Top Banner

of 34

Trauma Orofasial

Apr 04, 2018

Download

Documents

Maya Sagita
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    1/34

    Kelompok 1

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    2/34

    Nadya Nuryati Azzahra

    Ayu Asih Pertiwi

    Nina Annisa Hidayati

    Aizar Agi Syahrial Adib Muntasir

    Inayaty Humairo

    Maya Sagita

    Feryra Putri Ayu Suma Yordan Kangsudarmanto

    Juli Harnida Purwaningayu

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    3/34

    WOW, BIBIR SOBEK, DARAH MENGUCUR,TULANGNYA RETAK, HIII. NGERI

    Gubrak, di depan rumahku terjadi kecelakaan,

    hiii ngeri melihatnya, darah mengucur dari bibir

    korban yang sobek, tulang rahangnya retak dan

    kelihatan daru luar karena kulitnya terbuka, tetesan

    darah dimana-mana. Korban segera dibawa ke Rumah

    Sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan, kata doketr,

    korban mengalami komplikasi luka ringan, sehingga

    belum bisa langsung pulang, masih perlu perawatan di

    Rumah Sakit dan penyembuhannya lama.

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    4/34

    Problem Tree

    TraumaMaksilofasial

    DefinisiEtiologi

    Klasifikasi

    PemeriksaanTerapi

    Komplikasi

    Prognosis

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    5/34

    Sasaran Belajar

    1. Menjelaskan trauma orofasial :

    Definisi

    Etiologi

    Klasifikasi Pemeriksaan

    Tata Laksana

    Komplikasi

    Prognosis

    2. Menjelaskan Proses Penyembuhan danlama penyembuhan

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    6/34

    Definisi Trauma maksilofasial

    Trauma maksilofasial adalah suatu ruda

    paksa yang mengenai wajah dan

    jaringan sekitarnya, mencakup jaringanlunak dan jaringan keras.

    (Michael, 2004)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    7/34

    Etiologi Trauma maksilofasial

    Kecelakaan lalu lintas

    Trauma karena perkelahian

    Trauma bermain di taman

    Kecelakaan saat bekerja/industri

    Kecelakaan saat berolahraga

    Fraktur patologis akibat ekspansi kista daninfeksi

    Kesalahan teknik operatif

    (Black & hawks,2005; Rabi&Khateery, 2002)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    8/34

    Trauma maksilofasial

    Trauma

    jar.lunak

    Berdasarkanjenis luka,

    Dikaitkandengan unit

    estetik

    Trauma jar. Keras

    Trauma pdgigi

    Frakturorofasial

    Frakturprosesusalveolaris

    Frakturmandibula

    Frakturwajahbagiantengah

    (Pederson, 1996)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    9/34

    Klasifikasi trauma orofasial (lanjutan..)

    Trauma jaringan lunak

    Berdasarkan jenis luka

    Avulsi Trap door Luka bakar Kontusio AbrasiThrough and

    through

    Dikaitkandenganunit

    estetik

    MenguntungkanTidak

    menguntungkan

    (Pederson, 1996)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    10/34

    Klasifikasi trauma Maksilofasial (lanjutan)

    Klasifikasi trauma jaringan lunak

    menurut kedalaman luka

    Tingkatan Kedalaman

    I Hanya pada bagian permukaan epidermis dan dermis

    tanpa melibatkan stratum basalis

    II Terputusnya lapisan epidermis dan dermis

    III Terputusnya lapisan epidermis, dermis, dan jaringan

    lunak subkutan

    IV Terputusnya lapisan epidermis, dermis, jaringan lunak

    subkutan, dan juga melibatkan struktur tulang di

    bawahnya

    (Budihardja et al, 2011)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    11/34

    Klasifikasi trauma orofasial (lanjutan..)

    Trauma jar. Keras

    Trauma pdgigi

    Frakturorofasial

    Frakturprosesusalveolaris

    Frakturmandibula

    Frakturwajahbagiantengah

    (Sjamsuhidajat &de Jong, 2007)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    12/34

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan Klinis Pernapasan dan perdarahan

    Pemeriksaan tanda-tanda vital dan status

    neurologis

    Pemeriksaan lokasi, panjang dan kedalaman

    luka-luka pd wajah serta kemungkinan terlibatnya

    struktur dibawahnya dengan cara Inspeksi :

    pemeriksaan deformitas angulasi medial, lateral,posterior/anterior, diskrepansi, rotasi,

    perpendekan/perpanjangan apakah ada

    bengkak/kebiruan pada luka yg mengarah ke

    fraktur terbuka

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    13/34

    Pemeriksaan (lanjutan..)

    Pemeriksaan wajah bagian tengah dengan palpasi dimulai drsuperior ke inferior utk mengetahui adanya nyeri tekan pada

    daerah faktur dan nyeri bila digerakkan.

    Pemeriksaan lokasi mandibula terhadap maksila dengan cara

    memerintahkan pasien melakukan gerakan-gerakan tertentu

    serta palpasi tepi inferior dan posterior mandibula dimulai dariproc condylaris sampai ke symphisis mandibulae.

    Pemeriksaan ekstraoral (ada trauma dental atau gigi dan

    tulang gigi palsu dan pecahan gigi harus dikeluarkan dari mulut

    untuk menghindari aspirasi), perioral (Rekonstruksi bibir di

    dareah vermilion harus ekstra hati-hati untuk mengembalikanfungsi estetik dan fonetik bibir), perinasal dan intraoral (oklusi)

    Pemeriksaan trauma di tempat lain

    (Ajmal et al, 2007;Budihardja et al, 2011;

    Marc & Marco, 2008; Pedersen 1996)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    14/34

    Pemeriksaan Penunjang

    1. RadiografPanoramik

    Panoramik menyediakan kemampuan untuk

    melihat seluruh mandibula/maksila dalam satu

    radiograf

    2. CT scan

    Apabila terjadi fraktur multipel pd wajah

    perluasannya dan kemungkinan keterlibatannya

    struktur penting disekitarnya masih dipertanyakan.

    CT scan memiliki keunggulan dalam hal tidakadanya gambaran yg tumpang tindih dan bisa

    mempertahankan detail jar lunak.

    (Pederson, 1996)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    15/34

    Tata Laksana

    Penanganan Pertama

    1. Mempertahankan Saluran Pernafasan2. Adekuasi dari ventilasi3. Kontrol Pendarahan4. Mengamati Tanda Vital5. Kontrol Rasa sakit6.

    Terapi Antibiotik

    (Pederson 1996)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    16/34

    Antibiotik Profilaksis

    (Michael, 2004)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    17/34

    Tata Laksana (lanjutan..)

    Perawatan orofasial

    Integrasi/pentahapan perawatan Prinsip umum perawatan orofasial: hukum dari dalam keluar

    luka yg terletak lebih dalam dirawat terlebih dahulu

    Pertimbangan kosmetik

    Hasil yg paling baik akan dicapai apabila perawatan dilakukan

    12-24 jam setelah kejadian

    Persiapan

    Luka-luka dibersihkan menggunakan povidon iodin atau

    rivanol dan kapas diikuti larutan saline steril,

    apabila ada perdarahan kontrol dgn penekanan ataupengkleman kemudian diusap dgn lap bersih.

    Pembersihan dilakukan seminimal mungkin, hanya jaringan

    nekrotik yg dibuang dan eksisi jaringan yg nyata-nyata tdk

    mendapatkan suplai darah

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    18/34

    Tata Laksana (lanjutan..)

    penanganan fraktur secara definitif

    reduksi/reposisi fragmen fraktur secara tertutup (close reduction)atau secara terbuka (open reduction),

    fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi

    Penutupan lapis demi lapis

    Luka ditutup lapis demi lapis, dimulai dari bagian dlm dan berakhir

    pd permukaan dgn setiap saat berusaha utk tdk membuat ronggadead space.

    Jahitan terputus (interrupted) bagian dlm dilakukan dgn benang yg

    mudah diabsorbsi ukuran 3-0 atau 4-0 (gut/polygly-colic acid)

    Penutupan subkutan dilakukan dgn benang yg tdk terabsorbsi dgn

    teknik jahitan interrupted terrbalik yakni simpul menjauhi kulit. Kulit ditutup dgn jahitan interrupted yg sedikit terbalik

    menggunakan benang yg tdk bisa diabsorbsi

    Jahitan pd kulit dilepas pd hari keempat atau kelima

    (Ajmal et al, 2007; Pederson,

    1996; Thapliyal et al, 2007)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    19/34

    Tata Laksana (lanjutan..)

    Kontrol Rasa sakit

    Dengan pemberian analgetik (Kontra indikasi : analgesiknarkotik)

    Kontrol infeksi

    Dengan pemberian antibiotik

    Praoperasi : Pemberian Profilaksis

    Pascaoperasi : Pemberian antibiotik; amoxisilin

    Pemberian cairan intravena (biasanya larutan elektrolit seimbang)

    Instruksi untuk menjaga OH

    Instruksi untuk menggerakan rahang dengan pelan

    Pasien diberi diet cairan, kadang ditambah protein atau vitamin

    Follow up

    (balaji, 2007; Pederson, 1996)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    20/34

    Komplikasi

    1. Komplikasi yang timbul selamaperawatan Infeksi

    Kerusakan saraf Gigi yang berpindah tempat

    Komplikasi pada daerah gingival danperiodontal

    Reaksi terhadap obat

    (Ellidasari & Pramono, 2004)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    21/34

    Komplikasi (lanjutan..)

    2. Komplikasi lanjut

    a) NonunionTidak menyambung/menyatu pada fraktur

    b) Malunion

    reduksi atau imobilisasi yang tidak baik, ataufraktur yang belum benarbenar sembuh.

    a) Delayed unionInfeksi selama proses pembentukan kalus dan

    mobilisasi yang terlalu awal, sehinggapenyambungan tertunda.

    (Ellidasari & Pramono, 2004)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    22/34

    Prognosis

    Tergantung ada atau tidaknya faktor

    penyebab gangguan penyembuhan

    luka.

    (Sjamsuhidajat &de Jong, 2007)

    Faktor Penyebab Gangguan Penyembuhan Luka

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    23/34

    Faktor Penyebab Gangguan Penyembuhan Luka

    Endogen Eksogen

    Koagulapati (perdarahan)

    Gangguan sistem imun (HIV, TBC)

    Hipoksia lokal (nekrosis, kelainan

    pendarahan, kelainan arteri)

    Gizi (malnutrisi)

    Malabsorbsi (penyakit saluran cerna,

    defisiensi, hipovitaminosis)

    Gangguan metabolisme (hepatitis, DM)

    Neuropati (anestesia : lepra)

    Infeksi jamur

    Keganasan lokal (ulkus marjolin)

    Konstitusional (keloid)

    Keadaan umum kurang baik (usia lanjut,

    penyakit cushing atau Addison, Anemia)

    Pascaradiasi (penghambatan

    angiogenesis dan proliferasi)

    Imunosupresi (obat-obat sitotastik,

    kortikosteroid, imunosupresi)

    Infeksi (TBC, sifilis, difteri)

    Jaringan mati (sekuester, nekrosis)

    Kemiskinan vaskularisasi (luka diatas

    tendo achilles, luka di atas tibia)

    (Sjamsuhidajat &de Jong, 2007)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    24/34

    Proses Penyembuhan1. Penyembuhan primer (healing by intention)

    segera setelah terjadi luka, tepi luka disatukan oleh bekuan darah yg

    fibrinnya bekerja seperti lem terjadi reaksi peradangan akut pd tepi

    luka dan sel-sel radang memasuki bekuan darah terjadi reaksi

    peradangan eksudatif dimulai pertumbuhan jar granulasi ke arah

    dalam pd daerah yg sebelumnya ditempati bekuan darah setelah

    bbrapa hari, luka tsb dijembatani oleh jar granulasi yg disiapkan utk

    menjadi sbuah parut

    epitel permukaan bagian tepi mulai melakukan regenerasi dan dlm

    waktu beberapa hari lap epitel yg tipis bermigrasi di atas permukaan

    luka seiring dgn jar parut dibawahnya matang, epitel ini jg menebal

    dan matang epitel menyerupai kulit didekatnya terbentuknya

    kembali permukaan kulit dan dasar jar parut yg tdk nyata atau hanyaterlihat sbg satu garis tebal

    Pd luka lain, diperlukan jahitan utk mendekatkan kedua tepi luka

    sampai terjadi penyembuhan. Jahitan dpt diangkat jika sdh terjadi

    regenerasi epitel hingga suatu saat tepi luka tdk akan membuka lg

    jika benang dilepas

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    25/34

    Proses penyembuhan (lanjutan..)

    2. Penyembuhan dengan Granulasi (Healing by second intension)

    Penyembuhan terjadi jika kulit yg mengalami luka sedemikian rupa

    sehingga tepinya tdk dpt didekatkan selama proses penyembuhan

    Perbedaan dgn penyembuhan primer : lebih banyak jar granulasi

    yg terbentuk dan biasanya terjadi jar parut yg lebih luas serta

    penyembuhan yg lebih lama drpd penyembuhan primer Pd luka besar yg terbuka sering dpt terlihat jar granulasi yg

    menutupi dasar luka seperti sebuah karpet yg lembut, yg mudah

    berdarah jika disentuh.

    Pd keadaan lain, jar granulasi sebenarnya tumbuh di bawah

    keropeng dan regenerasi epitel tampaknya terjadi dibawahkeropeng keropeng terlepas setelah penyembuhan lengkap

    Penyembuhan sekunder kurang diharapkan karena memerlukan

    waktu yg lebih lama dan jar parut yg terbentuk sangat buruk

    (Price&Lorraine, 2006)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    26/34

    Fase Penyembuhan Luka

    Fase Inflamatory Segera setelah luka terjadi & berkahir 3-4 hari

    Terjadi proses hemostasis & pagositosis

    Fase Proliferatif Berlangsung pada hari ke 3 atau 4 21 hari.

    Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan substansi protein ( 5hari setelah terjadi luka).

    Bertambahnya kekuatan permukaan luka karena peningkatan jumlahkolagen sehingga kecil kemungkinan luka terbuka.

    Fase Maturasi Terjadi pada hari ke 21 dan berlangsung terus hingga berakhir 1 2

    tahun setelah pembedahan.

    Fibroblast terus mensintesis kolagen, sehingga struktur kolagensemakin kuat menyebabkan bekas luka semakin kecil, kehilanganelastisitas dan meninggalkan garis putih.

    (dudley & Eckersley, 2000)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    27/34

    Proses Penyembuhan Jaringan

    Lunak

    Trauma : menyebabkan lukadan pendarahan serta kematianjaringan tsb.

    Inflamasi : terdapat tandaradang (Dolor, Kalor, Tumor,Rubor, dn Fungsio Laisa)

    Repair : Penyembuhan terjadidengan mengganti jaringan ygrusak dengan jaringan kolagen

    (Doherty, 2010)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    28/34

    Proses Penyembuhan Tulang

    1. Stage of hematoma (pendarahan)

    terjadi beberapa detik setelah fraktur,

    kerusakan pembuluh darah yang

    menyebabkan terjadinya pendarahanbaik di sekitar tulang maupun di ujung-

    ujung fragmen fraktur.

    Terjadi proses inflamasi

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    29/34

    2. Stage of Subperiosteal dand endosteal(jaringan granulasi)

    Terjadi 5 hari setelah tahapan hematomaterbentuk jaringan granulasi yang dapatterjadi karena terbentuknya kapiler-kapilerbaru dan proliferasi fibroblast.

    Patah tulang telah terselubung oleh

    sambungan serabut-serabut fibrin, tppenyambungan belum dalam bentuktulang.

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    30/34

    3. Stage of Callus

    Pada tahap ini jaringan tulang yang terbentuksudah memiliki kekuatan. Hal ini dapat terjadikarena aktifitas endosteum dan periosteummenyebabkan osteblast berubah menjadiosteocit, kemudian menempati jar granulasehingga terbentuk callus.

    Kumpulan jar2 tersebut disebut primarycallus, tp bentuk anatominya tidak samadengan tulang normal.

    Terjadi selama 3-4 minggu

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    31/34

    4. Stage of Consolidation (oosifikasi) Pada tahap ini terjadi mineralisasi pada callus.

    Bentuk strukturnya primary callus diubah oleh aktivitasosteoblast menjadi struktur tulang yang sama dengantulang biasa.

    Terjadi selama 2-3 minggu5. Stage of Remodelling

    Tulang- tulang yang menonjol (tidak normal) oleh karenakontraksi otot-otot akan hilang dan tulang kembali padakeadaan normal.

    Proses ini berlangsung selama berbulan-bulan ataubertahuntahun.

    (Lukman, 2005)

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    32/34

    Daftar Pustaka

    Ajmal S, Khan M. A, Jadoon H, Malik S. A. (2007). Management

    protocol of mandibular ractures at Pakistan Institute of Medical

    sciences, Islamabad, Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad.Volume 19, issue 3

    Black & hawks.medical-surgical nursing,clinical management for

    positive outcomes 7th

    ed. elsavier saunders. Missouri. USA. 2005 Budihardja AS dan Rahmat M. Trauma Oral dan Maxillofacial.

    Jakarta. EGC; 2011, p 17-23

    Doherty, 2010. Wound Healing incurret diagnosis and treatment :

    surgery, 13 edition the Mc. Graw hill Companies, USA.

    Elidasari, Monika. Pramono coen. Penatalaksanaan fraktur bilateralpada angulus mandibula, dalam majalah PABMI, persatuan ahlibedah mulut Indonesia. Bandung. 2004, 241-245.

    Lukman K, dr, MSc. Penyembuhan patah tulang ditinjau dari sudutilmu molekuler. Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas KedokteranUNPAD, RS Hasan Sadikin. Bandung. 2005

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    33/34

    Rabi AG, Khateery SM. Maxillofacial Trauma in Al MadinaRegion of Saudi Arabia: A 5-year Retrospective Study. J OralSurg. 2002

    Marc wrobel,Marco werth.pokok-pokok anestesi,penerbitbuku kedokteran EGC.Homburg 2008

    Black & hawks.2005.medical-surgical nursing,clinicalmanagement for positive outcomes 7th ed. Missourl,elsaviersaunders

    Michael Miloro. Petersons Principle of Oral and MaxillofacialSurgery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004

    Pederson Gordon., Bedah Mulut, Alih Bahasa Purwanto,EGC, Jakarta, 1996, 236-248

    Price SA & Lorraine MW. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta. Indonesia. 2006

    Sjamsuhidajat, Jong W D. Buku Ajar ilmu bedah. Edisi 3.EGC. Jakarta. Indonesia. 2007

  • 7/30/2019 Trauma Orofasial

    34/34