-
TRANSMISI TENAGA LISTRIK
Disusun Oleh:
Dhio Helmi Naufal ([email protected])
12/330109/TK/39297
Teknik Elektro
Universitas Gadjah Mada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membuat permintaan
tenaga listrik semakin banyak dan sangat diperlukan. Sehingga
dibutuhkan peningkatan jumlah pembangkit listrik dan kapasitas agar
permintaan tenaga listrik konsumen tercukupi. Hal tersebut
menimbulkan permasalahan baru, yaitu untuk menyalurkan energi
listrik dari pusat pembangkit listrik menuju pusat beban dibutuhkan
suatu sistem yang mampu berperan sebagai media penyaluran energi
listrik antara pembangkit dan pusat beban. Sistem yang mampu
berperan sebagai media penghubung tersebut salah satunya adalah
sistem transmisi.
Adanya sistem transmisi membuat besarnya daya yang harus
disalurkan dari pusatpusat pembangkit ke pusat beban meskipun dalam
jarak penyaluran yang cukup jauh antara pusat pembangkit dengan
pusat beban menjadi hal yang memungkinkan. Sistem transmisi
menyalurkan daya dengan tegangan tinggi agar mengurangi adanya
rugirugi akibat jatuh tegangan. Sehingga daya yang dibangkitkan
pada pusat pembangkit nilainya tidak akan jauh berbeda dari daya
yang dibangkitkan sebelumnya. Sistem transmisi memegang peranan
yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu
dalam perencanaan pengoperasian dari suatu sistem transmisi tenaga
listrik memerlukan studi lebih dalam tentang bagaimana susunan
komponen-komponennya, jenis-jenisnya, perhitungan-perhitungan dan
cara-cara untuk melindungi sistem tersebut dari bahaya gangguan
seperti petir atau yang lainnya.
1.2 Tujuan
Artikel ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan bagaimana listrik tersalurkan melalui saluran
transmisi secara umum. 2. Memahami komponen-komponen pada sistem
transmisi tenaga listrik. 3. Memahami klasifikasi sistem transmisi
tenaga listrik berdasarkan pembagian tegangannya. 4. Memahami dan
mampu menghitung sistem transmisi tenaga listrik berdasarkan
panjang
saluran. 5. Memahami masalah-masalah umum yang timbul pada
sistem transmisi tenaga listrik. 6. Memahami proteksi dari sistem
transmisi tenaga listrik.
-
II. PEMBAHASAN
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama:
pusat-pusat pembangkit listrik, saluran-saluran transmisi dan
sistem-sistem distribusi. Pusat pembangkit listrik merupakan tempat
energi listrik pertama kali dibangkitkan, di mana terdapat turbin
sebagai penggerak utama (Prime Mover) dan generator yang
membangkitkan listrik. Saluran-saluran transmisi merupakan rantai
penghubung antara pusat-pusat pembangkit listrik dan sistem-sistem
distribusi dan melalui hubungan-hubungan antar sistem dapat pula
menuju ke sistem-sistem tenaga yang lain. Suatu sistem distribusi
menghubungkan semua beban yang terpisah satu dengan yang lain
kepada saluran-saluran transmisi. Hal ini terjadi pada
stasiun-stasiun pembantu (substation) di mana juga dilaksanakan
transformasi tegangan dan fungsi-fungsi pemutusan dan penghubungan
beban (switching).
Transmisi Tenaga Listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari
suatu sumber pembangkitan ke suatu sistem distribusi atau kepada
konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antar sistem. Jadi, maksud
proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, adalah:
Dari pembangkit listrik ke gardu induk.
Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu
distribusi.
Ketentuan dasar sistem tenaga listrik: Menyediakan setiap waktu,
tenaga listrik untuk keperluan konsumen. Menjaga kestabilan nilai
tegangan yang tidak lebih dari batas toleransi, yaitu 10%. Menjaga
kestabilan frekuensi yang tidak lebih dari batas toleransi, yaitu
0,1Hz. Harga yang tidak mahal (Efisien). Standar keamanan (safety).
Respek terhadap lingkungan.
-
2.1 Komponen Transmisi Listrik
Saluran transmisi Tenaga Listrik terdiri atas : 2.1.1 Konduktor.
Kawat konduktor ini digunakan untuk menghantarkan listrik yang
ditransmisikan. Kawat
konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi ini selalu
tanpa pelindung/isolasi, hanya menggunakan isolasi udara. Bahan
konduktor harus memiliki sifat konduktivitas tinggi, ringan,
kekuatan tarik mekanikal tinggi, tidak mudah patah dan murah. Jenis
konduktor yang dipakai adalah tembaga (Cu), alumunium (Al) dan baja
(steel). Namun, jenis yang paling sering dipakai adalah jenis
alumunium dengan campuran baja. Berikut ini adalah jenis-jenis
penghantar aluminium:
AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari alumunium.
AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced), yaitu kawat
penghantar alumunium berinti kawat baja.
ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat
penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR (Almunium
Conductorn Steel Reinforced). Untuk daerah yang udaranya mengandung
kadar belerang tinggi juga dipakai jenis ACSR. ACSR banyak
digunakan mengingat selain kawat ini tergolong kuat harganya
relative lebih murah dibandingkan dengan ACAR yang meskipun
memiliki kekuatan tarik (tensile strength) lebih besar dibandingkan
penghantar aluminium biasa.
2.1.2 Isolator. Isolator merupakan material yang berfungsi untuk
menghambat arus sehingga idelanya tidak
ada arus yang mengalir pada rangkaian. Isolator pada sistem
transmisi tenaga listrik ini juga berfungsi untuk penahan bagian
konduktor terhadap ground. Isolator pada transmisi bisanya terbuat
dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik
juga sering digunakan.
Bahan isolator haruslah memiliki sifat resistivitas yang tinggi
untuk melindungi kebocoran arus, tidak mudah panas, tahan lama,
ringan, tidak mudah pecah, Kondisinya harus kuat terhadap goncangan
apapun dari beban konduktor dan memiliki ketebalan yang secukupnya
(sesuai standar) untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik
tegangan tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut.
Jumlah isolator dalam satu rangkaian string ditentukan rating
tegangan kerja dari saluran. Semakin rendah nilai tegangannya maka
semakin sedikit jumlah isolatornya. Untuk saluran transmisi 150 kV
ada 12 13 buah isolator. Sedangkan untuk SUTET ada sekitar 25-26
buah isolator. Jenis-jenis isolator ada yang bersifat isolator
gantung, isolator batang panjang, isolator pos saluran dan isolator
jenis pasak. Berikut adalah gambar jenis-jenis isolatornya:
-
Isolator jenis pasak, isolator batang panjang dan isolator jenis
pos-saluran digunakan pada
saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang
dari 22-33kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng
menjadi rentengan rangkaian isolator yang jumlahnya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
2.1.3 Menara Energi listrik yang disalurkan lewat saluran
transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat
telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media antar
isolasi antar kawat penghantar. Untuk menyanggah/merentangkan kawat
penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan
lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang
pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh yang biasa disebut
menara. Antar menara listrik dan kawat penghantar disekat oleh
isolator.
Saluran Kabel bawah laut, ini merupakan saluran listrik yang
melewati medium bawah air (laut) karena transmisi antar pulau yang
jaraknya dipisahkan oleh lautan. Berdasarkan pemasangannya saluran
transmisi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
Saluran Udara (Overhead Lines) saluran transmisi yang
menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada
isolator antara menara atau tiang transmisi.
-
Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi
yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam
tanah.
Saluran bawah Laut Saluran transmisi listrik yang di bangun di
dalam laut.
Berikut adalah gambar dari jenis-jenis menara yang telah
dibangun:
-
2.1.4 Kawat Tanah
Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah
media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini
dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil
mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat. Namun
jika petir menyambar dari samping maka dapat mengakibatkan kawat
fasa tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan.
Bahan earth wire terbuat dari baja yang sudah di-galvanis,
maupun sudah dilapisi dengan almunium. Jumlah kawat tanah paling
tidak ada satu buah di atas kawat fasa, namun umumnya di setiap
tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah untuk dua
penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga
kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara kawat tanah dengan
kawat fasa di tower adalah sebesar jarak antar kawat fasa, namun
pada daerah tengah gawangan dapat mencapai 120% dari jarak
tersebut.
2.2 Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan Kerja
2.2.1 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT): 30kV, 70kV, 150kV.
Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV. Konfigurasi
jaringan pada umumnya single atau double circuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 fasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat
dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran
kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka
penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat
kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle
Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang
paling efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100
km maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga
tegangan di ujung transmisi menjadi rendah. Untuk mengatasi hal
tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau
interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan
dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
2.2.2 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET): 500kV.
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di
atas 500 MW. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang
kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh
operasional yang efektif dan efisien. Permasalahan mendasar
pembangunan SUTET adalah konstruksi tiang (tower) yang besar dan
tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang
banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah
sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara
lain timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan
SUTET,
-
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu
tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET
dan lain sebagainya. Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk
jarak 100 km sampai dengan 500 km.
2.2.3 Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT): 150kV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di
Pulau Jawa), dengan beberapa pertimbangan :
Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena
sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung
tinggi.
Pertimbangan keamanan dan estetika.
Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Jenis kabel yang digunakan:
Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis
Cross Link Poly Etheline (XLPE).
Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan
minyak (oil paper impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
Single core dengan penampang 240 mm2 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 800 mm2 tiap core.
Pertimbangan fabrikasi.
Pertimbangan pemasangan di lapangan.
Kelemahan SKTT:
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan
penanganan yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak,
misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah,
PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan
lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter.
Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa
dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan.
2.2.4 Sub Marine Cable: 150kV
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang Sub Marine Cable
bawah laut dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan (Jawa Madura).
Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk (Jawa Bali).
Beberapa hal yang perlu diketahui:
Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
Direncanakan akan dibangun sub marine cable Jawa Sumatera.
Untuk Jawa Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang
dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
-
2.3 Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Panjang
Saluran
Adanya saluran transmisi jarak pendek, jarak menengah dan
panjang dilatarbelakangi oleh sisi teknis komputasi.
2.3.1 Saluran Transmisi Pendek (Kurang dari 80 Km)
Pada saluran pendek, nilai kapasitansi penghantar dapat
diabaikan sehingga penghantar dimodelkan dengan impedansi (R dan
XL), maka saluran transmisi dimodelkan sebagai berikut:
= + =
=
1 0 1
VS = tegangan pada ujung kiri matau ujung generator.
IS = arus pada ujung kiri mata ujung generator.
VR = tegangan pada ujung terima atau ujung beban.
IR = arus pada ujung terima atau ujung beban.
Z = R + jX= impedansi saluran.
2.3.2 Saluran Transmisi Menengah (80 Km-240 Km)
Pada saluran menengah, nilai kapasitansi penghantar tidak dapat
diabaikan sehingga penghantar dimodelkan dengan impedansi
penghantar (R dan XL) dan kapasitansi yang disatukan (terkumpul)
dapat dimodelkan dalam bentuk nominal T dan sebagai berikut:
Nominal T
= +
-
= ( +
2) +
= +
2+
= + (1 +
2)
Kemudian dengan mensubstitusikan nilai IS ke persamaan hukum
kirchoff tegangan maka didapati nilai sebagai berikut:
= +
2+
2
= +
2+ ( + (1 +
2))
2
= +
2+
2+
2+
2
4
= (1 +
2) + ( +
2
4)
Berdasarkan persamaan VS dan IS yang didapat, kemudian diubah ke
dalam bentuk matriks sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut:
=
1 +
2 +
2
4
1 +
2
Nominal
= +
=
2+ 1
Kemudian dengan mensubstitusikan nilai IP ke persamaan hukum
kirchoff tegangan maka didapati nilai sebagai berikut:
= +
= + (
2+)
= +
2+
-
= 1 +
2 +
Tinjau rangkaian berdasarkan hukum kirchoff arus maka didapat
nilai sebagai berikut:
= +
=
2+ +
2
=
2+ + ( 1 +
2 + )
2
=
2+ +
2+
2
4+
2
= +2
4 +(1 +
2)
Berdasarkan persamaan VS dan IS yang didapat, kemudian diubah ke
dalam bentuk matriks sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut:
=
1 +
2
+2
41 +
2
2.3.3 Saluran Transmisi Panjang (Lebih dari 240 Km)
Pada saluran panjang, nilai kapasitansi dan impedansi penghantar
(R dan XL) diasumsikan menjadi satu (tersebar) yang terdapat pada
sepanjang penghantar hingga batas tak hingga, untuk itu dilakukan
metoda pendekatan per elemen panjang sebagai berikut:
Hubungan Tegangan dan arus dapat dilihat berdasarkan persamaan
di bawah ini:
= cosh + () sinh
= (/) sinh + cosh
Di mana =
yang disebut sebagai persamaan karakteristik.
2.4 Masalah-Masalah yang Timbul Pada Saluran Transmisi
Saluran trasmisi merupakan suatu sistem yang kompleks yang
mempunyai karakteristik yang berubahubah secara dinamis sesuai
keadaan sistem itu sendlri. Adanya perubahan karakteristik ini
dapat menimbulkan masalah jika tidak segera diantisipasi. Dalam
hubungannya dengan sistem pengamanan suatu sistem transmisi, adanya
perubahan tersebut harus mendapat perhatian yang besar mengingat
saluran transmisi memiliki arti yang sangat penting dalam proses
penyaluran daya. Masalahmasalah yang timbul pada saluran transmisi,
diantaranya yang terutama adalah:
-
2.4.1 Pengaruh perubahan frekuensi sistem
Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus menerus
dalarn suatu nilai batas
tertentu. Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat
merugikan baik terhadap peralatan
ataupun sistem transmisi itu sendiri. Pengaruh yang disebabkan
oleh perubahan frekuensi ini
terhadap saluran transmisi adalah pengaruh pada reaktansi.
Dengan perubahan frekuensi
dari 1 ke 1 dengan kenaikan 1, reaktansi dari saluran akan
berubah dari X ke X' dengan
kenaikan X. Perubahan reaktansi ini akan berpengaruh terhadap
pengukuran impedansi sehingga
impedansi yang terukur akibat adanya perubahan pada nilai
komponen reaktansinya akan berbeda
dengan nilai sebenarnya.
2.4.2 Pengaruh dari ayunan daya pada sistem
Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan (generator)
akibat hilangnya sinkronisasi
salah satu generator. Sehingga sebagian generator menjadi motor
dan sebagian lagi berbeban lebih.
Hal ini terjadi secara bergantian atau berayun. Adanya ayunan
daya ini dapat menyebabkan
kestabilan sistem terganggu. Ayunan daya ini harus segera
diatasi dengan melepaskan generator
yang terganggu. Pada saluran transmisi adanya ayunan daya ini
tidak boleh membuat kontinuitas
pelayanan terganggu, tetapi perubahan arus yang terjadi pada
saat ayunan daya bisa masuk dalam
jangkauan sistem pengamanan sehingga memutuskan aliran arus pada
saluran transmisi. Suatu
sistem proteksi harus dapat membedakan adanya ayunan daya ini
dengan adanya gangguan.
2.4.3 Pengaruh gangguan pada sistem transmisi
Setiap kesalahan dalam suatu rangkaian yang menyebabkan
terganggunya aliran arus yang
normal disebut gangguan. Saluran transmisi mempunyai resiko
paling besar bila mengalami
gangguan, karena ini akan berakibat terputusnya kontinuitas
penyaluran beban. Terputusnya
penyaluran listrik dari pusat pembangkitan ke beban tentu akan
sangat merugikan bagi pelanggan
terutama industri, karena berarti terganggunya kegiatan operasi
di industri tersebut. Gangguan
penyediaan listrik tidak dikehendaki oleh siapapun, tetapi ada
kalanya gangguan tersebut tidak bisa
dihindari. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi
akibat adanya gangguan tersebut atau
memisahkan bagian yang terganggu dari sistem.
Gangguan pada saluran transmisi merupakan 50% dari seluruh
gangguan yang terjadi pada
sistem tenaga listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang
terbesar frekuensi terjadinya
adalah gangguan tunggal dari saluran ke tanah, yaitu sekitar
70-80% dari gangguan-gangguan pada
saluran transmisi. Gangguan yang bertegangan antara 110-154 KV
umumnya disebabkan karena
gejala-gejala alamiah seperti salju, petir, es, angin serta
gempa. Kejadian alam tersebut
menyebabkan terjadinya kerusakan isolator yang pecah karena
sesuatu beban (seperti beban es,
salju), kerusakan pada menara-menara dan bisa menyebabkan tidak
berfungsinya alat penangkal
petir. Sedangkan kebanyakan dari gangguan yang bertegangan lebih
dari 187 KV disebabkan karena
adanya petir yang mengakibatkan terjadinya percikan bunga api
(flashover) pada isolator-isolator.
Tegangan tinggi yang ada di antara penghantar dan menara atau
tiang penyangga yang ditanahkan
(grounded) menyebabkan terjadinya ionisasi. Hal ini memberikan
jalan kepada muatan listrik yang
diinduksi (diimbas) oleh petir untuk mengalir ke tanah. Dengan
terbentuknya jalur ionisasi ini,
impedansi ke tanah menjadi rendah. Ini memungkinkan mengalirnya
arus fasa dari penghantar ke
tanah dan melalui tanah menuju netral dari transformator atau
generator yang ditanahkan.
Sehingga terjadilah rangkaian yang tertutup.
Gangguan yang paling jarang terjadi, yaitu hanya kira-kira 5%
adalah gangguan yang melibatkan
sekaligus tiga fasa dan disebut gangguan-gangguan 3 fasa.
Gangguan-gangguan jenis lain pada
saluran transmisi adalah gangguan-gangguan antara satu saluran
dengan saluran lainnya tanpa
-
melibatkan tanah dan gangguan antara dua saluran dan tanah.
Kecuali gangguan tiga fasa, semua
gangguan-gangguan tersebut di atas berisfat tidak simetris dan
menyebabkan ketidakseimbangan di
antara fasa-fasa.
Suatu sistem proteksi harus dapat mendeteksi semua gangguan
apakah itu gangguan antar fasa
atau gangguan satu fasa ke tanah. Karena sifatsifat gangguan
tersebut berbeda maka untuk
mendapatkan pengukuran yang betul adalah dengan mengukur
impedansi yang berbedabeda untuk
setiap gangguannya.
2.5 Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah
proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu
transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik
dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga saluran
distribusi listrik (substation distribution) dapat disalurkan
sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman. Proteksi
transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik
agar jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan
transmisi tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga
termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika
proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.
Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka
pengaman-pengaman yang terpasang harus bekerja demi mengamankan
sistem dan manusia yang sedang melaukukan perawatan.
Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem
berarti sistem tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun.
Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan gangguan
tersebut namun dalam waktu yang sangat singkat dapat diamankan.
Sehingga sistem tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang
terlalu lama. Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa
:
Gangguan transmisi akibat hubung singkat.
Gangguan transmisi akibat sambaran petir.
Gangguan transmisi akibat hilangnya salah satu kabel fasa
disebabkan dicuri oleh manusia.
Dalam merancang sistem proteksi, haruslah mencermati falsafah
yang harus dimiliki oleh sistem proteksi, yaitu :
Ekonomi, peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomi Selektif,
dapat mendeteksi dan mengisolasi gangguan Ketergantungan, proteksi
hanya bekerja jika terjadi gangguan. Sensitif, mampu mengenali
gangguan, sesuai setting yang ditentukan, walaupun
gangguannya kecil. Mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat
mungkin Stabil, proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal.
Keamanan, memastikan proteksi bekerja jika terjadi gangguan
2.5.1 Komponen-Komponen Proteksi Pada Sistem Transmisi 1. Relay,
sebagai alat untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya
memberi perintah
trip kepada Pemutus tegangan (PMT). (tipe-tipe relay bisa
dilihat di bagian bawah) 2. Trafo arus dan/trafo tegangan sebagai
alat yang mentransfer besaran listrik primer dari
sistem yang diamankan ke relay (besaran listrik sekunder). 3.
Pemutus tenaga untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.
-
4. Baterai beserta alat pengisi (Battery Charger) sebagai sumber
tenaga untuk bekerjanya relay, peralatan bantu triping.
5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkuit sekunder (arus
dan/ tegangan), sirkuit triping dan peralatan Bantu. Secara garis
besar bagian dari relay proteksi terdiri dari 3 bagian utama
seperti pada blok diagaram dibawah :
Blok diagram Relay proteksi
Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut
:
Elemen pengindra, elemen ini berfungsi untuk merasakan
besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan
sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini
besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang
diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal,
untuk selanjutnya besaran tersebut dikirim ke elemen
pembanding.
Elemen Pembanding, elemen ini berfungsi menerima besaran setelah
terlebh dahulu besaran itu diterima oleh elemen pengindera untuk
membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal dengan
besaran arus kerja relay.
Elemen pengukur, elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan
secara cepat pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan
isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal. Pada sistem
proteksi menggunakan relay proteksi sekunder seperti gambar :
Rangkaian Proteksi Relai
-
Transformator arus (CT) berfungsi sebagai alat pengindera yang
merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau
mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur
adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat
pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari
kerja relay. Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi
besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan bekerja menarik
kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah
pada kumparan penjatuh atau trip-coil untuk bekerja melepas
PMT.
1. Komponen Pengaman
Komponen pengaman (pelindung) pada transmisi tenaga listrik
memiliki fungsi sangat penting. Komponen pengaman pada saluran
udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :
Pentanahan tiang, Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat
tanah akibat terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga
atau kawat baja yang di klem pada pipa pentanahan dan ditanam di
dekat pondasi tower (tiang) SUTT.
Jaringan pengaman, berfungsi untuk pengaman SUTT dari gangguan
yang dapat membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada
di bawahnya yang tingginya melebihi tinggi yang dizinkan
Bola pengaman, dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman
lalu lintas udara
Peralatan proteksi transmisi tenaga listrik lainnya adalah :
Relay arus lebih
Merupakan relay pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus
dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi, Tegangan menengah juga
pada pengaman transformator tenaga. Relay ini berfungsi untuk
mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan fasa-fasa.
Kinerja relay ini adalah jika dalam suatu transmisi terdapat
gangguan yang berupa arus lebih, maka dalam waktu yang singkat
relay arus lebih akan bekerja sehingga jaringan transmisi akan
tidak terhubung sementara. Jika gangguan telah hilang, maka
jaringan transmisi akan terhubung kembali.
Relay hubung tanah
Merupakan relay pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus
dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi,tegangan menengah juga
pada pengaman transformator tenaga. Kinerja relay ini adalah jika
dalam transmisi tenaga listrik terjadi hubung singkat antara kabel
fasa dengan tanah, maka Relay hubung tanah akan langsung bekerja
dalam waktu yang sangat singkat, sehingga sistem menjadi aman
karena tidak terjadi kerusakan yang sangat banyak.
Relay Diferensial
Relay diferensial ini berfungsi untuk mengamankan transformator
tenaga terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam
daerah pengaman transformator, yang disambung ke instalasi trafo
arus ( CT ) di kedua sisi.
Relay differensial adalah suatu alat proteksi yang sangat cepat
bekerjanya dan sangat selektif berdasarkan keseimbangan (balance)
yaitu perbandingan arus yang mengalir pada kedua sisi trafo daya
melalui suatu perantara yaitu trafo arus (CT). Dalam kondisi
normal, arus mengalir melalui peralatan listrik yang diamankan
(generator, transformator dan lain-lainnya). Arus-arus sekunder
transformator arus, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui jalur IA.
Jika relay pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2, maka dalam
kondisi normal tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya.
-
Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik
yang diamankan (external fault), maka arus yang mengalir akan
bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan
pada kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan bekerja
untuk gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi di dalam
(internal fault), maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan
terbalik, menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal terganggu,
akibatnya arus ID akan mengalir melalui relay pengaman dari
terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder
transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang
mengalir melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman,
tetapi setiap gangguan (antar fasa atau ke tanah) yang
mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu, akan menyebabkan arus
mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka relai pengaman
akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada
circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang
terganggu dapat diisolir dari sistem tenaga listrik.
Relay jarak
Relay jarak merupakan proteksi yang paling utama pada saluran
transmisi. relay jarak menggunakan pengukuran teganan dan arus
untuk mendapatkan impedansi saluran yang harus diamankan. Jika
impedansi yang terukur di dalam batas settingnya, maka relay akan
bekerja. Disebut relay jarak, karena impedansi pada saluran
bersarnya akan sebanding dengan panjang saluran. Oleh karena itu,
Relay jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang
terjadi, tetapi tergangung pada jarak gangguan yang terjadi
terhadap relay proteksi. Impedansi yang diukur dapat berupa Z, R
saja ataupun X saja. Tergantung Relay yang dipakai. Berikut adalah
fungsi dari relay jarak:
- Dapat menentukan arah letak gangguan gangguan di depan relai
harus bekerja. - Gangguan di belakang relai tidak boleh bekerja
dapat menentukan letak gangguan. - Gangguan di dalam daerahnya
relai harus bekerja. - Gangguan di luar daerahnya relai tidak boleh
bekerja. - Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya.
Kawat tanah
Kawat tanah atau bisa disebut pula overhead grounding adalah
media pelindung kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang
di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan sekecil mungkin karena
dianggap petir menyambar di atas kawat. Kawat ini merupakan
proteksi transmisi tenaga listrik yang bersifat pasif. Jika terjadi
sambaran petir, maka kawat ini akan menyalurkan arus petir langsung
ke tanah. Sehingga sistem transmisi aman dari gangguan. Kawat yang
bagus adalah yang memiliki tahanan kurang dari 4 ohm. Jika lebih
dari 4 ohm, maka arus yang mengalir tidak bisa cepat, dapat
menyebabkan putusnya kawat atau terjadinya flashover antara kawat
dasa dengan kawat tanah.
Misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah.
Dengan menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut,
titik b dapat ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi
groundwire terletak di dalam daerah yang diarsir. Di dalam zona
tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung sehingga
di daerah tersebut pula kawat fasa dibentangkan.
Pemutus Tenaga ( PMT )
Adalah untuk memisahkan/menghubungkan satu bagian instalasi
dengan bagian instalasi lain, baik instalasi dalam keadaan normal
maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian instalasi
tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih. PMT termasuk
proteksi terhadap transmisi tenaga listrik. PMT dapat membuka dan
menutup baik secara otomatis maupun secara manual. Sehingga, jika
transmisi sedang dalam pemeliharaan, maka jaringan transmisi dapat
diputus sementara.
-
2. Penerapan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Proteksi transmisi tenaga listrik diberlakukan di semua
transmisi tenaga listrik. Namun, untuk pemasangannya hanya berada
di gardu induk. Pemasangannya pada saluran masuk ke gardu induk dan
di saluran keluar garu induk. Sehingga jika jaringan transmisi
terjadi gangguan, maka gardu induk tidak mengalami kerusakan. Jika
terjadi kerusakan, maka kerusakannya minimal. Kecuali kawat tanah.
Kawat tanah dipasang diatas kawat fasa yang berfungsi untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Sehingga pemasanggannya
berada diseluruh jaringan transmisi tenaga listrik.
III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan
1. Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama:
pusat-pusat pembangkit listrik, saluran-saluran transmisi dan
sistem-sistem distribusi.
2. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik
dari pembangkit listrik ke gardu induk, dari satu gardu induk ke
gardu induk lainnya, dari gardu induk ke jaring tegangan menengah
dan gardu distribusi.
3. Komponen transmisi tenaga listrik: konduktor, isolator,
menara dan kawat tanah. 4. Berdasarkan tegangan kerja saluran
transmisi dibedakan: SUTT (Saluran Udara Tegangan
Tinggi), SUTET (Saluran Udara Ekstra Tinggi), SKTT (Saluran
Kabel Tegangan Tinggi) dan Sub Marine Cabble.
5. Berdsarkan panjang saluran transmisi dibedakan: Saluran
Pendek
=
1 0 1
Saluran Menengah o Nominal
=
1 +
2
+2
41 +
2
o Nominal T
=
1 +
2 +
2
4
1 +
2
Saluran Panjang
= cosh + () sinh
= (/) sinh + cosh
Di mana =
yang disebut sebagai persamaan karakteristik.
6. Masalahmasalah yang timbul pada saluran transmisi umumnya
adalah pengaruh perubahan frekuensi, pengaruh dari ayunan daya
sistem dan pengaruh gangguan pada sistem transmisi.
-
7. Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah
proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu
transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik
dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga saluran
distribusi listrik (substation distribution) dapat disalurkan
sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman.
3.2 Saran
Pada artikel ini, pembahasan hanya dilakukan secara umum (tidak
terlalu spesifik). Hal itu disebabkan karena tema yang dipilih
cukup luas. Namun dengan temanya yang bersifat luas ini pembaca
diharapkan menjadi mengerti gambaran umum mengenai transmisi tenaga
listrik.
IV. REFERENSI 1. Stevenson, William D. 1982. Elements of Power
System Analysis, 4th Edition. Bandung:
Erlangga. 2. Susanti, Rahmi dan Syukriyadin. 2010. Analisa
Kemampuan Saluran Berdasarkan Metode
Contingency N-1 Analysis. Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 9, No.
1. 3. Fauzi, Akhmad. 2006. STUDI ANALISIS PEMILIHAN TEGANGAN
OPTIMAL UNTUK SALURAN
TRANSMISI DAYA LISTRIK. Semarang: Universitas Diponegoro. 4.
Iwan. Sistem Transmisi Tenaga Listrik.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fiwan78.files.wordpress.com%2F2011%2F04%2F06-sistem-transmisi-tenaga-listrik.pdf&ei=4hVgU-f8HsiOrQeZqYHQBw&usg=AFQjCNFWnGtHwTLBxtW3r9D1GWJdvsrYpA.
Diakses pada tanggal 30 April 2014 hari Rabu, Pukul 5.07 WIB.
5. Prana Tarigan, Josia. 2012. TRANSMISI TENAGA LISTRIK.
http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2012/03/sistem-tenaga-listrik-pusat-pembangkit.html.
Diakses pada tanggal 2 Mei 2014, Hari Jumat pukul 5.23 WIB.
6. Guntoro, Hanif. 2009. Klasifikasi Saluran Transmisi
Berdasarkan Tegangan
.http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/11/klasifikasi
-saluran-transmisi.html. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014, Hari
Jumat pukul 5.39 WIB.
7. Saragi, Irwan Rinaldi. 2012. Jurnal Relay Jarak Sebagai
Proteksi Saluran Transmisi.
http://irwanrinaldielektro.blogspot.com/2012/06/
Relay-jarak-sebagai-proteksi-saluran.html. Diakses pada tanggal 2
Mei 2014, Hari Jumat pukul 5.45 WIB.
8. Jauhari, Eri. 2010. Isolator Saluran Udara.
http://abdulsyakur.blog.undip.ac.id/2010/12/02/isolator-saluran-udara/.
Diakses pada tanggal 3 Mei 2014, Hari Sabtu pukul 10.35 WIB.
9. Tobing, Lumban Dohar. 2013. Sistem Proteksi Pada Jaringan
Transmisi. http://dohar89.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 3 Mei
2014, Hari Sabtu pukul 12.07 WIB.
10. Purba, Agus. 2012. Proteksi Pada Transmisi Tenaga Listrik.
http://aguspurbaproteksi.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 3 Mei
2014, Hari Sabtu pukul 12.18 WIB.