-
TRANSISIDEMOGRAFIDANPEMBANGUNANBERKELANJUTAN*
SiswantoAgus Wilopo**
Abstract
From a number of studies there are evidences of the existence of
integrationbetween "demography variables" and the development
process. In this case it isimportant to understand that the
population policies have beenformulatedfor thecontinuity of
development process, mainly by paying attention to the
integrationbetween people (inhabitants) and their environment.
Inthis case, the government'spolicy is to stabilizeeconomic
development, distributing it evenly andmaintain theenvironment in
accordance with the global Population Action Program. Theproblems
caused by changes related to the demographic transition can be
consideredthe materialfor thefuture demographic policies.
Pengantar
Penduduk dunia mengalamiperubahan yang sangat drastis selamadua
dasawarsa terakhir ini.Perubahaniniterjadi sebagai
hasilupayanasionaldaninternasionaldalammeningkatkankesejahteraan
umat manusia.Meskipun demikian, masih sekitarempat perlimapenduduk
dunia hidupdi negara sedang berkembang. Dari5,716 miliar penduduk
dunia, hanya1,166 miliar tinggal di negara yangsudah maju dan masih
sekitar 4,550miliar penduduk dunia hidup di
negara yang sedang berkembang (UN,1994).
Masalah utama yang dihadapi olehnegara yang sedang
berkembangtidakhanya masalah ekonomi yangterbelenggu dalam tatanan
lingkunganekonomi dunia yang cenderungmerugikan. Sebagian besar
negara-negara sedang berkembang jugamengalami permasalahan
pertumbuh-an penduduk yang sangat cepat,pengurasan sumber daya alam
danpersediaan makanan, pengrusakan
*
MakalahinimerupakanpenyempurnaankertaskerjayangpernahdipresentasikanolehpenulispadaSeminar
SehariStrategiImplementasiProgramAksiKependudukanKairo1994 dan
PelantikanPengurus IPADICabangDKIJakarta yang diselenggarakan
padatanggal 16 Desember 1994diJakarta.
** Dr.SiswantoAgusWilopo,S.U.,M.Sc,Sc.Dadalahstafpengajarjurusan
IlmuKesehatanMasyarakat,FakultasKedokteran,UniversitasGadjahMada,Yogyakarta
danpadasaatini diperbantukan pada Kantor Menteri Negara
Kependudukan Bidang PengendalianKuantitasPenduduk.
Populasi, 6(1), 1995 ISSN: 0853 -0262
-
Wilopo, TransisiDemografi
lingkungan alam, dan diperberatdengan perubahan pola
konsumsipenduduk yang tidak seimbangdengan produksinya.
Terjadinyapermasalahan ekologi baru, sepertipeningkatan suhu bumi
(globalwarming), yang berkaitan erat denganketidakseimbangan antara
konsumsidan produksi, menimbulkan ancamanbaru bagi keberlangsungan
hidupgenerasi sekarang dan yang akandatang.
Secara bersamaan,dalam dua dasa-warsa terakhir ini pula telah
terjadiperubahan ciri-ciri demografispenduduk dunia, antara lain
berupapenambahan jumlah, perubahanstruktur dan komposisinya.
Per-tumbuhan penduduk dibeberapanegara sedang berkembang
telahmengalami penurunan, meskipunmasih lebih tinggi dibanding
negara-negara yang sudah maju. Pelonjakanjumlah penduduk yang
terjadi padasaat angka mortalitas menurun lebihawal dan lebih cepat
dibandingfertilitas mulai mengalami stabilisasi,karena semakin
banyak negara yangangka fertilitasnya telah menurunmendekati
replacement level. Akibatnyaangka laju pertumbuhan pendudukdunia
mengalami penurunan.Walaupun demikian, penduduk duniaakan tetap
meningkat dengan. cepat.Menjelang abad ke duapuluh satu
ini,pertambahan penduduk justru
mulaimeningkatdenganpesat.Halinikarenamasih banyak negara-negara
yangsedangberkembangmempunyaiangkafertilitas yang cukup tinggi
danpenduduknya lebih didominasi
olehanak-anak,remajadanusiareproduktifsehingga jumlah kelahiran
akan lebih
tinggi dibanding dengan jumlahkematian. Oleh sebab itu
pendudukdunia akan bertambah terus, sehinggasaat ini diperkirakain
telah menjadi5,716miliar.
Masalahnya ialah bagaimanadengan jumlah penduduk yangsemakin
meningkat tersebut dapattercukupi segala kebutuhan hidupnyadengan
tanpa mengorbankankepentingan generasi anak cucunya.Misalnya,
bagaimana menjaminkebutuhan masyarakat untuk
mem-perolehpelayanankesehatan yang adadan terjangkau oleh mereka
dan anakcucu mereka di kemudian hari. Untukitu, pola pembangunan
harusdiarahkan pada pembangunanberkelanjutan agar umat manusia
dibumi akan tetap dapat memenuhikebutuhan hidupnya yang
semakinmaju. Dalam pembangunan yangdemikian, maka orientasi
per¬masalahan dan tantangan ke-pendudukan di masa depan akanmenjadi
dasar dalam merencanakanpembangunan yang berkelanjutan.Tulisan ini
akan membahas konsepdasar terjadinya proses transisidemografi dan
kaitannya denganpembangunan berkelanjutan. Denganmenganalisa pola
transisi demografidan mengkaitkan dengan tujuan danpelaksanaan
pembangunan yang di-sepakati bersama, termasuk dalamProgram Aksi
Kependudukan hasilKonperensi Internasional Ke¬pendudukan dan
Pembangunan diKairo, akan dibahas beberapakebijaksanaan untuk
menjamintercapainya tujuan pembangunanberkelanjutandiIndonesia.
20
-
Wilopo, TransisiDemografi
KonsepTransisi DemografidanPembangunanBerkelanjutan-
KonsepTransisi Demografi
Pada pembicaraan konsep transisidemografi, penekanan pokok
terletakpada aspek pertumbuhan penduduk,dan keterangan lengkap
umumnyadiarahkan pada proses penurunanfertilitas.
Dengandemikianpembicara¬an konsep proses transisi
demografiumumnyadifokuskanpadaperubahanjumlah, struktur dan
komposisipendudukyangmengalamiperubahanselama proses
transisiberlangsung.
Pembicaraan proses transisidemografi umumnya hanya terpusat-kan
pada pembicaraan prosespenurunan fertilitas. Padahal prosestransisi
demografi tidak hanyamenyangkut perubahan tingkatfertilitas, tetapi
mencakup pulaperubahan tingkat morbiditas danmortalitas. Hubungan
antara transisidemografi dengan penurunanmortalitas kurang
memperolehperhatian yang sepadan. Baru setelahOmran (1971)
mengajukan konseptransisi epidemiologi, perubahan polamortalitas
yang terkait dengan transisidemografi mulai
memperolehperhatianyangselayaknya.
Penurunan fertilitas umumnyaterjadi setelah penurunan
mortalitas.Meskipun demikian, penurunantingkat fertilitas telah
berjalansebelumditemukannya teknologi modernuntuk mencegah
konsepsi. Sebelumteknologi kontrasepsi modernditemukan, penundaan
usia kawin,membujang, sanggama terputus, danabortus tak
legaldidugamenjadifaktorpenyebab utama menurunnya
fertilitas. Beberapa faktor tersebutsangat erat kaitannya dengan
tradisisosialdan budayasetempat.
Menurumya angka kelahiran dankematian serta meningkatnya
angkaharapanhidupwaktu lahirmenjadiciripokok berlangsungnya proses
transisidemografi. Konsep transisi demografibaru diperkenalkan oleh
Notesteintahun 1953. Banyak definisi yangdisampaikan oleh berbagai
ahli, tetapidefinisi transisi demografi yang palingmudah dimengerti
ialah menurutDemeny,(1968).
"Pada masyarakat tradisionaltingkat fertilitas dan
mortalitastinggi. Pada masyarakatmodern, tingkat fertilitas
danmortalitas rendah.Antara keduakeadaantersebut
disebuttransisidemografi".
Dari definisi tersebut terlihat bahwasecara konsep definisi
tersebut dapatdimengerti dengan mudah, tetapikelemahan utama
terletak padaoperasionalisasi pengertian masyara¬kat tradisional
atau modern danpengertian tingkat fertilitas/mortalitastinggiatau
rendah.
Perlu dicatat bahwa transisidemografi merupakan proses
yangdinamis dari suatu penduduk dalamperiode tertentu, tetapi bukan
untukmembandingkan keadaan mortalitasdan fertilitas antarpenduduk
dalamkurun waktu yang jauh berbeda.Misalnya,pengukurantingkat
fertilitasataumortalitasyangtinggiataurendahserta penjabaran
masyarakat yangtradisional atau modern dalam abadsembilan belas
akan berbeda denganpadaabad keduapuluhsatunanti.
21
-
Wilopo, Trarisisi Demograji
- KaitanTransisiDemografidanPembangunan
Transisi demografi berkaitandengan proses pembangunan
secaralangsung atau tidak langsung. Padaawal proses transisi, masih
tingginyaangka kelahiran akan mempengaruhipemerataan pembangunan.
Pengaruh-nya antara lain dapat dilihat melalui 5aspek berikut
ini.1. Untuk negara yang sedang
berkembang, sarana pelayanankebutuhan penduduk per kapitayang
ada masih terbatas, tetapiakan lebih buruk apabila jumlahpenduduk
semakinmeningkat.
2. Penduduk yang kurang ber-pendidikan dan lebih miskin
akancenderung memiliki anak lebihbanyak dibandingkan denganyang
terpenuhi kebutuhannya,sehingga kalau membiarkanmereka dengan
jumlah anak tetaptinggi berarti memperberat bebanekonomi, dan
bahkan akanmemperlebar jurang pemerataanpendapatan antara
pendudukmiskindan kaya.
3. Seorang ibu yang lebih seringmelahirkananak
akanmempunyaipermasalahan kesehatan yanglebih besar, terutama jika
aksespelayanan kesehatan masih belummerata.
4. Kesempatan partisipasi wanitadalam pasar kerja dan
kegiatansosial bagi mereka yang lebihsering memiliki anak
akanberkurang karena banyak anakberarti memerlukan waktu yanglebih
banyak untuk memeliharaanaknya.
5. Penduduk yang besar jumlahnyaakan berkaitandengan
pengrusak-
an lingkungan karena ketidak-selarasan antara. produksi
dankonsumsi penduduk yangmeningkat dengan cepat.
Meskipun kelima hal tersebut tidakselalu terjadi atau menjadi
masalahuntuk setiap negara, bagi negara-negara yang sedang
berkembangdijadikan alasan pokok untukmengendalikan
pertumbuhanpenduduk.
Dari berbagai studi yangmenghubungkan antara
pertumbuhanpendudukdenganangka pertambahanpenghasilan dan
produktivitas tenagakerja per kapita dapat disimpulkanbahwa untuk
periode tahun enam-puluhan sampai dengan tahuntujupuluhan tidak
menunjukkanhubungan statistik yang bermakna,tetapi sesudah tahun
delapan puluhanhubungan tersebut sangat bermaknasecara statistik.
Hubungan tersebuttetap bervariasi antara negara yangsedang
berkembang dan negara yangsudah maju. Bagi negara yang
sedangberkembang,semakintinggiangka lajupertumbuhan penduduknya
semakinmemperburuk pertumbuhan peng¬hasilan dan produktivitas
tenagakeijanya per kapita. Bagi negara yangsudah maju hubungan
tersebut tidakmenentu, yaitu dari hubungan negatifsampai dengan
hubunganpositif.
Perubahan sosial-ekonomi,kultural, dan perilaku wanitamenentukan
proses penurunanfertilitas, terutama pentingnya faktorsosial dan
kultural sebagai faktorpenentu pada penerimaan alatkontrasepsi dan
keluarga berencana.Studi pertama yang menunjukkanadanya keterkaitan
antara faktorsosial-budaya dengan fertilitas
22
-
Wilopo, TrcmsisiDemografi
dilakukan oleh Leisure (1962), yaitupada waktu ia menulis
disertasinyatentang tingkat fertilitas marital diSpanyol sekitar
tahun 1910. Darihasilanalisistentangtingkatfertilitasmaritaldi 49
propinsi di Spanyol, tampakbahwa beberapa propinsi yangmempunyai
tingkat fertilitas yangsama cenderung tidak tersebar meratadi
seluruh Spanyol. Propinsi dengantingkat fertilitas marital yang
sama,pada peta terletak sangat berdekatansatusama
laindanbahkanmembentukkelompok-kelompok tertentu.Propinsi-propinsi
yang memilikitingkat fertilitas yang sama, banyakyang tidak
memiliki kesamaan tingkatpendidikan, jumlah tenaga kerja disektor
pertanian, dan tingkatpendapatannya.
Pada disertasi yang ditulis olehLeisure (1962), tingkat
fertilitas padapeta tidak diberi keterangan apa pun,kecuali format
(warna) yang samauntukpropinsidengantingkat fertilitasyang sama.
Peta tersebut kemudiandibawa pada seorang guru besarbahasa di
Universitas Princentonyangmempunyai spesialisasi bahasaSpanyol.
Reaksi langsung dari gurubesar tersebut ialah bahwa Leisuretelah
menggambar peta linguistik diSpanyol. Ternyata pada saat
Spanyoldibagi menjadi daerah administratif(propinsi) oleh kantor
statistik di sana,salah satu alasannya ialah dibagimenurut kerajaan
(dahulu Spanyolterdiri dari beberapa kerajaan),perbedaan dialek
bahasa, dan tradisiyang mereka miliki. Ini merupakanbukti pertama
bahwa dalammasyarakat tradisional pun tingkatfertilitas terkait
denganperkembangansosial danbudaya setempat.
Perubahan perilaku reproduksitersebut bersamaan dengan
terjadinyaperubahanmasyarakat tani tradisionalmenjadimasyarakat
industri. Sebelumterjadi transisi fertilitas, umumnyaseorang wanita
memiliki anak lebihdarienam,danumumnyamerekatidakmemakai alat
kontrasepsi. Sebagaikontras pada masyarakat industri,seorang wanita
umumnya memilikidua anak dan memakai kontrasepsi,serta sebagian
kecilpernahmelakukanpengguguran kandungan. Hal inimembuktikan bahwa
selama moderni-sasi, peningkatan praktek kontrasepsimerupakan
penyebab terjadinyatransisi fertilitas di masyarakatindustri. Bukti
ini diulangi lagi olehbeberapa negara yang sedangberkembang, yang
telah sukses dalamprogram keluarga berencana danmengalami penurunan
fertilitas yangcepat.
Di samping alat kontrasepsi,beberapa faktor lain ikut
menentukantingkat dan pola fertilitas. Misalnya,pada masa
premodernisasi, praktikmenyusuidan pantangberkala selamamenyusui
menjadi faktor penyebabrendahnya tingkat fertilitas. Pada
awalmodernisasi, pola menyusui danpantang berkala selama
menyusuicenderungakan ditinggalkan sehinggamendorong terjadinya
peningkatanfertilitas. Tanpa adanya
upayapencegahanpenurunanpolamenyusuidan promosi pemakaian
kontrasepsi,maka tingkat fertilitas tidak akanmengalami penurunan
yang lebihcepat dibandingkan dengan
sejarahpadamasapremodernisasi.
Pada masyarakat yang masihtradisional, pola reproduksinya
sangattergantung pada tingkat fertilitas
23
-
Wilopo, TransisiDemografi
natural. Istilahfertilitasnaturaldipakaiuntuk memberikan ukuran
fertilitaspada populasi yang tidak mengenalkontrasepsi. Hampir
semua negarasedang berkembang sampai denganpertengahan abad ini
tergolongmemilikifertilitasnatural.Jumlahanakyangpernahdilahirkanrata-ratamasihdi
atas tujuh, dan sekitar seperlimanyatidak sampai usia lima tahun
sehinggajumlah yang hidup masih tetap diatasrata-rata wanita di
negara telahberkembang.
Angka kelahiran baru mengalamipenurunan secara mencolok
selamatiga dasawarsa terakhir ini.Penurunantingkat fertilitas dan
mortalitassebenarnya telah terjadi sebelumditemukannya teknologi
modernuntuk mencegah konsepsi
danpenemuanobat-obatanuntukmelawanatau mencegah penyakit.
Daripenelitian sejarah di negara-negaraEropa dan Amerika dapat
divmgkapdua faktor penting yang ikutbertanggung jawab dalam
penurunanmortalitas pada saat itu, yaitu: a)perbaikan kondisi
lingkungan, dan b)peningkatan pengetahuan tentangpenyebab penyakit
serta peningkatanperilaku pencegahan penyakit. Untukpenurunan
fertilitas sebelum teknologikontrasepsi modern ditemukan,penundaan
usia kawindan abortus taklegal diduga menjadi penyebab
utamamulaimenurunnyafertilitas.
Proses transisi demografi mem-punyai beberapa implikasi penting
didalam perencanaan pembangunan.Misalnya, terjadinya perubahan
yangcepat tentang jumlah, struktur, dankomposisi penduduk selama
prosestransisi demografi mempengaruhiperencanaan kesehatan
secara
langsung sehingga §ubjek yang perludilayani akan berubah-ubah
menurutpola fertilitas dan mortalitas pada saatitu.
Padaawalprosestransisidemografipertumbuhan penduduk sangat
cepatsehingga jumlah yang memerlukanpelayanan kesehatan akan
meningkatdengan pesat dari tahun ke tahun.Karena perubahan struktur
umurtersebut, pada fase awal proses transisidemografi lebih banyak
anak-anakyang perlu memperoleh pelayanankesehatan. Demikian juga
masalahkomposisi, sangat mungkin masalah-masalah kesehatan wanita
lebihmenonjol, utamanya berhubungandengan proses kehamilan
dankelahiran.
Pada akhir proses transisidemografi, yaitu pada saat
angkakematian dan kelahiran sudah rendah,jumlah yang memerlukan
pelayanankesehatan setiap tahunnya tidakmeningkat secara
mencolok.Dipandang dari struktur umurnya,penduduk yang
memerlukanpelayanan tidak akan didominasi olehanak-anak dan wanita,
tetapi lebihbanyak dijumpai penduduk dewasadan lanjut usia.
Pada saat transisi demografiberakhir, masalah yang dihadapidalam
perencanaan pembangunanakan lebih mudah dilaksanakan. Padapasca
transisi demografi akan terjadipertumbuhan penduduk yangseimbang
(PTS), dan bilamana angkakelahiran dan kematian yang rendahdapat
bertahan cukup lama, akhirnyaakan tercapai kondisipenduduk
tanpapertumbuhan (PTP). Dalam hal initingginya angka kelahiran akan
sama*dengan angka kematian. Di Indonesia,
24
-
Wilopo, TrcmsisiDemograji
kondisi penduduk tumbuh seimbangbaru akan terjadi sekitar
tahun2010-2015, sedangkan
PTPdiperkirakanbaruakanterjadisesudahpertengahanabad ke-21.
Meskipun konsep kesehatanberkaitan langsung dengan
peristiwakematian, implikasi transisi demografipada sektor
kesehatan selama prosesberlangsung sangat tergantung
padapenurunantingkat fertilitasdankurangdipengaruhi oleh
penurunanmortalitas. Oleh karena penurunanfertilitas lebih
menentukan jumlahkematian menurut umur, hal ini akanberkaitan
langsung dengan strukturpenyebab kematian. Fenomena iniyang dikenal
dengan momentumpenduduk, yang justru harusmemperoleh perhatian yang
selayak-nyadalamperencanaanpembangunandiIndonesia.
- Konsep danTujuan PembangunanBerkelanjutan
Pembangunan berkelanjutanadalah upaya untuk
menjaminkesejahteraanumatmanusiasecaraadildan merata antara
generasi sekarangdan generasi yang akan datang. Untukitu,dalam
melaksanakan pembangun¬an berkelanjutan perlu
dipertimbang-kandandikelola sedemikian rupaagarketerkaitan antara
penduduk, sumberdaya, lingkungan, dan pembangunantercipta dalam
suatu keseimbanganyang dinamis. Untuk menciptakankondisi tersebut,
perlu digariskankebijaksanaan pembangunan yangtegas untuk
menghindari polakonsumsi dan produksi yang tidakberkelanjutan.
Langkah yang amatpenting lainnya ialah penyusiman
kebijaksanaan kependudukan agarpendudukdapat
terpenuhikebutuhan-nyasekarangdengantanpamelakukankompromi sehingga
mengurangikesempatangenerasiyangakandatangdalam memenuhi
kebutuhanhidupnya.
Setiap aktivitas individu, keluarga,masyarakat, dan negara
berkaitandengan perubahan penduduk, tingkatdanpolapemakaiansumber
dayaalam,kondisi lingkungan dan kualitas, sertakecepatan
pertumbuhan ekonominya.Tidak ada yang menyangkal bahwabanyaknya
penduduk miskin sepertihalnya ketidakmerataan
pembangun¬ansosialdanantar-genderberpengaruhtimbalbalikdenganperubahanjumlah,struktur,
dan komposisi penduduk.Begitu pula pengaruh pola konsumsidan
produksi penduduk yang tidakberkelanjutan akan
menyebabkanpenggunaan sumber daya alam yangberlebihan dan
mengakibatkankerusakan lingkungan. Hal ini jugamendorong terjadinya
ketidakmerata¬an pembangunan sosial sebagai akibattimbal balik
antara pembangunan
danperubahanparamaterdemografisyangdihasilkannya. Oleh sebab itu,
segalaupaya diarahkan untuk menciptakankeseimbangan antara
perubahanpenduduk dan lingkungan sertapengaruhnya untuk
memenuhikebutuhan generasi sekarang, tanpamelakukan kompromi
dengankebutuhan generasi yang akan datang.
Pengertian pembangunan ber¬kelanjutandapat
disorotidariberbagaidimensi. Dalam konsep umumpembangunan
berkelanjutandidefinisikansebagaiberikut.
Sustainable development isdevelopment that meets the needs
of
25
-
Wilopo, TransisiDemografi
the present without compromisingthe ability offuture generations
tomeet their own needs.
Salah satu dimensi yang disepakatiialah kaitan antara
penduduk,lingkungan, dan pembangunan. Adaempat aspek pokok
pembangunanberkelanjutan yang berkaitan denganpenduduk, lingkungan,
danpembangunan.
Pertama, pembangunan berke¬lanjutan mengenal tanggung
jawabantar-generasi. Pembangunan ber¬kelanjutan adalah pembangunan
yangdapat memenuhi kebutuhan sekarangtanpa
kompromiharusmengorbankangenerasi mendatang untuk
memenuhikebutuhanmereka.
Kedua, konsep pembangunanberkelanjutan adalah
menyangkutketergantungan global
dalammempromosikanpendekatanintegratifuntuk menangani "krisis yang
takdapat dilepaskan" (interlocking crises)antara: pertumbuhan
penduduk-konsumsi hasil pertanian-kecukupanbahan makanan;
lingkungan-pengelolaan sumber daya alam;teknologi-industrialisasi;
melekaksara-status wanita; dan sosial-institusi politik. Banyak
contohmasalah yang perlu dipecahkan dariinterlocking crises ini.
Hujan asam diCanadadanUSA,penggundulanhutandi Nepal dan Banjir di
Bangladesh,pengungsi lingkungan (environmentalrefugees) dari
Ethiopia ke Somaliaadalah contoh-contoh ketergantungantersebut
diatas.
Ketiga, konsep keterkaitan antarapertumbuhan ekonomi dan
ke-berlanjutan lingkungan. Sebagaicontoh, ekspor hasil hutan
mungkinakanberhasilmeningkatkanpenghasil-an penduduk dan negara.
Akan tetapi,
tanpa kebijaksanaan penebangan yangmemperhitungkan
keberlangsungansumber daya alam, hal ini harusdibayar dengan
penggundulan hutan,tanah menjadi sangat tandus dankehilangan sumber
daya alam untuktahun-tahun yang akan datang.
Keempat, pembangunan ber¬kelanjutan menitikberatkan
pem-bangunanyangbersifatjangka panjangdan bukan hanya
mementingkanpembangunan jangka pendek. Olehsebab itu, kebijaksanaan
dan programuntuk jangka panjang harus dirincidengan jelas. Bukan
hanya masalahpenduduk secara keseluruhan sajayang perlu
direncanakan jangkapanjang, tetapi kelompok wanita
perlumemperolehperhatiankhusus.
Kebijaksanaan yang berkaitanantara penduduk, lingkungan,
danpembangunan tidak mudah untukdiimplementasikan. Ada
beberapaalasan mengapa sulit membahasmasalah tersebut. Alasan
tersebutantara lainsebagai berikut.
Pertama, negara maju
dengankonsumsienergiyangtinggicenderungmenyalahkan negara-negara
sedangberkembangagar tidak mencemaridanmerusak bumi. Di lain pihak
merekatidak konsisten dengan apa yangmereka lakukan sendiri.
Sebagaicontoh, Amerika Serikat menolakuntuk mengurangi
penggunaanenergidan emisi pencemaran bahan bakardari fosil, tetapi
dalam waktu yangsama melakukankritik pedas terhadappembakaran hutan
di Amazon danpertumbuhanpendudukdiBrasilyangsangat cepat. Dari
contoh ini masihtampak bahwa masing-masing negaramasih
mempertahankan kepentinganmasing-masing dan kurang
meng-hiraukankepentingannegara lain.
26
-
Wilopo, Transisi Demografi
Kedua, isu masalah kependudukanmasih menjadi sangat sensitif
untukbeberapa negara, terutama yangmenyangkut masalah
pemakaiankontrasepsi dan aborsi. Padahal,masalah lingkungan juga
tidak kalahsensitifnya bagi beberapa negara yangekonominya sangat
tergantung padasumber daya alam.
Ketiga,agar perhatiankita terfokuspada suatu masalah,
dalamimplementasi program seringkalidibagi masalah dan
pemecahannyasecara sektoral. Tidak hanya
masalahkependudukanyangdipisahkansecarasendiri dari pembangunan,
tetapi jugamasalah wanita cenderung disorotiterpisah. Padahal
dengan luasnyamasalah penduduk, lingkungan, danpembangunan
pendekatan sektoraltersebut akan menghabiskan waktudanenergiserta
sumber danadandayayang ada.
Keempat, masih banyak negarayang percaya bahwa jika
masalahekonomi dapat dipecahkan, fertilitasakanmenurunsecara
otomatis.Merekatidak menolak keluarga berencana,tetapi mereka tidak
melihat bahwapelayanan keluarga berencana adalahberkaitan dengan
masalah lingkungandan pembangunan secara timbal balik.Pengendalian
penduduk tidakdipandang sebagai kebijaksanaankependudukan secara
makro, tetapipemberian kontrasepsi sebagai upayauntuk memenuhi
kebutuhan individudan keluarga saja.
PolaTransisi DemografidanPembangunanBerkelanjutan- Transisi
DemografidiDunia
Angka laju pertumbuhanpenduduk dunia periode 1990-1995masih
tercatat sekitar 1,57 persen per
tahun sehingga menghasilkanpertambahan penduduk sekitar
90jutapenduduk setiap tahunnya. Sampaitahun 2015,
diperkirakanpertambahanjumlah penduduk tersebut akan terusmeningkat
melebihi 90 juta setiaptahunnya. Untuk periode 2020-2025angka laju
pertumbuhan pendudukdiperkirakan akan menurun menjadi1,0 persen per
tahun sehinggastabilisasi penduduk dunia masihdiharapkan akan
terjadi pada abadke-21nanti.Padasaat
pendudukduniamasihsebanyak1miliarmembutuhkanwaktu 123 tahun untuk
meningkatmenjadi2miliar,danpenambahansatumiliar berikutnya
memerlukan waktuberturut-turut 33, 14, dan 13 tahun.Sekarang
penduduk dunia diperkira¬kan 5,716 miliar; dan transisi
jumlahpenduduk dunia dari 5 ke 6 miliarmemerlukan waktu 11 tahun.
Jumlahpendudukduniabaruakanmencapai6miliar pada tahun 1998.
Dengandemikian, angka laju pertumbuhanpenduduk yang semula sangat
rendahmeningkatmencapaipuncaknyadalamdua dasawarsa terakhir ini
dansekarang telah berbalik untuk mulaimengalamipenurunan.
Penduduk dunia
diproyeksikanakanmeningkatmenjadi11miliarpadatahun 2100 (Gambar 1).
Dari proyeksitersebut tampak bahwa peningkatanjumlah penduduk
negara-negara yangsudah maju hampir tetap mulai abadke-21. Oleh
sebab itu, secara relatifpersentase penduduk negara
majuakanberkurang.
Selama periode 1990-1995, kuranglebih 45 persen penduduk
duniatinggaldi114negaradenganangkalajupertumbuhan penduduk lebih
dari 2persen per tahun. Ke 114 negaratersebut termasuk hampir
seluruh
27
-
Wilopo, TransisiDemograji
(3ambar 1Jumlah Panduduk Dunia dan Proyakainya:
1950-2100
12
10-
8-
6-
4-
1860 1980 2010 2040 2070 2100Tahun
-Naoara Maiu — Sadano Barkaaibang — Total OunlaSvnbari Tha MtorM
Bank. 19S4.
negara di Benua Afrika, dua pertigapenduduk Asia, dan
sepertigapenduduk Amerika Latin. Negara-negara inipenduduknya akan
berlipatdua kalinya hanya dalam waktu 24tahun. Sebanyak 66 negara
lainnyayang terdiri dari sekitar 23 persenpenduduk dunia, terutama
dariEropa,mempunyai angka laju
pertumbuhanpendudukdibawah1persenpertahun.Dengan angka laju
pertumbuhantersebut, 380 tahun dari
sekarangpendudukEropaakanberlipatmenjadidua kalinya.
Sebagianbesarnegaradiduniatelahmengalami penurunan
angkamortalitas dan fertilitas. Meskipundemikian, kecepatan dan
waktuterjadinya penurunan tersebut ber-beda-beda antarnegara,
sehinggaterjadi variasi yang sangat mencolokdalam pencapaian
tingkat transisidemografinya.Padaperiode1990-1995,masihbanyak
negara-negara di BenuaAfrikayangmemilikiangkafertilitasdiatas 7,
misalnya Comoros, Ethiopia,Malawi, Somalia, Uganda, Angola,
28
Benin,Guinea,Cote d'lvoire,Mali,danNiger.DiAsia,hanyaYemen
danQataryang memilikiTFR masing-masing 7,6dan 7,2, sedangkan
Afganistan,Maldives,Laos,dan PakistanmemilikiTFR berturut-turut
6,90, 6,80, 6,69, dan6,17. Pada periode yang sama(1990-1995),
negara-negara Eropamemiliki TFR rata-rata sekitar 1,58,sedangkan
untuk Asia masih sekitar 3.Meskipun demikian, di
antaranegara-negara di Asia, Hongkong,Jepang, dan Singapore
memiliki TFRmasing-masing1,21, 1,50,dan 1,73.
Jikalau angka fertilitas pendudukdunia tidak mengalami
perubahan(konstan), pada tahun 2050 sajapenduduk dunia akan
meningkatmenjadi sekitar 17 juta (Gambar 2).Jumlah penduduk
negara-negara yangsedang berkembang akan meningkatlebih pesat
dibandingkan denganpeningkatan menurut pola fertilitasyang sekarang
sedang berlangsung.Pengaruh berbagai alternatifpenurunan tingkat
fertilitas pada
-
Wilopo, TransisiDemografi
Proyafcai Jumiah Penduduk Duniadengan Barbag** Aeumefe
1990-2060
10-
1990 2000 2010 2020 2030 2040 2000Tahun
-TFh Ttngfll -TFII SMma TFh Ma TF* T»ta»8u«to«rt VtorM PopvlatlM
Preepeele*Tht 1M4 Ptovislon.
perubahan jumlah penduduk duniamendukungpernyataanini.
Angka harapan hidup juga ber-variasi antamegara. Pada
umumnyaterjadi peningkatan angka harapanhidup waktu lahir dalam
duadasawarsa terakhir ini, kecuali"negara-negara dengan
transisiekonomi" yang justru
menunjukkanpenurunanangkaharapanhidup.Padakurun waktu 1990-1995,
diperkirakanangka harapan hidup waktu lahirterendah dijumpai di
Siera Leone (39tahun) dan angka tertinggi di Jepang(79,5
tahun).
Angka kematian kasar dankematian bayi juga
bervariasiantarnegara. Pada kurun waktu1990-1995, diperkirakan
angkakematian kasar di atas 20 per 1000penduduk ditemukan di
beberapanegara Afrika, sepertiMalawi,Guinea,Guniea Bissau, dan
Siera Leone. SieraLeone inimempunyai angka kematiankasar tertinggi,
yaitu 25,2 per 1000penduduk. Untuk Asia, Afganistan
mempunyai angka kematian
kasartertinggi,yaitu21,8per1000penduduk.Untukangkakematianbayi,makaSieraLeone
dan Afganistan memiliki angkakematianbayimasing-masing 166 dan163
per 1000 kelahiran hidup, sedangJepang memilikiangka terendah,
yaitu4 per 1000kelahiranhidup.
- Transisi Demografidi IndonesiaPelaksanaan pembangunan di
Indonesia pada PJP-II akan sangatdipengaruhi oleh penurunan
fertilitasdan mortalitas. Penurunan fertilitasternyata lebih cepat
dibandingkandengan mortalitas. Pada Gambar 3tampak bahwa proyeksi
penurunanfertilitas dari tahun 1990ke tahun 2020hampir mencapai 40
persen. Padaperiode yang sama, proyeksi angkaharapan hidup waktu
lahir hanyameningkat 17 persen. Perlu dicatatbahwa pola penurunan
inisebenamyabervariasi antarpropinsi dan lebihcepat
dibandingkandenganpendudukdunia.
29
-
Wilopo, TransisiDemografl.
Qambar 3Tren Ptnurunan Angka KataMran dan
Kamatlan Kaaar: 1980-2080
o-|-1-1-1-1-1-i—1950 1966 1980 1996 2010 2026 2040
Tahun
-CBR Dunlo — CBR InOoMOio— COR Don!* CDR Indoooolo
SuRibar: Tho World Population Proopocla;Tho 1994 flovlalon.
Jumlah absolut wanita usia subur(15-49 tahun) di Indonesia
akanmeningkat relatif lebih cepat selama20-30 tahun yang akan
datang karenaaampak population momentum ataumomentum penduduk.
Jikalau padatahun 1990 jumlah wanita usia subur(15-49 tahun)
berkisar 46 juta, padatahun 2020 jumlahnya menjadi 71juta.Jadi
perubahan jumlah pendudukmenurut umur sangat penting
untukdiperhitungkan dalam perencanaanpembangunankesehatan.
Pada Gambar 4 disajikan proyeksipenduduk usia bawah
lima,tahun(balita) dan usia lanjut (60 tahun keatas) di Indonesia.
Akibat penurunanfertilitas, tampak bahwa usia balitarelatif menurun
dan kemudianmenetap mulai tahun 2010-an, tetapipenduduk usia lanjut
tetap bertambahjumlahnya secara linier. Inimenunjukkan bahwa
turunnyafertilitas akan berpengaruh terhadappenurunan penduduk usia
anak-anaksecara langsung. Dilainpihak,dengan
meningkatnya harapan hidup untukseluruh umur maka kelompok
usialanjut akanbertambahterus,meskipunNet Reproduction Rate (NRR)
telahmencapaisatu antara tahun 2005-2010.
Meskipun tidak terjadi perubahanpola morbiditas menurut
umur,penurunan fertilitas berpengaruhsecara langsung pada struktur
umur,sehingga mempengaruhi frekuensirelatif dari berbagai jenis
penyakit.Karena penduduk mengalami prosesmenua, dapat diperkirakan
bahwajumlah penderita penyakit kronis usiadewasa dan lanjut akan
menjadi duakali lipat dari penyakit infeksi padaanak-anak karena
pada akhir PJP-IIjumlah penduduk usia lanjut berlipathampir tiga
kalidari tahun 1990.
- Sasaran Demografis• SasaranKuantitatif Program
Aksi KependudukanKairo
Secara kuantitatif objektif,Konperensi Kairo diarahkan pada
5
30
-
Wilopo, TransisiDemografi
Qambar 4PrayBksl Pandudufc Usia BaUta dan
Usia Lanjut di Indonesia: 1990-2020
JunMah datam Juta
1990 199S 2000 2000Tahun
2010 2015 2020
lUaia BaUta 222 Uaia LanlutSwabwi BPS, lata.
bidang sasaran pokok: 1) teicapainyapertumbuhan ekonomi
yangsenantiasa meningkat dalam kontekspembangunan berkelanjutan,
2)pencapaian pendidikan secarauniversal, utamanya untuk wanita,
3)persamaan dan pemerataan menurutgender, 4) penurunan angka
kematianibu, bayi dan anak, dan 5) pemberianakses pelayanan
kesehatan reproduksiyang universal, termasuk di dalamnyapelayanan
keluarga berencana dankesehatanseksual. Pencapaian sasarantersebut
diarahkan agar tercapaistabilitas penduduk dunia, yangberkaitan
pula dengan perbaikandalamhalkonsumsidanproduksiyangtidak
berkelanjutan, pertumbuhanekonomi dan pembangunanberkelanjutan.
Secara kuantitatif, angka harapanhidup penduduk pada negara
denganangka kematian tinggi akanditingkatkan menjadi 65 pada
tahun2005 dan 70 pada tahun 2015, sedanguntuk negara dengan angka
kematian
rendah ditingkatkan menjadi 70 padatahun 2005 dan 75 pada tahun
2015.Untuk angka kematian bayi, tujuanyang hendak dicapai pada
WorldSummit for Children tahun 1990 akantetap dipertahankan. Dalam
hal iniangka kematianbayi pada tahun 2000harus lebih rendah dari 50
dan angkakematiananak harus lebihrendahdari70 per 1000 kelahiran;
atau secarakualitatif maka angka kematian bayidan anak pada tahun
2000 diturunkanmenjadiseparodarikondisitahun1990.Selanjutnya pada
negara dengankematiansedang, angka kematianbayipada tahun 2005
harus lebih rendahdari50dankematiananak lebihrendahdari 70 per
1000kelahiran. Pada semuanegara diharapkan pada akhir tahun2015
telah memiliki angka kematianbayi di bawah 35 dan angka
kematiananak dibawah45 per 1000kelahiran.
Angka kematian maternal (AKM)merupakan indikator kuantitatif
yangberkaitan dengan program-programkesehatan reproduksi dan
program-
31
-
Wtiopo, TransisiDemografi
program untuk menampilkan wanita.Dari Program Aksi
Kependudukantahun 1994disepakati iagar AKMuntuktahun 2000
diturunkan menjadi separodari tingkat kematianpada tahun 1990,dan
pada tahun 2015 diturunkanmenjadi separonya dari tingkatkematian
pada tahun 2000. Secarakuantitatif untuk semua negaradiharapkan
mempunyai AKM kurangdari 125 pada tahun 2005 dan kurangdari 75 per
100 000 kelahiran padatahun2015. Baginegara-negaradenganangka
kematian sedang, maka AKMdiharapkan turun menjadi di bawah100pada
tahun 2005 dan 60 per 100000kelahiran pada tahun 2015. Untuksemua
angka-angka kuantitatiftersebut di atas perlu diupayakanmengurangi
diferensial angka-angkakuantitatif tersebut, baik menurutgender,
geografis, tingkat sosial-ekonomis, etnis, dan antara pendudukasli
dan pendatang.
• Sasaran Kuantitatif RepelitaVISecara umum, tujuan
kuantitatif
tersebut sejalan dengan apa yanghendak dicapai dalam Repelita
VI.Misalnya,padaakhir tahun 1990angkaharapan hidup waktu lahir
dapatdinaikkan dari 62 pada akhir tahun2020 menjadi 71,2 tahun.
Angkakematianbayiakhir tahun 1990adalah60,7
diharapkanmenurunmenjadi23,9tahun per 1000 kelahiran pada
akhirtahun 2020. Meskipun demikian,khusus untuk AKM
agaknyamemerlukan upaya-upaya khususkarena harus diturunkan sedikit
lebihrendahdariapayanghendakkitacapai.Pada buku Repelita VI, AKM
akhirRepelita VI diperkirakan akan
diturunkan dari 225 menjadi 80 per100.000 kelahiran akhir PJP
II. Olehsebab itu, tanpa upaya terobosan barudalam bidang kesehatan
reproduksidanbidanglainyang terkait, akan sulituntuk mencapai
sasaran AKM yangtelah disepakati bersama tersebut. Halini mempunyai
implikasi bahwapengadaandaripemerataanbidansertapeningkatan
pelayanan kesehatanmasyarakat perlusegera dilaksanakan,agar tujuan
tersebut dapat tercapai.
Dibandingkan dengan kesepakatanProgram Aksi
Kependudukansebelumnya, program ini mencakupaspek yang lebih luas.
Masuknya isukeluarga dalam bab tersendiri dansemakin menonjolnya
isu pem-bangunan untuk kepentingan wanita(termasuk hak-hak
reproduksi danseksual yang akan lebih dijamin)diharapkan akan
memberikan hasilyang lebih efektif dan meningkatdengancepat.
Misalnya,wanita adalahsasaran pembangunan yang relatiftertinggal
dibandingkan dengan priakarena wanita terbukti memilikitingkat
pendidikan, penghasilan, danjenis pekerjaan yang
kurangmenguntungkan dibandingkandengan laki-laki. Oleh sebab
itu,menutup kekurangan tersebut berartimempercepat laju
pembangunandengan menutup gap yang selama initerjadi.
Di samping upaya mengentaskanwanita dari posisinya agar
menjadilebih berpendidikan dan lebihberpenghasilan,
memfokuskanpembangunan pada wanita akanmempunyai dampak tidak
langsung,yaitu menurunkan tingkat fertilitaswanita. Dengan
demikian, upayapengendalian dan pengaturan
32
-
Wilopo, Transisi Demografi
kelahiran akan lebih kuat, yangakhirnya akan
mempercepatpenurunan laju pertumbuhanpenduduk secara
keseluruhan.Penurunan laju pertumbuhanpenduduk ini berkaitan
denganmembaiknya pertumbuhanekonomi.
- PembangunanBerkelanjutandiTingkat Global dan Nasional
Sasaran pembangunan berkelanjut¬an secara global tertuang
padaDeklarasi Rio dan juga pada ProgramAksi Kependudukan hasil
KonperensiKependudukan InternasionaldiKairo.Meskipun demikian, pada
bagian iniakan dibahas sasaran yang berasaldariProgram Aksi
Kependudukan 1994.Untuk pembangunan berkelanjutan ditingkat
nasional, akan dibahas strategiyang dijabarkan dari GBHN 1993
danjuga dari kebijaksanaan lainnya.
• ProgramAksi KependudukandanPembangunanBerkelanjutan
Dalam Program AksiKependudukan 1994,hubunganantarapenduduk,
pertumbuhan ekonomiyang berlanjut dan pembangunanberkelanjutan
disoroti menurut 3bagian penting. Bagian pertamamenyoroti
pentingnya untukmengintegrasikan kependudukandalam strategi
pembangunan; bagiankedua memfokuskan pada keterkaitanantara
penduduk, pertumbuhanekonomiyangberlanjut,dankemiskin-an; sedang
bagian ketiga membahasketerkaitan antara penduduk
danlingkungan.
Dalam mengintegrasikan
masalah-masalahkependudukandalamstrategikependudukan umumnya,
Program
Aksi Kependudukanmenyerukanagarkependudukan diintegrasikan
se-penuhnya pada semua strategipembangunan, perencanaan,
pe-ngambilan keputusan, serta alokasisumber daya dan dana. Upaya
inidiarahkanuntukmemenuhikebutuhandan meningkatkan kualitas
hiduppenduduk sekarang dan generasi yangakan datang. Di samping
itu, semuamasalah kependudukan perludiintegrasikan pada seluruh
aspekpembangunan untuk mempromosikankeadilan sosial dan
mengentaskankemiskinan, yaitu melalui pertumbuh¬an ekonomi yang
mantap dalamkontekspembangunanberkelanjutan.
Untuk mengintegrasikan faktorkependudukan dalam
pembangunan,perluditempuhberbagai langkahyangkonstruktif pada
setiap jenjangpengambilan keputusan. Integrasitersebut harus
mencakup sasaranjangka panjangdan pendek serta perludievaluasi
pelaksanaannya secaraberkala, termasuk implikasi
jangkapendek,menengahdanjangka panjangserta konsekuensinya pada
dinamikapenduduk beserta pola produksi dankonsumsinya. Lembaga
pemerintahserta lembaga dan organisasi swadayamasyarakat dalam
mengevaluasikemajuan pembangunan perlu
mem-pertimbangkantingkatpencapaiandanperkembangan kependudukan
sertamemperhatikan peningkatan kualitashidup penduduk. Oleh sebab
itu,dianjurkan agar setiap negaramempunyai institusi yang
dapatmengawasi terjaminnya pelaksanaankebijaksanaantersebut.
Disampingitu,perlu peningkatan komitmen politikagar dana dan sarana
yang adadialokasikan secukupnya, termasuk
33
-
Wilopo, TransisiDemografi
untuk keperluanmemperkuat institusidan
penelitiandalambidangini.
Dalam kaitan pelaksanaanpembangunan ekonomi danpembangunan
berkelanjutan, perludiperhatikan upaya pokok dalampeningkatan
sumber daya manusia,pengentasan kemiskinan, sertamenurunkan pola
konsumsi danproduksi yang kurang
berkelanjutan.Perhatiankhususperludiberikanpadakelompok wanita
miskin di negarayang sedang berkembang. Merekaperlu dibebaskan dari
diskriminasiserta hambatan-hambatan lain yangbersifat sosial,
kultural, politis, danekonomis.
Keterkaitan penduduk danlingkungan telah dibahas dalamAgenda
21diRio.Meskipundemikian,dalam Program Aksi Kairo masihditekankan
lebih lanjut bahwapenanganan penduduk- miskin masihharus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena kemiskinan adalahsalah
satu penyebab perusakanlingkungan. Oleh sebab itu,rekomendasi
Program AksiKependudukan menekankan upayapengentasan kemiskinan.
Ditekankanpula pentingnya untuk memper-timbangkan faktor demografi
dalampembangunan, di samping untukkeperluan pengelolaan sumber
dayaalam dan lingkungan. Peran wanitadalam pengelolaan lingkungan
perluditingkatkan, termasuk peran wanitadalam pengambilan keputusan
didalam rumahtangga.
• PembangunanBerkelanjutandi Indonesia
Pembangunan berkelanjutan diIndonesia ditempuh melalui tiga
dimensiutama.Dimensipertamaialahmemelihara dan meningkatkan
per-tumbuhanekonomisecaraberkelanjut¬ansehinggadapatmeningkatkanmutuhidupdanmenciptakanlapangankerjabaru,
serta meningkatkan
kesempatankerjabagiangkatankerjayangsemakinmeningkat. Kedua,
meningkatkanpemerataan pembangiman melaluiupaya pengentasan
kemiskinan danperluasan kesempatan untukberpartisipasi dalam
pembangiman,khususnya partisipasi wanita.
Ketiga,melakukanpertcegahan,perlindungan,dan konservasi terhadap
pengrusakanlingkungan, termasuk pencegahanterhadap
pencemaranlingkungan.
Pertumbuhan ekonomi, pemerata¬an pembangunan, dan
perlindunganterhadap lingkunganmerupakanreseputama untuk
melaksanakanpembangunan berkelanjutan diIndonesia. Tiga faktor
tersebutmempunyaiinteraksiyangsangatkuat.Pertumbuhan ekonomi
akanmeningkatkan kesempatan kerja danmeningkatkan persediaan
sumberdana untuk melakukan upayapengentasan kemiskinan
danpenanganan masalah lingkungan.Pemerataan pembangunan mem¬perkuat
dasar untuk pertumbuhanekonomi dan mengurangi kemiskinan.Dalamhal
inikemiskinan adalah salahsatu faktor pendorong terjadinyaperusakan
lingkungan. Perlindunganlingkungan mendukung
efisiensipertumbuhanekonomijangka panjangserta memberikan benefit
yang lebihbanyak bagi penduduk miskin karenapenduduk miskin adalah
yang palingbesar merasakandampakpengrusakanlingkungan.
34
-
Wilopo, TransisiDemografi
Dilema antara pertumbuhanekonomi dan lingkungan selalumenjadi
perdebatan penting. Pilihantidak harus diputuskan antarapencemaran
lingkungan ataupenurunan produksi industri. Akantetapi, jawabannya
adalah alternatifteknologi lain sehingga meningkatnyaproduksi
industri, tetapi
tanpapencemaranlingkungan.Dalamkaitanini,perlukebijaksanaanintegratif
yangsangat efisien agar tidak terjadipertentangan kepentingan
antarapertumbuhan ekonomi, lingkungan,dan pembangunan
berkelanjutan.Kebijaksanaan inilah yang menjadikunci keberhasilan
pembangunanber¬kelanjutan. Oleh karena itu, telahdisadari bahwa
proses pembangunandi Indonesia tidak hanya bertumpupada keadaan
atau masalah yangsedang dihadapi sekarang atau dalamwaktu dekat,
tetapi juga permasalahanyang berwawasan jangka panjang.Meskipun
demikian, pertentangankepentingan tiga unsur tersebut tidakdapat
dihindari sama sekali. Berikutadalah tiga pengalaman utamaIndonesia
dalam melaksanakanpembangunanberkelanjutanpada tigadimensi
tersebut.
Pertama, terjadinya pertumbuhanekonomi yang stabil sekitar 6-7
persenper tahun akan dipertahankan,meskipun angkatan kerja
akanmeningkat sekitar 2,3 juta setahun danekspor harus lebih
mengandalkankomiditi nonminyak bumi. Untuk itu,pertama, akan
ditempuh pergeseranproses ekonomi secara kualitatif,melalui
peningkatan efisiensi danproduktivitas sebagai sumberpertumbuhan
ekonomi; dan, kedua,perludilakukan pergeseran dari sudut
kuantitas ke kualitas barang-barangekspor dan pelayanan jasa
yangdiberikan oleh pemerintah danmasyarakat
Denganorientasiiniakanmenjadi lebih terjamin apabiladilakukanpula
transformasistrukturalyang mengubah pola pertumbuhanekonomi, yaitu:
meningkatkan peransektor swasta, menurunkan peranminyak bumi dalam
perekonomian,serta pergeseran antar dan inter sektordalam
perekonomian yang tidaktergantungminyak.
Kedua, pemerataan pembangunanmelalui peningkatan dan
partisipasipenduduk dalam pembangunan. Halini ditempuh terutama
melalui tigaaspek berikut: melanjutkan upayapengentasan kemiskinan;
memperluaspartisipasi penduduk dalam pem¬bangunan regional; dan
mempromosi-kan wawasan yang lebih luas tentangperan swasta dalam
pertumbuhanekonomi.
Ketiga, perlindungan lingkunganagar sumber daya alam tetap
dapatdikonservasi dan dicegah daripencemaran yang merusak
lingkung¬an. Hal ini penting karena hampir 40persen Gross Domestic
Product (GDP)bersumber dari pengolahan langsungsumber daya alam.
Dilain pihak,urbanisasi meningkat dengan cepatdan pertumbuhan
penduduk diperkotaan lebih dari 2 kalipertumbuhandipedesaan. Oleh
sebabitu, pencemaran dan perusakanlingkungan sebagai akibat
langsungdaripenambahanjumlah pendudukdiperkotaan akan
menimbulkanpermasalahan lingkungan yang baru.Jikalau pada akhir
PembangunanJangka Panjang ke IIpenduduk urbandiperkirakan menjadi
sekitar separo
35
-
Wilopo, TransisiDemografi
dari penduduk Indonesia, masalahtersebut perlu mendapat
penangananyang memadai.
Untuk menjamin pelaksanaanpembangunan berkelanjutan diIndonesia,
salah satu studi dari BankDunia menekankan pentingnyapenanganan
makro ekonomi yanglebih komprehensif, khususnya dalammemelihara
stabilitas finansial,memobilisasi sumber-sumberdomestik, dan
mengurangi ke-tergantungan pada hutangluar negeri.Ditekankan pula
perlunyapenghematan dalam sektor publik danswasta agar pertumbuhan
ekonomitetap stabil. Dalam kaitannya masalahinsentif dan
disinsentif, maka
perludiperluaskesempatankompetisidalampemberianinsentif
antarasektor swastadan pemerintah sehingga salingkompetitif. Dalam
hal ini perlu puladipikirkanagar masalahinsentif dalampengelolaan
lingkungan menjadipertimbangan kebijaksanaan publikyang diambil.
Invesment dalam bidangsumber daya manusia mempunyainilai yang
unggul, di sampingdiperlukan invesment lain, baik daripihak
pemerintah maupun swasta.Semua ini hanya akan berjalan
lebihbaikapabilaperhatiankhususterhadapinstitusi pemerintah lebih
diperhati-kan, utamanya dalam memacumekanisme pasar dan
pelayananpemerintah yang lebih efektif danmerata, termasuk dalam
perlindunganlingkungan.
Kesimpulan
Kebijaksanaan kependudukanmencakup segala upaya
untukmempengaruhi variabel demografis,
menentukan target demografis yangingin dicapai dan
memformulasikanupaya untuk mempengaruhi jumlah,distribusi, dan
komposisi penduduk.Dalam hal ini, kebijaksanaan
tersebutkait-mengkait dengan pembangunanberkelanjutan. Oleh sebab
itu, secarasadar harus digariskan bahwakebijaksanaan kependudukan
yangdiambil adalah untuk mewujudkanpembangunanberkelanjutan.
Kebijaksanaan tersebut akanmenjadi semakin nyata dampaknyabagi
negara kita, apabila masalahketerkaitan aritara lingkungan
danpenduduk juga dilaksanakan sepertiapa yang dianjurkan dalam
ProgramAksi Kependudukan. Sisi yang perludilaksanakan sebagai hasil
kesepakat-aniniantara lainmenjawabpertanyaankepada kita semua, apa
yang bisa kitalakukan untuk memperbaikilingkungan agar pembangunan
dapatberjalan secara berkelanjutan.Memfonis faktor
kependudukansebagai biang keladi permasalahanlingkungan saja tidak
menyelesaikanancaman yang ada, tetapi yang perluadalah memanfaat-
kan potensipenduduk dan keluarga ntukmelindungi dan
memanfaatkanlingkungansebaik-baiknya.
Dalammewujudkanpembangunanberkelanjutan, transisi demografi
perludiikutsertakan dalam semua aspekkebijaksanaan karena berkaitan
secaratimbal balik dengan pertumbuhanekonomi, lingkungan,
danpembangunan berkelanjutan. Arahkebijaksanaan pemerintah
Indonesiauntuk menjamin pertumbuhanekonomi yang stabil,
pemerataanpembangunan, dan pemeliharaanlingkungan perlu diteruskan
karena
36
-
Wilopo, TransisiDemografl
sesuai dengan kebijaksanaan ProgramAksi Kependudukan secara
global.Meskipun demikian, tidak semuasasaran kuantitatif sebagai
indikatorpembangunan berkelanjutan akan
dapat berhasilseperti yang diinginkankarena apa yang terjadi
padakarakteristikdemografimasalaluakanmempengaruhi apa yang akan
terjadipadamasadepan.
Daftar Pustaka
Barlow, R. 1994. "Population growthand economic growth: some
morecorrelations", Population andDevelopmentReview,20(1):
153-165.
Biro Pusat Statistik. 1993. ProyeksiPenduduk Indonesia:
1990-2020(Draft).Jakarta.
Demeny,P.1968."Early fertility declinein Austria-Hungary: a
lesson indemographic transition",Deadelus,(97):502-522.
Leisure,J.W. 1962.Factor involved in thedeclineoffertility
inaffair:1990-1950.Doctoral dissertation
atPrincentonUniversity.
Omran, Abdel R. 1971. "Theepidemiologic transition: a theoryof
the epidemiology of populationchange', Milbank Memorial
FundQuarterly,49(4, pt.1):509-538.
Speidel,J.J. 1993. Statement to the
secondpreparatorycommitteemeetingfor theinternational conference
onpopulation and development.Washington, D.C.: PopulationAction
International.
Smil, Vaclav. 1994. "How many peoplecan the earth feed",
Population andDevelopmentReview,20(2): 255-292.
Szreter, S. 1993. "The idea ofdemographic transition and
thestudy of fertility change: a criticalintellectual",
PopulationDevelopmentReview,19(4):659-701.
United Nations. Department ofInternationalEconomic and
SocialAffairs. 1994a. World PopulationProspects: the 1994 revision.
NewYork.
United Nations. Department ofInternationalEconomic
andSocialAffairs. 1994b. World citizenship aglobal ethnic
sustainabledevelopment. New York.
United Nations. Department ofInternationalEconomic and
SocialAffairs. 1994c. Population policy:frame work for assistance
in thepopulation sector. New York.
United Nations. Department ofInternationalEconomic and
SocialAffairs. 1994d.ProgrammeofActionof the united international
conferenceonpopulationanddevelopment. NewYork.
United Nation. Fund for PopulationActivities. 1993. Population
in the21st century. New York.
Waak, P. 1991. Population policy: socialrealities, prospects and
the three ecos.Washington, D.C.: NationalAudubonSociety.
The World Bank. 1994. Population anddevelopment: implication for
theWorld Bank. Washington, D.C.
37