Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perekonomian bangsa Indonesia dalam beberapa tahun ini telah memperlihatkan perkembangan yang cukup signifikan. Dengan semakin banyaknya bermunculan perusahaan- perusahaan yang mendaftarkan dan menjual saham / Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam upaya melakukan pengembangan terhadap kegiatan bisnisnya, perusahaan tentu saja membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan akan dana tersebut semakin bertambah seiring dengan semakin besarnya kegiatan ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Pasar modal merupakan salah satu alternative sumber dana eksternal disamping sumber dana pinjaman. Pasar modal memiliki peran bagi perekonomian bagi suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal dapat menginvestasikan dana dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Adanya perkembangan pasar modal yang pesat dapat membuat investor lebih leluasa dalam melakukan aktivitas
79
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: tugas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perekonomian bangsa Indonesia dalam beberapa tahun ini telah memperlihatkan

perkembangan yang cukup signifikan. Dengan semakin banyaknya bermunculan

perusahaan-perusahaan yang mendaftarkan dan menjual saham / Go Public di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Dalam upaya melakukan pengembangan terhadap kegiatan

bisnisnya, perusahaan tentu saja membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan

akan dana tersebut semakin bertambah seiring dengan semakin besarnya kegiatan

ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Pasar modal merupakan salah satu

alternative sumber dana eksternal disamping sumber dana pinjaman.

Pasar modal memiliki peran bagi perekonomian bagi suatu Negara karena

pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Dengan adanya pasar modal dapat menginvestasikan dana dengan harapan

memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan)

dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu

tersedianya dana dari operasi perusahaan.

Adanya perkembangan pasar modal yang pesat dapat membuat investor lebih

leluasa dalam melakukan aktivitas investasinya, baik dalam pemilihan portofolio

investasi pada efek yang tersedia maupun besarnya jumlah yang diinvestasikan.

Tujuan dan motivasi investor dalam melakukan pembelian saham adalah

meningkatkan kekayaan mereka dimasa mendatang, yaitu dengan memperoleh hasil

berupa deviden maupun capital gain yang jumlahnya diharapkan lebih besar dari

tingkat return sarana investasi lain seperti deposito dan pembelian obligasi.

Dalam berinvestasi para investor memerlukan informasi akurat yang akan

digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan untuk membeli saham-

saham perusahaan yang menguntungkan. Informasi yang ada dapat digunakan sebagai

bahan analisa saham baik secara fundamental maupun teknikal. Laporan keuangan

sebagai salah satu sumber data dalam analisa fundamental harus mampu

menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu serta hasil operasi

Page 2: tugas

2

pada waktu tertentu secara wajar. Keadaan ini diharapakan dapat memenuhi

kebutuhan para pemakai untuk mendukung proses pengambilan keputusan investasi di

pasar modal. Analisa keuangan ini mencakup (1) perbandingan kinerja perusahaan

lain dalam industri yang sama, dan (2) evaluasi kecendrungan posisi keuangan

perusahaan sepanjang waktu (Brigham dan Houston, 2001)

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan para emiten untuk

menyampaikan laporan keuangan tahunan atau annual report agar adanya transparansi

dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan kinerja emiten

yang bersangkutan. Dengan analisa tertentu atas laporan keuangan masyarakat dapat

menentukan pilihan untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang menurut

penilaiannya memiliki prospek yang menguntungkan misalnya dengan menggunakan

berbagai rasio yang diperoleh dari laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja

perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Investor dalam melakukan analisa dan menilai saham di pasar modal secara

umum menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu analisa fundamental dan analisa

teknikal, secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar dengan interaksi

antara permintaan dan penawaran yang berpengaruh terhadap transaksi saham

perusahaan sehingga harga saham akan mengalami berbagai fluktuasi.

Studi Utami dan Suharmadi (1998) menunjukkan bahwa faktor fundamental

perusahaan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan.

Penilaian saham secara akurat dapat meminimalkan resiko sekaligus dapat membantu

investor mendapatkan keuntungan yang wajar, mengingat investasi saham di pasar

modal merupakan jenis investasi yang cukup berisiko tinggi meskipun menjanjikan

keuntungan yang relative besar.

Persaingan dalam perusahaan manufaktur semakin ketat seiring dengan

perkembangan zaman. Perusahaan dituntut dapat memberikan nilai tambah supaya

dapat memiliki keunggulan bersaing. Salah satunya adalah dalam hal pembagian

keuntungan kepada para pemegang saham yang berupa dividen. Tentunya investor

menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi. Dalam hal ini, penelitian difokuskan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti

memilih perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena adanya

kemudahan dalam mendapatkan informasi serta mengelompokkan item-item yang

akan diungkapkan.

Page 3: tugas

3

Para pemegang saham (investor) akan mendapatkan pendapatan dividen

karena telah menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Investasi saham merupakan

salah satu cara yang dilakukan oleh investor dalam melakukan investasi. Investasi

saham bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membeli saham dari perusahaan

yang menerbitkan saham (emiten) atau membeli dari pemegang saham lama.

Tujuan dari pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan pemegang

saham atau harga saham dan mensejahterakan pemegang saham, serta untuk

menunjukkan likuiditas perusahaan.

Dari sisi perusahaan yang menerbitkan saham (emiten), kebijakan dividen

sangatlah penting karena dapat menentukan seberapa besar keuntungan perusahaan

yang akan dibagikan sebagai dividen dan seberapa besar laba yang akan ditahan

sebagai retained earning. Dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai pembagian

dividen, faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba yang

dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan laba perusahaan sebagai

pengukur kinerja akuntansi perusahaan.

Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan

dana di pasar modal. Seringkali investor lebih suka memilih dividen yang berupa kas

daripada capital gain.

Para investor saham dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan

jumlah dividen yang diterimanya, yaitu : buy and sell (kelompok investor yang

membeli saham tetapi tidak bermaksud untuk memiliki dalam jangka waktu yang

lama, pendapatan yang diharapkan berupa capital gain dan buy and hold (kelompok

investor yang membeli saham untuk disimpan atau dimiliki dalam jangka waktu lama,

pendapatan yang diharapkan berupa dividen).

Terdapat berbagai macam dividen yang dibagikan perusahaan kepada investor,

salah satunya adalah dividen kas (cash dividend). Tidak semua keuntungan

perusahaan dibagikan sebagai dividen, melainkan sebagian ditahan sebagai laba

ditahan (retained earning). Hal itu dilakukan karena perusahaan juga harus

mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.

Porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa

besar yang ditahan sebagai laba ditahan, ditentukan oleh kebijakan dividen atau

keputusan dividen perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada

pemegang saham, juga tergantung dari kebijakan dividen yang ditentukan oleh

Page 4: tugas

4

masing-masing perusahaan. Besarnya pembayaran dividen kepada pemegang saham

tidak sama dari periode ke periode, melainkan akan berfluktuasi dari periode ke

periode. Fluktuasi tersebut terjadi sesuai dengan fluktuasi dalam jumlah kesempatan

investasi perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan dividen perlu dianalisis dan

diputuskan dengan lebih bijaksana.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan perbandingan

antara dividen dan keuntungan. Dividen merupakan bagian dari laba. Oleh karena itu,

salah satu faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen adalah besarnya laba

yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba perusahaan dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu laba akuntansi dan laba tunai.

Pada saat ini, yang sering menjadi permasalahan adalah adanya konflik

kepentingan (conflict of interest) antara investor dan pihak manejemen. Masing-

masing pihak memiliki kepentingan terhadap laba perusahaan. Pihak manajemen

mempunyai kepentingan terhadap laba perusahaan dalam hal mendapatkan gaji dan

bonus karena pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan, sedangkan pihak

investor mempunyai kepentingan terhadap laba perusahaan dalam hal mendapatkan

dividen karena investor sudah menanamkan modalnya pada perusahaan.

Pihak manajemen seringkali enggan membagikan dividen kepada investor

karena pihak manajemen merasa lebih banyak bekerja untuk mengelola perusahaan,

daripada dibagikan sebagai dividen lebih baik untuk menambah gaji dan bonusnya.

Peristiwa demikian sering disebut dengan agency conflict dan teorinya disebut dengan

agency theory.

Penulis ingin meneliti seberapa besar laba perusahaan yang akan dibagikan

sebagai dividen untuk investor dan seberapa besar pengaruh laba akuntansi dan laba

tunai terhadap dividen kas. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul:

“Analisis Pengaruh Laba Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

Page 5: tugas

5

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Seperti telah diuraikan di atas mengenai adanya pergerakan rasio pembayaran dividen

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, maka penulis dapat mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Terjadinya perubahan dividen kas yang diberikan.

2. Seberapa besar laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen

kepada investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Bagaimanakah pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap

dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.3 BATASAN MASALAH

Mengingat luasnya penelitian, di mana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

dividen kas pada sebuah perusahaan, maka penelitian ini dibatasi pada laba akuntansi

dan laba tunai yang mempengaruhi dividen kas pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang penulis pilih dalam

penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menghasilkan laba dan membagikan

dividen selama tahun 2008-2010

1.4 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hasil identifikasi dan batasan masalah, maka penulis menetapkan

perumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas?

2. Apakah terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas?

3. Apakah terdapat pengaruh laba akuntansi dan laba tunai secara bersama-sama

terhadap dividen kas?

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh laba akuntansi dan laba tunai secara

bersama-sama terhadap dividen kas.

Page 6: tugas

6

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu dapat menjadi sarana

bagi penulis di dalam menerapkan dan mengembangkan mata kuliah

Akuntansi, khususnya dalam hal pembagian dividen kas serta faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Serta sebagai persyaratan kelulusan untuk

memperoleh gelar sarjana strata satu, S1.

2. Bagi investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan atau informasi dalam

pengambilan keputusan investasi pada saat bertransaksi di Bursa Efek

Indonesia. Baik untuk membeli, menjual atau menahan saham berdasarkan

harapan atas dividen kas yang akan dibagikan.

3. Bagi Lembaga (STIEBI)

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan secara

umum dan secara khusus memperluas rumusan yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan serta berguna sebagai dokumentasi perpustakaan

STIEBI spesialisasi analis efek dan sebagai sumbangsih dari penulis terhadap

dunia pendidikan.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam 5 bab. Adapun

bagian dari kelima bab tersebut yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini menguraikan tentang, latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini dikemukakan teori ilmiah untuk mendukung judul yang

diajukan dan relevan dengan masalah yang telah diidentifikasikan serta

memberikan uraian secara sistematis tentang variabel penelitian. Bab

ini membahas tentang: tinjauan teori, kajian-kajian terdahulu (literature

review), latar belakang institusi, kerangka pikir, hipotesa

Page 7: tugas

7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang, metode penelitian, populasi dan sample,

teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai: gambaran umum objek penelitian,

analisa data dengan melakukan pengujian hipotesis, pembahasan hasil

penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir dari penulisan skripsi ini, penulis membuat

kesimpulan berdasarkan pembahasan pada Bab IV dan saran - saran

sehubungan dengan penulisan penelitian ini.

Page 8: tugas

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN TEORI

2.1.1 Teori Manajemen

Manajemen memiliki peran penting dalam menggerakan segala sumber daya

organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Karena itu dalam

menjalankan suatu organisasi, segala macam aktifitas yang telah direncanakan sangat

berkepentingan sekali dengan manajemen, dan manajemen sangat erat sekali

kaitannya dengan kepemimpinan, peranan antar pribadi, pemberi informasi dan

pengambilan keputusan sehingga proses manajemen dapat terlaksana sesuai dengan

tujuan yang diinginkan.

Sebagai alat pencapai tujuan, organisasi itu tidak boleh tinggal diam atau

statis, melainkan harus bergerak melalui beberapa proses yang dinamakan

manajemen, dengan kata lain bahwa manajemen itu merupakan penggerak dalam

tubuh organisasi untuk mencapai tujuan yang ditentukan terlebih dahulu. menurut

Salih bahwa manajemen adalah sebagai kemampuan atau katerampilan untuk

memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.

(Salih, 1989: 9).

Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa manajemen itu merupakan suatu

kemampuan dan keterampilan untuk mempengaruhi dan mengatur orang lain,

diarahkan atau dikelompokan kepada sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu,

baik berupa sumber daya manusia atau sumber daya lainnya melalui tindakan-

tindakan berantai dari mulai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan. Dengan demikian diharapkan tujuan itu dapat dicapai dengan cepat, tepat

serta sesuai dengan rencana. pengertian manajemen menurut, Melayu S.P. Hasibuan

adalah Management is a distinet process consisting of planing, organizing, actuating,

and controling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of

human being ang other resources.

Page 9: tugas

9

Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang

dilakukan untuk untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

(Hasibuan, 1995:3).

Berdasarkan penjelasan diatas, manajemen adalah proses yang sistematis,

terkoordinasi dan koperatif dalam usaha-usaha memanfaatkan sumber daya manusia

dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih

dahulu. G.R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang dikutif oleh

Dharma Setyawan Salam bahwa :

Management is a distinct process consisting of planing, organizing, actuating,

and controling, utilizing in each both science and art, and followed on order to

accomplish predetermined objectives. Manajemen merupakan suatu proses yang khas

yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. (Salam, 2004: 11).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat di katakan bahwa manajemen dapat

diartikan sebagai suatu proses, yaitu serangkaian tindakan, kegiatan, atau pekerjaan

yang mengarah kepada beberapa sasaran tertentu. Melalui pemanfaatan baik ilmu

maupun seni seperti, kemampuan dan kemahiran dalam mengerjakan tugas-tugas,

memiliki cita rasa yang tinggi dalam pembangunan segala sektor, dan mempunyai

penampilan yang khas sebagai penguasa atau pemimpin. Oleh sebab itu sebagai inti

manajemen dikenal istilah kepemimpinan, sedangkan sebagai inti kepemimpinan

adalah pengambilan keputusan. Untuk melakukan serangkaian tindakan tersebut dapat

diidentifikasi.

2.1.2 Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan di setiap perusahaan merupakan salah satu bagian yang penting

dan tidak dapat dianggap hal yang biasa. Tujuan utama dari manajemen keuangan

adalah memaksimalkan nilai perusahaan dan memaksimalkan laba dengan tingkat

efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Di dalam perusahaan manajemen keuangan

digunakan untuk pengelolaan perusahaan berdasarkan modal yang ada. (Puji Astuti,

2004) menyatakan bahwa secara umum manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

Page 10: tugas

10

manajemen untuk fungsi-fungsi keuangan oleh sebab itu manajemen keuangan disuatu

perusahaan diangap penting dibandingkan aspek yang lainnya.

Sebelum kita mengetahui lebih lanjut mengenai masalah saham dan keuangan

kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari manajemen keuangan menurut para

ahli keuangan yang terdapat di dalam buku karangan Tandelilin, 2001. Adapun

pengertianya adalah sebagai berikut :

1. Menurut agus Sartono (1998)

Manajemen keuangan adalah manajemen dana baik yang berkaitan dengan

pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha

pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien

2. Menurut Weston dan Thomas (1955)

Manajemen keuangan dapat dirumuskan dari segi tanggung jawab para manajer

keuangan, meskipun tugas dan tanggung jawabnya berbeda-beda pada setiap

perusahaan. Namun tugas pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut

pengambilan suatu keputusan tentang penambahan modal, pembagian kegiatan

usaha dan pembagian deviden pada berbagai perusahaan.

Dari berbagai pendapat para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan dalam memperoleh dana yang

dialokasikan untuk kepentingan perusahaan yang digunakan secara efisien dan efektif

dan memerlukan suatu pengambilan keputusan oleh para manajer dengan tepat dan

cepat.

Pada umumnya, setiap perusahaan manajemen keuanganya tidak sama tetapi

pada prinsipnya terdapat fungsi utama seorang manajer keuangan, antara lain :

a. Keputusan alokasi dana (investasi), menentukan investasi apa saja yang baik bagi

perusahaan untuk mencapai laba yang optimal

b. Pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi, bagaimana

seorang manajer mengambil suatu keputusan tentang pembelanjaan kegiatan

perusahaan yang optimal

c. Kebijakan deviden, pengambila keputusan pembagian deviden kepada para

pemegang saham, apa berupa kas dan pembelian kembali saham atau sebaiknya

laba itu ditahan terlebih dahulu.

Page 11: tugas

11

Tujuan manajemen keuangan menurut Weston dan Thomas adalah

merencanakan untuk memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai

perusahaan. Seorang manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer

lainya yang ikut bekerja sama dengan manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas

kegiatan-kegiatan perencanaan strategis yang umum.

2.1.3 Pengertian Saham dan Indeks Harga Saham

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan

untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument

investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat

keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau

pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan

menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan

perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). (www.idx.co.id)

Menurut Rusdin (2006) saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti

kepemilikan suatu perusahaan, dan memegang saham memiliki hak klaim atas

penghasilan dan aktiva perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang

cukup popular diperjualbelikan di pasar modal.

Saham adalah bukti kepemilikan atas asset – asset atas perusahaan yang

menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan

mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan.

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan

harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan

indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau

lesu.

Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham

saat ini apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika di awal bulan nilai indeks

300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa

secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%.

Page 12: tugas

12

Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk

menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa

saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka

nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.

Di Bursa Efek Indonesia terdapat 6 (enam) jenis indeks, antara lain:

1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap

harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.

2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam

masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di

BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan,

industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan,

perdagangan dan jasa, dan manufaktur.

3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index),

menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan

indeks.

4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada

2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan

terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.

5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri

30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau indeks yang

berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam indeks ini dimasukkan

saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam.

6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang

secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu

kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. (www.idx.co.id)

2.1.4 Analisis Saham

Dalam melakukan suatu investasi saham seorang investor perlu melakukan penilaian

terhadap saham tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasi efek / saham yang

salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah (Halim,

2005). Selain itu perlunya investor melakukan penilaian saham yaitu agar keputusan

terhadap saham – saham yang akan dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apakah

Page 13: tugas

13

saham tersebut akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return

yang diharapkannya. (Tandelilin, 2001)

Analisis penilaian saham oleh investor dapat dilakukan dua analisis, yaitu:

1. Analisis fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi – informasi yang diterbitkan

oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. (Halim, 2005). Investor bisa

melakukan analisis fundamental secara top – down untuk menilai prospek

perusahaan. (Tandelilin, 2001) Proses penilaian saham secara top – down terdiri

dari tiga tahapan, yaitu:

a. Analisis Ekonomi dan Pasar modal

Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya

hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro

dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi

pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas

yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut,

dan kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi

makro. Tujuan analisis ini yaitu untuk membuat keputusan alokasi

penginvestasian dana di beberapa Negara atau dalam negeri dalam bentuk

saham, obligasi, dan kas. (Tandelilin, 2001)

b. Analisis Industri

Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari

berbagai industri, untuk bias mengetahui jenis industri apa saja yang

memberikan prospek paling menjanjikan atau sebaliknya. Setelah melakukan

analisis industri, investor nantinya akan dapat mempertimbangkan saham –

saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam

portofolio yang akan dibentuk. (Tandelilin, 2001)

c. Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan dilakukan dengan melihat informasi yang

diperoleh mengenai perusahaan emiten, dari pengumuman resmi yang

dikeluarkan perusahaan, prospectus, laporan keuangan maupun corporate

action suatu perusahaan.

Analisis perusahaan ini terkait dengan pengambilan keputusan dalam

memilih perusahaan yang mana dalam industri sebagai pilihan untuk

Page 14: tugas

14

melakukan investasi yang paling menguntungkan.

Laporan keuangan akan menjadi sumber informasi terpenting karena

dengan memahami laporan keuangan kita dapat membaca, menelaah, serta

melakukan estimasi kecenderungan perusahaan tersebut di masa yang akan

datang. Laporan keuangan tersebut kemudian dianalisis atau yang sering

disebut analisis laporan keuangan, salah satu tekniknya dengan analisis rasio

keuangan. Dengan melakukan analisis rasio – rasio tersebut investor

diharapkan dapat mengambil keputusan dalam melakukan investasi dimana

perusahaan yang paling menguntungkan. (Sucipto)

2. Analisis Teknikal

Keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data –

data pasar di masa lalu (seperti harga saham dan volume perdagangan saham),

sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa mendatang. Dengan kata

lain, bagi para analis teknikal, mereka tidak perlu lagi melakukan analisis

terhadap variabel ekonomi dan variable perusahaan untuk mengestimasi nilai

saham, karena informasi harga saham di masa lalu sudah bisa dipakai untuk

mengestimasi harga saham di masa mendatang. Keputusan analis teknikal dalam

menjual atau membeli saham didasar oleh data – data harga dan volume

perdagangan saham di masa lalu. Informasi tersebut akan mendasari prediksi

mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang. (Tandelilin, 2001).

2.1.5 Laba Akuntansi

Laba akuntansi adalah laba yang muncul dari proses laporan keuangan yang

merupakan selisih dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok dan

biaya-biaya operasi perusahaan. Laba akuntansi merupakan laba yang tertera di

laporan keuangan tahunan (annual report) dan menunjukkan kinerja intern perusahaan

yang menggambarkan kinerja perusahaan pada suatu periode tertentu.

Menurut Belkaoui (2006) yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah “

Perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi suatu periode

dan berhubungan dengan biaya historis”

Menurut Harahap (2007) laba akuntansi atau accounting income adalah “

Perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada

Page 15: tugas

15

periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan

penghasilan itu.”

Menurut Belkaoui, definisi tentang laba itu mengandung lima sifat berikut :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu

timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan

prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan

tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.

4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya

historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.

5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching, artinya hasil dikurangi biaya

yang diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama.

Adapun kebaikan dari konsep laba akuntansi menurut Harahap (2007) yaitu

sebagai berikut :

1. Dapat terus menerus ditelusuri dan diuji.

2. Karena perhitungan didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan

dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (veriability).

3. Memenuhi prinsip “conservatism” karena yang diakui hanya laba yang direalisasi

dan tidak memperhatikan perubahan nilai.

4. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manejemen dalam melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen.

Disamping adanya kebaikan, terdapat pula kelemahan yang terkandung di

dalam laba akuntansi yaitu :

1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan

nilai. Kenaikan ini ada namun belum direalisir.

2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena

perbedaan dalam metode menghitung “cost’’, perbedaan waktu antara realisasi

hasil dan biaya.

3. Penerapan prinsip realisasi “Historical Cost and Conservatism” dapat

menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.

Laba bersih (net income / laba akuntansi) sering dinyatakan sebagai indikasi

kemampuan perusahaan membayar dividen. Hal ini benar bila manajemen

Page 16: tugas

16

berdasarkan pembagian dividen secara ketat atas porsi atau bagian tertentu dari laba

bersih secara tetap.

Miller & Rock (1985) mengidentifikasi sumber dan penggunaan dana, bahwa

keputusan dividen dapat diartikan sebagai informasi earnings saat ini.

Penelitian oleh Bernartzi, Michaely, dan Thaller (1997) menyatakan bahwa

ada sesuatu yang sangat kuat, yang secara bersamaan, berhubungan antara perubahan

earnings (ketika dividen naik, earnings juga naik).

Menurut Wallace (1985) “ net income merupakan pengurangan beban

(kerugian) terhadap pendapatan (keuntungan) dari semua sumber.”

Pengertian income yang lebih lengkap dikemukakan Hendriksen & Breda

(1992) yang mengklasifikasikan konsep income berdasarkan penerima income, yaitu

konsep Value Added, konsep Enterprise Net Income, Net Income to Investor, Net

Income to Shareholders dan Net Income to Residual Equityholders. Dari semua

konsep tersebut yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Net Income to

Shareholders (laba bersih bagi pemegang saham). Laba bersih inilah yang

diperuntukkan bagi pemegang saham yang dibagikan dalam bentuk dividen.

2.1.6 Laba Tunai

Laba tunai adalah laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas,

seperti beban penyusutan dan amortisasi. Laba tunai merupakan total pure profit

income yang diharapkan diperoleh cakrawala perencanaan perusahaan dan

merefleksikan harapan tentang aliran kas masa depan.

Pada dasarnya laba tunai diasumsikan sebagai nilai kas bersih yang diperoleh

perusahaan selama periode tertentu yang dihitung ketika semua variabel diketahui

dengan pasti.

Laba tunai menurut Elizabeth (2000) adalah “ Laba akuntansi setelah

diperhitungkan dengan beban-beban non kas, khususnya antara lain beban penyusutan

dan amortisasi.”

Menurut Belkaoui (2001) : “Laba nilai tunai adalah total pure profit income

yang diharapkan diperoleh dalam cakrawala perencanaan perusahaan. Laba tersebut

adalah ex ante income, atau laba ekonomi, yang merefleksikan harapan tentang aliran

Page 17: tugas

17

kas masa depan. Income ini dihitung ketika semua variabel yang relevan diketahui

dengan pasti.”

Laba tunai menggunakan dasar kas (cash basis) dalam penerapan

akuntansinya, yaitu pendapatan diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada

saat kas dikeluarkan. Titik tolak yang berguna dalam menentukan laba tunai adalah

memahami mengapa laba bersih (laba akuntansi) harus dikonversi dari dasar akrual

ke dasar kas. Menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, sebagian besar

perusahaan harus menggunakan dasar akuntansi akrual yang mewajibkan pendapatan

dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi, namun pendapatan yang

dihasilkan mencakup penjualan kredit yang belum tertagih tunai dan beban yang

terjadi mungkin belum dibayarkan secara tunai. Hal inilah yang menyebabkan

sebagian besar investor dan analisis prihatin bahwa dasar akuntansi akrual terlalu jauh

menyimpang dari aliran kas bersih yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian,

perhitungan laba bersih (laba akuntansi) tidak lagi memberikan indikator yang dapat

diterima mengenai daya menghasilkan laba perusahaan. Jadi, menurut dasar akuntansi

akrual, laba bersih (laba akuntansi) tidak akan menunjukkan aliran kas bersih dari

aktivitas operasi perusahaan. Menurut Kieso dan Weygant (2004)

“Pengkonversian laba akuntansi berdasarkan accrual basis ke cash basis

dimulai dengan menyesuaikan laba bersih untuk akun-akun yang mempengaruhi laba,

tetapi tidak mempengaruhi kas, yaitu beban-beban non kas dalam perhitungan rugi

laba ditambahkan kembali ke laba bersih yang sebelumnya mengurangi pendapatan

dalam laporan rugi laba dengan dasar akrual.”

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa laba bersih ditambah dengan beban

non kas (beban depresiasi dan amortisasi), sehingga laba tunai merupakan keuntungan

bersih yang sebenarnya didapat oleh perusahaan, karena pada beban penyusutan

(khususnya aktiva tetap) perusahaan sebenarnya tidak mengeluarkan uang kas untuk

membayar beban tersebut melainkan hanya mengalokasikan biaya sebagai akibat dari

penurunan manfaat ekonomi dari penggunaan aktiva tersebut.

Terdapatan perbedaan antara laba akutansi dengan laba tunai. Perbedaan

tersebut terletak pada penggunaan dasar akuntansi yang diterapkan. Laba akuntansi

menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis) yang mewajibkan pendapatan

dicatat ketika dihasilkan dan beban dicacat pada saat terjadi dalam periode di mana

Page 18: tugas

18

peristiwa terjadi tanpa memandang kas diterima atau keluar. Laba tunai menggunakan

dasar akuntansi kas (cash basis) di mana pendapatan dicatat ketika kas benar-benar

diterima dan beban dicatat pada saat kas benar-benar kas dikeluarkan.

Menurut Harahap (2007) perbedaan laba tunai dengan laba akuntansi adalah

sebagai berikut :

1. Laba tunai hanya mengakui keuntungan (gain) atau kerugian (loss) pada periode

itu, sedangkan laba akuntansi mengakui keuntungan atau kerugian pada periode

sebelumnya atau lazim disebut “ accrued “.

2. Laba tunai menggunakan dasar akuntansi kas (cash basis), dimana pendapatan

diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada saat kas dikeluarkan,

sedangkan laba akuntansi menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis),

dimana pendapatan dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi.

3. Laba tunai lebih mengindikasikan keadaan laba sesungguhnya yang dimiliki

perusahaan, sedangkan laba akuntansi tidak mengindikasikan keadaan laba

sesungguhnya, karena terdapat transaksi-transaksi yang sifatnya deferral (akrual).

2.1.7 Pengertian Dividen

Menurut Fees dan Warren (2005) yang dimaksud dengan dividen adalah “Pembagian

oleh perseroan kepada pemegang sahamnya.” Sedangkan menurut Smith dan Skousen

(1997) dividen adalah “Pembagian laba kepada pemegang saham perusahaan

sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.” IAI

dalam SAK No.23 (2002) mendefinisikan dividen sebagai “Distribusi laba kepada

para pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal

tertentu.” Ross (1995) mendefinisikan dividen sebagai pembayaran kepada pemilik

perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham

maupun tunai.

Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah

keputusan financial yang sulit bagi pihak manajemen. Ross (1997) menuliskan :

“Deciding who percentage of earnings to pay out dividend is a basic policy

choice confronting managers because it determines what funds flow to investors and

what funds are retained by the firm for reinvestment”.

Page 19: tugas

19

2.1.8 Jenis – jenis Dividen

Menurut Fees dan Warren (1995) terdapat lima jenis dividen, yaitu :

1. Dividen Kas

Menurut Fees dan Warren (1995) dividen kas adalah “Pembagian uang kas dari

laba sebuah perseroan kepada pemegang sahamnya.” Dividen kas merupakan

dividen yang lazim dibagikan kepada para pemegang saham. Menurut John Jwild

“Dividen kas atau dividen tunai merupakan distribusi kas kepada pemegang

saham.” Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat

diumumkan menjadi kewajiban bagi perusahaan. Para pemegang saham akan

menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.

2. Dividen Harta

Menurut Smith dan Skousen dividen harta adalah “Pembagian kepada para

pemegang saham yang dapat dibayarkan dengan aktiva selain kas.” Dividen harta

merupakan dividen dalam bentuk aktiva perusahaan seperti merchandise, real

estate atau investasi.

Menurut John Jwild “Dividen harta atau dividen properti merupakan dividen yang

terutang dalam bentuk aktiva perusahaan, dalam bentuk barang, atau dalam bentuk

saham perusahaan lain.” Dividen tersebut dinilai pada nilai pasar aktiva yang

didistribusikan.

3. Dividen Skrip

Kieso dan Weigant menyatakan bahwa hutang dividen dalam bentuk skrip

maksudnya adalah perusahaan tidak membayar dividen pada saat ini, tetapi

memilih membayarnya pada masa mendatang. Skrip yang diterbitkan kepada

pemegang saham sebagai dividen merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.

Dividen skrip diumumkan apabila perusahaan memiliki cukup laba ditahan

(retained earning), tetapi kekurangan uang tunai.

4. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba dan merupakan

pengurangan modal disetor perusahaan. Dividen likuidasi merupakan suatu

pembagian yang merupakan pengembalian sebagian modal setoran kepada

pemegang saham (Smith and Skousen, 1995). Dividen ini merupakan pemulangan

Page 20: tugas

20

investasi (return on investment - ROI) dan dibukukan dengan mengurangi modal

setoran. Menurut Stice dan Skousen (2009) “Dividen likuidasi adalah suatu

pembagian yang mencerminkan suatu pengembalian kepada para pemegang

saham atas sebagian dari modal disetor.”

5. Dividen Saham

Dividen saham (stock dividend) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri

kepada pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan

kapitalisasi laba secara permanen. Pemegang saham menerima tambahan saham

sebagai pengalihan laba ditahan ke akun modal. Akuntansi bagi dividen saham

kecil (small stock dividend) atau dividen sederhana (ordinary stock dividend),

pada umumnya lebih kecil dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan

penilaian dividen saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Persyaratan

ini dirancang untuk membatasi frekuensi dividen saham. Untuk dividen saham

besar (large stock dividend atau split-up dalam bentuk dividen), biasanya lebih

dari 25% saham beredar, dinilai pada nilai nominal saham yang diterbitkan.

Perusahaan dapat menerbitkan dividen saham jika manejemen ingin

mengkapitalisasi sebagian dari laba ditahan ke modal kontribusi serta tidak ada aktiva

yang dibagikan. Menurut Stice dan Skousen (2009) :

“Dividen saham menghasilkan kue yang sama (perusahaan) dipotong menjadi

potongan-potongan yang lebih banyak (jumlah lembar saham yang beredar), saat

masing-masing pemegang saham memiliki proporsi yang sama seperti sebelum

dividen saham dibagikan.”

Dari sudut pandang pemegang saham, penerima dividen bukanlah kejadian

ekonomi.

2.1.9 Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil oleh perusahaan dan

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham perusahaan di pasar modal.

Kebijakan dividen merupakan sebagian dari keputusan investasi. Maka dari itu,

perusahaan dituntut untuk membagikan dividen sebagai bentuk realisasi dari harapan

Page 21: tugas

21

akan hasil yang diinginkan oleh seorang investor dalam menginvestasikan dananya

untuk membeli saham.

Menurut Sartono (1997) : “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba

yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen

atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa

mendatang.”

Adapun menurut Riyanto (2001) :“Kebijakan dividen adalah bersangkutan

dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan

untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di

dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam

perusahaan.”

Besarnya pembagian dividen tergantung pada kebijakan dividen masing-

masing perusahaan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Besarnya dividen juga harus memperhatikan beberapa faktor. Menurut Weston (1992)

faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan besarnya dividen, yaitu :

a. Undang-Undang

Menurut undang-undang, dividen harus dibayar dari laba, baik dari laba tahun

berjalan maupun laba yang ada pada pos laba ditahan dalam neraca.

b. Posisi Likuiditas

Pembagian dividen dapat dilakukan apabila perusahaan memiliki uang kas yang

cukup untuk dibagikan sebagai dividen. Jika perusahaan memerlukan dana yang

sifatnya mendesak, perusahaan dapat menggunakan laba yang diperoleh untuk

membiayai keperluan tersebut dan tidak membayar dividen kepada pemegang

saham. Itu artinya perusahaan memiliki kelemahan dalam posisi likuiditasnya

sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen sangat kecil.

c. Kebutuhan Pelunasan Hutang

Bila perusahaan mengalami hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk jenis

pembiayaan lain, maka perusahaan menghadapi dua pilihan. Pertama, perusahaan

dapat membayar hutang pada saat jatuh tempo dan menggantikan dengan jenis

surat berharga yang lain. Kedua, perusahaan dapat memutuskan untuk melunasi

Page 22: tugas

22

hutang. Dengan demikian, perusahaan dibenarkan untuk menahan sebagian dari

laba yang diperolehnya.

2.1.10 Pengertian Agency Theory

Agency theory adalah hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan

pengambilan keputusan tertentu (pemilik/pemegang saham/principal) dengan pihak

yang menerima pendelegasian tersebut (direksi/manajemen/agent).

Agency theory memfokuskan pada penentuan kontrak yang paling efisien yang

mempengaruhi hubungan principal dan agent.

Beberapa asumsi dasar yang membangun teori ini adalah sebagai berikut :

1. Agency Conflict

Dalam sebuah perusahaan, terdapat kemungkinan terjadinya konflik dalam

hubungan antara principal dan agen. Konflik tersebut akibat keinginan manajemen

(agen) untuk melakukan yang sesuai dengan kepentingan pemegang saham (principal)

untuk memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan.

Agency conflict timbul karena :

a. Moral Hazard

Manejemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan

bukan paling menguntungkan bagi perusahaan, seperti investasi yang bisa

meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya tinggi,

sehingga para manajer akan berada pada posisi untuk siap mencari kedudukan di

luar perusahaan.

b. Earning Retention

Manajemen akan cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan

yang stabil, sedangkan para pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang

lebih tinggi melalui beberapa peluang motivasi internal yang positif.

c. Risk Aversion

Manajemen akan cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam

mengambil keputusan investasi. Mereka akan mengambil keputusan investasi

yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer. Mereka akan

Page 23: tugas

23

menghindari keputusan investasi yang dianggap menambah risiko bagi

perusahaan walaupun mungkin hal itu bukan pilihan terbaik bagi perusahaan.

d. Tune Horizon

Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan

dengan waktu penugasan mereka. Hal tersebut dapat menimbulkan bias dalam

pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan

pengembalian akuntansi yang tinggi dan kurang atau tidak berpihak pada proyek

jangka panjang dengan pengembalian NPV positif yang jauh lebih besar.

e. Agency problem

Dalam teori ini, terdapat kesenjangan antara kepentingan pemegang saham

sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan

supaya dana yang diinvestasikan bisa mendapatkan return yang maksimal,

sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atau pengelolaan

dana pemilik.

2. Stewardship Theory

Teori ini menekankan konsekuensi yang bermanfaat pada shareholders return

bila struktur otoritas bersifat fasilitatif melalui penyatuan pimpinan puncak

manajemen, Chief Executive Officer (CEO) dengan pimpinan organ pengawasan

Chairman (Chair of the Board).

Peran ganda CEO dan Chairman ini diharapkan akan meningkatkan efektivitas

dan hasil yang diperoleh, serta mengutamakan superior return kepada shareholders.

Di perusahaan-perusahaan yang mengadopsi stewardship theory, peran CEO dan

Chairman akan dipegang oleh individu yang sama.

2.2 KAJIAN - KAJIAN TERDAHULU

Penelitian sebelumnya diperlukan untuk melakukan konfirmasi terhadap teori-teori

atau temuan-temuan sebelumnya dan juga untuk menemukan keterbatasan penelitian

Page 24: tugas

24

sebelumnya serta untuk memperbaikinya pada penelitian yang penulis lakukan saat

ini.

Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Veriyulina 2008 Permasalahan

yang dirumuskan adalah: Apakah Laba Bersih berpengaruh positif terhadap dividen

tunai yang dibagikan pada Perusahaan Farmasi yang Go Public di Bursa Efek

Indonesia periode 2001-2006 ? Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

menunjukkan bahwa Laba Bersih berpengaruh positif terhadap dividen tunai yang

dibagikan pada perusahaan farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode

2001-2006.

Penelitian juga dilakukan oleh Efendi 1993 yaitu terhadap perusahaan yang

terdaftar di BEJ (sekarang BEI) yang bertujuan untuk mengetahui persepsi manajemen

tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembagian dividen kas.

Efendy menemukan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk faktor

yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh manajemen dalam kebijakan

pembagian dividen kas.

Penelitian juga dilakukan oleh Wirjolukito, Herman, dan Sandy 2003

mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam keputusan pembagian dividen.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan dapat membagikan sebagian

besar keuntungan atau laba perusahaan sebagai dividen.

Penelitian lain dilakukan oleh Elizabeth 2000 tentang Laba Akuntansi dan

Laba Tunai dengan Dividen Kas dengan menggunakan sampel data dari perusahaan

yang terdaftar di BEJ (sekarang BEI), menemukan bahwa para emiten cenderung

membagikan dividen kas berdasarkan laba akuntansi daripada laba tunai, karena pada

umumnya laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibagikan

daripada laba tunai. Di samping itu, dalam penelitiannya ditemukan adanya

konsistensi hubungan yang signifikan dan positif antara laba akuntansi dengan dividen

kas.

Penelitian oleh Murtanto dan Feiruza 2004 mendukung hasil penelitian

Elizabeth (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif dan kuat antara laba

akuntansi terhadap dividen kas. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang

Page 25: tugas

25

bergerak di sektor indutri barang konsumsi yang telah terdaftar di BEJ (sekarang BEI)

pada periode tahun 1999, 2000, dan 2001.

Penelitian yang dilakukan oleh Hermi 2004 menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara laba bersih dengan kas pada perusahaan perdagangan

besar barang produksi tahun 1999-2002. Ini berarti bahwa besaran laba bersih

perusahaan berhubungan secara positif dengan besaran dividen kas perusahaan

tersebut.

2.3 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan

sampel dari tahun 2008-2010. Temuan sampel menunjukkan bahwa perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010, terdapat 29 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria

pengambilan sampel. Daftar perusahaan sampel bisa dilihat pada lampiran.

Sektor industri yang ada di dalam sampel antara lain metal and allied product;

food and beverage; automotive and component; tobacco manufacturers;

pharmaceuticals; chemical; animal feed; tollroad, airport harbor and allied

production; cement; textile and garmen; plastic and packaging; cosmetic and

household; crude petroleum and natural gas production; footwear; cable; ceramics,

glass and porcelain; dan electronic and office equipment.

Data perusahaan sampel (lihat lampiran) untuk masing-masing sektor industri

dibandingkan dengan data perusahaan secara keseluruhan yang terdaftar di BEI (IDX

Monthly Statistics, 2012) dan dapat diperoleh hasil perbandingan persentase dari

masing-masing sektor industri adalah sebagai berikut :

1. Metal and Allied Product = 2/13 = 15,4%, artinya bahwa sampel perusahaan

tersebut sudah mewakili sebesar 15,4% dari keseluruhan sektor industri Metal and

Allied Product yang terdaftar di BEI.

2. Food and Beverage = 6/14 = 42,9%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut

sudah mewakili sebesar 42,9% dari keseluruhan sektor industri Food and Beverage

yang terdaftar di BEI.

3. Automotive and Component = 7/13 = 53,8%, artinya bahwa sampel perusahaan

tersebut sudah mewakili sebesar 53,8% dari keseluruhan sektor industri Automotive

and Component yang terdaftar di BEI.

Page 26: tugas

26

4. Tobacco Manufacturers = 100%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut

mewakili seluruh perusahaan Tobacco Manufacturers yang terdaftar di BEI.

5. Pharmaceuticals = 5/10 = 50%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah

mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan sektor industri

Pharmaceuticals yang terdaftar di BEI.

6. Chemical = 4/10 = 40%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah mewakili

sebesar 40% dari keseluruhan sektor industri Chemical yang terdaftar di BEI.

7. Animal Feed = 2/4 = 50%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah

mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan sektor industri Animal Feed

yang terdaftar di BEI.

8. Tollroad, Airport Harbor and Allied Production = 1/3 =33,3%, artinya bahwa

sampel perusahaan tersebut sudah mewakili sebesar 33,3% dari keseluruhan sektor

industri Tollroad, Airport Harbor and Allied Production yang terdaftar di BEI.

9. Cement = 2/3 = 66,7%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah mewakili

sebesar 66,7% dari keseluruhan sektor industri Cement yang terdaftar di BEI.

10. Textile and Garmen = 2/21 = 9,5%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut

sudah mewakili sebesar 9,5% dari keseluruhan sektor industri Textile and Garmen

yang terdaftar di BEI.

11. Plastic and Packaging = 1/11 = 9,1%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut

sudah mewakili sebesar 9,1% dari keseluruhan sektor industri Plastic and

Packaging yang terdaftar di BEI.

12. Cosmetic and Household = 100%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut

mewakili seluruh perusahaan Cosmetic and Household yang terdaftar di BEI.

13. Crude Petroleum and Natural Gas Production = 3/6 = 50%, artinya bahwa sampel

perusahaan tersebut sudah mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan

sektor industri Crude Petroleum and Natural Gas Production yang terdaftar di

BEI.

14. Footwear = 1/3 = 33,3%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah

mewakili sebesar 33,3% dari keseluruhan sektor industri Footwear yang terdaftar

di BEI.

15. Cable = 4/6 =66,7%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah mewakili

sebesar 66,7% dari keseluruhan sektor industri Cable yang terdaftar di BEI.

Page 27: tugas

27

16. Ceramics, Glass and Porcelain = 3/6 = 50%, artinya bahwa sampel perusahaan

tersebut sudah mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan sektor

industri Ceramics, Glass and Porcelain yang terdaftar di BEI.

17. Electronic and Office Equipment = 1/8 = 12,5%, artinya bahwa sampel perusahaan

tersebut sudah mewakili sebesar 12,5% dari keseluruhan sektor industri Electronic

and Office Equipment yang terdaftar di BEI.

2.4 KERANGKA PIKIR

Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian, maka dapat digambarkan kerangka

pemikiran Pengaruh Laba Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia

GAMBAR 2.1Kerangka Pikir Penelitian

2.5 HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

Hipotesis 1

Ho : Tidak terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas

Ha : Terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas

Hipotesis 2

Ho : Tidak terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas

Ha : Terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas

Hipotesis 3

Ho : Tidak terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas

Ha : Terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Laba Akuntansi

Dividen kas

Laba Tunai

Page 28: tugas

28

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif (data yang

berupa angka atau bilangan)

2. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu

data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang diterbitkan organisasi, media

cetak dan elektronik dalam bentuk publikasi selama periode tahun 2008 – 2010

berupa data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas, serta literatur, dan bentuk-

bentuk data pendukung lainnya.

3.2 Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemudian penulis mengambil

sampel untuk mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan melihat

data dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang membagikan

dividen kas atau dividen tunai pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

Kriteria untuk mendapatkan sampel yang digunakan adalah :

1. Perusahaan tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan tersebut termasuk dalam daftar saham sector manufaktur.

3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba selama periode 2008-2010

4. Perusahaan tersebut memberikan dividen kas selama periode 2008-2010

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Penelitian Kepustakaan

(Library Research Method). Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh

berbagai pokok pikiran yang relevan dalam mengkaji serta membahas topik dalam

masalah penelitian. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk mengetahui jumlah

atau banyaknya elemen dan untuk mengetahui karakteristik dari elemen-elemen

tersebut.

Page 29: tugas

29

Populasi adalah kumpulan seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat

dibedakan satu sama lain. Perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik

yang berlainan.

Menurut Supranto (2003) “Sampel adalah kumpulan elemen yang merupakan

bagian kecil dari populasi.” Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampling

adalah cara pengumpulan data bila digunakan sampel. Sampling merupakan proses

memilih objek-objek dari sebuah populasi tertentu. Dalam hal ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan untuk memilih sampel adalah Purposive Non

Random Sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel (tidak secara acak) di mana

sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Purposive Non Random Sampling

adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan

penelitian. Dalam Purposive Non Random Sampling ini, pemilihan satuan sampling

dilakukan atas dasar pertimbangan pakar. Sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang

esensial, strata apa yang harus diwakili, tergantung pada penilaian atau pertimbangan

(judgment) dari peneliti, maka sering disebut juga judgmental sampling.

Hipotesis merupakan suatu pernyataan mengenai nilai suatu parameter

populasi yang dikembangkan untuk maksud pengujian. Hipotesis sebagai jawaban

sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian dan kelak mengujinya secara

empirik menggunakan analisis statistik yang sesuai. Pengujian hipotesis merupakan

suatu prosedur yang didasarkan kepada bukti sampel dan teori probabilitas yang

dipakai untuk menentukan apakah hipotesis yang bersangkutan merupakan pernyataan

yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar, oleh

karena itu harus ditolak. Prosedur pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut :

1. Rumuskan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis Nol

Merupakan hipotesis yang menyatakan hubungan atau pengaruh antar variabel

sama dengan nol. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan, hubungan, atau

pengaruh antar variabel.

Ho suatu pernyataan mengenai nilai parameter populasi

Page 30: tugas

30

Hipotesis Alternatif

Merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan, hubungan, atau

pengaruh antar variabel tidak sama dengan nol. Dengan kata lain, terdapat

perbedaan, hubungan, atau pengaruh antar variabel.

Ha suatu pernyataan yang diterima bila data sampel memberikan bukti bahwa

hipotesis nol salah

2. Pilih Taraf Signifikan atau Taraf Nyata

Taraf signifikan adalah probabilitas menolak hipotesis nol jika hipotesis nol

tersebut adalah benar. Taraf signifikan disebut juga tingkat risiko. Bila terdapat

ukuran sampel 100, maka 5 diantaranya tidak mendukung keputusan bahwa Ho

ditolak.

3. Tentukan Statistik Uji

Uji statistik adalah suatu nilai yang ditentukan berdasarkan informasi dari sampel

yang digunakan untuk menentukan apakah akan tidak menolak atau menolak

hipotesis (maksudnya hipotesis nol).

4. Tentukan Kriteria Pengujian

Dalam kriteria pengujian ini, terdapat “nilai kritis” yaitu titik yang memisahkan

daerah di mana Hipotesis Nol ditolak dan daerah di mana Hipotesis Nol tidak

ditolak.

5. Ambil Keputusan

Keputusan yang diambil bedasarkan hasil dari langkah 4, yaitu menolak Hipotesis

Nol atau Tidak Menolak Hipotesis Nol.

3.4 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier

Berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel independen

terhadap variabel dependen. Variabel tersebut terdiri dari variabel independen yaitu

laba akuntansi (X1) dan laba tunai (X2) dan variabel dependen yaitu dividen kas (Y).

Maka dapat diperoleh Model Persamaan sebagai berikut :

Page 31: tugas

31

Keterangan :

Y = Dividen Kas

a = Konstanta

X1 =Laba Akuntansi

X2 = Laba Tunai

ei = error term

Regresi Linier Berganda merupakan suatu metode analisis statistik yang

mempelajari pola pengaruh antara dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu

mempengaruhi variabel yang lain. Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui dan

menentukan ada atau tidaknya pengaruh laba akuntansi dengan dividen kas dan laba

tunai dengan dividen kas, pada perusahaan manufaktur.

Secara umum pengujian Regresi Linier Berganda dapat dilakukan dengan 2

cara, yaitu:

1. Dengan membandingkan antara t hitung yang

diperoleh dengan t tabel yang diperoleh dari tabel (secara manual).

2. Dengan membandingkan antara probabilitas atau

signifikasi yang diperoleh dari komputasi dengan SPSS dengan taraf signifikasi

yang digunakan.

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan cara kedua, yaitu dengan

membandingkan antara probabilitas atau signifikasi yang diperoleh dari komputasi

dengan SPSS dengan taraf signifikasi yang digunakan.

Selanjutnya menurut Ridwan (2004:136) untuk mengetahui besarnya pengaruh

atau kontribusi variabel independen (laba akuntansi dan laba tunai) terhadap variabel

dependen (dividen kas) digunakan “Koefisien Determinasi.”

Untuk mengolah data dan menginterpretasikan data kuantitatif, penelitian ini

menggunakan alat bantu statistik “Uji Regresi Liner Berganda” yang merupakan suatu

metode analisis statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh satu variabel

dengan variabel lainnya.

Y = βo + β1X1 + β2X2 + е

Page 32: tugas

32

Langkah-langkah analisis data sampai dengan tahap dilakukannya pengujian

hipotesis. Yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan yang go public di BEI dipilih secara Purposive Non Random

Sampling sesuai kriteria yang ditentukan.

2. Menganalisis laba akuntansi dengan dividen kas.

3. Menghitung laba tunai.

4. Melakukan uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari empat pengujian, dimana pengujian asumsi

klasik diguanakn sebagai persyaratan data dalam suatu penelitian. Pengujian

asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, autokolerasi, linieritas

dan heteroskedastisitas, adapun penjelasanya adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana data memusat

pada nilai rata- rata dan median. Untuk mengetahui bentuk distribusi data kita bisa

menggunakan grafik distribusi. (Santoso, 2005). Pengertian normal secara

sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang

bodoh sekali dan pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar

berada pada kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua

maka tidak normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas

banyak yang pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas

unggulan. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim

rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah.

Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot,

uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak

ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa

pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di

antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji

statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa

pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode

grafik.

Page 33: tugas

33

Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya

signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan

metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh

dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan

transformasi data, melakukan trimming data outliers atau menambah data

observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural,

akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva

normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau

menyebar ke samping kanan dan kiri.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu

model. Deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari

kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji

parsial masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Salah

satu cara untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari hasil

collinearity statistic. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10

dan jika Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas

dari multikolinearitas. (Nugroho, 2005) Apabila terjadi gejala multikolinearitas,

salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan

variable dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling baik.

(Santoso, 2005)

c. Uji Autokolerasi

Uji Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana

variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi

dengan dirinya sendiri bahwa nilai dari variable dependen tidak berhubungan

dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode

sesudahnya. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat digunakan uji Durbin-

Watson (DW). Ada beberapa pendekatan (metode) yang dapat digunakan untuk

menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dalam suatu model empirik. Salah

satu diantaranya adalah dengan menggunakan uji LM (LM-test) yang

diperkenalkan oleh Breusch dan Godfrey. Metode lain yang bisa digunakan

Page 34: tugas

34

dalam pengujian autokorelasi yaitu metode Durbin Watson. Dalam pengujian

autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan atau

korelasi antar variabel pengganggu (residual) pada observasi yang satu dengan

yang lainnya.

Ketentuan yang digunakan dalam pengujian autokorelasi ini adalah

apabila nilai X2-hitung uji LM > dibandingkan dengan nilai X2-tabel, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa model empirik bebas dari masalah

autokorelasi ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model empirik hasil

estimasi tidak lolos dari masalah autokorelasi. Sebaliknya, jika nilai X2-hitung

uji LM < dibandingkan dengan nilai X2-tabel, maka hipotesis yang

menyatakan bahwa model empirik bebas dari masalah autokorelasi diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model empirik hasil estimasi lolos dari

masalah autokorelasi.

Apabila pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan uji D-W

(Durbin-Watson test), dan nilai R2 > dibandingkan dengan D-W hitungnya,

maka menunjukkan bahwa hasil estimasi persamaan tersebut adalah lancung.

Berikut adalah gambar beserta ketentuan dalam pengujian autokorelasi dengan

menggunakan metode uji D-W (Durbin Watson test):

1) d<dL: terjadi masalah autokorelasi yang positif yang perlu perbaikan

2) dL<d<du: ada masalah autokorelasi positif tetapi lemah, dimana perbaikan

akan lebih baik.

3) du<d<4-du: tidak ada masalah autokorelasi

4) 4-du<d<4-dL: masalah autokorelasi lemah, dimana dengan perbaikan akan

lebih baik.

5) 4-dL<d: masalah autokorelasi serius. (Santoso, 2005)

Sesuaikan dengan hasil DW bab 4

d. Heteroskedastisitas

Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi di mana varians

dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam

regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual

dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang

tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari

residual (Santoso, 2005).

Page 35: tugas

35

Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam

model empirik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara

lain yaitu uji yang dikembangkan oleh White tahun 1980 (Uji White) dan uji

LM ARCH oleh Engle tahun 1982. Dalam program olah data Eviews, ada 2

versi uji White. Yaitu, White Heteroscedasticity (no cross term) dan White

Heteroscedasticity (cross term).

Ketentuan dalam pengujian heteroskedasticity, jika X2-hitung (nilai

Obs*R-squared) > X2-tabel, baik untuk White no cross term maupun pada

cross term, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa

model empirik bebas dari masalah heteroskedastisitas ditolak. Atau dengan

kata lain, hasil estimasi suatu persamaan tidak lolos dari masalah

heteroskedastisitas. Begitu pula sebaliknya, jika X2-hitung (nilai Obs*R-

squared) < X2-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

menyatakan bahwa model empirik bebas dari masalah heteroskedastisitas

diterima. Atau dikatakan, hasil estimasi suatu persamaan lolos dari masalah

heteroskedastisitas.

Sedangkan untuk uji ARCH, biasanya digunakan untuk menguji

masalah heteroskedastisitas ketika perubahan struktur, misalnya perubahan

struktur ekonomi. Ketentuannya, jika X2-hitung uji ARCH > dibandingkan X2-

tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model empirik bebas dari

masalah heteroskedastisitas ditolak, sehingga model tersebut tidak lolos dari

masalah heteroskedastisitas. Dan begitu juga sebaliknya, Ketentuannya, jika

X2-hitung uji ARCH < dibanding X2- tabel, maka hipotesis yang menyatakan

bahwa model empirik bebas dari masalah heteroskedastisitas diterima,

sehingga model tersebut lolos dari masalah.

e. Uji Linieritas

Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun

mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai

penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear.

Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear

sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya

masalah elastisitas.

Page 36: tugas

36

Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah

linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan

adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas

digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel

yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi

yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Ramsey Test atau uji Lagrange

Multiplier.

5. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (Adj R Square)

Uji Adjusted R2 ini digunakan untuk menunjukkan besarnya kontribusi

variable bebas terhadap variabel terikat yang nilainya berkisar antara 0 sampai

dengan 1 (0 > R2 < 1) suatu regresi atau semakin mendekati 1 maka hasil

regresi tersebut semakin baik yang berarti keseluruhan variabel bebas

bersama-sama dapat menerangkan variabel terikat.

b. Uji F (uji simultan)

Uji F disebut juga uji global atau uji signifikansi serentak. Uji ini

dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu

X1, X2, dan X3 untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau

keragaman variabel tidak bebas (Y). (Suharyadi, 2004).

Hipotesis yang digunakan adalah:

1) Ho : b1 = b2 = … = bk = 0, (model regresi linier barganda tidak

signifikan atau dengan kata lain tidak ada

hubungan linier antara variabel independen

terhadap variabel dependen).

2) Ha : b1 ≠ b2 = … = bk = 0, (model regresi linier berganda signifikan

atau dengan kata lain ada hubungan linier

antara variabel independen terhadap variabel

dependen).

Page 37: tugas

37

Bila melakukan perhitungan menggunakan SPSS, maka pengambilan

kesimpulan, sebagai berikut:

Jika Nilai signifikansi < α maka Ho di tolak

Jika Nilai signifikansi > α maka Ho diterima

(Sulaiman 2004)

c. Uji t (uji parsial),

Uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk mengujiapakah

suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tidak bebas.

Untuk mengetahui apakah suatu variable secara parsial berpengaruh nyata atau

tidak digunakan uji t atau t – student. (Suharyadi, 2004). Hipotesis yang

digunakan adalah:

1) Ho : bi = 0, (tidak ada pengaruh linier antara variabel independen dan

variabel dependen)

2) Ha : bi ≠ 0, (ada pengaruh linier antara variabel independen dan variabel

dependen)

Kesimpulan yang diambil apabila menggunakan perhitungan Eviews, yaitu:

Jika nilai signifikansi < α maka tolak Ho

Jika nilai signifikansi > α maka terima Ho

(Sulaiman, 2004)

d. Uji persamaan regresi linier berganda.

Regresi linear berganda adalah regresi linear yang memiliki lebih dari satu

variabel independen (bebas). (Suharyadi: 2004). Bentuk umum persamaan regresi

untuk k variabel independen dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + …+ bk Xk

Untuk mengetahui kesesuaian atau ketetapan hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi, maka

digunakan ukuran koefisien determinasi (R2). Dengan kata lain koefisien

determinasi menunjukkan kemampuan variabel X (X1, X2,...Xk) yang merupakan

variabel bebas menerangkan atau menjelaskan variabel Y yang merupakan

variable tidak bebas. Semakin besar nilai koefisien determinasi semakin baik

kemampuan variabel X menerangkan atau menjelaskan variabel Y.

6. Menarik kesimpulan statistik mengenai Hipotesis Nol (Ho)

Page 38: tugas

38

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS DATA

4.1.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karakteristik variabel dan data

penelitian serta sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi dari sampel ini

adalah kelompok industri manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) sejak tahun 2008 dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

tahun 2008-2010, dimana perusahaan-perusahaan tersebut melampirkan data lengkap

sesuai yang dibutuhkan untuk diolah menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini.

Statistik deskriptif dilakukan supaya dapat mengetahui nilai maksimum dan nilai

minimum pada setiap variabel (Dividen Kas, Laba Akuntansi, dan Laba Tunai) pada

perusahaan manufaktur. Dari data mentah yang telah diinput kedalam SPSS 16 dapat

dilihat nilai mean dan standar deviation dari masing-masing variabel penelitian pada

tabel IV.1 sebagai berikut:

Tabel IV.1Deskriptif StatistikDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. DeviationDK 87 19.48 29.58 24.7147 2.26661LA 87 20.52 30.30 25.8233 2.00808LTA 87 23.73 31.08 27.2802 1.69277Valid N (listwise) 87

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.1 terdapat 87 data, rata-rata

dividen kas menunjukkan tidak terdapat penyimpangan data, dikarenakan nilai standar

deviasinya lebih rendah daripada mean. Dimana rata-rata dividen kas sebesar 24,7147

dengan standar deviation (SD) sebesar 2.26661. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

nilai SD lebih kecil daripada rata-rata dividen kas yang menunjukkan bahwa data

variabel dividen kas mengindikasikan hasil yang baik, hal tersebut dikarenakan

standar deviasi dari data variabel tersebut lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Hal

yang sama juga terjadi pada dua variabel independen yaitu laba akuntansi dan laba

tunai. Dimana rata-rata laba akuntansi sebesar 25,8233 dengan standar deviasi (SD)

sebesar 2,00808. Sedangkan rata-rata laba tunai selama rata-ratanya (mean) sebesar

27,2802 dengan standar deviasi (SD) sebesar 1,69277.

Page 39: tugas

39

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan supaya dapat mengetahui data yang diteliti

tersebut berdistribusi normal atau tidak. Syarat dalam analisis parametrik yaitu data

harus berdistribusi normal.Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah distribusi data pada tiap-tiap

variabel normal atau tidak. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi

lebih besar dari 0,05 (sig >0,05) maka data berdistribusi normal. Namun, jika

signifikansi kurang dari 0,05 (sig <0,05) maka data tersebut tidak berdistribusi

normal.Berikut ini hasil uji normalitas data.

Tabel IV.2Uji Normalitas Data Sebelum Transformasi Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestDK LA LTA

N 87 87 87

Normal Parametersa,bMean 497782107999.37 997620252649.3

62727567803137.

05

Std. Deviation 1187172782041.836

2252626572629.211

5291556737981.618

Most Extreme Differences

Absolute .356 .329 .330Positive .356 .323 .330Negative -.338 -.329 -.304

Kolmogorov-Smirnov Z 3.325 3.069 3.080Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Sumber: data diolah

Berdasarkan pemrosesan data tersebut diperoleh hasil bahwa data pada

variabel Dividen Kas (Y), Laba Akuntansi (X1), dan Laba Tunai (X2) semuanya

memiliki nilai signifikansi 0,000 (sig <0,05) yang berarti bahwa data tersebut tidak

berdistribusi normal. Karena data pada ketiga variabel tidak berdistribusi normal,

maka dilakukan transformasi LN (log Natural) pada semua variabel penelitian

(Dividen Kas, Laba Akuntansi, dan Laba Tunai). Berikut ini hasil uji normalitas

setelah dilakukan transformasi data:

Tabel IV.3Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestDK LA LTA

N 87 87 87

Normal Parametersa,b Mean 44.00 44.00 44.00Std. Deviation 25.257 25.259 25.259

Most Extreme DifferencesAbsolute .066 .062 .064Positive .066 .062 .064Negative -.062 -.062 -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .619 .575 .593Asymp. Sig. (2-tailed) .838 .896 .873a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Sumber: data diolah

Page 40: tugas

40

Dari hasil di atas, setelah dilakukan transformasi log dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1) Data pada variabel Dividen Kas (Y) memiliki nilai signifikansi 0,468. Karena

signifikansi lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal.

2) Data pada variabel Laba Akuntansi (X1) memiliki nilai signifikansi 0,076.

Karena signifikansi lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal.

3) Data pada variabel Laba Tunai (X2) memiliki nilai signifikansi 0,630. Karena

signifikansi lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal.

Hasil menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara

normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel

dependen yaitu dividend kas berdasarkan masukan variabel independen yaitu laba

akuntansi dan laba tunai. Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian.

2. Uji Multikolinearitas

Pada perhitungan data dalam uji multikolinieritas dengan program Eviews

dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kautsoyiannis, adapaun hasil

pengolahanya adalah sebagai berikut:

Page 41: tugas

41

Tabel IV.4Uji Multikolinieritas Dengan Pendekatan Koutsoyiannis

Variabel Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas

Dependent Variable: DKMethod: Least SquaresDate: 12/02/12 Time: 05:17Sample: 1 87Included observations: 87

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.560213 3.079368 2.455119 0.0161LA 0.828177 0.060782 13.62529 0.0000

R-squared 0.685940 Mean dependent var 44.00000Adjusted R-squared 0.682245 S.D. dependent var 25.25740S.E. of regression 14.23754 Akaike info criterion 8.172361Sum squared resid 17230.14 Schwarz criterion 8.229049Log likelihood -353.4977 F-statistic 185.6486Durbin-Watson stat 1.328516 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: data diolah dengan program Eviews

Tabel IV.5Uji Multikolinieritas Dengan Pendekatan Koutsoyiannis

Variabel Laba Tunai Terhadap Dividen Kas

Dependent Variable: DKMethod: Least SquaresDate: 12/02/12 Time: 05:19Sample: 1 87Included observations: 87

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.51695 3.838447 3.260942 0.0016

LTA 0.715524 0.075765 9.443929 0.0000R-squared 0.512021 Mean dependent var 44.00000Adjusted R-squared 0.506280 S.D. dependent var 25.25740S.E. of regression 17.74716 Akaike info criterion 8.613049Sum squared resid 26771.75 Schwarz criterion 8.669736Log likelihood -372.6676 F-statistic 89.18779Durbin-Watson stat 0.888082 Prob(F-statistic) 0.000000Sumber: data diolah dengan program Eviews

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan pendekatan

Koutsoyiannis terlihat bahwa nilai R2 dari hasil estimasi Y = βo + β1X1 + β2X2 + e

adalah sebesar 0,685940, kemudian nilai R2 dari hasil estimasi Y = βo + β1X1 + e

adalah sebesar 0,685940 dan untuk nilai R2 dari hasil estimasi Y = βo + β2X2 + e

adalah sebesar 0,512021. Nilai Adjusted R2 dari persamaan Y = βo + β1X1 + β2X2

Page 42: tugas

42

+ β3X3 + e adalah sebesar 0,678462. Hal ini berarti model tersebut termasuk model

yang bagus, maka layak sebagai penelitian selanjutnya. Dengan demikian,

mengikuti pedoman di atas dapat disimpulkan bahwa dalam model empirik tidak

ditemukan adanya masalah multikolinieritas.

3. Hasil Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan

uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, adapun hasil perhitungan uji

autokorelasi adalah sebagai berikut:

Tabel IV.5Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 1.861501 Probability 0.098077Obs*R-squared 10.89733 Probability 0.091602

Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 12/01/12 Time: 23:39Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.347803 3.123962 0.431440 0.6673LA -0.031364 0.122469 -0.256094 0.7986

LTA 0.003043 0.121059 0.025140 0.9800RESID(-1) 0.275031 0.116353 2.363764 0.0206RESID(-2) 0.114807 0.118032 0.972678 0.3337RESID(-3) 0.071429 0.117732 0.606705 0.5458RESID(-4) -0.064811 0.117945 -0.549499 0.5842RESID(-5) 0.086753 0.117684 0.737168 0.4632RESID(-6) -0.013288 0.116656 -0.113906 0.9096

R-squared 0.125257 Mean dependent var -1.92E-15Adjusted R-squared 0.035539 S.D. dependent var 14.15452S.E. of regression 13.90072 Akaike info criterion 8.199456Sum squared resid 15071.94 Schwarz criterion 8.454550Log likelihood -347.6763 F-statistic 1.396126Durbin-Watson stat 1.921224 Prob(F-statistic) 0.211449

Page 43: tugas

43

Sumber: data diolah dengan program Eviews

Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan probabilitas :

a. Jika nilai probabilitas > α = 5% maka data tidak bersifat autokorelasi

b. Jika nilai probabilitas ≤ α = 5% maka data tidak bersifat ada autokorelasi

c. Jika nilai probabilitas < α = 5% maka data bersifat autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini dengan menggunakan uji LM (LM-test). Dari

hasil uji LM tersebut diketahui besarnya nilai Obs*R-squared adalah sebesar

10,89733 dengan probabilitynya sebesar 0,091602, dimana nilai ini lebih besar dari

α = 5%. Pengujian ini memiliki hipotesis bila nilai Probability > dari α = 5% berarti

data tidak mengandung masalah autokorelasi. Dan dari hasil data diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa model empirik hasil estimasi persamaan lolos dari

masalah autokorelasi.

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian

dari residual pada model regresi.Model regresi yang baik mensyaratkan tidak

adanya masalah heteroskedastisitas. Jika terjadi heteroskedastisitas, maka dapat

menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien

determinasi akan menjadi sangat tinggi.

Tabel IV.1Hasil Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:F-statistic 2.231459 Probability 0.058937Obs*R-squared 10.53291 Probability 0.061469

Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 12/01/12 Time: 23:38Sample: 1 87Included observations: 87

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -107.9726 120.7378 -0.894273 0.3738LA 11.28395 8.350024 1.351368 0.1803

LA^2 -0.067075 0.173172 -0.387334 0.6995LA*LTA 0.006472 0.239605 0.027009 0.9785

Page 44: tugas

44

LTA 6.881437 8.309887 0.828102 0.4100LTA^2 -0.131358 0.167002 -0.786568 0.4338

R-squared 0.121068 Mean dependent var 198.0475Adjusted R-squared 0.066813 S.D. dependent var 341.4148S.E. of regression 329.8122 Akaike info criterion 14.50140Sum squared resid 8810865. Schwarz criterion 14.67146Log likelihood -624.8107 F-statistic 2.231459Durbin-Watson stat 1.256723 Prob(F-statistic) 0.058937

Pengujian ini mengggunakan metode uji White Heteroscedasticity – no

cross term. Untuk dapat memutuskan ada tidaknya masalah heteroskedastisitas

dalam hasil estimasi persamaan adalah dengan melihat apakah nilai Probability dari

nilai Obs*R-squared harus lebih besar dari nilai (α = 5%). Dari hasil pengujian

Heteroskedastisitas diperoleh nilai Probability dari nilai Obs*R-squared ialah

bernilai 0.061469 yang mana nilai tersebut lebih besar dari α = 5% maka dapat

disimpulkan bahwa hipótesis yang menyatakan bahwa model empirik bebas dari

masalah heteroskedastisitas diterima. Dengan kata lain, hasil estimasi persamaan

lolos dari masalah heteroskedastisitas.

4.1.3 Uji Hipotesis

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetauhi pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen, dalam analisis regresi linier berganda

dilakukan dengan beberapa uji yang terdiri dari uji F, uji t, uji determinasi dan uji

persamaan regresi linier berganda, berikut ini merupakan hasil uji regresi linier

berganda dengan bantuan program eviews adalah sebagai berikut:

Tabel IV.14Hasil Analisis Regresi lInier Berganda

Dependent Variable: DKMethod: Least SquaresDate: 12/01/12 Time: 23:33Sample: 1 87Included observations: 87

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.556073 3.181894 2.374709 0.0198LA 0.827580 0.121340 6.820346 0.0000

LTA 0.000691 0.121340 0.005692 0.9955R-squared 0.685940 Mean dependent var 44.00000Adjusted R-squared 0.678462 S.D. dependent var 25.25740S.E. of regression 14.32203 Akaike info criterion 8.195349Sum squared resid 17230.13 Schwarz criterion 8.280381Log likelihood -353.4977 F-statistic 91.73229Durbin-Watson stat 1.328179 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 45: tugas

45

1. Uji F (Uji Simultan)

Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk mengetahui

pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen

(bersama-sama mempengaruhi), apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Kriteria

pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi < 0,05 maka terdapat pengaruh

signifikan di mana variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Tabel IV.6

Hasil Uji F (Uji Simultan)

ANOVAb

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 356.918 2 178.459 176.548 .000b

Residual 84.909 84 1.011

Total 441.827 86

a. Dependent Variable: LN_DK

b. Predictors: (Constant), LN_LTA, LN_LA

Sumber: data diolah

Berdasarkan data di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai

signifikansi kurang dari 0,05 maka terdapat pengaruh signifikan variabel independen

terhadap variabel dependen.

2. Uji t (Uji Parsial)

Page 46: tugas

46

Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara parsial terhadap

variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Kriteria pengambilan

keputusan yaitu jika nilai signifikansi <0,05 maka terdapat pengaruh signifikan

variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel IV.7

Hasil Uji t (Uji Parsial)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -2.723 1.795 -1.517 .133

LN_LA .886 .123 .785 7.212 .000

LN_LTA .167 .146 .125 1.144 .256

a. Dependent Variable: LN_DK

Sumber: data diolah

Dari data di atas diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi pada Laba Akuntansi

(X1) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi pada Laba Akuntansi kurang dari 0,05

maka dapat dikatakan bahwa Laba akuntansi (X1) berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen yaitu Dividen Kas (Y). Sedangkan nilai signifikansi pada

Laba Tunai (X2) sebesar 0,256. Karena nilai signifikansi pada Laba Tunai lebih besar

dari 0,05 maka tidak ada pengaruh signifikan. Artinya Laba Tunai (X2) tidak

berpengaruh terhadap Dividen Kas (Y).

4. Analisis Regresi Linier Berganda

a. Uji Koefisien Korelasi (R)

Untuk nilai R kriteria pengambilan keputusan yaitu :

Nilai RHubungan antara variabel dependen dan

variabel independen

R < 0,05 LEMAH

Page 47: tugas

47

R 0,05 – 0,8 SEDANG

R > 0,8 KUAT

Sumber:???

Dari model summary pada tabel IV.4, nilai R sebesar 0,899 jadi angak tersebut

menyatakan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen adalah

kuat.

b. Uji Koefisien Determinasi(Adj R Square)

Koefisien determinasi (Adj R Square) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap

variabel dependen.

Tabel IV.8

Hasil Uji Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 .899a .808 .803 1.00540 1.417

a. Predictors: (Constant), LN_LTA, LN_LA

b. Dependent Variable: LN_DK

Sumber: data diolah

Page 48: tugas

48

Dari data di atas dapat diketahui nilai Adj R Square adalah 0,803. Jadi variabel

independen mempengaruhi variebel dependen sebesar 80,3% sedangkan sisanya

sebesar 19,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti (di luar penelitian ini).

c. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh laba akuntansi dan laba

tunaiterhadapdividen kasadalah sebagai berikut:

Tabel IV.9

Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -2.723 1.795 -1.517 .133

LN_LA .886 .123 .785 7.212 .000

LN_LTA .167 .146 .125 1.144 .256

a. Dependent Variable: LN_DK

Sumber: data diolah

Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui

pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas sebagai berikut:

Y = -2,723 + 0,886 X1 + 0,167 X2+ ei

Keterangan :

Y = Dividen Kas

a = Konstanta

X1 =Laba Akuntansi

X2 = Laba Tunai

ei = error term

Page 49: tugas

49

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan

koefisien regresi untuk konstan sebesar -2,723 menunjukkan bahwa jika variabel laba

akuntansi dan laba tunai bernilai nol maka nilai dividen kas akan menurun sebesar

2,723 satuan. Sedangkan variabel laba akuntansi sebesar 0,886 menunjukkan bahwa

jika variabel laba akuntansi meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan dividen kas

sebesar 0,886 satuan. Variabel laba tunai sebesar 0,167 menunjukkan bahwa jika

variabel laba tunai meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan dividen kas sebesar

0,167 satuan.

5. Kesimpulan Statistik Mengenai Hipotesis Nol (H0)

Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas (signifikansi)

a. Pengujian koefisien β1 (Laba Akuntansi)

Kesimpulan

Dapat diketahui bahwa probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka

hipotesis nol ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa Laba Akuntansi berpengaruh

terhadap Dividen Kas.

b. Pengujian koefisien β2 (Laba Tunai)

Kesimpulan

Dapat diketahui bahwa probabilitas sebesar 0,256 lebih besar dari 0,05 maka

hipotesis nol diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa Laba Tunai tidak berpengaruh

terhadap Dividen Kas.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data statistik di atas, maka dapat diperoleh temuan atau

hasil penelitian sebagai berikut :

Hipotesis 1

H0 : Tidak terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas.

H1 : Terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas.

Hipotesis pertama (H1) menjelaskan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh

Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas karena nilai signifikansi pada Laba Akuntansi

Page 50: tugas

50

kurang dari 0,05, yaitu sebesar 0,000.

Hipotesis 2

H0 : Tidak terdapat pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen Kas.

H2 : Terdapat pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen Kas.

Hipotesis kedua (H2) menjelaskan bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat

pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen Kas karena nilai signifikansi pada Laba Tunai

lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,256.

Penelitian ini sesuai dengan landasan teori yang dijelaskan dalam Bab II. Di

mana laba akuntansi diambil dari laba bersih yang tertera di Laporan Laba Rugi

perusahaan manufaktur. Laba Akuntansi tersebut merupakan selisih dari hasil

penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok dan biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Sedangkan untuk Laba Tunai diambil dari

Neraca dan laporan Laba Rugi, di mana Laba Tunai tersebut merupakan Laba

Akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas, seperti beban

penyusutan dan amortisasi. Untuk Dividen Kas diambil dari Laporan Perubahan

Ekuitas tahun berikutnya. Dividen Kas merupakan pembagian uang kas dari laba

sebuah perseroan kepada pemegang sahamnya.

Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa semua perusahaan manufaktur yang

penulis teliti dari periode tahun 2008 sampai tahun 2010 dapat membagikan sebagian

besar keuntungan atau laba perusahaan sebagai dividen. Dalam hal ini lebih

difokuskan pada Dividen Kas. Di samping itu, Laba Akuntansi mempunyai pengaruh

yang besar terhadap pembagian Dividen Kas.

Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah penulis lakukan, penelitian

yang penulis lakukan ternyata tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya. Dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtanto dan Feiruza (2004) terhadap 20

perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI

pada periode tahun 1999 sampai dengan 2001, menyatakan bahwa ada hubungan

positif dan kuat antara Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas dan hubungan positif

antara Laba Tunai dengan Dividen Kas. Namun, Laba Akuntansi memiliki hubungan

yang lebih signifikan terhadap Dividen Kas daripada Laba Tunai terhadap Dividen

Kas.Sedangkan hasil dari penelitian ini, hanya Laba Akuntansi yang mempunyai

Page 51: tugas

51

perngaruh signifikan terhadap Dividen Kas, untuk Laba Tunai tidak berpengaruh

terhadap Dividen Kas.

Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya

yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan terhadap 29 perusahaan manufaktur di Indonesia,

sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan terhadap 20 perusahaan yang bergerak

di sektor industri barang konsumsi.

2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pada periode tahun 2008 sampai

dengan 2010, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan

pada periode tahun 1999 sampai dengan 2001 (walaupun sama-sama dalam jangka

waktu 3 tahun).

3. Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda dan diolah dengan

menggunakan SPSS, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan Korelasi

Rank Spearman dan diolah dengan menggunakan cara manual yaitu dengan

menggunakan rumus dan membandingkan dengan tabel t.

4. Hasil dari penelitian ini adalah Laba Akuntansi mempunyai pengaruh signifikan

terhadap Dividen Kas, untuk Laba Tunai tidak mempunyai pengaruh terhadap

Dividen Kas, sedangkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa baik Laba

Akuntansi maupun Laba Tunai semuanya memiliki hubungan dengan Dividen Kas

namun Laba Akuntansi hubungannya lebih kuat terhadap Dividen Kas daripada

Laba Tunai terhadap Dividen Kas.