TRAUMA MAKSILOFASIAL oleh: Zainul Cholid Drg., Sp.BM
TRAUMA MAKSILOFASIAL
oleh:Zainul Cholid Drg., Sp.BM
PENDAHULUANTrauma menyebabkan kerusakan pada jaringan keras dan lunak Injuri pada jaringan keras di daerah wajah dapat mengakibatkan fraktur di daerah maksilofasialFraktur di maksilofasial tergantung pada tipe injuri, arah dan besarnya kekuatan yang mengenainya Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan keras (tulang)
PENDAHULUANFraktur di daerah maksilofasial umumnya terjadi bersamaan dengan trauma pada bagaian tubuh lain.Di BM, ditujukan pada fraktur di sepertiga bagian tengah wajah dan sepertiga bawahSering kali disertai komplikasi yang membahayakan jiwa.Dahulukan tindakan yang darurat.
PENATALAKSANAAN KEDARURATAN MEDIS1. Penanganan sebelum kerumah sakitMempertahankan jalan nafasMenghentikan perdarahanStabilisasi frakturStabilisasi tulang belakang & cervikalTransportasi cepat.
2. Resusitasi dan penanganan primerAir ways, Breathing, CirculationResusitasi cairanPemantauan3. Diagnosis dan penanganan sekunderPemeriksaan fisik secara menyeluruhThoraks fotoPemeriksaan laboratoriumResusitasi dan pemantauan lebih lanjut
4. Perawatan definitifPembedahanPerawatan non operatifNutritional support5. Rehabilitasi
Etiologi fraktur maksilofasial1. Predisposing causesPenyakit tulang yang umum seperti rieketsia, osteomalasia, fragilitas osium dan osteitis fibrosa Penyakit lokal pada tulang seperti tumor ( karsinoma dan sarkoma ), kista dan osteomielitis
2. Exciting causes: Langsung ( direct ) : fraktur yang pada daerah yang terkena traumatidak langsung ( indirect ) : fraktur yang terjadi pada daerah yang jauh dari traumafraktur yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot
Umumnya Fraktur di regio maksilofasial disebabkan (Fonseca&Walker, 1991 ) 43 % : Kecelakaan kendaraan bermotor ( lalu lintas )34 % : Penyerangan ( kriminalitas, perkelahian, tawuran )7 % : Kecelakaan kerja7 % : Jatuh4 % : Kecelakaan olah raga
Fraktur di maksilofasial Fraktur Dentoalveolar Fraktur Mandibula Fraktur Maksila
DiagnosisDidasarkan atas AnamnesisTanda klinis (palpasi bimanual)Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Bimanual
Tanda klinis frakturRiwayat kerusakanGangguan oklusi Gerakan abnormal Rasa sakit Krepitasi Hematoma TrismusLaserasi Anastesi EkimosisHipersalifasi dan gangguan pernafasan Disability OedemaDiplopia
RadiografiPeriapikal PanoramikLateral obliquePosteroanteror/anteropesteriorWatersSubmentoverteksCT scan CT 3 Dimensi
Klasifikasi fraktur dentoalveolar(Sanders, Brady, Johnson dalam Peterson, 2003)A. Crown craze or crackCrack or incomplete # of the enamel without a loss of tooth structureHorizontal or verticalB. Crown #Confined to enamelEnamel and dentin involvedEnamel, dentin and exposed pulp involved Horizontal or verticalOblique ( involving the mesioincisal atau distoincisal angle)C. Crown-root #No pulp involvement pulp involvement D. Horizontal root #Involving apical third lInvolving middle thirdInvolving cervical third Horizontal or vertical
Klasifikasi Fraktur Mahkota(Honsik, 2004)Tipe 1: Fraktur hanya mengenai enamelTipe 2: Fraktur mengenai enamel dan dentinTipe 3: Fraktur mengenai enamel, dentin dan pulpa Tipe 4: Fraktur mengenai akar
Klasifikasi Fraktur Prosesus Alveolaris (Clark, 2005)Klas 1 : Fraktur alveolar pada daerah edentulous
Klas 2 : Fraktur yang melibatkan regio bergigi dengan perubahan letak ringan
Klas 3: Fraktur yang melibatkan regio bergigi dengan perubahan letak sedang hingga berat
Klas 4: Fraktur prosesus alveolaris dimana satu atau beberapa garis fraktur bergabung dengan fraktur tulang fasial
Fraktur DentoalveolarFraktur gigi (enamel, sementum, dentin, pulpa, akar) LuksasiAvulsiFraktur soket Seringkali berhub dgn trauma lain spt laserasi bibir & mukosa, fraktur maksila & mandibula
Tanda Klinis Fraktur DentoalveolarPendarahan IntraoralGigi MalposisiMaloklusiKegoyanganSakit Perubahan sensasi di gigi
Klasifikasi fraktur mandibula (Fonseca & Walker, 1991 ) 1. Simple atau closed fracture fraktur yang tidak menyebabkan luka terbuka dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar2. Compound atau opened fracture fraktur yang menyebabkan luka terbuka melibatkan kulit dan periodontal ligamen shg berhubungan dengan tulang yang patah.3. Comminuted fraktur fraktur dimana tulang menjadi pecah atau hancur4. Greenstick fracture fraktur dimana satu sisi tulang patah sedang yang lainnya masih baik
5. Patologic fracture Fraktur yang terjadi karena penyakit tulang dan tekanan6. Multipel fracture Fraktur dimana dua atau lebih garis traktur pada tulang yang sama tetapi tidak berhubungan satu dengan lainnya7. Impacted fracture Fraktur dimana satu fragmen terdorong masuk ke fragmen tulang lainnya.8. Atrophy fracture fraktur spontan yang disebabkan atropi tulang pada daerah edentulous mandibula9. Complicated atau complex fracture Fraktur dimana sumber traumanya melibatkan jaringan lunak atau bagian lainnya, seringkali simple atau coumpond
Klasifikasi Fraktur Mandibula Secara Anatomi MidlineSimpisisParasympisisBodyAngulusRamusProsesus kondilarisProsesus koronoidProsesus alveolarisInsidensi Fraktur Mandibula(Peterson, 2003)
Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan arah garis fraktur
Fraktur yang menguntungkanFraktur yang tidak menguntungkanFraktur dengan efek otot yang menyebabkan fragmen fraktur tetap pada lengkung mandibula
Fraktur dengan efek otot yang menyebabkan fragmen fraktur terpisahHampir sebagian besar fraktur angulus merupakan fraktur yang tidak menguntungkan dalam arah horisontal Hampir sebagian besar fraktur simfisis dan parasimfisis merupakan fraktur yang tidak menguntungkan dalam arah vertikal
Vertikal vaforable atau unfavorable Horizontal vaforable atau unfavorable
FRAKTUR MAKSILA
Le Fort ILe Fort IILe Fort III
Le Fort I (horizontal): Fraktur dari septum nasal hingga tepi lateral piriformis, horizontal diatas apek gigi, melewati bawah zygomaticomaxillary junction, dan pterygomaxillary junction hingga pterygoid plates
FRAKTUR MAKSILA
Le Fort II (pyramidal): Meluas dari nasal bridge atau dibawah sutura nasofrontalis hingga processes frontal maxilla, inferolaterally ke tulang lacrimal dan inferior dinding orbital atau dekat dg foramen orbita inferior hingga dinding anterior sinus maxillary, dibawah zygoma, melewati fissura pterygomaxillary dan pterygoid plates
Le Fort III (transversal): Sutura nasofrontal dan frontomaxillary, meluas ke posterior diantara dinding medial orbita hingga nasolacrimal groove dan tulang ethmoid. Fraktur meluas ke dasar orbita hingga fissura orbital inferior, meluas ke superolaterally hingga dinding lateral orbita, ke zygomaticofrontal junction dan zygomatic arch. Intranasal, fraktur meluas ke dasar perpendicular plate tulang ethmoid, hingga vomer dan pterygoid plates sampai dasar sphenoid
Penatalaksanaan fraktur (Causon & Howell,1998) PRINSIP :REPOSISI / REDUKSI : mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomiFIKSASI : membuat fraktur tetap dalam posisi anatomi hingga terjadi penyembuhanIMMOBILISASI: Mencegah tulang yang patah bergerak selama periode penyembuhan 4-6 mingguREHABILITASI: Mengembalikan ke fungsi normal setelah penyembuhan fraktur
Reduksi Indikasi Gigi-gigi pada kedua rahang cukup dipakai sbg pegangan fiksasiPasien edentulous dengan pergeseran minimalIndikasiTidak cukup gigi sbg peganganFrakt dr ramus ascendens/proc condylodeus dg displace besarFrakt corpus displ besarFrakt non unionFrakt mal unionFrakt fibrous unionBila terdpt otot-otot yang interposisi diantra fragmen tulangBone graftClose reduction
Open reduction
******************************