TUGAS 1 PENGANTAR TERAPI WICARA 25 Organ Bicara Dan Fungsinya Dosen Pengampu: Bapak Sudarman,SST.TW.,S.KM Penyusun : Nama : Putu Adila Reza Laksmi No. Abs : 47 NIM : P27229016 115 Prodi : D-IV Terapi Wicara Semester : 1 D-IV TERAPI WICARA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017
15
Embed
TUGAS 1 PENGANTAR TERAPI WICARA · TUGAS 1 PENGANTAR TERAPI WICARA 25 Organ Bicara Dan Fungsinya Dosen Pengampu: Bapak Sudarman,SST.TW.,S.KM Penyusun : Nama : Putu Adila Reza Laksmi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS 1 PENGANTAR TERAPI WICARA
25 Organ Bicara Dan Fungsinya
Dosen Pengampu:
Bapak Sudarman,SST.TW.,S.KM
Penyusun :
Nama : Putu Adila Reza Laksmi
No. Abs : 47
NIM : P27229016 115
Prodi : D-IV Terapi Wicara
Semester : 1
D-IV TERAPI WICARA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
25 ORGAN BICARA DAN FUNGSINYA
1. Paru-paru (lungs)
Paru-paru mempunyai tugas bersama dengan diafragma untuk menghembuskan
udara ke luar sehingga menimbulkan bunyi bahasa. Paru-paru biasa disebut sebagai
motor penggerak alat bicara.
2. Batang tenggorok (trachea)
Fungsi batang tenggorok (trachea) dalam bicara adalah sebagai tempat lalunya
udara yang merupakan bahan baku dari suatu bunyi yang datang dari paru-paru
untuk diteruskan ke rongga mulut dan rongga hidung. Disamping itu, saluran udara
ini juga berfungsi sebagai koyak resonansi beberapa jenis bunyi.
3. Pangkal tenggorok (larynx)
Pangkal tenggorokan berfungsi untuk mengeluarkan udara dari paru-paru.
Rongga tersebut dapat membuka atau menutup. Jika rongga tenggorokan membuka
akan membentuk bunyi vokal, sebaliknya jika rongga tenggorokan menutup akan
membentuk bunyi konsonan.
4. Pita-pita suara (vocal cords)
Pita suara (vocal cords) ini tempatnya di bawah jakun, yang terdiri atas sepasang
pita. Di tengah-tengah pita suara ini ada celah yang bisa melebar dan menyempit.
Celah pitas suara ini lebih dikenal dengan sebutan glotis. Pita suara manusia dapat
berubah-ubah posisinya, antara lain sebagai berikut ini.
a. Posisi terbuka lebar
Posisi seperti ini tidak menghasilkan bunyi bahasa. Dapat terjadi pada
pernafasan normal saja.
b. Posisi agak menyempit
Posisi seperti ini akan menghasilkan bunyi tak bersuara, misalnya: [p], [t], [k],
[c].
c. Posisi menyempit
Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa bersuara, misalnya [b], [d], [g], [j].
d. Posisi tertutup
Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa hamzah atau glotal stop, misalnya
[h], dan [?].
5. Krikoid (cricoid)
Krikoid berfungsi untuk melindungi trakea dari benda asing baik selama proses
menelan.
6. Tiroid (thyroid/lekum)
Tiroid merupakan kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago
inimembentuk jakun atau adam’s apple.
7. Aritenoid (arythenoids)
Arytenoid pada laring memiliki fungsi yang besar untuk membuka dan menutup
pita suara (vocal cords), memiliki bentuk segitiga yang terletak di tepi atas krikoid
di perbatasan posterior laring.
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara
bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal. Bunyi faringal adalah
fonem yang juga ditempatkan artikulasi yang berada di rongga leher, di bawah
glotis. Bunyi fonem ini direalisakan dengan menggerakkan ujung belakang lidah ke
belakang.
Bunyi faringal, bunyi yang dihasilkan atau yang proses penghasilannya berada
di dalam rongga faring. Contoh : [h].
9. Epiglotis (epiglottis)
Epiglotis melayani peran penting untuk kelangsugan hidup manusia. Epiglotis
berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup untuk pita suara dan memegang pita
suara erat untuk pengembangan dan produksi suara. Tulang rawan fleksibel sangat
membantu dalam pengucapan.
10. Akar lidah (root of the tongue)
Akar lidah dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator aktif,
yakni artikulator yang bergerak. Kategorisasi bunyi keras (fortis) dan bunyi lunak
(lenis) dibedakan berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu bunyi
itu diartikulasikan. Bunyi bahasa disebut keras apabila pada waktu diartikulasikan
disertai ketegangan kekuatan arus udara. Sebaliknya, apabila pada waktu
diartikulasikan tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara, bunyi itu disebut
lunak.
11. Pangkal atau belakang lidah (back of the tongue, dorsum)
Pangkal atau belakang lidah (back of the tongue, dorsum) menghasilkan bunyi :
a. Dorsovelar, bunyi yang dihasilkan oleh punggung lidah (dorsum) dan langit-
langit lunak (velum). Contohnya bunyi, [k], [g].
b. Bunyi uvula, bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah dan anak tekak (uvula).
Contohnya bunyi [q].
c. Bunyi yang dihasilkan pangkal lidah dan langit-langit lunak. Contohnya bunyi
[ng]
d. Penyempitan dinding faring dan pangkal lidah. Contohnya bunyi [h].
12. Tengah atau depan lidah (middle of the tongue, medium)
Lidah menghasilkan beberapa jenis bunyi hambatan :
a. Bunyi stop atau bunyi letus, bunyi yang dihasilkan dengan udara terhenti sama
sekali dan di lepas dengan tiba-tiba. Contoh: [p], [b].
b. Bunyi lateral atau samping, bunyi yang dihasilkan dengan udara melalui sisi
lidah yang menghalangi keluarnya udara. Contoh: [│]
c. Bunyi getar, bunyi yang dihasilkan dengan cara udara tergetar di dalam mulut
yang disebabkan oleh getaran lidah. Contoh: [r].
d. Dihasilkan tengah lidah dan langit-langit keras. Contoh: [ny]
13. Daun lidah (blade of the tongue, lamine atau laminal)
Daun lidah (blade of the tongue, lamine atau laminal) menghasilkan bunyi :
a. Lamioal veolar, bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah (lamina) dan pangkal gigi
(alveolum). Contoh bunyi [s].
b. Penyempitan daun lidah dan lengkung kaki gigi. Contoh bunyi [s], [z].
14. Ujung lidah (apex)
Fungsi Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Konsonan Letupan,
dihasilkan dengan cara udara dihambat kemudian diletupkan oleh artikulator. Ujung
lidah juga dapat menghasilkan konsonan letupan. Antara lain, yang dihasilkan oleh
ujung lidah dan langit-langit keras, menghasilkan bunyi apiko-palatal. Dan yang
dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi. Contoh bunyi [t], [d]. Ujung
lidah juga dapat menghasilkan konsonan sengau, yang dihasilkan oleh ujung lidah
dan lengkungan gigi atas/gusi. Contoh bunyi [n].
Gambar pangkal lidah (dorsum), tengah lidah (medium), daun lidah (lamina),
dan ujung lidah (apex).
15. Anak tekak (uvula)
Anak tekak (uvular) berfungsi untuk turun naik dan untuk mengatur arus udara
yang keluar masuk melalui organ hidung atau rongga mulut. Anak tekak terdapat
dibagian atas, antara langit-langit lunak dengan tenggorokan, diantara rongga mulut
dengan rongga hidung. Fungsinya hampir sama dengan fungsi langit-langit lunak.
Disamping itu kerja sama dengan anak lidah dengan pangkal lidah merupakan
makhraj bunyi (qof).
Bunyi yang dihasilkan anak tekak disebut bunyi uvula, yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh belakang lidah dan anak tekak (uvula). Contoh bunyi [q] dan bunyi
[r] yang tidak jelas.
16. Langit-langit lunak (soft plate, velum atau velar)
Langit-langit termasuk organ yang pasif, kecuali langit-langit lunak yang bisa
bergerak mundur ke belakang dan bekerja sama dengan tekak untuk membuka dan
menutup saluran udara ke hidung. Apabila bagian lidah bergerak menuju salah satu
bagian dari langit-langit di atas akan terjadilah bunyi tersendiri: Apabila ujung lidah
bertemu dengan gusi tejadilah bunyi za-shod-sin-ro (apikoalveolar). Apabila ujung
lidah bertemu dengan langit-langit keras, terjadilah bunyi jim-syin (apikopalatal).
Apabila tengah lidah bertemu dengan langit-langit keras, terjadilah bunyi ro
(mediopalatal). Apabila pangkal lidah bertemu dengan langit-langit lunak, terjadilah
bunyi kho-kaf-ghoin (dorsovelar).
a. Bunyi dorsovelar yaitu bunyi yang dihasilkan oleh punggung lidah (dorsum) dan
langit-langit lunak (velum). Contoh: [k], [g].
b. Konsonan hamzah yaitu konsonan yang terjadi dengan menekan rapat yang satu
terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak beserta anak tekak
di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat, bunyi yang di
hasilkan [?].
17. Langit-langit keras (hard plate, palatal)
Langit-langit keras menghasilkan bunyi sebagai berikut :
a. Bunyi apikopalatal, bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit
keras. Bila ujung lidah itu membalik ke arah belakang, maka bunyi yang
dihasilkan adalah bunyi retrofleks. Contoh: [d].
b. Bunyi laminopalatal, bunyi yang dihasilkan oleh lamina dan langit-langit keras.
Contoh: [c], [j].
c. Kaonsonan hambat letup apiko-palatal, yaitu konsonan yang terjadi jika
artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras
(langit-langit atas). Bunyi yang dihasilkan [t.d]. [t] ditulis th sedangkan [d]
ditulis [dh].
d. Konsonan hambatan letup medio-palatal yaitu konsonan yang terjadi jika
artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilka [c], [j].
Gambar langit-langit lunak, langit-langit keras dan uvula.
18. Lekung kaki gigi, gusi (alveolar, gums)
Lengkung kaki gigi, gusi (alveolar, gums) menghasilkan bunyi:
a. Alpico interdental/dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan oleh ujung lidah
(artikulator) dengan daerah lengkung gigi (titik artikkulator), seperti [t], [d], [n].
b. Bunyi apikopalatal, bunyi yang dihasilkan ujung lidah dan pangkal gigi
(alveolum), seperti bunyi [n].
c. Bunyi laminoalveolar, bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah (lamina) dan
pangkal gigi (alveolum), seperti bunyi [s]
19. Gigi atas (upper teeth, denta)
Ketika membentuk bunyi bahasa, gigi yang berperan penting yaitu gigi atas.
Gigi atas biasanya bersama-sama dengan bibir bawah atau ujung lidah. Bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut labio-dental. Adapun
bunyi bahasa yang terbentuk oleh gigi atas dan ujung lidah disebut bunyi apiko-
dental.
a. Labio dental, bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas
(titik artikulasi) dengan bibir bawah (artikulator); seperti [f], [v], [w].
b. Bunyi [b] dimana bunyi [b] mendapat hambatan dari kedua bibir, dan [d]
mendapatkan hambatan pada ujung lidah (apeks) dan gigi atas.
c. Bunyi apikodental, bunyi yang dihasilkan gigi atas dan bawah serta ujung lidah.
Contoh [t]
20. Gigi bawah (lower teeth, denta)
Fungsi gigi sebagai organ bicara sangat jelas karena merupakan penghambat
udara yang datang dari paru-paru, sehingga tidak keluar secara serentak dari rongga
mulut. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh gigi atas dan gigi bawah disebut bunyi
dental.
21. Bibir atas (upper lip, labium atau labial)
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas adalah sebagai artikulator pasif.
22. Bibir bawah (lower tip, labium atau labial)
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir bawah sebagai artikulator aktifnya.
Dapat juga bibir bawah sebagai artikulator aktif itu bekerja sama dengan gigi atas,
hasilnya ialah bunyi labio-dental.
23. Mulut (mouth)
Mulut merupakan rongga berbentuk oval di dalam tengkorak. Dua fungsi utama
mulut adalah untuk makan dan berbicara. Bagian mulut termasuk bibir, vestibulum,
rongga mulut, gusi, gigi, langit-langit keras dan lembut, lidah dan kelenjar ludah.
24. Rongga mulut (mouth cavity atau oral cavity)
Bunyi yang dihasilkan rongga mulut (mouth cavity atau oral cavity) adalah :
Bunyi Nasal dan Oral
Bunyi nasal atau sengau dibedakan dari bunyi oral berdasarkan jalan keluarnya
arus udara. Bunyi nasal dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui
rongga mulut, tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.
Penutupan arus udara ke luar rongga mulut dapat terjadi :
a. Antara kedua bibir, misalnya bunyi (m)
b. Antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi (n)
c. Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi (ŋ)
d. Antara ujung lidah dan langt-langit keras, hasilnya bunyi (ň)
Bunyi oral dihasilkan dengan jalan mengangkut ujung anak tekak mendekati
langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung sehingga arus udara dari paru-
paru keluar melalui mulut. Selain bunyi nasal, semua bunyi vokal dan konsonan
bahasa Indonesia termasuk bunyi oral.
25. Rongga hidung (nose cavity atau nasal cavity)
Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi
nasal ini dihasilkan dengan cara menutup rapa-rapat arus udara di rongga mulut, dan
menyalurkannya keluar melalui rongga hidung. Yang dalam bahasa Indonesia
adalah bunyi nasal bilabial [m], bunyi nasal apikeolvelar [ŋ] bunyi nasal
laminopalatal [ň], bunyi nasal dorsovelar [ŋ] dan [d]. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan udara lewat rongga hidung. Contoh: [m], [n].