitas (kesesuaian) praktek akuntansi dengan menentukan
batasan batasan seberapa besar praktek praktek tersebut dapat
beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan
dapat meningkatkan komparatibilitas (daya banding) informasi
keuangan yang berasal dari berbagai Negara.Istilah harmonisasi dan
standarisasi berbeda,standarisasiberarti penetapan sekelompok
aturan yang kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu
standar atau aturan tunggal dalam segala situasi.Penerapan standar
internasional di dalam akuntansibersifat sukarela dan tergantung
untuk diterima, pada niat baik dari mereka yang menggunakan standar
akuntansi. Situasi termudah akan muncul ketika suatu standar
internasional hanya merupakan tiruan dari standar nasional. Ketika
standar nasional dan internasional berbeda satu sama lain praktek
yang ada dewasa ini adalah mengunggulkan standar nasional.Sedangkan
untuk harmonisasi jauh lebih fleksibel (luwes) dan terbuka,
sehingga tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua,
tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami
kemajuan yang besar secara internasional dalam beberapa tahun
terakhir. Jadi istilah harmonisasi sebagai kebalikan dari
standarisasi memiliki arti sebuah rekonsiliasi atas berbagai sudut
pandang yang berbeda. Istilah ini lebih bersifat sebagai pendekatan
praktis dan mendamaikan daripada standarisasi, terutama jika
standarisasi berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu
negara hendaknya diterapkan oleh semua negara yang lain.
Harmonisasi menjadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan
komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat
diartikan dan dipahami secara internasional.
C. PRO DAN KONTRA HARMONISASI STANDARISASI
INTERNASIONALKeuntungan harmonisasi akuntansi internasional:1.
Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di
seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan
berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia
akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.2. Investor dapat membuat
keputusan investasi yang lebih baik, portofolio akan lebih beragam
dan risiko keuangan berkurang.3. Perusahaan-perusahaan dapat
memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang
merger dan akuisisi.4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas
pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar
global yang berkualitas tertinggi.
Kritik Atas Standar InternasionalInternasionalisasi standar
akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum
pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan
standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas
masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu
sosial, telah memiliki fleksibilitas yang terbangun dengan sendiri
di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi
yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang
dimilikinya.Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar
internasional akan menimbulkan standar yang berlebihan. Perusahaan
harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, sosial, politik,
dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk
memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya
besar. Argumen terkait adalah perhatian politik nasional sering
kali berpengaruh terhadap standar akuntansi dan bahwa pengaruh
politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkan
kompromi standar akuntansi.
D. ARTI REKONSILIASI DAN PENGAKUAN BERSAMA (TIMBAL BALIK)
TERHADAP PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSIDua pendekatan lain yang
diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas
:1. RekonsiliasiMelalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat
menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi
negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara
ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan
ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan
keuangan dilaporkan. Sebagai contoh, Komisi Pasar Modal AS (SEC).
Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan penyusunan
laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang
berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan
bukan gambaran perusahaan yang utuh.2. Pengakuan bersama / timbal
balik / resiprositasPengakuan bersama terjadi apabila pihak
regulator di luar negeri asal menerima laporan keuangan perusahaan
asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara asal.
Resiprositas tidak meningkatkan perbandingan laporan keuangan
lintas Negara dan dapat menimbulkan lahan bermain yang tidak
seimbang yang mana memungkinkan perusahan-perusahaan asing
menerapkan standar yang tidak terlalu ketat bila dibandingkan
dengan yang diterapkan terhadap perusahaan domestik.Sebagai contoh,
Bursa Efek London menerima laporan keuangan berdasarkan GAAP AS
untuk pelaporan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan asing.
Sejalan dengan perdagangan modal maka harmonisasi menjadi penting
terhadap masalah-masalah yang terkait dengan isi dengan isi laporan
keuangan lintas Negara. Pendekatan dilakukan dengan cara
rekonsiliasi, dan pengakuan bersama. Dengan penyeragaman laporan
keuangan yang lengkap berdasarkan prinsip yang berbeda.E.
ORGANISASI YANG MEMPROMOSIKAN HARMONISASI DAN MEMILIKI PERAN
PENTING DALAM PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONALOrganisasi
Internasional Pendorong Harmonisasi Akuntansi, yaitu :1.
International Accounting Standard Board (IASB)2. Komisi Uni Eropa
(EU)3. Organisasi International Komisi Pasar Modal (IOSCO)4.
International Federation of Accountant (IFAC)5. Kelompok Kerja Ahli
Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar
Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of
Accounting and Reporting ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan
Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations
Conference on Trade and Development UNCTAD).6. Kelompok Kerja dalam
Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi
(Kelompok Kerja OEDC)Badan Standar Akuntansi InternasionalSebagai
tanggapanatas kebutuhan harmonisasi standar akuntansi, berbagai
upaya telah dilakukan oleh negara kapitalis. Salah satunya adalah
dengan dengan mendirikanInternational Accounting Standard Committee
(IASC) pada tahun 1973, yang sekarang berubah nama
menjadiInternational Accounting Standard Board(IASB). Jumlah
keanggotaan IASC sampai sekarang meliputi lebih dari 150 organisasi
profesi akuntansi yang berasal dari negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah :1. Merumuskan dan
menerbitkan standar akuntansi sehubungan denganpelaporan keuangan
dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh
dunia.2. Bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar
danprosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.
Sampai sekarang IASB telah mengeluarkan lebih dari 50 standar
akuntansi. Meskipun IASB berhak untuk menetapkan dan mengeluarkan
standar akuntansi, badan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum
untuk memaksakan penerapan standar akuntansi yang dihasilkan. IASC
memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC Consultative Group
yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan
keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat
standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok
ini bertemu secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip
dan hal-hal yang berkaitan dengan peranan IASC.Pembentukan IASC
merupakan salah satu usaha harmonisasi standarakuntansi yaitu untuk
membuat perbedaan-perbedaan antar standar akuntansi diberbagai
negara menjadi semakin kecil. Harmonisasi ini tidak harus
menghilangkan standar akuntansi yang berlaku di setiap negara dan
juga tidak menutup kemungkinan bahwa standar akuntansi
internasional yang disusun oleh IASC diadopsi menjadi standar
akuntansi nasional suatu negara.
Konvergensi IFRSDunia akuntansi saat ini masih disibukkan dengan
adanya standar akuntansi yang baru yaitu Standar Akuntansi Keuangan
Internasional IFRS. Hampir semua negara di dunia beralih ke standar
tersebut, termasuk Indonesia . Isu hangat tentang harmonisasi
standar akuntansi international berhubungan dengan globalisasi
dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak
dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya
perusahaan multi nasional. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya
kebutuhan harmonisasi akan suatu standar akuntansi yang berlaku
secara luas di seluruh dunia. IASC (International Accounting
Standard Commite) sebagai lembaga yang bertujuan merumuskan dan
menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan
dan mempromosikan untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia,
serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standard dan
prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan
keuangan.International Accounting Standards, yang lebih dikenal
sebagaiInternational Financial Reporting Standards(IFRS), merupakan
standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada
penilaian (revaluation) profesional dengandisclosuresyang jelas dan
transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga
mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan
globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara
ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu
standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk
memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar
internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak
pada penerapanrevaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian
aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan
dengan basistrue and fair.
F. PENGERTIAN DAN PENJELASAN DARI IFRSIFRS (Internasional
Financial Accounting Standard) merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan olehInternational Accounting Standar
Board(IASB).Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat
organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional
(IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional
Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional
(IFAC).IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah
suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari
solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan.Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam
laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi
yang:1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan
sepanjang periode yang disajikan.2. Menyediakan titik awal yang
memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.3. Dapat
dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh adanya suatu
perubahan sistem IFRS sebagai standar global yaitu :1. Pasar modal
menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas
tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan
memperbaiki efisiensi alokasi lokal.2. Investor dapat membuat
keputusan yang lebih baik.3. Perusahaan-perusahaan dapat
memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan
akuisisi.4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan
standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang
berkualitas tertinggi.
G. HARMONISASI IFRS DI INDONESIAStandar akuntansi di Indonesia
saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar
akuntansi internasional atauInternational Financial Reporting
Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat
ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted
Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi
IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia
saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi).
Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi
internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di
setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar
akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan
informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam
melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan,
supplier, investor, dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini
memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap
negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara,
perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan
perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi
antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip
akuntansi.
H. SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN PENGADOPSIAN STANDAR AKUNTANSI
INTERNASIONAL DI INDONESIABerikut adalah perkembangan standar
akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang
menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia,
2008).1. Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada
standar Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound
Business Practices) gaya Belanda.2. Sampai Tahun1955: Indonesia
belum mempunyai undang undang resmi / peraturan tentang standar
keuangan.3. Tahun 1974: Indonesia mengikuti standar Akuntansi
Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut dengan prinsip
Akuntansi.4. Tahun 1984: Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan
menjadi standar Akuntansi.5. Akhir Tahun 1984: Standar Akuntansi di
Indonesia mengikuti standar yang bersumber dari IASC (International
Accounting Standart Committee)6. Sejak Tahun 1994: IAI sudah
committed mengikuti IASC / IFRS.7. Tahun 2008: diharapkan perbedaan
PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.8. Tahun 2012 : Mengikuti
IFRS sepenuhnyaPengadopsian Standar Akuntansi Internasional di
Indonesia saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam
proses konvergensi secara penuh denganInternational Financial
Reporting Standards(IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB (International
Accounting Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan dan
pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu
mengacu pada standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Posisi IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan akan
diadopsi pada tahun 2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum
dalam daftar- daftar berikut ini (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia,
2009).
Tabel 1IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31
Desember 20081.IAS 2Inventories
2.IAS 10Events after balance sheet date
3.IAS 11Construction contracts
4.IAS 16Property, plant and equipment
5.IAS 17Leases
6.IAS 18Revenues
7.IAS 19Employee benefits
8.IAS 23Borrowing costs
9.IAS 32Financial instruments: presentation
10.IAS 39Financial instruments: recognition and measurement
11.IAS 40Investment property
Tabel 2IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun
20091.IFRS 2Share-based payment
2.IFRS 4Insurance contracts
3.IFRS 5Non-current assets held for sale and discontinued
operations
4.IFRS 6Exploration for and evaluation of mineral resources
5.IFRS 7Financial instruments: disclosures
6.IAS 1Presentation of financial statements
7.IAS 27Consolidated and separate financial statements
8.IAS 28Investments in associates
9.IFRS 3Business combination
10.IFRS 8Segment reporting
11.IAS 8Accounting policies, changes in accounting estimates and
errors
12.IAS 12Income taxes
13.IAS 21The effects of changes in foreign exchange rates
14.IAS 26Accounting and reporting by retirement benefit
plans
15.IAS 31Interests in joint ventures
16.IAS 36Impairment of assets
17.IAS 37Provisions, contingent liabilities and contingent
assets
18.IAS 38Intangible assets
Tabel 3IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun
20101.IAS 7Cash flow statements
2.IAS 20Accounting for government grants and disclosure of
government assistance
3.IAS 24Related party disclosures
4.IAS 29Financial reporting in hyperinflationary economies
5.IAS 33Earning per share
6.IAS 34Interim financial reporting
7.IAS 41Agriculture
Untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional,
DSAK akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk
memenuhi kebutuhan nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi
keuangan untuk transaksi syariah, dengan semakin berkembangnya
usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual untuk
akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa
prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan
suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan
konseptual.Revisi terbaru PSAK yang mengacu pada IFRS Sejak
Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi
denganInternational Accounting Standards(IAS) danInternational
financial reporting standards(IFRS). 5 butir PSAK yang telah
direvisi tersebut antara lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30
(ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif sejak 1 Januari
2008), PSAK No. 50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang
berlaku efektif sejak 1 Januari 2009).1. PSAK No. 13 (revisi 2007)
tentang Properti Investasi yang menggantikan PSAK No. 13 tentang
Akuntansi untuk Investasi (disahkan 1994).2. PSAK No. 16 (revisi
2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994) : Aktiva
Tetap dan Aktiva Lain-lain dan PSAK 17 (1994) Akuntansi
Penyusutan.3. PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan
PSAK 30 (1994) tentang Sewa Guna Usaha.4. PSAK No. 50 (revisi 2006)
tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang
menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu.5. PSAK No. 55
(revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
yang menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas
Lindung Nilai.Kelima PSAK tersebut dalam revisi terakhirnya
sebagian besar sudah mengacu ke IAS/IFRS, walaupun terdapat sedikit
perbedaan terkait dengan belum diadopsinya PSAK lain yang terkait
dengan kelima PSAK tersebut. Dengan adanya penyempurnaan dan
pengembangan PSAK secara berkelanjutan dari tahun ke tahun, saat
ini terdapat tiga PSAK yang pengaturannya sudah disatukan dengan
PSAK terkait yang terbaru sehingga nomor PSAK tersebut tidak
berlaku lagi, yaitu :1. PSAK No. 9 (Revisi 1994) tentang Penyajian
Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek pengaturannya disatukan
dalam PSAK No. 1 (Revisi 1998) tentang Penyajian Laporan
Keuangan.2. PSAK No. 17 (Revisi 1994) tentang Akuntansi Penyusutan
pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang
Aset Tetap.3. PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan
(1994) pengaturannya disatukan dalam PSAK No. 19 (Revisi 2000)
tentang Aset Tidak Berwujud.
PSAK Yang Sedang Dalam Proses RevisiIkatan Akuntan Indonesia
merencanakan untuk konvergensi dengan IFRS mulai tahun 2012, untuk
itu Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sedang dalam proses
merevisi 3 PSAK berikut (Sumber: Deloitte News Letter, 2007):1.
PSAK 22:Accounting for Business Combination, which is revised by
reference toIFRS 3 : Business Combination;2. PSAK 58:Discontinued
Operations, which is revised by reference to IFRS 5 : Non-current
Assets Held for Sale and Discontinued Operations;3. PSAK
48:Impairment of Assets, which is revised by reference to IAS 36 :
Impairment of Asset;Berikut adalah program pengembangan standar
akuntansi nasional oleh DSAK dalam rangka konvergensi dengan IFRS
(Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008):1. Pada akhir 2010
diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK.2. Tahun 2011
merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS.3. Tahun 2012
merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas
publik. Namun IFRS tidak wajib diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan local yang tidak memiliki akuntabilitas
publik.
Efek penerapanInternational Accounting Standard(IAS) terhadap
Laporan Keuangan. Beberapa penelitian di luar negeri telah
dilakukan untuk menganalisa dan membuktikan efek penerapan IAS
(IFRS) dalam laporan keuangan perusahaan domestik. Penelitian itu
antara lain dilakukan oleh Barth, Landsman, Lang (2005), yang
melakukan pengujian untuk membuktikan pengaruh Standar Akuntansi
Internasional (SAI) terhadap kualitas akuntansi. Penelitian lain
dilakukan oleh Marjan Petreski (2005), menguji efek adopsi SAI
terhadap manajemen perusahaan dan laporan keuangan. Hung &
Subramanyan (2004) menguji efek adopsi SAI terhadap laporan
keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian ini memberikan
bukti bahwa total aktiva, total kewajiban dan nilai buku ekuitas,
lebih tinggi yang menerapkan IAS disbanding standar akuntansi
Jerman, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan dan
laba bersih yang didasarkan atas Standar Akuntansi Internasional
dan Standar Akuntansi Jerman. Adopsi SAI juga berdampak pada rasio
keuangan, antaralain rasio ROE, RAO, ATO, rasio LEV dan PM, rasio
nilai buku terhadap nilai pasar ekuitas, rasio Earning to
Price.
I. HARMONISASI IFRS DI AUSTRALIAAdopsi IFRS telah dilakukan di
beberapa negara, di antaranya di Uni Eropa yang mengharuskan semua
perusahaan yang terdaftar di bursa harus menyiapkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS (SG-007), sedang di Inggris
standar yang menyerupai IFRS diperlukan untuk menghindari masalah
tentang perusahaan yang terdaftar dan yang tidak terdaftar di bursa
dan IFRS dianggap sebagai suatu tantangan, yang pada akhirnya
menyambut baik IFRS untuk mengurangi perbedaan antara standar
akuntansi di Inggris dan IFRS (Fearnley dan Hines, 2003).Keputusan
untuk mengadopsi IFRS di Australia berawal dari diputuskannya
mengadopsi IFRS mulai dari 1 januari 2005 yang merupakan keputusan
pada tahun 2002. Seiring dengan jadwal European Union (EU) untuk
pengadopsian IFRS. IFRS 2004 yang merupakan platform stabil
diadopsi.
Manfaat mengadopsi IFRS bagi Australia adalah :1. Membantu
menarik modal ke Australia = menurunkan biaya modal.2. Biaya lebih
rendah bagi pelapor, auditor dan pemakai laporan keuangan dari
entitas multinasional (tidak perlu susun ulang).3. Mengisi
kesenjangan dalam AGAAP, misalnya yang berhubungan dengan instrumen
keuangan.
Biaya:1. Hilangnya pedoman yang ada di AGAAP, misalnya pedoman
akuntansi untuk imbalan yang diterima karyawan.2. Pengenalan metode
akuntansi opsional = komparabilitas berkurang.3. Kehilangan
kebebasan untuk membangun set standar yang terpisah untuk entitas
non-nirlaba.4. Biaya-biaya sehubungan dengan penerapan
perubahan.
Proses pengadopsian IFRS :1. Proses penggabungan dimulai di
tahun 1996, mencapai puncaknya di tahun 2002 ketika Australian
Convergence Handbook(Buku Pegangan Konvergensi Australia)
diterbitkan.2. Di tahun 2002, jurang perbedaan antara IFRS dan
AGAAP telah jauh berkurang.
Pada tahun 2002, perbedaan utama yang masih ada antara IFRS dan
AGAAP adalah:1. IFRS lebih komprehensif sehubungan dengan akuntansi
untuk instrumen keuangan dan imbalan pasca-kerja.2. GAAP lebih
komprehensif sehubungan dengan akuntansi untuk asuransi, kegiatan
pertambangan, aktiva tak berwujud, dan kerangka kerja.3. Setiap
standar IFRS dipaparkan dalam bentukExposure Draftoleh AASB, yang
meminta komentar apakah standar akan berdampak positif bagi ekonomi
Australia.4. Waktu yang cukup disediakan bagi yang berkepentingan
untuk mengenal konsep IFRS dan membangun sistem yang sesuai proses
selesai pada Juli 2004.5. Kebanyakan entitas memiliki 2 tahun untuk
menerapkan IFRS secara umum neraca tahunan yang terdampak adalah
per 30 Juni 2006.6. April 2004, untuk membantu proses pengadopsian,
AASB menerbitkan AASB 1047Disclosing the Impacts of Adopting
Australian Equivalents to IFRS(Pencatatan Dampak akan Pengadopsian
Standar Australia setara dengan IFRS).7. AASB 1047 mengharuskan
entitas untuk mencatatkan dampak yang relevan bagi tahun sebelum
tahun adopsi dalam laporan keuangan mereka biasanya tahun yang
berakhir 30 Juni 2005.8. IFRS 4Insurance Contracts(Kontrak
Asuransi) danIFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral
Resources(Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral) masih
mempertahankan fitur-fitur penting dari AGAAP yang berhubungan
dengan Asuransi dan Aktivitas Pertambangan.
Dampak IFRS atas laporan keuangan :1. Penerusan biaya eksplorasi
masih ok, namun dengan kriteria yang sedikit berbeda dari AGAAP
aslinya.2. Derivatif (produk turunan) kebanyakan entitas, termasuk
bank, harus mengidentifikasi dan menilai fair value (harga wajar)
dari derivative.3. Penurunan nilai harta finansial, terutama dalam
buku pinjaman berubah dari model dinamis ke model kerugian yang
timbul.4. Kontrak asuransi faktor bunga berubah ke risk free (bunga
bebas resiko) dan uji kelayakan liabilitas asuransi
diperkenalkan.5. Pertanian tak banyak perubahan beberapa isu
sehubungan dengan harta biologis masih ada, misalnya sehubungan
dengan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.6. Pemulihan penilaian
atas aktiva tak berwujud (termasuk merek).
Setelah dilakukan harmonisasi IFRS dengan standar akuntansi di
Australia, hasil yang diperoleh adalah :1. Laporan keuangan entitas
Australia lebih banyak dimengerti di seluruh dunia.2. Sinergi dalam
persiapan, audit dan kajian laporan keuangan Australia untuk
entitas yang merupakan bagian dari kelompok multinasional.3. Biaya
awal sehubungan dengan proses adopsi, terutama untuk penerapan IAS
39 untuk entitas seperti bank dan perusahaan asuransi.4. IFRS terus
mengalami perubahan - kebanyakan perubahan ini didorong oleh
hal-hal yang tidak berlaku bagi Australia.5. Isu akuntansi yang
relevan untuk Australia mungkin bukanlah prioritas global, misalnya
seperti Aktivitas Pertambangan, dan Laba Rugi versus Pendapatan
Lain-Lain (Other comprehensive income).6. Adopsi IFRS menyoroti
kekhawatiran akan pengungkapan yang berlebihan.
J. HARMONISASI IFRS DI SINGAPURADi Singapura adopsi penuh
Standar Akuntansi Internasional tidaklah menjadi masalah. Regulator
di negara ini telah meminta perusahaan di Singapura untuk
mengikutiSingapore Reporting Standards(FRS) mulai 1 Januari 2003
dan FRS sendiri diadopsi dari AIS. Sampai April 2005 Singapura
telah mengadopsi semua Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan
olehIASB, kecuali AIS No.40 tentangInvestment Property, yang
direvisi oleh IASB dan berlaku pada 1 Januari 2005, sehingga untuk
hal tersebut Dewan Standar Singapura memberlakukan secara efektif
pada 1 Januari 2007.
K. PENDEKATAN BARU UNI EROPA DAN KAITANNYA DENGAN INTEGRASI
PASAR KALANGAN EROPAKomisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk
bergerak secara tepat dengan maksud untuk memberikan sinyal yang
jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk melakukan
pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan
tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga
menekankan agar EU memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan
standar internasional, yang menawarkan solusi paling efisien dan
cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang
beroperasi dalam skala internasional.Pada tahun 2000, EC mengadopsi
strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal yang menarik dari
strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang
tercatat dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi
dan SME (perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusun
akun-akun konsolidasi sesuai dengan IFRS.
BAB IIIPENUTUP
KESIMPULANOperasi bisnis dan pasar modal yang bersifat global
menuntut adanya standar yangbersifat global pula. Oleh karenanya
beberapa organisasi di dunia sepakat membentuk Standar Akuntansi
Internasional(International Accounting Standards/AIS)yang kini
menjadiInternational Financial Reporting Standard(IFRS)untuk
memenuhi kebutuhan bisnis dan keuangan yang bersifat
internasional.Adanya IFRS banyak mendapat penolakan yang disebabkan
karena latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis tiap
negara,dan perbedaan kebutuhan dari pemakai laporan keuangan.
Meskipun banyak penolakan tetapi banyak pula tekanan untuk
mengadopsi IFRS, dengandemikian perlu ada yang menjembatani agar
Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan IFRS yaitu dengan
melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya
harmonisasi bahkan konvergensiterhadapIFRS makadiharapkan informasi
akuntansi memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan
relevansi. Kualitas tersebutsangat diperlukan untuk memudahkan
perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk pengambilan
keputusan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arja Sadjiarto. 1999. Akuntansi Internasional: Standarisasi
Versus Harmonisasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2):
144-161.Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek.
1999.InternationalChoi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller,
2005., Akuntansi Internasional Buku 1, Edisi 5., Salemba Empat,
Jakarta.Harmonization: Cautions From The Australian
Experience.Meek, Gary. and Saudagaran S. (1990). A Survey of
Research on Financial Reporting in aTransnational Context.Journal
of Accounting Literature,9, pp. 145-182.Alhashim, D.D. (1982).
International Dimensions in Accounting and Implications
forDeveloping Nations.Management International Review($th Quarter),
pp. 4-11.