Top Banner
1

Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Jun 25, 2015

Download

Documents

Pedoman penanganan tuberkulosis berdasarkan "Treatment of Tuberculosis guidelines, Fourth Edition" dari World Health Organization (WHO) 2009/2010
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

L/O/G/O

TUBERKULOSIS

Dr. Rovels Agber Maywell Iroth

Sumber:

Treatment of Tuberculosis Guidelines

Fourth Edition 2009

Page 2: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

DEFINISI KASUS

• Suspek TB (Tuberculosis suspect)

• Kasus TB (Case of tuberculosis)

• Kasus Pasti TB (Definite case of

Tuberculosis)

Page 3: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Definisi Kasus : Suspek TB

• SUSPEK TB.

Setiap orang yang datang dengan gejala

atau tanda TB. Gejala paling sering adalah

dahak produktif > 2 minggu, bisa disertai

gejala lain (sesak napas, nyeri dada, batuk

darah) atau gejala konstitutional

(penurunan nafsu makan, penurunan

berat badan, berkeringat malam, badan

lemas)

Page 4: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Definisi Kasus : Kasus TB

• KASUS TB.

Kasus pasti TB atau seseorang yang

sudah didiagnosa menderita TB oleh

dokter dan diputuskan untuk mendapat

pengobatan lengkap TB.

Page 5: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Definisi Kasus : Kasus Pasti TB

• KASUS PASTI TB.

Seorang pasien dengan positif

Mycobacterium tuberculosis berdasarkan

pemeriksaan spesimen ataupun

pemeriksaan lainnya yang dapat

mengidentifikasi M.tuberculosis.

Page 6: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

KLASIFIKASI

• Lokasi anatomis penyakit

(Anatomical Site of TB disease)

• Hasil pemeriksaan bakteriologis (termasuk

resistensi obat)

Bacteriological results (including drug

resistance)

• Riwayat pengobatan sebelumnya

(history of previous treatment)

• Status HIV pasien

(HIV status of the patient)

Page 7: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Lokasi anatomis penyakit

• Tuberkulosis Pulmonal.

Kasus TB yang melibatkan parenkim paru.

• Tuberkulosis Ekstrapulmonal.

Kasus TB yang melibatkan organ selain

paru, seperti pleura, nodus limfa,

abdomen, traktus genitourinaria, kulit,

sendi dan tulang, meningens.

Page 8: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Hasil pemeriksaan bakteriologis

• BTA sputum positif (smear-positive TB).

Kasus TB dengan BTA sputum positif di awal masa

pengobatan

• BTA sputum negatif (smear-negatif TB).

– Kasus TB dengan BTA sputum negatif tetapi kultur

sputum positif

– Sesuai dengan kriteria berikut:

• Diputuskan oleh dokter untuk mendapat

pengobatan TB

• Kelainan radiologi sesuai dengan TB dan adanya

infeksi HIV atau HIV negatif tetapi penyakit tidak

membaik dengan pengobatan lain.

Page 9: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Riwayat pengobatan sebelumnya

• PASIEN BARU.

Tidak ada riwayat pengobatan TB atau

mendapat pengobatan TB < 1 bulan.

• PASIEN DENGAN RIWAYAT

PENGOBATAN TB

Ada riwayat pengobatan TB 1 ≥ 1 bulan.

– Relaps. Pengobatan lengkap dan sembuh

– Gagal. Pengobatan lengkap tetapi BTA tetap

positif.

– Putus obat. Pengobatan tidak lengkap.

Page 10: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Status HIV

• HIV positif

• HIV negatif

Page 11: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

PENGOBATAN TUBERKULOSIS

*Pasien umur > 60 tahun dosis maksimal 10mg/kg per hari.

*pasien dengan berat badan < 50 kg tidak boleh melebihi dosis 500 – 750 mg per hari.

Page 12: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Regimen pengobatan TB

• Pasien Baru

Regimen: 2HRZE/4HR

– 2HRZE/4(HR)3

– 2(HRZE)3/4(HR)3 *HIV negatif*

• Pasien dengan riwayat pengobatan TB

Regimen: 2HRZES/1HRZE/5HRE

2HRZE/4HR artinya 2 bulan fase intensif dan 4 bulan fase lanjutan sesuai dengan obat

WHO tidak lagi merekomendasikan penghapusan ethambutol selama pengobatan TB

Pada meningitis tuberkulosis, ethambutol harus ditukar dengan streptomycin

H = isoniazid, R = rifampicin, Z = pyrazinamide, E = ethambutol, S = streptomycin

Page 13: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

EFEK SAMPING OBAT (MAYOR)

Page 14: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

EFEK SAMPING OBAT (MINOR)

Page 15: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Pasien TB dengan HIV positif

• Pasien HIV dengan HIV positif atau tinggal di

tempat dengan prevalensi HIV tinggi, harus

mendapatkan pengobatan TB dengan dosis

harian selama fase intensif.

• Dosis optimal fase lanjutan ialah dosis

harian, tetapi dosis tiga kali sehari dapat

dilakukan bila dosis harian sulit dilakukan.

• Pengobatan pencegahan dengan

cotrimoxazole sangat disarankan pada

pasien TB dengan HIV positif selama

pengobatan TB dilakukan.

Page 16: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Pasien TB dengan HIV positif

• Regimen obat anti retrovirus (ART) untuk HIV

pada pasien TB yang direkomendasikan oleh

WHO adalah regimen obat yang termasuk

efavirenz (EFV), karena interaksi obat yang

minimal.

• WHO 2009 merekomendasikan bahwa

pengobatan TB harus dimulai terlebih

dahulu dan setelah itu ART, sesegera

mungkin dan dalam 8 minggu sejak

dimulainya pengobatan TB

Page 17: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Regimen untuk pasien dengan

Multi Drug Resistance TB

Page 18: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

INTERAKSI OBAT

• Rifampicin mengurangi konsentrasi dan

efektivitas obat berikut:

Page 19: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

TB PADA KEADAAN KHUSUS

• Kehamilan dan menyusui

• Gangguan hati

• Gagal ginjal dan gangguan berat ginjal.

Page 20: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Kehamilan dan menyusui

• Regimen obat anti TB aman kecuali

streptomycin, yang dapat menembus

plasenta dan bersifat ototoksik terhadap

janin.

• Kemoterapi perlu untuk mencegah

penularan pada bayi

• setelah TB aktif pada bayi ditangani, bayi

harus diberikan 6 bulan isoniazid untuk

pencegahan diikuti dengan vaksinasi

BCG

Page 21: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Gangguan hepar

• Regimen obat anti TB aman bila tidak ada

gangguan kronis hepar (hepatitis virus

karier, riwayat hepatitis akut, peminum

alkohol). Kadar serum tetap diawasi.

• Pada pasien yang tidak stabil dan ada

penyakit hati dan pemeriksaan

menunjukkan alanine aminotransferasi

meningkat 3x lipat, regimen berikut

disarankan:

Page 22: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Gangguan hepar (Regimen obat)

• Regimen pada gangguan hati:

– 2 obat hepatotoksik:

• 9HRE

• 2HRES/6HR

• 6 -9RZE

– 1 obat hepatotoksik:

• 2HES/10HE

– Obat non-hepatotoksik:

• 18-24SE+fluoroquinolone

Page 23: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Gagal ginjal serta gangguan

ginjal yang berat

• Regimen yang direkomendasikan adalah:

– 2HRZE/4HR

• Isoniazid dan rimfampicin bebas diberikan

sesuai dosis.

• Pyrazinamide dan ethambutol

disesuaikan, pemberian 3x seminggu

dengan dosis pyrazinamide 25mg/kg dan

ethambutol 15mg/kg (dosis harian

dengan pemberian 3x seminggu)

Page 24: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

Gagal ginjal serta gangguan

ginjal yang berat

• Pasien perlu diberikan pyridoxine untuk

mencegah neuropati perifer

• Streptomycin dihindari karena nefrotoksik

dan ototoksik. Bila harus diberikan,

dosisnya 15mg/kg, 2x atau 3x seminggu,

maksimum 100 gram per dosis dengan

pengawasan ketat kadar serum.

Page 25: Tuberkulosis (Pedoman Penanganan WHO 2009/2010)

TERIMA KASIH