TUGAS MATA KULIAHTANAH-TANAH UTAMA DI INDONESIAVERTISOLS
OLEH :Zahrotul Chayati125040200111026Reni
Wijayanti125040200111044Aris Muntiari D.125040201111113Radita Cahya
N.125040200111137
MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHANJURUSAN TANAHPROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015I.
PROSES PEMBENTUKAN TANAH VERTISOLS1.1 Pembentukan Tanah
VertisolTanah vertisol umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang
mengandung mineral smektite dalam jumlah tinggi, di daerah datar,
cekungan hingga berombak (Driesen dan Dudal, 1989 dalam Prasetyo,
2007). Bahan induknya terbatas pada tanah bertekstur halus atau
terdiri atas bahan-bahan yang sudah mengalami pelapukan seperti
batu kapur, batu napal, tuff, endapan aluvial dan abu vulkanik.
Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses utama,
pertama adalah proses terakumulasinya mineral 2:1 (smektite) dan
kedua adalah proses mengembang dan mengerut yang terjadi secara
periodik hingga membentuk slickenside atau relief mikro gilgai
(vanWambeke, 1992 dalam Prasetyo, 2007).Dalam perkembangannya
mineral 2:1 yang sangat dominan dan memegang peran penting pada
tanah ini. Komposisi liat dari vertisol selalu didominasi oleh
mineral 2:1, biasanya monmorilonit dan dalam jumlah sedikit sering
dijumpai mineral liat lainnya seperti illith dan kalolinit (Ristori
et al, 1992 dalam Prasetyo, 2007). Tanah ini sangat dipengaruhi
oleh proses argillipedoturbation yaitu proses pencampuran tanah
lapisan atas dan bawah yang diakibatkan oleh kondisi basah dan
kering yang disertai pembentukan rekahan-rekahan secara periodik
(Fanning, 1989 dalam Prasetyo, 2007). Proses-proses tersebut
menciptakan struktur tanah dan pola rekahan yang sangat spesifik.
Ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis serta kedap
air, tetapi ketika kering tanah sangat keras dan masif atau
membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan (van Wambeke,
1992 dalam Prasetyo, 2007).Faktor pembentuk tanah yang dominan
untuk vertisol adalah iklim yang relatif agak kering sampai kering,
dengan bulan-bulan kering yang jelas dan atau bahan induk tanah
yang relatif kaya basa, seperti bahan volkan intermediet, batu
gamping, napal, batu liat berkapur atau bahan alluvial. Selain itu
topografi berupa dataran antar perbukitan yang tertutup, dalam
arti, tidak terdapat aliran outlet keluar wilayah, dan basa-basa
dari lingkungan sekitar yang lebih tinggi berakumulasi di dataran,
menyebabkan terbentuknya tanah vertisols, landform-nya, dimaksudkan
sebagai dataran volkan atau dataran antar perbukitan.
1.2 Model Pedogenik Pembentukan Vertisols (a) Model Pedoturbasi
(Self-Swallowing Model)Persyaratan bagi pembentukan Vertisols
adalah adanya mineral liat tipe mengembang (smectites). Adanya
mineral liat ini menyebabkan terjadinya proses mengembang-mengkerut
pada tanah. Selama musim kering tanah retak-retak. Selama retakan
ini membuka, material tanah permukaan jatuh masuk ke dalam retakan
oleh adanaya gaya angin, aktivitas binatang atau erosi oleh air.(b)
Model Mekanistik Model ini didasarkan pada kegagalan sepanjang
bidang geser (slickensides) dari material tanah plastik saat
pembengkakan tekanan yang dihasilkan oleh hidrasi tanah liat
melebihi kekuatan geser dari bahan tanah. Stres dengan gerakan ke
atas yang dibatasi oleh berat material tanah atasnya, menghasilkan
bidang geser kegagalan yang biasanya cenderung pada 10 - 60 di atas
horizontal. Model ini tidak mengharuskan bahan permukaan jatuh ke
celah-celah. Sebaliknya, permukaan material diangkut ke atas
sepanjang slickensides untuk menghasilkan knolls mikro dari
gilgai-bantuan. Setelah microrelief didirikan, proses tanah yang
sebagian besar didorong oleh variasi skala kecil di hidrologi dan
iklim mikro, dan kurang begitu oleh pedoturbation.
II. KLASIFIKASI TANAH VERTISOLSKlasifikasi tanah Vertisols
menurut 7th Approximation (pendahulu dari Taksonomi Tanah)
diterbitkan pada tahun 1960 (Soil Survey Staff, 1960) dalam
(Eswaran dan Cook, 2014) tidak dibedakan kedalam jenis tanah yang
berbeda meskipun memiliki sifat tanah yang unik. Karena Vertisols
sering menempati cekungan dan posisi landscape yang lebih rendah,
mereka disebut sebagai tanah aluvial dan dibedakan dari tanah lain
yang sejenis dengan warna gelap. Segera, istilah-istilah seperti
tanah liat hitam dan retak tanah liat muncul dalam literatur
ilmiah. Sejak montmorillonite memiliki sifat
pembengkakan/mengembang dan menyusut, konsep klasifikasi Vertisols
didasarkan pada potensi menyusut-membengkak. Potensi ini merupakan
fungsi dari konten liat tanah dan jumlah relatif montmorillonite
dalam fraksi liat. Lapisan tanah setebal 10 cm dengan properti ini
bukan Vertisol. Sejumlah minimum tanah liat, serta jenis tanah liat
yang spesifik, harus hadir dalam volume tanah minimum untuk
memberikan ekspresi minimum. Selain itu, tanah tersebut retak saat
musim kemarau; kehadiran retak dan durasi retak juga termasuk dalam
definisi Vertisols.Setiap kelas di Taksonomi Tanah diidentifikasi
oleh properti mendefinisikan atau properti juga oleh posisinya di
kunci. Definisi masing-masing takson tidak termasuk atau termasuk
properti lain yang lebih menentukan tanah. Meskipun atribut standar
ini tidak dijabarkan dalam definisi, mereka sama-sama penting untuk
klasifikasi. Sejak Vertisols diakui di kunci untuk perintah setelah
Histosols, Spodosols dan Oxisols, mereka bisa tidak memiliki
ciri-ciri tertentu dari tanah tersebut. Penempatan mereka di kunci
sebelum Aridisols, Ultisols, Mollisols, Alfisols, Inceptisols dan
Entisols menyiratkan bahwa tanah tersebut mungkin hanya sifat
VERTIC bawahan.Definisi Vertisols di Taksonomi Tanah didasarkan
pada empat sifat wajib. Vertisols:1. tidak memiliki kontak litik
atau paralithic, cakrawala petrocalcic, atau duripan dalam 50 cm
dari permukaan;2. memiliki 30% atau tanah liat lebih dalam semua
subhorizons hingga kedalaman 50 cm atau lebih setelah tanah telah
dicampur hingga kedalaman 18 cm (misalnya, dengan membajak);3.
memiliki, di beberapa waktu di sebagian besar tahun kecuali irigasi
atau dibudidayakan, retak terbuka pada kedalaman 50 cm yang
setidaknya 1 cm lebar dan memperluas ke atas ke permukaan atau ke
dasar lapisan bajak atau permukaan kerak; dan4. memiliki satu atau
lebih dari hal berikut:a. gilgai;b. di beberapa kedalaman antara 25
cm dan 1 m, slickensides cukup dekat untuk memotong;c. di beberapa
kedalaman antara 25 cm dan 1 m, agregat struktural alami berbentuk
baji yang memiliki sumbu panjang mereka miring 10-60 dari
horisontal.
Definisi subordo didasarkan pada lamanya waktu retak tetap
terbuka atau tertutup sepanjang tahun, yang membutuhkan observasi
lapangan selama beberapa tahun. Keempat subordo Vertisol, yang
didefinisikan tepatnya di Taksonomi Tanah, adalah:
XerertsTanah ini memiliki suhu tahunan rata-rata kurang dari 22
C, berarti musim panas-dingin perbedaan suhu kurang dari 5 C, dan
membasahi selama musim dingin ketika evapotranspirasi rendah. Ini
adalah Vertisols daerah Mediterania, yang menempati sekitar 0,01%
dari permukaan tanah di dunia.TorrertsVertisols gurun ini memiliki
celah-celah yang jarang dekat atau hanya dekat sekitar tiga kali
dalam 10 tahun. Informasi tentang tanah tersebut, yang menempati
sekitar 0,001% dari permukaan daratan dunia,
terbatas.UdertsCelah-celah di Vertisols ini dari daerah lembab
tetap terbuka kurang dari 90 hari kumulatif dalam setahun.
Diperkirakan bahwa mereka menempati sekitar 0,03% dari permukaan
tanah di dunia.UstertsVertisols ini dari daerah semi-kering atau
iklim musiman menempati wilayah terbesar dari semua subordo, 2,3
juta km atau 1,8% dari permukaan tanah di dunia.Kelompok-kelompok
besar di setiap subordo didefinisikan oleh warna atas 30 cm dari
tanah, terutama lembab Munsell krom.
III. SIFAT DAN CIRI TANAH VERTISOLS3.1 Morfologi Tanah
Gambar 1. Kenampakan tanah vertisolCiri-ciri tanah vertisol
adalah sebagai berikut; (1)tekstur lempung dalam bentuk yang
mencirikan, (2) tanpa horison eluvial dan iluvial, (3) struktur
lapisan atau granuler, sering berbentuk seperti bunga kubis, dan
lapisan bawah gumpal atau pejal, (4) mengandung kapur, (5)
koefisien mengembang mengkerut tinggi jika dirubah kadar airnya,
(6) seringkali mikrorelifnya gilgai (peninggian-peninggian setempat
yang teratur, (7) konsistensi luar biasa plastis, (8) bahan induk
berkapur atau basaltic dan berlempung sehingga kedap air, (9)
kedalaman solum rata-rata 75 cm dan (10) warna tanah kelam/hitam
atau chroma kecil. Sifat /Ciri Utama1. Tanah yang termasuk ordo
Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari
30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut.
Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.2.
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa
yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga
alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0)
terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi.3. Vertisol
menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar
kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi.3.2 Sifat Fisik
TanahTanah vertisols relatif sulit diolah karena memiliki
konsistensi yang sangat kuat karena memiliki kandungan lempung yang
tinggi yaitu lebih dari 30%, bahkan menurut Prasetyo (2007)
kandungan liat pada tanah vertisol dapat lebih dari 60%. Tanah ini
sangat keras pada waktu kering (musim kemarau) dan sangat plastik
dan lengket ketika basah. Pengolahan dapat dilaksanakan di dalam
musim kemarau baik secara manual maupun dengan menggunakan alat
berat/traktor.Menurut Prasetyo (2007), berdasarkan bahan induknya
tanah vertisol memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Semua pedon
yang diteliti mempunyai tekstur yang tergolong pada liat berat
dengan kandungan fraksi liat > 60%. Tingginya kandungan faraksi
lita berhubungan dangan bahan induk tanahnya. Bahan induk vertisol
terdiri atas alluvium, napal, peridotit, batu kapur, volkan
andesitik dan dasitik yang tergolong sudah lapuk serta endapan
banjir dan lakustrin yang memang sudah halus ukuran
butirannya.Pedon yang berasal dari alluvium volkan tersusun atas
asosiasi andesin dan amfibol dengan kandungan mineral lainnya
seperti opak, hiperstin, augit, gelas volkan dan kuarsa. Komposisi
mineral pasir tersebut sangat mencirikan bahan volkan yang bersifat
andesitik. Nampak disini bahwa jumlah mineral mudah lapuk seperti
gelas volkan, andesin, amfibol, augit dan hiperstin masih sangat
tinggi >70%. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan sumber hara pada
pedon tersebut tergolong tinggi.Pedon yang berasal dari kaki lereng
didominasi mineral opak dan kuarsa. Adanya kuarsa mungkin berasal
dari penutup (mantel) bahan induk yaitu batuan peridotit yang
merupakan batuan ultabasis yang pada awalnya mengandung >30%
mineral olivin sebagai mineral yang pali dulu habis karena proses
pelapukan sehingga tidak dijumpaai lagi pada profil tanahnya. Ciri
pada pedon ini cadangan sumber hara tergolong rendah.Pedon yang
berasal dari dataran aluvial banyak mengandung meneral pasir
kuarsa, dalam jumlah sedikit mineral andesin, sanidin dan epidot.
Pedon ini berkembang dari bahan induk alluvium batu gamping yang
seharusnya didominasi oleh mineral kalsit dan dolomit sebagi
mineral penysun utama batu gamping. Kalsit dan dolomit tergolong
mudah lapuk sehingga sudah tidak ada dalam profil tanahnya.
Cadangan hara pada pedon ini juga tergolong rendah.Pedon yang
berasal dari endapan lakustrin didominasi oleh kuarsa, dalam julah
sedikit ditemukan mineral orthokls, sanidin dan andesin. Asosiasi
mineral tersebut menun jukkan bahana endapan lakustrin berasal
darai bahan volkan yang bersifat masam. Mineral epidot, amfibol,
augit dan hiperstin masih ditemukaan da;am jumlah sangat sedikit.
Cadangan hara pada pedon ini tergolong sedang.Kandungan bahan
organik umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah
humus dan kadar kapur yang terkandung dalam tanahnya. Solum tanah
vertisol mulai dangkal-dalam, memiliki struktur tanah yang kurang
baik, permeabilitas yang lambat, aerasi dan drainase yang kurang
baik serta kesuburan fisiknya kurang baik (Supriyo, 2008). Struktur
tanah yang kurang stabil menyebabkan tanah lebih peka terhadap
erosi karena mudah hancur oleh energi pukulan air hujan. Struktur
tanah yang kurang meloloskan air antara lain gumpal menyudut,
prismatik, kolumnar bahkan tanpa struktur (pejal dan kersai)
Sedangkan permeabilitas tanah yang lambat dapat menyebabkan tanah
mudah jenuh air dan mudah terjadi aliran permukaan sehingga
potensial terhadap bahaya erosi. Demikian juga tekstur tanah yang
berat akan menyebabkan lambatnya permeabilitas (Notohadiprawiro,
2000).3.3 Sifat Kimia TanahSifat-sifat kimia tanah verstisol
umumnya memiliki kesuburan kimia yang tinggi, banyak mengandung
Fe++, memiliki KPK yang relatif baik, kejenuhan basa relatif besar,
kapasitas mengikat air (water holding capacity) yang tinggi dengan
pH tanah 6-8,5 (Supriyo, 2008). Secara kimiawi tanah ini kaya akan
hara karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi dengan
kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali. Akan
tetapi tingkat kesuburannya dapat bervariasi menurut asal bahan
induknya (Prasetyo, 2007).Di lahan kering tanah Vertisol, hara
Posfor dalam tanah sangat mudah terfiksasi oleh ion Ca menjadi
senyawa fosfat atau apatit yang tidak tersedia bagi tanaman. Pupuk
ZA yang bereaksi asam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
ketersediaan hara P dalam tanah sehinga kebutuhan tanaman akan hara
Posfor lebih dapat terpenuhi (Feagley and Hossner, 1978 dalam
Ispandi, 2003). Kadar K yang rendah ini akibat adanya mineral
lempung tipe 2:1 (monmorilonit yang mampu menjerap K di antara
kisi-kisi mineral. Selain itu unsur hara K dalam tanah yang
bersifat mobil, mudah tercuci atau mudah terangkut oleh aliran air
ke tempat lain perlu mendapat pertimbangan dalam melakukan
pemupukan K pada tanaman ubikayu khususnya di lahan kering
Vertisol. Dengan demikian perlu dicari teknologi untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan K sehingga diperoleh produksi tanaman pangan
yang optimal. Zat lemas dan unsur-unsur hara mikro umumnya sering
kahat seperti halnya fosfor (Ispandi, 2003; Sudadi et al, 2007).IV.
PENGELOLAAN DAN PERMASALAHAN PADA TANAH VERTISOLSVertisol merupakan
tanah yang pemanfaatannya cukup baik, akan tetapi yang menjadi
kendala adalah dalam hal pengelolaan tanahnya yang relatif cukup
sulit. Tanah ini bersifat lekat dan liat bila basah dan sangat
keras dalam keadaan kering. Berdasarkan sebarannya, tannah
vertisols dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup masnusia
seperti ladang penggembalaan, pemukiman, jalan raya, dan lahan
peetanian. 1. Pemanfaatan pada tanah vertisols sebagai lahan
pertanian umumnya menghadapi permasalahan kesuburan yang cenderung
rendah. Walaupun tanah ini memiliki kapasitas tukar kation (KTK)
dan kejenuhan basa relatif tinggi namun kadar bahan organiknya
rendah sering kurang dari 1% , kandungan unsur hara N, P dan K yang
tersedia bagi tanaman umumnya rendah. Kadar K yang rendah terjadi
karena unsur hara K terfiksasi dalam kisi-kisi mineral lempung tipe
2:1 (monmorilonit). Untuk mengatasinya dilakukan dengan pemberian
mulsa dan pupuk kandang. Mulsa berfungsi menjaga kelembaban tanah
dan keadaan yang lembab/basah menyebabkan kalium yang terfiksasi
oleh mineral 2:1 dibebaskan kembali ke dalam larutan tanah
bersamaan dengan pelepasan kembali air yang teretensi oleh mineral
K tersebut (Poerwowidodo, 1991). Pemberian mulsa dan pupuk kandang
secara signifikan menyebabkan peningkatan k-tersedia dalam tanah
verstisol (Sudadiet al, 2007).2. Pengelolaan vertisols tadah hujan
daerah semi arid untuk pertanaman padi selain sistem sawah dan Gogo
Rancah dapat dilakukan dengan paket pengelolaan pertanaman padi
dengan sistem bedeng raised bed yaitu tanah tak diolah atau diolah
minimum dan tanah tak tergenang(aerobic unfloode soil)serta
pengembalian residu tanaman. Untuk meningkatkan kemantapan agregat
tanah serta memperbaiki struktur tanah antara lain dapat dilakukan
penambahan bahan organik berupa kompos atau pupuk hijau yang
ditanam pada akhir musim hujan yang sekaligus berfungsi sebagaisoil
conditioneryang mudah didapat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penambahan bahan organik berupa kompos daun tanaman kayu putih pada
tanah-tanah bertekstur berat (liat) dapat meningkatkan aerasi tanah
melalui perbaikan struktur dan peningkatan porositas tanah. Dalam
kegiatan penanaman huatan dilahan terdegradasi dapat dilakukan
dengan penerapan teknik pemberian mulsa vertikal, yaitu limbah
hutan berupa seresah, sisa-sisa kayu, cabang, ranting dan bahan
organik lainnya dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat berupa
saluraan menurut konturnya sehingga akan terdekomposisi dan menjadi
sumber unsur hara bagi tanaman (Pratiwi, 2006).3. Untuk segi
bangunan seperti pembangunan gedung dan jalan raya, Buckman dan
Brady (1982) menjelaskan bahwa membangun di atas tanah yang
mempunyai sifat kembang susut yang tinggi sering menyulitkan karena
dapat menimbulkan masalah seperti : kerusakan pada lantai bangunan,
keretakan pada dinding tembok, permukaan jalan bergelombang karena
penurunan yang tidak merata. Gaya kembang susut yang terjadi akibat
pergantian musim sering menimbulkan badan jalan jadi bergelombang,
mudah retak, dan cepat rusak. Dalam bidang teknik sipil, khususnya
tentang jalan raya, rekayasa yang dilakukan adalah dengan membuat
inovasi badan jalan difondasi dengan beton atau semen cor yang
kemudian pada bagian atasnya dilapisi dengan aspal supaya bisa
terasa relatif empuk.4. Permasalahan utama pada tanah vertisols
adalah sukarnyatrafficabilityselama musim hujan dan tekanan
kekeringan(Drought stress)maupun peretakan tanah yang intensif
selama musim kemarau. Sebagai tambahan untuk pembatas yang berupa
kebasahan tanah (Soil wetness), Vertisols juga mudah untuk
mengalami erosi yang dipercepat. Semakin besar dan dalam bentuk
retakan tanah, maka akan mudah diisi oleh organisme pemakan akar
serta menghalangi proses absorpsi air dan nutrisi (Beeket al.
1980). Penimbunan garam mengakibatkan salinisasi dan sodikasi serta
dapat pula menjadi faktor pembatas pada tanah Aridisols dan
Vertisols (Gupta and Abrol, 1990). Salah satu alternatif untuk
memanipulasi sifat-sifat Vertisol yang tidakdikehendaki yaitu
dengan penambahan polimer hidroksi Aluminium (PHA) ke dalamtanah.
Menurut Bamhisel dan Bertsch (1989), ion Aluminium akan diikat
lebih kuat oleh liat yang dapat mengembang dari pada ion lainnya
dan jumlahnya di dalam tanah relatif lebih banyak serta PHA
mempunyai struktur berupa lempengan sehingga dapat menjadi agen
penyemen yang sangat baik. Dengan menggunakan mineral liat
montmorillonit, diketahui bahwa PHA mampummengurangi dan bahkan
menghilangkan daya mengembang dan mengerut mineral liat tersebut.5.
Struktur tanah vertisols kurang baik sehingga sangat peka kepada
erosi oleh air dan longsor. Tanah mediteran (Alfisols) dan Grumusol
(Vertisols) yang terbentuk dari batuan induk batu liat, napal, dan
batu kapur dengan kandungan liat 2:1 (Montmorilonit) tinggi,
sehingga pengelolaan lahan yang disertai oleh tindakan konservasi
sangat diperlukan. Dalam sistem budidaya pada lahan berlereng
>15% lebih diutamakan campuran tanaman semusim dengan tanaman
tahunan atau sistem wanatani (agroforestry). Salah satu ciri lahan
peka longsor adalah adanya rekahan tanah selebar >2 cm dan dalam
>50 cm yang terjadi pada musim kemarau. Pada kedalaman tertentu
dari tanah Podsolik atau Mediteran terdapat akumulasi liat
(argilik) yang pada kondisi jenuh air dapat juga berfungsi sebagai
bidang luncur pada kejadian longsor.
Gambar 2. Rekahan-rekahan yang terjadi pada tanah vertisol6.
Sifat vertik yang menyebabkan adanya lubang-lubang rekahan yang
lebar dan dalam dapat mengakibatkan putusnya perakaran tanaman
terutama yang berakar dangkal serta kurang stabilnya tanah. Dalam
hal ini penanaman tanaman berakar dalam perlu dipertimbangkan
karena umumnya sifat vertik dominan pada permukaan (lapisan atas).
Jenis tanaman yang diutamakan adalah jenis-jenis legume yang mampu
menyumbang bahan organik tanah serta mengikat N udara seperti
lamtorogung, Glyricidae dan Acacia. Tanaman tersebut selain mampu
tumbuh pada tanah-tanah kritis juga mampu mengambil unsur dari sub
soil dan mengembalikannya dalam bentuk serasah sebagai penyumbang
bahan organik tanah yang mempunyai multi fungsi dalam memperbaiki
sifat tanah termasuk meningkatkan KTK tanah, mengikat unsur,
meningkatkan aktivitas biologi serta memperbaiki sifat fisik
tanah.7. Tanah vertisols umumnya terdapat di daerah-daerah yang
beriklim kering, sehingga air merupakan permasalahan serius yang
sering dihadapi. Pengelolaan air yang tepat perlu dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman pada lahan tersebut.
Hidromeliorasi adalah tindakan orang dengan mengatur kealiran lahan
yang mencakup irigasi, pengatusan (drainage) dan mengelola sifat
hidrologi lahan. Irigasi adalah pemberian air secara buatan pada
sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan pertanaman. Pengatusan
dikerjakan orang untuk membuang kelebihan air dari sebidang lahan
yang mengganggu atau menghalangi penggunaan lahan itu. Sifat
hidrologi lahan adalah semua sifat hakiki lahan yang menentukan
dinamika air, baik pada muka tanah maupun di dalam tubuh tanah
(Notohadiprawiroet al, 1983).
V. DAFTAR PUSTAKABeek, K. J., Blokhuis, W. A., Driessen, P. M.,
Breeman, N. V., Brinkman, R., and Pons, L. J. 1980. Problem Soils :
Their Reclamation and Management. ILRI Publication No. 27. ILRI.
Wageningen. Nedherlands.Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu
Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.Gupta, R. K., and abrol, I, P. 1990. Salt Affected
Soils: Their Reclamations and Managenent for Crop Production.
Advances in Soil Science 11. 223-287Ispandi, A. 2003.Pemupukan P, K
danWaktuPemberianPupuk K padaTanamanUbikayu di LahanKeringVertisol.
JurnalIlmuPertanian Vol. 10, No. 2 halaman 35-50.Notohadiprawiro,
T., S. Soekodarmodjo, S. Wisnubroto, E. Sukanadan M. Dradjad.1983.
PelaksanaanIrigasiSebagaisalahsatuUnsurHidromeliorasiLahan.Makalahdalamdiskusi
panel UGM-DPU :PeningkatanEfisiensiPemanfaatan Air Pada Tingkat
Usaha Tani. FakultasPertanian UGM Yogyakarta, 16-18 Maret
1983.Pratiwi, 2006. Konservasi Tanah dan Air : Pemanfaatan Limbah
Hutan Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegradasi. Ekspose
hasil penelitian di Padang tanggal 20 September 2006. Pusat
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Bogor Prasetyo, B.H. 2007.
Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan Induk.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, Halaman
20-31.Poerwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan
Tanaman di Indonesia. Penerbit Rajawali. Jakarta.Sudadi, Y.N.
Hidayati dan Sumani. 2007. Ketersediaan K dan Hasi Kedelai (Glycine
maxL. Merril) Pada Tanah Vertisol Yang Diberi Mulsa dan Pupuk
Kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 1, halaman
8-12.Notohadiprawiro, T., S. Soekodarmodjo, S. Wisnubroto, E.
Sukana dan M. Dradjad. 1983. Pelaksanaan Irigasi Sebagai salah satu
Unsur Hidromeliorasi Lahan. Makalah dalam diskusi panel UGM-DPU :
Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Air Pada Tingkat Usaha Tani.
Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta, 16-18 Maret 1983..