TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH PARASITOLOGI TREMATODA USUS Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasitologi Semester II Tahun Akademik 2010/2011 Di susun oleh : 1. Prabasitha Umi H. G1B010005 2. Stevy E.N. Purba G1B010013 3. Primandini J. Z. G1B010028 4. Hana Ashrawi G1B010047 5. Putri Fajar P. G1B010058 6. Puspita Arum W. G1B010081 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PARASITOLOGI
TREMATODA USUS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasitologi Semester II
Tahun Akademik 2010/2011
Di susun oleh :
1. Prabasitha Umi H. G1B010005
2. Stevy E.N. Purba G1B010013
3. Primandini J. Z. G1B010028
4. Hana Ashrawi G1B010047
5. Putri Fajar P. G1B010058
6. Puspita Arum W. G1B010081
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trematoda (Cacing Daun) adalah cacing yang termasuk ke dalam
filum PLATYHELMINTES dan hidup sebagai parasit. Berbagai hewan yang
dapat berperan sebagai hospes definitif cacing trematoda antara lain; kucing,
anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, luak, harimau, dan manusia. Pada
umumnya cacing trematoda ditemukan di RRC, Korea , Japan, Filipiina,
Thailand, Vietnam, Taiwan, India, dan Afrika. Berbagai spesies ditemukan di
Indonesia seperti Fasciolopsis buski di Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan
Sulawesi, serta Heterophyidae di Jakarta. Cacing dewasa hidup di dalam
tubuh hospes definitif. Telur diletakkan di saluran hati, rongga usus, paru,
pembuluh darah atau di jaringan tempat cacing hidup, dan telur biasanya
keluar bersama tinja, dahak atau urin. Pada umumnya telur berisi sel telur,
hanya pada beberapa spesies telur sudah mengandung mirasidium (M) yang
mengandung bulu getar. Di dalam air telur menetas bila sudah mengandung
mirasidium (telur matang). Telur matang sekitar 2-3 minggu. Pada beberapa
spesies termatoda, telur matang menetas bila ditelan keong (hospes parantara)
dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu untuk mengetahui klasifikasi, morfologi, epidemiologi dan geografis,
siklus hidup, patologi, serta pencegahan dan pengendalian dari masing-masing
jenis Nematoda khususnya yang menginfeksi darah dan jaringan.
BAB II
ISI
Trematoda usus yang berperan dalam ilmu kedokteran adalah dari
keluarga Fasciolidae, Echinostomatidae dan Heterophyidae.
1. Fasciolopsis buski
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Family : Fasciolidae
Genus : Fasciolopsis
Spesies : Fasciolopsis buski
b) Morfologi
Cacing dewasa yang ada pada manusia mempunyai ukuran
panjangnya 20-75 mm dan lebar 8-20 mm. Bentuknya agak lonjong dan
tebal. Kutikulum biasanya ditutupi oleh duri-duri kecil yang melintang
letaknya, dan sering rusak akibat cairan usus. Ukuran dari batil isap kepala
kira-kira seperempat ukuran dari batil isap perut. Saluran pencernaan
terdiri dari prefaring yang pendek, faring yang menggelembung, esofagus
yang pendek, serta sepasang sekum yang tidak bercabang dengan dua
indentasi yang khas. Dua buah testis yang bercabang-cabang letaknya agak
tandem di bagian posterior cacing. Vitelaria letaknya lebih lateral dari
sekum.
Ovarium bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip,
berkelok-kelok ke arah anterior badan cacing. Telurnya berbentuk agak
lonjong, berdinding tipis transparan, dengan sebuah operkulum yang
nyaris terlihat pada sebuah kutubnya. Berukuran panjang 130-140 mikron
dan lebarnya 80-85 mikron.
c) Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Fasciolopsiasis adalah endemik di Cina, India, Malaysia, Asia
Tenggara dan Taiwan terutama di daerah di mana babi dipelihara dan
diberi makan dengan tanaman air tawar. Menurut beberapa perkiraan ada
lebih dari 10 juta orang terinfeksi di Asia Timur (Anonim, 2011). Di
Indonesia Fasciolopsiasis endemik di desa Sei Papuyu dan Kalimantan
Selatan.
d) Siklus Hidup
Telur dikeluarkan dari manusia bersama tinja yang terinfeksi, di
dalam air selama 3-7 minggu menjadi matang dan menetas dalam air yang
bersuhu 27o -32oC. Mirasidium yang bersilia keluar dari telur, berenang
bebas dalam air lalu masuk ke dalam tubuh hospes perantara I yaitu keong
air. Mirasidium tumbuh menjadi sporokista yang kemudian berpindah ke
daerah jantung dan hati keong. Sporokista matang menjadi koyak dan
melepaskan banyak redia induk. Redia induk membentuk banyak redia
anak, yang kemudian membentuk serkaria.
Serkaria dalam batas waktu tertentu belum menemukan hospes,
akan punah dengan sendirinya. Tetapi bila serkaria menemukan
hospesnya, maka serkaria akan menempel pada tumbuhan air lalu berubah
menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Tumbuhan yang mengandung
serkaria tidak dimasak sampai matang, dalam waktu 25-30 hari
metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa dan dalam waktu 3 bulan
telurnya akan ditemukan dalam tinja. Ekskitasi itu terjadi dalam rongga
usus halus.
e) Patologi
Gejala klinis yang terjadi akibat cacing dewasa Fasciolopsis buski
yang melekat pada usus halus menyebabkan peradangan, ulkus yang
menimbulkan diare dan cachexim. Cacing dalam jumlah besar
menyebabkan sumbatan yang menimbulkan gejala ileus akut. Pada infeksi
berat gejala intoksikasi dan sensitifitasi oleh karena metabolit cacing lebih
menonjol, seperti edema pada muka, dinding perut dan tungkai bawah.
Kematian dapat terjadi karena keadaan merana (exhaustion) atau
intoksikasi.
f) Pencegahan dan Pengendalian
1. Mengadakan penyuluhan
2. Diadakan pengawasan terhadap peternakan babi
3. Tidak memakan tumbuhan air yang mentah
4. Mencuci bersih juga masak sampai matang tumbuhan air yang akan
dimasak
2. Echinostomatidae
Echinostoma genus secara umum mempunyai 12 spesies yang
dilaporkan menyebabkan penyakit pada manusia.
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomatida
Keluarga : Echinostomatidae
Genus : Echinostoma
b) Morfologi
Morfologi khusus dari keluarga Echinostomatidae adalah adanya
duri-duri yang melingkar pada bagian belakang dan samping oral sucker ,
yang terdiri dari dua baris duri dengan jumlah berkisar antara 37-51 buah
dengan aturan atau pola seperti tapal kuda. Cacing ini berbentuk lonjong
dengan ukuran panjang 2,5 mm - 15 mm dan lebar 0,4-0,7 mm hingga 2,5-
3,5 mm.
Testis berbentuk bulat berlekuk-lekuk terletak di bagian posterior
tubuh. Vitellaria meliputi 2/3 bagian badan cacing dari arah posterior.
Warna cacing agak merah keabu-abuan. Telurnya mempunyai operkulum
yang besarnya 103-137 x 59-75 mikron.
c) Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Cacing dari genus Echinostomatidae ini ditemukan di Filipina,
Cina, Indonesia dan India. Pada tahun 1937 Brug dan Tesch menemukan
salah satu spesies Echinostomatidae yaitu E. lidoense pada manusia di
Palu, Sulawesi Tengah dan Bone. Sedangkan Bras dan Lie Kian Joe tahun
1948 menemukan E. Ilocanum pada penderita sakit jiwa di pulau Jawa.
d) Siklus Hidup
Cacing dewasa berhabitat di usus halus. Telur yang di keluarkan
setelah 3 minggu dalam air akan mengandung mirasidium lalu menetas.
Mirasidium keluar dan berenang bebas untuk mencari hospes perantara I
yaitu keong kecil. Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi
sporokista, kemudian melanjut menjadi redia induk, redia anak yang
akhirnya membentuk serkaria.
Serkaria yang pada jumlah banyak dilepaskan oleh redia yang ada
pada keong kedalam air untuk kemudian hinggap pada hospes perantara II
untuk menjadi metaserkaria yang efektif, yaitu pada keong jenis besar.
e) Patologi
Umumnya cacing Echinostoma menyebabkan kerusakan ringan
pada mukosa usus dan tidak menimbulkan gejala yang berarti. Infeksi
berat menyebabkan timbulnya radang kataral pada dinding usus, atau
ulserasi. Pada anak dapat menimbulkan gejala diare, sakit perut, anemia
dan edema.
f) Pencegahan dan Pengendalian
Keong sawah yang hendak dikonsumsi dimasak sampai matang