This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS BEDAH MULUT 2
TRAUMA MAKSILOFASIAL
(FRAKTUR KOMPLEKS ZIGOMATIKUM MAKSILA,
FRAKTUR NASOETHMODIAL, FRAKTUR BLOW OUT)
Disusun Oleh :
Repika Ayu Yulanda (04121004057)
Bebbi Arisyah A (04121004058)
Harentya Suci S (04121004059)
Haritsa Budiman (04121004060)
Febri Rusdi (04121004061)
Meilani (04121004062)
Gabriela Maretta (04121004063)
Fina Rachma Husaina (04121004064)
Resty Wahyu Veriani (04121004065)
Heztri Shella Prima (04121004066)
Sheilladelia Shavira (04121004067)
Khairanissa Trisna (04121004068)
Catharine Swasti (04121004069)
Siti Firdha Bimariska (04121004070)
Intan Ardita (04121004071)
Karlina Dwi Putri (04121004072)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
2
TRAUMA MAKSILOFACIAL(FRAKTUR KOMPLEKS ZIGOMATIKUM
MAKSILA, FRAKTUR NASOETHMODIAL, FRAKTUR BLOW OUT)
Trauma maksilofacial berhubungan dengan cedera apapun pada wajah
atau rahang yang disebabkan oleh kekuatan fisik, benda asing atau luka bakar.
Trauma maksilofasial termasuk cedera pada salah satu struktur tulang ataupun
kulit dan jaringan lunak pada wajah. Setiap bagian dari wajah mungkin dapat
terpengaruh. Gigi dapat lepas atau goyang. Mata dengan otot-ototnya, saraf dan
pembuluh darahnya mungkin mengalami cedera sehingga dapat menyebabkan
gangguan penglihatan, diplopia, pergeseran posisi dari bola mata dan juga seperti
halnya rongga mata yang dapat retak oleh pukulan yang kuat. Kerusakan jaringan
lunak seperti edema, kontusio, abrasi, laserasi dan avulsi. Rahang bawah
(mandibula) dapat mengalami dislokasi. Meskipun dilengkapi oleh otot-otot yang
kuat untuk mengunyah, rahang termasuk tidak stabil bila dibandingkan dengan
tulang-tulang lainnya sehingga dengan mudah mengalami dislokasi dari sendi
temporomandibular yang menempel ke tengkorak.1,2
Kelainan-kelainan seperti disebut di atas, mengharuskan kita untuk
melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap, konsultasi kepada bagian lain yang
terkait karena trauma maksilofacial dapat menjadi kasus yang kompleks dan
mungkin diperlukan keterlibatan multispesialis dalam manajemennya.2,3
Trauma maksilofacial dibagi atas fraktur pada organ yang terjadi yaitu2 :
1. Fraktur tulang hidung
2. Fraktur tulang zigoma dan arkus zigoma
3. Fraktur tulang maksila (mid facial)
4. Fraktur tulang orbita
5. Fraktur tulang mandibula
Trauma maksilofacial merupakan salah satu tantangan terbesar untuk
pelayanan kesehatan masyarakat di seluruh dunia karena insidennya yang tinggi.
Dari penelitian dilaporkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
utama dari trauma maksilofacial. Selain itu penyebab lainnya yang tersering ialah
kekerasan fisik, konsumsi alkohol yang dapat memicu terjadinya tindakan
kekerasan dan kecelakaan, serta trauma maksilofacial akibat olahraga.4
3
Etiologi
Kecelakaan lalulintas merupakan penyebab utama terjadinya trauma
oromaksilofasial. Beberapa literatur bahasa Inggris melaporkan bahwa terdapat
hubungan antara posisi duduk pengemudi atau penggunaan sistem penahan
terhadap keparahan dari cedera oromaksilofasial yang dialami pasien kecelakaan
lalulintas.5
Penilitian Rabi dan Khateery (2002), juga menunjukan bahwa diantara
beberapa etiologi trauma oromaksilofacial, kecelakaan lalulintas merupakan
penyebab utama terjadinya trauma, diikuti dengan penyebab lainnya seperti
trauma ketika bermain di taman, kecelakaan sewaktu bekerja atau industri,
kecelakaan sewaktu berolahraga, dan lain-lain.
Kecelakaan akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri
tubuh,karena adanya loncatan arus, atau karena ledakan tegangan tinggi,antara
lain akibat petir.pada kecelakaan tersengat arus listrik didaerah kepala,penderita
dapat pingsan lama dan mengalami henti nafas.dapat juga terjadi oedem
otak.akibat samping yang lama timbulnya katarak.destruksi terjadi dekat luka
masuk dan keluar arus listrik paling kuat.5,6
Kecelakaan akibat bahan kimia biasanya luka bakar dan ini dapat terjadi
akibat kelengahan,pertengkaran, kecelakaan kerja, kecelakaan di industri,
kecelakan dil laboratorium dan akibat penggunaan gas beracun pada
peperangan.Bahan kimia dapat bersifat oksidator seperti fenol dan fosfor putih,
juga larutan basa seperti kalium hidroksida menyebabkan denaturasi protein.asam
sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air.Gas yang dipakai dalam
peperangan menimbulkan luka bakar dan menyebabkan anoksia sel bila berkontak
dengan kulit atau mukosa.beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan
sistemik. Asam fluorida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia. Asam
tanat, kromat, formiat, pikrat, dan posfor dapat merusak hati dan ginjal kalau di
absorbsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan methemoglobenemia3,6
.
1. Fraktur Kompleks Zigomatikum Maksila (ZMCs)
a. Definisi
Fraktur Zygomaticomaxillary kompleks (ZMCs) menyebabkan patah
4
tulang dari trauma langsung.Fraktur Zygomaticomaxillary kompleks (ZMCs),
melibatkan zygoma beserta suturanya.7Garis fraktur jahitan memperpanjang
melalui zygomaticotemporal, zygomaticofrontal, dan zygomaticomaxillary dan
artikulasi dengan tulang sphenoid.Garis fraktur biasanya memperpanjang melalui
foramen infraorbital dan lantai orbit.Cedera mata serentak yang umum.
Tulang zigomatik sangat erat hubungannya dengan tulang maksila, tulang
dahi serta tulang temporal, dan karena tulang – tulang tersebut biasanya terlibat
bila tulang zigomatik mengalami fraktur, maka lebih tepat bila injuri semacam ini
disebut “fraktur kompleks zigomatik”.
Tulang zigomatik biasanya mengalami fraktur didaerah zigoma beserta
suturanya, yakni sutura zigomatikofrontal, sutura zigomakotemporal, dan sutura
zigomatikomaksilar.Arkus zigomatik dapat mengalami fraktur tanpa terjadinya
perpindahan tempat dari tulang zigomatik.
Gambar 1. Pandangan frontal dari fraktur zigomatik kompleks
Gambar 2. Pandangan submentoverteks dari fraktur zigomatik kompleks
Meskipun fraktur kompleks zigomatik sering disebut fraktur ”tripod”,
namun fraktur kompleks zigomatik merupakan empat fraktur yang
5
berlainan.Keempat bagian fraktur ini adalah arkus zigomatik, tepi orbita,
penopang frontozigomatik, dan penopang zigomatiko-rahang atas.
Arkus zigomatikus bisa merupakan fraktur yang terpisah dari fraktur
zigoma kompleks. Fraktur ini terjadi karena depresi atau takikan pada arkus, yang
hanya bisa dilihat dengan menggunakan film submentoverteks dan secara klinis
berupa gangguan kosmetik pada kasus yang tidak dirawat, atau mendapat
perawatan yang kurang baik. Insidensi fraktur komplek zigoma sendiri berbeda
pada beberapa penelitian.Pada penelitian Hamad Ebrahim Al Ahmed dan kawan-
kawan insidensi fraktur komplek zigoma sebesar 7,4%. Sedangkan hasil
penelitian yang lain menunjukkan bahwa insidensi fraktur komplek zigoma
sebesar 42% dan 7,9%.
b. Etiologi
Umum :benturan atau pukulan pada daerah inferolateral orbita atau pada
tonjolan tulang pipi.1
c. Diagnosa
Diagnosa dari fraktur zigoma didasarkan pada pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang.8 Riwayat trauma pada wajah dapat dijadikan informasi
kemungkinan adanya fraktur pada kompleks zigomatikus selain tanda-tanda
klinis.7
Tetapi pemeriksaan klinis seringkali sulit dilakukan karena adanya
penurunan kesadaran, oedem dan kontusio jaringan lunak dari pasien yang dapat
mengaburkan pemeriksaan klinis, dan pula tidak ada indikator yang sensitif
terhadap adanya fraktur zigoma.8
Dari anamnesis dapat ditanyakan kronologis kejadian trauma, arah dan
kekuatan dari trauma terhadap pasien maupun saksi mata. Trauma dari arah lateral
sering mengakibatkan fraktur arkus zigoma terisolasi atau fraktur zigoma
komplek yang terdislokasi inferomedial. Trauma dari arah frontal sering
mengakibatkan fraktur yang terdislokasi posterior maupun inferior.9
Pemeriksaan zigoma termasuk inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan
dari arah frontal, lateral, superior, dan inferior. Diperhatikan simetri dan
ketinggian pupil yang merupakan petunjuk adanya pergeseran pada dasar orbita
dan aspek lateral orbita, adanya ekimosis periorbita, ekimosis subkonjungtiva,
abnormal sensitivitas nervus, diplopia dan enoptalmus; yang merupakan gejala
6
yang khas efek pergeseran tulang zigoma terhadap jaringan lunak sekitarnya.
Tanda yang khas dan jelas pada trauma zigoma adalah hilangnya tonjolan
prominen pada daerah zigomatikus. Selain itu hilangnya kurvatur cembung yang
normal pada daerah temporal berkaitan dengan fraktur arkus zigomatikus.
Deformitas pada tepi orbita sering terjadi jika terdapat pergeseran, terutama pada
tepi orbital lateral dan infraorbita. Ahli bedah juga meletakkan jari telunjuk
dibawah margin infraorbita, sepanjang zigoma, menekan ke dalam jaringan yang
oedem untuk palpasi secara simultan dan mengurangi efek visual dari oedem saat
melakukan pemeriksaan ini.7,8
Penggunaan CT Scan dan foto roentgen sangat membantu menegakkan
diagnosa, mengetahui luasnya kerusakan akibat trauma, dan perawatan.10
CT scan
pada potongan axial maupun coronal merupakan gold standard pada pasien
dengan kecurigaan fraktur zigoma, untuk mendapatkan pola fraktur, derajat
pergeseran, dan evaluasi jaringan lunak orbital. Secara spesifik CT scan dapat