TUBERKULOSIS PARU PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut berbentuk batang bersifat aerob dan tahan asam, dan merupakan organisme patogen atau saprofit. Ada mikobakteri patogen, tetapi hanya strain bovin dan humanus yang patogenik terhadap manusia. Jumlah penderita TB paru di Indonesia bertambah setiap tahunnya. Meskipun kuman TB cepat mati pada sinar matahari dimana Indonesia beriklim tropis tetapi pola kehidupan masyarakatnya yang masih bertaraf rendah seperti daerah pemukiman padat, kumuh & ventilasi serta pencahayaan yang kurang ditambah lingkungan rumah yang lembab sehingga menyebabkan kuman TB dormant sampai beberapa tahun. Pemutusan rantai infeksi TB juga mengalami gangguan karena penderita TB cenderung serumah dan selalu kontak dengan anggota keluarga lain yang belum terinfeksi kuman TB, sehingga hal ini yang membuat pemutusan mata rantai kuman TB mengalalami hambatan yang cukup berarti. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUBERKULOSIS PARU
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut berbentuk batang bersifat aerob dan
tahan asam, dan merupakan organisme patogen atau saprofit. Ada mikobakteri
patogen, tetapi hanya strain bovin dan humanus yang patogenik terhadap manusia.
Jumlah penderita TB paru di Indonesia bertambah setiap tahunnya.
Meskipun kuman TB cepat mati pada sinar matahari dimana Indonesia beriklim
tropis tetapi pola kehidupan masyarakatnya yang masih bertaraf rendah seperti
daerah pemukiman padat, kumuh & ventilasi serta pencahayaan yang kurang
ditambah lingkungan rumah yang lembab sehingga menyebabkan kuman TB
dormant sampai beberapa tahun.
Pemutusan rantai infeksi TB juga mengalami gangguan karena penderita TB
cenderung serumah dan selalu kontak dengan anggota keluarga lain yang belum
terinfeksi kuman TB, sehingga hal ini yang membuat pemutusan mata rantai
kuman TB mengalalami hambatan yang cukup berarti.
Selain itu, tingkat kepatuhan berobat para penderita TB juga rendah.
Banyaknya kasus putus berobat menyebabkan jumlah penderita TB terus
bertambah, ditambah lagi semakin meningkatnya kasus-kasus resistensi Obat Anti
Tuberculosa (OAT) paru yang disebabkan banyaknya kasus-kasus TB yang sering
putus berobat.
DEFINISI
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit paru menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa tipe humanus(jarang oleh M.bovinus) dan ditandai
dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh
hipersensitifitas yang diperantarai sel (cell-mediated hypersensitivity).
1
PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi malalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantai sel.
Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit (sel T) sel imunoresponsif. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas seluler. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri 1-3 basil. Setelah berada
didalam alveolus, biasanyadi bagian bawah lobus atas paru atau dibagian atas
lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit PMN
tampak pada tempat tersebut dan memfagositosis bakteri namun tidak membunuh
organisme tersebut. Setelah itu leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul pneumonia akut yang biasa
sembuh dengan sendirinya tanpa bekas atau proses dapat berjalan terus, dan
bakteri difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui
getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan bersatu membentuk sel tuberkel
epitheloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutukan waktu 10-20
hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang padat dan seperti
keju disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epitheloid dan fibroblast
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut focus Ghon dan gabungan terserangnya KGB
regional dan lesi primer disebut kompleks Ghon.
2
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan
cair lepas kedalam bronchus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan
tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakeobronchial. Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup
dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan mereda, lumen
bronchus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut. Bahan perkejuan
dapat mengental dan tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga
kavitas penuh dan lesi dapat mirip dengan lesi berkapsul. Keadaan ini tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
bronchus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari KGB akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil,
yang kadang dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfogen,yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
hematogen merupakan fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB milier, ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
KLASIFIKASI
Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli
radiology, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi TB.
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :
1. Pembagian secara patologis
Tuberculosis primer (Childhood tuberculosis)
Tuberculosis post primer (Adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis
Tuberculosis paru aktif
Non aktif
Quiescent (bentuk aktif yang mulai sembuh)
3
3. Pembagian secara radiologist (luas lesi)
Minimal Lession Tuberculosis (lesi minimal)
Moderately advanced tuberculosis (lesi sedang)
Far advanced tuberculosis (lesi luas)
Berdasarkan terapi WHO TB terbagi dalam 4 kategori :
Kategori I, ditujukan terhadap :
- Kasus baru dengan sputum BTA (+)
- Kasus baru dengan sputum BTA (-) dengan kerusakan parenkim luas
- Kasus baru pada TB luar yang berat
Kategori II, ditujukan terhadap :
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA (+)
- Pengobatan ulang karena lalai berobat (DO)
Kategori III, ditujukan terhadap :
- Kasus baru dengan BTA (-) dengan kelainan paru yang tidak luas.
- Kasus TB ekstra paru selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV, ditujukan terhadap :
- TB kronik
GEJALA KLINIS
1. Demam
Biasanya sub febril, menyerupai demam influenza tetapi kadang-kadang suhu
badan dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang
masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus dan batuk berguna untuk
membuang produk-produk radang keluar. Proses tersebut menyebabkan secret
terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun
pagi hari. Bila proses destruksi berlanjut, secret dikeluarkan terus menerus
4
sehingga batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu. Sekret yang
dihasilkan awalnya mukoid dan sedikit kemudian berubah menjadi
mukopurulen/kuning /kuning kehijauan sampai purulen kemudian berubah
menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan. Keadaan yang
lanjut dapat berupa batuk darah.
3. Sesak Nafas
Ditemukan pada proses yang lanjut dari Tuberkulosis paru, akibat adanya
restriksi dan obstruksi saluran pernafasan serta loss of vascular bed/vascular
thrombosis yang dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi dan kor
pulmonal.
4. Nyeri dada
Termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah berat, telah terjadi
pleurirtis luas (nyeri dikeluhkan di daerah axilla, di ujung scapula)
5. Malaise
Gejala berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan kurus (berat badan
turun), sakit kepala, myalgia, sering keluar keringat tiap malam.
PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) Inspeksi
Tampak adanya penarikan organ ke daerah yang sakit, misalnya trakea.
Fossa supra dan infraklavikula menjadi cekung, ruang antar iga
menyempit dan gerakan pernafasan menurun.
b) Palpasi
Adanya pergerakan pernafasan menurun. Fremitus raba meningkat.
c) Perkusi
Suara ketok redup
5
d) Auskultasi
Suara nafas, intensitas menurun, terdengar suara nafas bronkial atau
bronkovesikuler. Kalau ada suara amforik merupakan tanda adanya
kavitas. Suara tambahan, terdengar ronki basah yang bervariasi mulai
kasar sampai halus. Ronki kadang-kadang terdengar. Suara vokal
meningkat.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Gambaran kelainan paru karena TB sudah tampak secara radiologis
dahulu kira-kira 2-3 th sebelum adanya gejala klinis. Tetapi diagnosa TB
paru tidak dapat dibuat atas dasar gambaran radiologis saja Karena masih
banyak penyakit paru lain yang menyerupai gambaran TB.
1. TB Paru menahun
Sering pada segmen posterior/apical dari lobus superior/pada segmen
superior pada lobus inferior. Karena proses yang sudah lama jaringan
paru telah mengalami penyembuhan disertai proses baru di sekitarnya
sehingga tampak adanya fibrosis, kavitas, kelainan noduler dengan
berbagai ukuran serta proses eksudatif.
2. Akibat penyebaran hematogen bersifat difus atau simetris kecil-kecil
(milier) jadi berbeda dengan penyebaran bronkogen yang tidak
simetris dan setempat.
Melihat luasnya lesi pada TB paru :
Lesi Minimal
Bila proses TB paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga II dan prosesus spinosus dari vertebra
torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V dan tidak dijumpai
kavitas.
6
Lesi Sedang
Bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar
dengan densitas sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih dari luas
dari satu paru. Atau jumlah seluruh proses yang ada paling banyak
seluas satu paru atau bila proses TB mempunyai densitas lebih padat,
lebih tebal (confluent) maka luas proses tersebut tidak boleh lebih dari
sepertiga luas satu paru dan proses ini dapat / tidak disertai kavitas.
Bila disertai kavitas , maka luas seluruh kavitas (diameter) tidak boleh
lebih dari 4 cm.
Lesi Luas
Kelainan lebih luas dari lesi sedang.
b. Laboratorium
- Dahak (sputum)
- Cairan pleura
- Laju Endap Darah, sering meningkat pada proses aktif
- Leukosit dapat normal atau meningkat pada proses aktif
- Hemoglobin, pada TB yang berat sering disertai anemia derajat sedang
bersifat normositik dan sering disebabkan defisiensi besi