DAMPAK PENGGUNAAN PONSEL TERHADAP PERUBAHAN POLA KOMUNIKASI
MASYARAKAT JAWA BARAT
Oleh : Dra.Hildawati NIP.050028606
DITERBITKAN OLEH DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA BADAN
LITBANG SDM BALAI PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN INFORMASI WILAYAH III
BANDUNG JL. Padjadjaran No.88 Bandung, Telp (022) 6017493, Fax
(022) 6021740 http:/www.bppi bandung.com, e-mail :
[email protected]
1
ABSTRAK
Menjelang pergantian abad ini dunia ditandai oleh fenomena
kemajuan teknologi komunikasi. Fenomena ini oleh Toffler di sebut
sebagai kebangkitan masyarakat informasi, sedangkan Rogers
menandainya sebagai era komunikasi interaktif. Kondisi ini jelas
membawa dampak dalam kehidupan masyarakat. Dampak sosial era
informasi dapat menyangkut masalah kesenjangan kelas sosial,
peluberan informasi, penetrasi budaya, dan lain-lain. Masalah ini
perlu dikaji secara mendalam untuk mencegah hal-hal yang tidak
diingini. Kata kunci : Teknologi komunikasi Masyarakat informasi
sosial Kesenjangan kelas sosial
-
2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sejak pertengahan abad ke-20 sampai saat ini
dunia dilanda perkembangan teknologi yang sangat deras, penemuan
silih berganti menghiasi kehidupan masyarakat modern. Pendorong
utama terjadinya perubahan sosial adalah perkembangan teknologi.
Hal ini sesuai dengan tesis Ogburn (Bertrand, 1967) Inovasi
teknologi penting sebagai penyebab terjadinya perubahan, sedangkan
bidang sosial dan kebudayaan cenderung tertinggal dengan
inovasi-inovasi tersebut, dan inovasi teknologi menjadi pendorong
terjadinya perubahan sosial. Dalam masyarakat proses ini dikenal
sebagai proses modernisasi. Perkembangan teknologi abad ini telah
menempatkan teknologi komunikasi sebagai primadona utamanya. Tidak
ada teknologi yang begitu nyata berkembang dan berpengaruh dalam
kehidupan selain teknologi komunikasi. Paisley (Rogers, 1986)
menyatakan Perubahan teknologi telah menempatkan komunikasi di
garis depan revolusi sosial. Perkembangan teknologi komunikasi
nampak dalam penemuan-penemuan elektronik. Ponsel contohnya, secara
canggih dan cepat berkembang melebihi penemuanpenemuan teknologi
lainnya. Selain itu, sarana-sarana telekomunikasi turut berkembang
pesat seperti faximile, teleks, dll. Kemajuan tersebut mencapai
puncaknya saat teknologi komunikasi elektronika menyatu dengan
perkembangan komputer. Kenyataan ini melahirkan komunikasi
interaktif antara komputer seperti internet, buletin komputer,
buletin ponsel, videoteks, teleks, telekonfrensi, dll. Selain itu
kemudahankemudahan lain seperti kartu kredit, kartu ATM, CD-Room
menjadi trend masyarakat terutama di kota-kota. Saat ini dan di
masa-masa mendatang komunikasi dan informasi secara cepat, canggih
dan nyaman dengan menggunakan ponsel mengunjungi khalayak sampai ke
kamar tidur tanpa pembatas apa-apa. Bahkan batas antar negara pun
tak mampu membendung arus informasi komunikasi. Masalahnya sampai
di mana penggunaan ponsel memberi dampak sosial terhadap perubahan
pola komunikasi. Penggunaan ponsel di tengah kehidupan masyarakat
Jawa Barat membawa dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan
pola komunikasi masyarakat yang tadinya lambat sekarang menjadi
sangat pesat, di mana penggunaan pesawat telepon di rumah kini
berubah dengan menggunakan ponsel yang dapat dilakukan di mana pun
berada. Penggunaan surat menyurat yang mengalami proses panjang dan
memakan waktu dapat digantikan oleh SMS yang tersedia melalui
ponsel, dengan waktu singkat pesan yang kita kirim akan segera
sampai dan memakan biaya yang murah disamping bisa mendapat
respon/balasan seketika itu juga. Sehingga penggunaan ponsel saat
ini merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
masyarakat karena berbagai fasilitas yang tersedia di ponsel
tersebut sesuai dengan merk yang dipilih/digunakan. Namun 3
kehadiran ponsel di tengah masyarakat juga menimbulkan dampak
positif dan negatif. Adapun dampak positifnya mempermudah
komunikasi di mana pun dan kapanpun disamping itu fasilitas yang
tersedia di ponsel seperti SMS, alat foto, alat perekam dan masih
banyak lagi dapat mengurangi cost yang harus kita keluarkan dalam
arti adanya ponsel dengan berbagai fasilitas, efisiensi biaya dapat
ditekan, bahkan dengan ponsel, masyarakat dapat melakukan transaksi
perbankkan melalui telepon banking yang disediakan tiap-tiap bank,
dan masih banyak lagi nilai positif yang diperoleh melalui ponsel
yang kita miliki, makin banyak fasilitas dan kemudahan yang kita
peroleh. Dampak negatif yang ditimbulkan ponsel antara lain
berkurangnya masyarakat untuk beranjangsono, baik kepada orang tua
maupun keluarga atau melunturnya budaya sowan/mudik. Padahal
kehadiran fisik seseorang tidak bisa menggantikan betapa canggihnya
alat komunikasi. Disamping itu banyak kejahatan yang dilakukan
melalui SMS dengan dalih yang bermacam-macam sehingga banyak
pemilik ponsel terkecoh oleh isi SMS yang tujuannya menipu.
Disamping itu dampak yang sangat berpengaruh di lingkungan remaja
adalah banyaknya gambar pornografi yang beredar melalui pengiriman
foto-foto/MMS melalui ponsel, dan keadaan ini tidak dapat
dibendung/dicegah akibat kemajuan teknologi yang begitu pesat.
Meskipun demikian masyarakat sangat menggandrungi kehadiran ponsel
dengan berbagai merk yang ada, bahkan mereka berlomba-lomba
memiliki ponsel dengan berbagai merk, hal ini barangkali masyarakat
terpicu oleh gurauan dari salah satu iklan televisi yang
menggelitik masyarakat Hari gini nggak punya HP. Era informasi
harus diterima dengan tangan terbuka sebagai kemajuan tanpa
mengabaikan dampaknya. Dampak tersebut dapat berupa kesenjangan
kelas sosial, pengangguran, peluberan arus informasi, penetrasi
budaya, dan gejala psikososial masyarakat yang kompleks. Kehadiran
komputer, televisi dan khususnya ponsel membuat orang lebih
individualistis. Mereka dapat bekerja, menghibur diri, belajar dan
mendapatkan informasi sendiri tanpa bantuan orang lain. Kondisi ini
mengurangi intensitas hubungan manusia yang dapat membuat manusia
merasa terasing. Hal ini sering kali mengakibatkan banyak anggota
masyarakat menderita gejala stress (Jurnal Komunikasi No.1; 1998).
Untuk mengetahui ada tidaknya dampak kehadiran ponsel terhadap
perubahan pola komunikasi masyarakat Jawa Barat, diperlukan suatu
upaya dengan melakukan penelitian. B. C. Rumusan Masalah Bagaimana
pola komunikasi masyarakat dalam berkomunikasi sebelum ada ponsel
Bagaimana pola komunikasi masyarakat dalam berkomunikasi setelah
menggunakan ponsel Tujuan Penelitian Untuk mengetahui berkomunikasi
kebiasaan masyarakat dalam
4
D. E. -
Untuk mengetahui pola komunikasi masyarakat dalam berkomunikasi
setelah memakai ponsel Kegunaan Penelitian Sebagai bahan masukkan
bagi pengelola jaringan ponsel dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat Batasan Konsep Dampak atau efek adalah perilaku
seseorang yang berbeda dari yang biasa dilakukan sebelumnya sebagai
akibat dari komunikasi. Dengan kata lain efek/dampak komunikasi
adalah perubahan pengalaman yang telah kita simpan dalam sistem
pusat syaraf kita (Hanafi, 1984 : 137-139) Ponsel : sarana
komunikasi yang dapat digunakan di mana pun berada sebagai sarana
komunikasi yang cepat dan canggih yang menggunakan pulsa Pola
komunikasi : bentuk komunikasi yang berlaku di masyarakat
-
F.
Kerangka Teori Dampak Media Komunikasi Komunikasi memiliki
pengertian yang beragam menurut Effendy, secara etimologis
komunikasi berasal dari bahasa latin communcatio yang bersumber
dari kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna
yaitu sama makna mengenai sesuatu hal. Jadi komunikasi akan
berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan (Effendy,
1992 : 5). Lebih lanjut Effendy mengartikan komunikasi secara
paradigmatis yaitu komunikasi adalah penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitakan atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan ataupun tak
langsung melalui media. Jadi secara paradigmatis, pengertian
komunikasi tersimpul tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap
(attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Effendy,
1992 : 5). Sementara itu dalam bukunya Susanto menjelaskan, bahwa
komunikasi adalah sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang
yang mengandung arti (Susanto, 1997 : 3). Dengan demikian
terjadinya komunikasi itu melalui adanya media, oleh karena media
massa merupakan alat untuk menyampaikan pesanpesan yang melibatkan
mekanisme untuk menjumpai audience yang luas. Pesan-pesan yang
disampaikan melalui berbagai media komunikasi dapat menimbulkan
efek tertentu kepada masyarakat. Efek atau dampak tersebut menurut
Effendy dapat diklarifikasi menjadi 3 efek kognitif, efek afektif,
dan efek behavioral. Dampak kognitif adalah yang timbul pada
komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat
intelektualitasnya. Dampak afektif adalah dampak yang bukan sekedar
supaya komunikan tahu tetapi supaya komunikan tergerak hatinya,
menimbulkan perasaan tertentu. Dampak behavioral yaitu dampak yang
timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau
kegiatan (Effendy, 1992 : 7). 5
Berkaitan dengan efek komunikasi Hanafi mengemukakan bahwa makna
efek/dampak komunikasi yang paling umum adalah seseorang melakukan
sesuatu berbeda dari yang biasa dilakukan sebelumnya sebagai akibat
dari komunikasi. Dengan kata lain efek komunikasi adalah perubahan
pengalaman yang telah kita simpan dalam sistem pusat syaraf kita
(Hanafi, 1984 : 137-139). G. Operasional Variabel Untuk mempermudah
penganalisaan dapat kita lihat pada berbagai hal antara lain : a.
Varibel X : *Penggunaan ponsel Indikator : - Kepemilikan ponsel -
Penggunaan ponsel - Frekuensi penggunaan ponsel - Sasaran
(komunikan) *Bagaimana cara berkomunikasi Indikator : - Langsung -
SMS - Missed Call b. Variabel Y : *Perubahan pola komunikasi
masyarakat - Sikap sebelum dan sesudah menggunakan ponsel -
Pengetahuan sebelum dan sesudah menggunakan ponsel - Perilaku
sebelum dan sesudah menggunakan ponsel Metodologi Penelitian Dalam
penelitian sosial, metode mencakup 3 teknik penelitian yaitu teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data dan analisis data. 1.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposif sampel yaitu pengambilan sampel terhadap pemilik
ponsel sebanyak 96 responden yang berada di kota Bogor Jawa
Barat.
H.
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian
digunakan teknik penyebaran angket dan wawancara. 3. Teknik
Analisis Data Dalam melakukan analisis data peneliti menggunakan
teknik deskriptif analisis, wujud analisa akan berupa tabel
frekuensi dan persentase I. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian
akan dilaksanakan di SMA Regina Pacis Bogor, dengan alasan sekolah
tersebut merupakan sekolah favorit yang ada di kota Bogor, dengan
asumsi bila sekolah favorit kecenderungan siswa orang berada dan
memiliki ponsel.
6
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan
di kota Bogor dengan responden siswa sekolah Regina Pacis yang
duduk di tingkat bangku sekolah lanjutan atas (SMA). Sekolah Regina
Pacis ini terletak di Jl. IR.Juanda Bogor yang termasuk di
Kecamatan Bogor Tengah. Adapun jumlah siswa di SMU ini sebanyak 810
siswa yang terdiri kelas I ada 7 kelas, begitu juga kelas II dan
kelas III. Masing-masing tingkatan ada 7 kelas, setiap kelas dihuni
oleh 40 orang siswa. Dari jumlah siswa yang ada kebanyakan wanita
dengan jumlah 425 orang dan sisanya sebanyak 385 siswa laki-laki.
Sekolah Regina Pacis memiliki berbagai fasilitas sekolah yang
lengkap dan memadai, seperti laboraturium fisika/kimia,
laboraturium bahasa yang lengkap dengan perangkat komputer dan
fasilitas internet, serta sarana olahraga yang lengkap. Kelengkapan
sarana sekolah yang memadai ini yang menjadikan sekolah Regina
Pacis berhasil meraih berbagai prestasi baik di tingkat daerah
maupun nasional, sehingga sekolah ini menyandang sekolah favorit di
Jawa Barat terutama di kota Bogor. Ditunjang dengan status para
siswanya termasuk strata menengah ke atas di kota Bogor. Predikat
dan prestasi yang diraih sekolah Regina Pacis inipun tidak luput
dari status pendidikan para guru yang rata-rata tingkat
pendidikannya D3 dan S1, dengan jumlah guru yang memadai yaitu
sebanyak 70 orang guru. Pendidikan yang rata-rata dimiliki para
guru inipun berpengaruh terhadap mutu pendidikan dan prestasi yang
diraih para siswa di sekolah Regina Pacis ini. Sekolah ini dipilih
sebagai populasi dalam penelitian karena berbagai predikat yang
dimiliki, disamping strata siswa rata-rata menengah ke atas
sehingga dengan asumsi mereka menggunakan ponsel.
7
BAB III PEMBAHASAN I. IDENTITAS RESPONDEN Seperti telah
dikemukakan pada bab terdahulu bahwa penelitian ini dilaksanakan
guna mengetahui dampak penggunaan ponsel pada pola komunikasi
masyarakat Jawa Barat. Adapun yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah para siswa sekolah Regina Pacis yang ada di
kota Bogor, yang memiliki dan menggunakan ponsel. Maka dalam bab
ini, akan penulis uraikan tentang sejumlah data hasil penelitian
yang diperoleh dari para responden. Sampel penelitian ini diambil
dengan menggunakan teknik sampling Purposive Sampling yakni
menentukan sampel yang dianggap memenuhi syarat. Adapun syarat
sample yang penulis tentukan adalah siswa kelas 1, 2, dan 3 yang
memiliki ponsel dan menggunakannya. Adapun alasan penulis memilih
sampel siswa SMA Regina Pacis adalah karena sekolah tersebut
mempunyai banyak prestasi dan menyandang predikat sekolah favorit
dan kebanyakan dari kalangan menengah ke atas, sehingga rata-rata
mereka diasumsikan memiliki dan menggunakan ponsel. Sesuai hasil
penyebaran angket penelitian sebanyak 120 eksemplar dengan
pembagian tiap kelas 40 responden, ternyata berdasarkan seleksi
yang dilakukan terhadap 24 angket tidak memenuhi persyaratan dan
jawaban tidak valid, sehingga ditetapkan hanya 96 responden yang
memenuhi untuk dapat dianalisis, sebagai data representatif seperti
di bawah ini : A. Jenis Kelamin Tabel 1 Jenis Kelamin Responden No.
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Jumlah n=96 Sumber : Hasil
angket f 42 54 96 % 43,7 56,3 100
Ternyata dari responden yang ada kebanyakan siswa wanita
sebanyak 54 orang (56,3%) menggunakan ponsel ini terlihat bahwa
dalam mengoperasikan ponsel diperlukan ketelatenan seperti pada
pengiriman SMS sehingga bila dibanding siswa wanita ternyata siswa
laki-laki yang menggunakan ponsel lebih sedikit jumlahnya 42 orang
(43,7%), barangkali disini untuk siswa yang masih duduk dibangku
kelas I ponsel belum merupakan kebutuhan yang mendesak bila
dibanding dengan siswa kelas II dan III yang intensitas penggunaan
ponsel lebih tinggi terutama siswa 8
wanitanya, dan untuk mengetahui usia masing-masing responden
dapat dilihat pada tabel di bawah ini : B. Usia Responden Tabel 2
Usia Responden No. 1. 16 tahun 2. 17 tahun 3. 18 tahun Usia f 29 37
30 96 % 30,20 38,55 31,25 100
Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket
Dalam tabel 2 terlihat usia rata-rata siswa yang dijadikan
responden ternyata sebanyak 29 orang (30,20%) berusia 16 tahun ini
barangkali usia yang dimiliki para siswa yang duduk di kelas I dan
memang idealnya usia tersebut dimiliki oleh siswa yang duduk di
kelas I memang ada juga satu dua orang yang berusia di atas 16
tahun, namun bila dilihat dari perolehan data ternyata yang berusia
17 tahun terdapat 37 orang (38,55%) dan mereka ini kebanyakan siswa
kelas II sedangkan yang berusia 18 tahun ada sebanyak 30 orang
(31,25%) yang duduk di kelas III. Dengan demikian pada usia
berkisar 16 s/d 18 tahun memang merupakan usia ideal yang dimiliki
siswa pada tingkat Sekolah Lanjutan Menengah Atas (SMA), jadi tak
heran bila usia responden rata-rata berkisar pada usia tersebut.
II. MEDIA KOMUNIKASI A. Telepon Rumah Dari responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini ternyata semuanya memiliki telepon di
rumahnya hal ini dapat terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 3
Kepemilikan Telepon Rumah No. Uraian 1. Punya telepon 2. Tidak
punya Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket f 96 0 96 % 100 0 100
Ternyata seluruh responden yang menjadi sampel memiliki telepon
rumah, hal ini membuktikan betapa pentingnya saluran komunikasi ini
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari meskipun mempunyai
kepentingan yang beraneka ragam dan untuk mengetahui telah berapa
lama mereka memiliki telepon rumah dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini : 9
Tabel 4 Lamanya Memiliki Telepon Rumah No. Uraian 1. Kurang dari
1 tahun 2. Lebih dari 1 tahun Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket F
12 84 96 % 12,5 87,5 100
Dari tabel di atas 84 orang (87,5%) responden memiliki telepon
rumah sudah lebih dari 1 tahun lamanya, ini menunjukan intensitas
mereka dalam komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang mendasar
dengan mengutarakan kepemilikan telepon lebih dari 1 tahun yang
lalu, sedangkan bagi 12 orang (12,5%) responden yang baru kurang
dari 1 tahun memiliki telepon rumah, barangkali di daerah mereka
tinggal baru terpasang jaringan telepon rumah dan bisa juga mereka
tinggal di komplek perumahan yang baru dibuka, sehingga baru
memperoleh atau memiliki telepon rumah kurang dari 1 tahun, dan
untuk mengetahui berapa lama mereka menggunakan telepon dalam 1
hari dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 5 Penggunaan
Telepon Dalam 1 Hari No. Uraian 1. Kurang dari 1 jam 2. Lebih dari
1 jam Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket f 88 8 96 % 91,67 8,33
100
Dari data tabel di atas terlihat 88 orang (91,67%) responden
menggunakan telepon rumah kurang dari 1 jam, hal ini barangkali
para siswa hanya menggunakan pada saat-saat tertentu seperti pada
waktu malam hari atau siang hari karena pulsa yang mereka miliki di
ponselnya habis atau memang mereka sudah tahu penghematan biaya
pembayaran telepon rumah karena ada aturan yang diberikan oleh para
orang tuanya agar pemakaian telepon sedapat mungkin untuk hal-hal
yang penting saja, beda dengan mereka yang menggunakan telepon
lebih dari 1 jam dalam sehari, mungkin mereka memang tergolong
orang berada dan di rumahnya dapat bebas memakai telepon kapan pun
mereka mau, meskipun disini hanya 8 orang (8,33%) jumlahnya, namun
dapat pula mereka tidak mau menghamburkan pulsa ponselnya dalam
berkomunikasi, sehingga lebih memanfaatkan telepon di rumahnya, dan
untuk mengetahui frekuensi penggunaan telepon baik yang kurang dari
1 jam dalam 1 hari atau pun lebih dari 1 jam dalam 1 hari dapat
dilihat pada tabel berikut : 10
Tabel 6 Frekuensi Penggunaan Telepon/hari No. Uraian 1. 1 kali
2. 2 kali 3. Lebih dari 2 kali Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket f
38 33 25 96 % 39,58 34,37 26,04 100
Meskipun hampir 90 % menggunakan telepon rumah hanya kurang dari
1 jam dalam sehari namun penggunaannya dalam kurun dari 1 jam /
kurang dari 1 jam bisa digunakan hanya 1 kali sebanyak 38 orang
(39,58%) ini mungkin mereka hanya menggunakan bila ada keperluan
yang mendesak, meskipun ada sebanyak 33 orang (34,37%)
menggunakannya dalam 2 kali ini bisa termasuk yang menggunakanya
kurang dari 1 jam dalam sehari atau bahkan bisa termasuk yang
menggunakan lebih dari 1 jam dalam 1 hari, sedangkan untuk 25 orang
(26,04%) menggunakan telepon bisa lebih dari 2 kali baik yang
pemakaiannya kurang dari 1 jam atau lebih dari 1 jam, semua ini
dapat dimungkinkan karena setiap individu memiliki kepentingan yang
berlainan sesuai kebutuhannya. Untuk mengetahui berapa pembayaran
telepon setiap bulannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7 Biaya Telepon/Bulan No. Uraian 1. Kurang dari Rp 50.000,2.
Lebih dari Rp 50.000,Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket f 18 78 96 %
18,75 81,25 100
Dari tabel di atas ternyata dari jumlah responden yang ada
sebanyak 18 orang (18,75%) biaya pengeluaran/bulan untuk membayar
telepon kurang lebih Rp 50.000,- barangkali responden ini termasuk
yang menggunakan telepon perhari kurang dari 1 jam atau mereka
hanya khusus untuk menerima saja dan sekali-kali memakainya atau
memang mereka telah memplot dana untuk telepon sebesar Rp 50.000,-
belum termasuk abudemennya, sedangkan sebanyak 78 orang (81,25%)
responden menyatakan pengeluaran untuk telepon rata-rata di atas Rp
50.000,- tidak termasuk bayar abudemen, mereka ini digolongkan pada
orang yang penggunaan teleponnya tidak dibatasi dalam pemakaiannya
tergantung kebutuhan mereka. Dari uraian semua tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa pemakaian telepon rumah pada saat ini tidak
terlalu dominan dilakukan terbukti dari 11
penggunaan telepon dan frekuensi pemakaian serta biaya yang
mereka keluarkan masih terlihat pada batas kewajaran tidak ada yang
mencolok biaya yang mereka keluarkan dengan keperluan yang mereka
lakukan melalui telepon di rumah. B. Surat Menyurat Dari kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh para siswa disamping menggunakan
telepon rumah, mereka ada kalanya menggunakan komunikasi dengan
surat menyurat, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini : Tabel 8 Pernah Tidaknya Melakukan Surat Menyurat No. 1.
2. 3. 4. Uraian Pernah Sering Jarang Tidak pernah Jumlah F 60 18 14
4 96 % 62,50 18,88 14,58 4,04 100
n=96 Sumber : Hasil angket Dari jumlah siswa yang menjadi
responden ternyata sebanyak 60 orang (62,50%) pernah berkirim surat
baik kepada sanak saudaranya ataupun kepada temannya, disamping
menulis surat juga diajarkan pada pelajaran Bahasa Indonesia,
sedangkan sebanyak 18 orang sampai saat ini masih sering melakukan
surat menyurat (18,88%), saat ini masih sering melakukan surat
menyurat dengan temannya yang ada dibelahan dunia lain/luar negeri,
karena kalau lewat telepon biayanya mahal, maka salah satu cara
agar silaturahmi tidak terputus melalui surat. Adapun yang jarang
menulis surat sebanyak 14 orang (14,58 %) mereka ini menganggap
dengan surat tidak praktis dan memakan waktu yang lama bahkan ada
kalanya surat tidak sampai dan susah dilacaknya. Sebanyak 4 orang
(4,04%) responden menyatakan tidak pernah berkirim surat, hal ini
dimungkinkan bahwa siswa tersebut tidak tahu prosedur berkirim
surat atau memang malas, dan untuk mengetahui berapa kali frekuensi
mereka menulis surat dalam satu bulan dapat dilihat pada tabel
bawah ini : Tabel 9 Frekuensi Menulis Surat dalam Sebulan No.
Uraian 1. Satu bulan sekali 2. Lebih dari 1 kali dalam sebulan
Jumlah n=96 f 68 28 96 % 70,83 29,17 100
12
Sumber : Hasil angket Dari tabel di atas ternyata sebanyak 68
orang (70,83%) responden dalam sebulan hanya sekali berkirim surat
itu pun ditujukan kepada teman yang tinggal di belahan dunia lain
dan juga kepada kakek dan neneknya yang tinggal di kota lain yang
tidak memiliki sarana komunikasi seperti telepon dirumahnya, di
samping itu pula mereka berkirim surat karena punya sahabat pena
yang mereka kenal lewat majalah/surat kabar. Bagi sejumlah
responden 28 orang (29,17%) melakukan kgiatan menulis surat lebih
dari satu kali dalam sebulan, barangkali tempat/alamat yang mereka
tuju belum terjangkau sarana komunikasi karena di daerah terpencil
atau memang seperti alasan di atas karena akan lebih hormat dan
leluasa bila menulis surat kepada kakek dan neneknya dalam
menanyakan keadaan dan yang lainnya, sehingga memerlukan intensitas
berkirim surat lebih sering atau mereka termasuk siswa yang
memiliki hobi berkoresponden kepada teman-temannya, sehingga senang
menulis surat. Dan untuk mengetahui berapa biaya yang mereka
sediakan dalam sebulan dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel
10 Biaya Yang Tersedia Tiap Bulannya No. Uraian f % 1. Kurang dari
Rp 50.000,58 60,63 2. Lebih dari Rp 50.000,16 16,66 3. Tidak tentu
22 22,71 Jumlah 96 100 n=96 Sumber : Hasil angket Dari tabel di
atas sebanyak 58 orang (60,63%) responden dalam setiap bulannya
untuk kegiatan surat menyurat menghabiskan dana kurang dari Rp
50.000,- ini barangkali termasuk pada kategori mereka yang berkirim
surat sebulan sekali dengan tujuan yang jauh (luar Indonesia)
Sehingga biayanya relatif lumayan karena melalui surat tercatat,
sedangkan untuk yang lebih dari Rp 50.000,- mereka melalui telegram
jarak jauh sehingga biaya relatif tinggi ini ada sebanyak 16 orang
(16,66%) responden, dan bagi mereka yang mengeluarkan biaya tak
tentu ada sebanyak 22 orang (22,71%) responden, barangkali mereka
tidak pernah menghitung berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk
surat menyurat karena dalam berkirim surat pun mereka juga tidak
rutin, sehingga tidak tahu persis berapa biaya yang dikeluarkan
dalam satu bulan. Dari hal surat menyurat ternyata disini para
siswa masih banyak yang melakukan, meskipun dalam jumlah yang tidak
besar, bila dilihat dari responden yang sama sekali tidak pernah
berkirim surat, di samping itu frekuensi yang dilakukan pun cukup
lumayan dengan berbagai kepentingan yang bervariasi namun terlihat
cukup dominan dalam berkirim surat untuk mengabarkan hal yang
penting-penting saja, sedangkan biaya yang mereka
13
keluarkan untuk berkirim surat tidak begitu besar mengingat
frekuensi berkirim suratnya juga tidak tinggi. C. Telepon
Genggam/Ponsel Untuk mengetahui kegiatan komunikasi para siswa
melalui ponselnya akan kami uraikan pada paparan berikut ini,
disini dari seluruh responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian sengaja dipilih para siswa yang memiliki ponsel dan
menggunakannya untuk berkomunikasi, jadi seluruh responden yang
jumlahnya 96 siswa menjadi responden dalam penelitian ini yang
terdiri dari siswa kelas I, II, dan III. Dan untuk mengetahui
frekuensi penggunaan ponsel dalam 1 hari bagi para siswa dapat
dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 11 Frekuensi Penggunaan
Ponsel Dalam 1 Hari No. Uraian 1. Sering sekali 2. Jarang 3. Bila
perlu Jumlah n=96 Sumber : Hasil angket F 66 16 14 96 % 68,75 16,66
14,59 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebanyak 66 orang (68,75%)
responden frekuensi penggunaan ponsel dalam sehari sering sekali,
disini barangkali para siswa ini termasuk orang yang sering
berkomunikasi dengan sesama teman dalam menjalani dan mempererat
tali silaturahmi atau bahkan bisa jadi mereka termasuk orang yang
keranjingan terhadap ponsel, sehingga ponsel miliknya merupakan
barang yang sangat berharga dan penolong dalam kehidupannya atau
bisa juga karena mereka memiliki ponsel baru dan tersedia pulsa
yang banyak sehingga mereka lebih sering frekuensi berkomunikasi
dengan temannya meskipun di sekolah mereka sudah bertemu belajar
seharian. Sedangkan sebanyak 16 orang (16,66%) responden penggunaan
ponselnya jarang, barangkali disini mereka termasuk juga terbatas
pulsa yang mereka sediakan sehingga mereka jarang menggunakan
ponsel untuk berkomunikasi dengan sesamanya, atau karena mereka
sudah seharian bertemu dan bercakap-cakap seharian di sekolah
membicarakan berbagai hal, sehingga ponsel mereka jarang
pemakaiannya. Sebanyak 14 orang (14,59%) responden menggunakan
ponsel hanya bila perlu saja, disini mereka termasuk pada siswa
yang kurang senang berkomunikasi dengan ponsel bila tidak ada hal
yang penting untuk dikomunikasikan. Dari frekuensi penggunaan
ponsel ternyata cukup tinggi yang menggunakan persentasenya yang
memakai kategori sering sekali bila dibandingkan dengan yang jarang
dan bila perlu memakainya perbedaannya sangat signifikan. Dan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang mereka pakai dalam berkomunikasi
dapat kita lihat dalam tabel berikut ini : 14
Tabel 12 Lamanya Menggunakan Ponsel 1 hari No. Uraian F % 1.
Kurang dari 15 menit 82 85,54 2. Lebih dari 15 menit 14 14,46
Jumlah 96 100 n=96 Sumber : Hasil angket Ternyata dari hasil angket
yang disebarkan sebanyak 82 orang (85,54%) responden menggunakan
ponselnya kurang dari 15 menit, barangkali mereka ini termasuk
orang yang sudah dapat menghemat isi pulsa sesuai dengan jatah yang
diperoleh dari orang tuanya, sehingga penggunaan ponselnya dalam 1
hari hanya digunakan untuk berkomunikasi selama kurang lebih 15
menit dan mereka juga dapat dikategorikan pada siswa yang sering
sekali menggunakan ponsel, meskipun waktu penggunaannya hanya
sebentar tiap harinya, sedangkan sebanyak 14 orang (14,46%)
responden mengaku menggunakan ponsel per harinya lebih dari 15
menit, hal ini dimungkinkan bahwa mereka ini bisa beraneka ragam
menggunakannya mulai dari untuk menelpon langsung, SMS maupun
Missed Call. Meskipun jumlahnya hanya sedikit namun frekuensi
mereka dalam 1 hari cukup tinggi waktu yang dipakainya. Dan guna
mengetahui benar penggunaan ponsel mereka ini untuk apa saja dalam
1hari dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 13 Untuk Keperluan
Apa Saja 1 Harinya No. Uraian f % 1. Telepon langsung 22 22,92 2.
Missed Call 20 18,12 3. SMS 54 58,96 Jumlah 96 100 n=96 Sumber :
Hasil angket Dari tabel di atas ternyata sebanyak 54 orang (58,96%)
responden menggunakan ponsel dalam 1 harinya untuk mengirim SMS,
hal ini sesuai dengan dunia mereka diaman pada anak-anak remaja ini
sangat gemar berkirim SMS diantara sesamanya mengingat dengan
berkirim SMS biaya lebih murah dan dapat segera dibalas, meskipun
disini diperlukan ketelatenan dalam menulis ini SMS yang akan
dikirim dan ternyata dengan adanya fasilitas SMS yang ada diponsel
sangat mempermudah mereka berkomunikasi dan bertukar informasi
tanpa mengeluarkan biaya yang besar dan dapat dilakukan dimana pun
dan kapan pun mereka mau, sehingga dengan demikian fasilitas SMS
yang dimiliki ponsel mempermudah dan mempercepat komunikasi, di
samping efektif dan efisien juga sebanyak 22 15
orang ( 22,92%) responden menggunakan ponselnya untuk menelpon
langsung meskipun disini mereka pemanfaatan waktu berlainan ada
yang kurang dari 15 menit dan lebih dari 15 menit dalam 1 hari.
Bila menelpon langsung atau barangkali mereka lebih senang
menelepon langsung karena pulsa mereka banyak dan ingin dapat
mendengar langsung suara yang diajak berkomunikasi, dan 20 orang
(18,12%) responden digunakan untuk Missed Call agar mereka
dihubungi sehingga disini bisa lebih hemat dalam penggunaan pulsa
yang dimiliki. Untuk mengetahui berapa pulsa yang dipakai dalam
satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 14 Pulsa
Yang Dipakai dalam 1 Bulan No. Uraian f % 1. Rp 25.000,50 52,08 2.
Rp 50.000,28 29,17 3. Rp 100.000,- lebih 18 18,75 Jumlah 96 100
n=96 Sumber : Hasil angket Dari tabel di atas ternyata 50 orang
(52,08%) responden dalam sebulan mereka menghabiskan pulsa sebanyak
Rp 25.000,- dari hasil wawancara, kebanyakan mereka menggunakan
pulsa Esia dan Flexi dimana dari kedua pulsa ini sangat irit dalam
pengeluaran baik untuk SMS atau menelepon langsung, barangkali
mereka memilih memakai pulsa ini karena relatif murah dan jatah
dari orang tua pun hanya berkisar Rp 25.000,- per bulannya,sehingga
penggunaan pulsa ini merupakan salah satu pilihan yang tepat,
meskipun ada juga beberapa responden memakai pulsa diluar Esia dan
Flexi namun mereka menggunakan hanya untuk SMS dan Missed Call dan
sekali-sekali menelpon, sedangkan sebanyak 28 orang (29,17%)
responden dalam 1 bulan menghabiskan pulsa Rp 50.000,- barangkali
mereka ini mendapat jatah untuk membeli pulsa dari orang tua
sebanyak itu dan mereka menggunakan pulsa XL atau Simpati yang
relatif masih mahal bila dibanding dengan kedua pulsa yang di atas,
di samping itu mereka termasuk mereka yang senang menelepon
langsung untuk berkomunikasi, sehingga dalam hal ini mereka juga
banyak berkomunikasi dengan mengirim SMS kepada sesamanya bahkan
dengan keluarga jauh sekali pun. Sebanyak 18 orang (18,75%)
responden dalam 1 bulan menghabiskan pulsa kurang lebih Rp
100.000,- bagi ukuran siswa sekolah pengeluaran ini terhitung cukup
besar mengingat mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah,
namun mengingat siswa sekolah disini termasuk anak-anak dari
kalangan menengah ke atas sehingga bagi sebagian siswa pulsa Rp
100.000,- bukan hal yang mewah atau besar, apa lagi kalau mereka
memang mendapat jatah dari orang tuanya sebesar itu dan komunikasi
yang dilakukan mereka intensitasnya cukup tinggi, namun bila
dilihat dari segi kebutuhan ukuran anak sekolah mereka ini
tergolong pada yang suka melakukan telepon langsung melalui
ponselnya dengan waktu lebih dari 15 16
menit dalam 1 hari dan komunikasi yang mereka lakukan pun tidak
melihat hal penting atau tidak, yang penting mereka berkomunikasi
tanpa melihat biaya pulsa yang dikeluarkan. Dan untuk mengetahui
penilaian para siswa terhadap kehadiran ponsel dalam kehidupan
dapat disimak pada tabel berikut ini : Tabel 15 Penilaian Terhadap
Kehadiran Ponsel No. Uraian f % 1. Sangat menguntungkan 84 87,56 2.
Kurang menguntungkan 9 9,33 3. Tidak menguntungkan 3 3,11 Jumlah 96
100 n=96 Sumber : Hasil angket Dari hasil angket yang kami peroleh
ternyata 84 orang (87,56%) responden menyatakan kehadiran ponsel
sangat menguntungkan, karena adanya ponsel membantu dan mempermudah
dalam komunikasi, dan lagi dengan menggunakan ponsel berbagai
kepentingan dapat segera dikomunikasikan dengan cepat tidak
memandang waktu dan tempat, sebanyak 9 orang (9,33%) responden
merasa kurang menggunakan ponsel, dengan alasan ada kalanya ponsel
mengganggu privasi pribadi, atau barangkali mereka memakai ponsel
hanya asal-asalan agar tak ketinggalan jaman, sehingga mereka
kurang merasakan keuntungan yang diperoleh dari ponsel yang
dimilikinya dan sebanyak 3 orang (3,11%) responden menyebutkan
bahwa menggunakan ponsel tidak menguntungkan dalam arti meskipun
ada ponsel mereka belum memahami betul fungsi dari ponsel tersebut
bahkan mereka ini berpendapat punya ponsel hanya untuk berhubungan
dengan orang tua saja guna mengecek keberadaan mereka sedangkan
dengan sesama teman mereka jarang berkomunikasi karena setiap hari
sudah bertemu di sekolah. Sedangkan untuk mengetahui adakah manfaat
ponsel bagi para siswa dapat disimak pada tabel di bawah ini :
Tabel 16 Manfaat Ponsel Bagi Siswa No. Uraian f % 1. Bermanfaat 93
96,89 2. Tidak bermanfaat 3 3,11 Jumlah 96 100 n=96 Sumber : Hasil
angket Dari data yang dihimpun melalui angket dan terakumulasi
dalam tabel ternyata sebanyak 93 orang (96,89%) responden merasakan
manfaat dengan menggunakan ponsel karena mempermudah komunikasi dan
ponsel merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif
dibanding yang lainnya, karena dengan ponsel dapat berkomunikasi
kapan saja dan dimana saja berada, di samping itu dapat segera
dapat mengetahui informasi secara 17
cepat, sedangkan bagi 3 orang (3,11%) responden yang menyatakan
kurang bermanfaat barangkali mereka ini termasuk siswa yang baru
menggunakan ponsel sehingga belum merasakan secara persis manfaat
penggunaan ponsel namun dari jumlah responden yang menyatakan
penggunaan ponsel sangat bermanfaat dibanding dengan yang hanya 3
responden mengatakan tidak bermanfaat disini perbedaan yang cukup
signifikan tidak berpengaruh terhadap siswa lainnya (93 orang).
Untuk mengetahui para siswa dalam berkomunikasi sebelum/sesudah
menggunakan ponsel dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel !7
Cara Berkomunikasi Sebelum/Sesudah Pakai Ponsel NO URAIAN
Mengunjungi langsung/kadangkadang Melalui surat-surat/SMS Menelepon
dari rumah/ponsel Jumlah SEBELUM F % 24 18 54 96 25 18,75 56,25 100
SESUDAH F % 12 56 28 96 12,50 58,48 29,02 100
1 2 3
n=96 Sumber : Hasil angket Ternyata cara berkomunikasi para
siswa sebelum menggunakan ponsel frekuensi yang menonjol adalah
mengunakan telepon di rumah sebanyak 54 orang (56,25%) dan
mengunjungi langsung (18,75%), anjang sono ada sebanyak 24 orang
(25%) dan 18 orang berkomunikasi melalui surat, di sini nampak cara
berkomunikasi masih mengunakan cara-cara lama, hal ini sangat
dimungkinkan mengingat rasa kekeluargaan mereka masih dijaga agar
tidak terputus tali silahturahmi, meskipun komunikasi mereka
melalui surat yang memakan waktu dan proses yang lama hal ini tidak
menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Namun setelah adanya kemajuan
teknologi seperti ponsel ternyata acara silahturahmi mengunjungi
lansung dilakukan kadang-kadang dan frekuensinya pun menurun, yang
tadinya 25% menjadi 12,5% seperti terlihat pada tabel, di sini
terlihat kemajuan teknologi komunikasi dapat merubah tatanan
masyarakat yang ada dan dapat diperkirakan melunturkan budaya. Di
samping itu kehadiran ponsel dalam tabel ini juga dapat merubah
kebiasaan surat menyurat karena dapat digantikan oleh pengiriman
melalui SMS yang tadinya jumlah responden melakukan surat menyurat
18,75% dengan adanya ponsel yang melalui fasilitas SMSnya berubah
menjadi 58,48%, padahal di sini orang dalam menulis surat dapat
secara panjang lebar sepuasnya tapi dengan SMS hanya yang penting,
singkat dan padat berita/informasi yang dikirim. Hal ini karena
biaya SMS murah dan prosesnya cepat dan dapat dilakukan di mana
saja. Di samping itu SMS juga menggantikan cara mereka
berkomunikasi melalui telepon rumah yang tadinya masih dilakukan
oleh 18
sebanyak 56,25% di sini terlihat adanya perubahan yang cukup
drastis di mana pengggunaan telepon rumah ini berubah jadi
menelepon lewat ponsel 29,02% dan mengirim SMS 58,48%, barangkali
di sini mereka melakukan penghematan biaya telepon rumah yang
terhitung cukup mahal bila dibanding dengan melalui pulsa ponsel
dan biaya SMS, karena biaya SMS relatif sangat murah, mudah dan
cepat. Dengan demikian terlihat sesudah memakai ponsel seluruh
responden mengalami perubahan yang signifikan baik dari segi biaya
maupun efisiensinya. Di sini dapat dibuktikan bahwa teknologi
komunikasi saeperti ponsel merubah pola komunikasi masyarakat yang
ada. Namun setelah hadirnya ponsel dengan berbagai merk dan
fasilitas yang ada, mereka dalam berkomunikasi sudah berbeda dan
untuk mengetahui pengetahuan mereka dalam berkomunikasi setelah
menggunakan ponsel dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 25
Pengetahuan Berkomunikasi Setelah Pakai Ponsel No. Uraian f % 1.
Meningkat pengetahuan 96 100 tentang cara memakai 2. ponsel 80
86,66 Meningkat pengetahuan 3. tentang berbagai merk 68 70,86
ponsel Meningkat pengetahuan tentang berbagai fasilitas yang ada di
ponsel Jumlah n=lebih dari satu Sumber : Hasil angket (jawaban
lebih dari satu) Dari tabel di atas terlihat berbagai peningkatan
pengetahuan komunikasi melalui ponsel sebanyak 96 orang (100%)
responden tahu terhadap penggunaan ponsel, hal ini dapat dipahami
karena ponsel merupakan perangkat komunikasi yang simple dan mudah
dioperasikan sekalipun mereka anak-anak. Keadaan ini yang memicu
adanya peningkatan dalam hal berkomunikasi dengan tersedianya
sarana yang praktis dan terjangkau harganya maka akan memperlancar
berkomunikasi, di samping itu sebanyak 80 orang (86,66%) responden
meningkat pengetahuannya tentang berbagai merk ponsel meskipun
sebatas yang dipakai dikalangan teman-temannya seperti merk Nokia,
Motorola, Sony Ericson, Samsung dan Siemens karena merk-merk
tersebut yang rata-rata digunakan anak-anak di sekolahnya, meskipun
ada beberapa siswa di kelas satu tidak tahu merk ponsel lainnya
kecuali yang mereka gunakan/pakai atau karena usia yang masih muda
dan baru menggunakan ponsel saat masuk bangku sekolah SMU sehingga
pengetahuan mereka tentang merk ponsel terbatas, sedangkan sebanyak
68 orang (70,86%) responden tahu benar tentang berbagai fasilitas
yang ada pada ponsel baik itu dari SMS, Missed Call, Ringtone, MMS,
dsb, walaupun ada juga yang hanya tahu fasilitas ponsel 19
seperti bisa SMS dan mengubah nada sambung dan missed call,
padahal fasilitas ponsel makin canggih merknya (serinya) makin
banyak fasilitas yang dimilikinya. Dan untuk mengetahui bagaimana
perilaku mereka dalam berkomunikasi sebelum dan sesudah menggunakan
ponsel dapat dilihat pada hasil wawancara yang terakumulasi dalam
tabel berikut : Tabel 18 Perubahan Prilaku Dalam Komunikasi
Sebelum/Setelah Pakai Ponsel NO URAIAN Biasa-biasa
saja/ketergantungan akan ponsel Berkomunikasi bila penting/boros
Jumlah SEBELUM F % SESUDAH F %
1 2
66 30 96
68,78 31,22 100
56 40 96
58,33 41,67 100
n=96 Sumber : Hasil angket Terlihat pada tabel diatas prilaku
responden sebelum menggunakan ponsel mengatakan biasa-biasa saja
(68,78%) dalam berkomunikasi dan mengatakan melakukan komunikasi
bila perlu saja (31,22%) orang, di sini dapat dikatakan prilaku
mereka sangat wajar bila melihat fasilitas berkomunikasi masih
sangat terbatas lewat telepon rumah, surat menyurat, dan anjang
sono, mengingat biaya telepon rumah cukup tinggi dan menulis surat
memerlukan proses yang panjang dan lama, sehingga mereka
berkomunikasi bila penting (31,22%) orang mengatakan pendapatnya
keadaan ini sesuai dengan alam dan budaya yang berlansung di
kehidupan sehari-hari di sekitar kita, namun setelah kehadiran
teknologi di bidang komunikasi yang cukup pesat dan dasyat, di mana
salah satu alat komunikasi seperti ponsel digunakan, ternyata
perubahan perilaku masyarakat sangat mencolok yang tadinya
biasa-biasa saja dan bila perlu mereka melakukan komunikasi
sekarang berubah menjadi keranjinan terhadap ponsel yang mereka
miliki dalam berkomunikasi, barangkali di sini karena ponsel yang
efektif dan mudah pengoperasiannya serta dapat dilakukan di mana
dan kapan saja menjadikan pengguna ponsel ini menjadi ketergantunan
sekali pada ponselnya (58,33%) merasa ada yang kurang bila
ponselnya tidak ada didekatnya dalam bergaul. Mengingat kemudahan
akan alat komunikasi ii sebanyak 41,67% responden yang tadinya
berhemat dalam berkomunikasi bila penting menjadi boros dalam hal
baik anggaran maupun komunikasi yang dilakukan tanpa melihat
penting tidaknya. Keadaan ini dimungkinkan karena adanya factor
kemudahan dan terjangkau daya beli terhadap berbagai merk ponsel
disamping murahnya biaya dalam sekali melakukan komunikasi lewat
SMS misalnya. 20
Di sini terlihat adanya perubahan prilaku terhadap kehadiran
teknologi komunikasi seperti ponsel membuat orang lebih
individualistis dan mengurangi intensitas hubungan manusia (anjang
sono) yang dapat membuat manusia merasa terasing, karena dengan
kemajuan teknologi komunikasi, orang sekarang tidak perlu lagi
bertemu secara langsung untuk menyampaikan pesan-pesannya atau
melalui surat yang biasa dilakukan, tapi cukup menggunakan
kecanggihan fasilitas teknologi komunikasi yang ada seperti ponsel
yang mudah dilakukan dimanapun berada.
21
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari data penelitian ternyata
penggunaan ponsel menimbulkan dampak perubahan pola komunikasi pada
masyarakat, hal ini dapat disimak pada hasil pembahasan bab-bab
terdahulu yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penilaian
responden terhadap kehadiran ponsel sangat menguntungkan karena
mempermudah berkomunikasi baik melalui telepon langsung ataupun
dengan mengirimkan SMS (87,56%) responden yang menyatakan hal
tersebut, dan yang menyatakan sangat bermanfaat menggunakan ponsel
(96,89%), berdasarkan data tersebut penggunaan ponsel sangat
bermanfaat dan menguntungkan karena ponsel merupakan salah satu
sarana komunikasi yang paling simple dan efektif sehingga
menguntungkan bagi pemakainya dalam memudahkan berkomunikasi.Adapun
manfaat yang paling terasa adalah penggunaan ponsel mempermudah
komunikasi (32,25%) , mengurangi biaya pemakaian telepon rumah
(24,73%) dan mengganti proses surat menyurat dengan SMS yang dapat
segera tahu respon yang kita kirim (29,03%) dan mempercepat
perolehan informasi (13,98%). 2. Menyangkut tentang cara
berkomunikasi sebelum dan sesudah memakai ponsel, di sini ternyata
sebelum memakai ponsel acara mengunjungi langsung (anjang sono) ada
(25%), setelah memakai ponsel berkurang menjadi hanya (12%), yang
sebelumnya menulis surat (18,75%) setelah memakai ponsel berubah
menjadi mengirim SMS (58,48%) dan sebelum memakai ponsel masih
memanfaatkan telepon rumah (56,25%) sekarang setelah menggunakan
ponsel memanfaatkan ponselnya sebanyak (29,02%). Dari data ini
dapat disimpulkan bahwa penggunaan ponsel banyak merubah
kebiasaankebiasaan yang ada seperti anjang sono menjadi berkurang,
sedangkan dalam surat menyurat yang tadinya bisa bercerita panjang
diganti melalui SMS yang singkat dan padat.Peningkatan dalam
berkomunikasi sebelum memakai ponsel hanya tahu sebatas lewat
telepon rumah (45,87%) dan surat menyurat (33,40%), sedangkan
setelah memakai ponsel meningkat pengetahuan berkomunikasinya baik
dari cara penggunaan ponsel (100%) dan mengenal berbagai merk
ponsel (83,33%) serta mengenal berbagai fasilitas yang ada di
ponsel (25%). Hal ini membuktikan pemakaian ponsel meningkatkan
responden dalam hal teknologi komunikasi. 3. Menyangkut perilaku
dalam berkomunikasi ternyata responden sebelum memakai ponsel
biasa-biasa saja (41,66%) dan berkomunikasi bila penting (31,22%)
serta melalui surat menyurat 22
dalam berkomunikasi (27,12%), sedangkan setelah memakai ponsel
perilaku mereka dalam berkomunikasi berubah menjadi ketergantungan
terhadap ponsel (58,33%) dan yang tadinya hemat menjadi boros
(28,10%). Dari perbandingan sebelum dan setelah memakai ponsel
ternyata perilaku responden mengalami perubahan yang mencolok dalam
berkomunikasi yang semula berkomunikasi bila penting menjadi
meningkat frekuensi berkomunikasinya tanpa melihat penting tidaknya
sehingga yang biasa hemat menjadi boros, karena kebutuhan pulsa
meningkat. DAFTAR PUSTAKA Bertrand, A. Sosiologi (terjemahan :
Senapiah.S.faisal). Surabaya. PT Bina Ilmu. Gerungan dan Rakmat.
2000. Komunikasi Antar Budaya. Bandung. Rosda Karya. Rogers, E.M.
1986. Communication Technology. The Three Press. New York. Schramm,
W. 1976. With Respect to Inter Cultural Communication . Tokyo. The
Simul Press.
-
Bacaan lain : - Jurnal Penelitian Komunikasi I tahun
1997/1998.
23
Dampak : dampak n 1 benturan; 2 pengaruh kuat ygmendatangkan
akibat (baik negatif maupun positif); 3 Fis benturan yg cukup hebat
dan terjadi dalam waktu yang singkat antara dua benda sehingga
menyebabkan perubahan yg berarti dalam pusa (momentum) sistem yang
mengalami benturan itu; -- ekologis dampak lingkungan -- lingkungan
dampak yg timbul thd lingkungan -- renjang n Fis dampak atau
benturan yang terjadi pada bidang yang renjang (tegak-lurus)
terhadap lintasan zarah atau benda yang mengalami benturan itu
berdampak v 1 bertumbuk badan dl gelap; 2 mempunyai pengaruh yg
kuat dan mendatangkan akibat; mendampak v melanggar; menumbuk;
membentur
Kemajuan : kemajuan n hal (keadaan) maju (tt
kepandaian,pengetahuan, dsb): ~ dl pengetahuan teknologi harus
diimbangi dng ~ dl hal kerohanian dan mental
Teknologi : teknologi /tknologi/ n 1 metode ilmiahuntuk mencapai
tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan; 2 keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia; -- informasi penggunaan teknologi spt
komputer, elektronik, dan telekomuni kasi, untuk mengolah dan
mendistribusikan informasi dl bentuk digital
Bagi : bagi p 1 untuk; buat: dipersembahkannya1
lagu yg indah -- ibunya; 2 akan (hal); tt (hal); menurut
(pendapat): -- saya, hal itu tidak perlu diperdebatkan lagi al itu
2bagi n sepenggal; pecahan dr sesuatu yg utuh; membagi v 1
menceraikan (memecahkan, memisahkan, membelah) menjadi beberapa
bagian: ia ~ tanah itu menjadi tiga bagian; 2 Mat menyederhanakan
bilangan dng bilangan tertentu: pelajaran ~ dan mengalikan; 3
memecahkan sesuatu lalu memberikannya kpd pihak lain: ia telah ~
seluruh harta pusakanya untuk ketiga orang anaknya; 4 memberikan
sebagian untuk orang lain: dia selalu ~ aku uang dr keuntungan yg
diperolehnya; membagi-bagikan v memberikan (kpd banyak orang): Ibu
~ kue kpd anak-anak;
24
terbagi v 1 sudah dibagi: sawahnya ~ tiga untuk diwariskan kpd
ketiga anaknya; 2 dapat dibagi: bilangan gasal ialah bilangan yg
tak habis ~ dua; pembagi n 1 yg membagi; 2 yg membagikan; 3 Mat
bilangan yg dipakai untuk membagi; ~ persekutuan terbesar bilangan
terbesar yg menjadi pembagi dua bilangan atau lebih; pembagian n 1
proses, cara, perbuatan membagi; membagikan: akan diadakan ~ beras
kpd penduduk; 2 Mat hitungan membagi: anak-anak mendapat pelajaran
~ dng bilangan besar-besar; kebagian v mendapat (memperoleh)
bagian: yg datang belakangan tidak ~; sebagian n satu bagian; ~
besar yg terbanyak; ~ kecil yg paling sedikit bagian n 1 hasil
membagi: ruangan ini dibagi menjadi dua ~; 2 perolehan atau
penerimaan (dr barang yg dibagi); yg diperuntukkan; jatah: Kita
semua mendapat ~ yg sama; 3 penggal (buku, cerita, dsb); jilid: ~
kedua buku ini akan segera terbit; 4 sesuatu (benda, alat, dsb) yg
menjadi pelengkap: otak adalah ~ tubuh manusia yg paling penting; 5
cabang dr suatu pekerjaan (jawatan dsb): ia menjabat sbg kepala ~
tata usaha; 6 nasib (untung malang); peruntungan: telah menjadi ~ku
hidup melarat begini; 8 seksi; bagian dr kesatuan (spt dr dewan,
panitia) yg bertugas mengurus sesuatu: ~ dokumentasi;
Siswa : siswa n murid (terutama pd tingkat sekolahdasar dan
menengah); pelajar: -- SMU; kesiswaan n perihal atau keadaan siswa
siswi n murid perempuan
25