Top Banner
AR 6142 Perancangan dalam Konteks Transformasi, Institut Teknologi Bandung, 2010 1 Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung, Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan Wanda yovita 25209029, [email protected] Abstrak Koridor jalan sebagai ruang publik merupakan salah satu elemen kota. Sebuah koridor jalan sebagai wilayah umum dapat dilalui oleh berbagai kelompok dan segmen masyarakat. Akan tetapi apabila pada satu ruas jalan terdapat berbagai fungsi yang sangat berbeda dan memiliki hirarki teritori yang berbeda juga, hal ini terjadi pada salah satu ruas jalan di kota Bandung, yaitu di jalan Dipati Ukur. Jalan ini termasuk kelas jalan lokal dengan panjang 400 meter dimana bangunan yang berjajar merupakan bangunan dengan berbagai fungsi. Perbedaan fungsi yang signifikan dari bangunan hunian yang bersifat privat dan bangunan komersil yang bersifat publik hingga ruang terbuka. Hal ini menjadi latar belakang pemilihan lokasi studi terhadap transformasi teritori dan fungsi. Pada awalnya jalan Dipati Ukur ini kebanyakan terdiri dari rumah tinggal akan tetapi secara perlahan akibat beralihnya fungsi bangunan menjadi lebih komersil. Penelitian ini ingin melihat bagaimana transformasi fungsi tadi mampu mempengaruhi teritori bangunan yang mengapit koridor jalan tersebut. Dengan adanya rumah tinggal yang masih tersisa di beberapa titik kemudian dibandingkan dengan titik lain yang seluruhnya berubah menjadi fungsi publik berupa fungsi komersil, maka penelitian ini ingin membandingkan bagaimana teritori dapat berubah dan berpengaruh terhadap koridor jalan. Berbagai faktor yang diidentifikasi adalah streetscape jalan, interaksi pedestrian dan kendaraan dan densitas pengguna jalan yang erat kaitannya dengan perbedaan dan perubahan fungsi lahan disekitarnya. Berdasarkan elemen-elemen ini kemudian dilihat bagaimana pengaruh aspek-aspek nonfisik yang merubah fungsi bangunan terhadap wajah koridor. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam tulisan ini, ditemukan bahwa adanya transformasi hirarki yaitu teritori yang semakin publik, koridor yang ada di jalan Dipati Ukur ini semakin buruk karena tidak adanya citra yang baik maupun elemen lansekap yang diperhatikan. Minimnya jalur pedestrian, intensitas kendaraan yang tinggi, fasad bangunan yang didominasi oleh iklan dan lain-lain menyebabkan citra koridor ini menurun. Demikian juga dengan daerah yang merupakan deretan rumah tinggal, halaman berpagar tinggi merupakan pemandangan yang umum di kawasan ini. Hal ini menunjukkan semakin tidak bersahabatnya koridor jalan Dipati Ukur, Bandung terhadap orang yang melintasinya. Hal ini menjadi ironis karena bangunan publik yang menyedot pengguna jalan paling banyak akan tetapi tidak difasilitasi dengan pencitraan dan penggunaan koridor yang baik. Kata kunci: transformasi, koridor, teritori, streetscape, fungsi bangunan. .
18

Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

Jul 27, 2015

Download

Documents

wandayov
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

AR 6142 Perancangan dalam Konteks Transformasi, Institut Teknologi Bandung, 2010 1

Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung, Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

Wanda yovita

25209029, [email protected] Abstrak Koridor jalan sebagai ruang publik merupakan salah satu elemen kota. Sebuah koridor jalan sebagai wilayah umum dapat dilalui oleh berbagai kelompok dan segmen masyarakat. Akan tetapi apabila pada satu ruas jalan terdapat berbagai fungsi yang sangat berbeda dan memiliki hirarki teritori yang berbeda juga, hal ini terjadi pada salah satu ruas jalan di kota Bandung, yaitu di jalan Dipati Ukur. Jalan ini termasuk kelas jalan lokal dengan panjang 400 meter dimana bangunan yang berjajar merupakan bangunan dengan berbagai fungsi. Perbedaan fungsi yang signifikan dari bangunan hunian yang bersifat privat dan bangunan komersil yang bersifat publik hingga ruang terbuka. Hal ini menjadi latar belakang pemilihan lokasi studi terhadap transformasi teritori dan fungsi. Pada awalnya jalan Dipati Ukur ini kebanyakan terdiri dari rumah tinggal akan tetapi secara perlahan akibat beralihnya fungsi bangunan menjadi lebih komersil. Penelitian ini ingin melihat bagaimana transformasi fungsi tadi mampu mempengaruhi teritori bangunan yang mengapit koridor jalan tersebut. Dengan adanya rumah tinggal yang masih tersisa di beberapa titik kemudian dibandingkan dengan titik lain yang seluruhnya berubah menjadi fungsi publik berupa fungsi komersil, maka penelitian ini ingin membandingkan bagaimana teritori dapat berubah dan berpengaruh terhadap koridor jalan. Berbagai faktor yang diidentifikasi adalah streetscape jalan, interaksi pedestrian dan kendaraan dan densitas pengguna jalan yang erat kaitannya dengan perbedaan dan perubahan fungsi lahan disekitarnya. Berdasarkan elemen-elemen ini kemudian dilihat bagaimana pengaruh aspek-aspek nonfisik yang merubah fungsi bangunan terhadap wajah koridor. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam tulisan ini, ditemukan bahwa adanya transformasi hirarki yaitu teritori yang semakin publik, koridor yang ada di jalan Dipati Ukur ini semakin buruk karena tidak adanya citra yang baik maupun elemen lansekap yang diperhatikan. Minimnya jalur pedestrian, intensitas kendaraan yang tinggi, fasad bangunan yang didominasi oleh iklan dan lain-lain menyebabkan citra koridor ini menurun. Demikian juga dengan daerah yang merupakan deretan rumah tinggal, halaman berpagar tinggi merupakan pemandangan yang umum di kawasan ini. Hal ini menunjukkan semakin tidak bersahabatnya koridor jalan Dipati Ukur, Bandung terhadap orang yang melintasinya. Hal ini menjadi ironis karena bangunan publik yang menyedot pengguna jalan paling banyak akan tetapi tidak difasilitasi dengan pencitraan dan penggunaan koridor yang baik. Kata kunci: transformasi, koridor, teritori, streetscape, fungsi bangunan.

.

Page 2: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

1. Pendahuluan Jalan atau koridor merupakan satu elemen pembentuk kota. Jalan sebagai koridor ruang terbuka kota tidak saja cukup berfungsi sebagai ruang terbuka dan media sirkulasi, akan tetapi suatu lingkungan yang sangat menarik dan memiliki karakteristik yang didukung dan dibentuk oleh elemen-elemen pembentuk aktifitas masyarakatnya (Widiangkoso, 2002). Lynch menyatakan bahwa wilayah jalan terutama jalan publik merupakan area yang dapat digunakan publik akan tetapi daerah ini terkait dengan dengan wilayah privat apabila koridor ini berada pada kawasan hunian. Koridor jalan Dipati Ukur merupakan salah satu ruas jalan yang ada di kota Bandung, yang memiliki keunikan tersendiri, karena fungsi bangunan yang ada di sekitarnya sangat beragam. Dimulai dari daerah selatan yang beberapa merupakan rumah tinggal, dan semakin ke utara, area ini semakin publik. Perbedaan hirarki teritori ini merupakan fenomena yang terjadi di kawasan jalan Dipati Ukur. Transformasi fungsi dari rumah tinggal (privat) menjadi pertokoan (publik) juga mempengaruhi teritori dan morfologi fisik koridor jalan ini.

Jalan Dipati Ukur, Bandung merupakan koridor jalan yang sudah ada sejak lama dan setidaknya telah masuk termasuk dalam perencanaan jalan di tahun 1933-1988 pada jaman kolonialisasi. Dahulu jalan Dipati Ukur ini bernama Beatrixboulevard. Berdasarkan daftar bangunan Bandung Heritage (1997) setidaknya ada tiga bangunan hunian di Jalan ini yang sudah berdiri lebih dari lima puluh tahun. Pada awalnya kawasan Dago dan sekitarnya termasuk daerah jalan Dipati Ukur ini merupakan daerah yang dialokasikan untuk rumah tinggal kaum kolonial dan perkantoran karena letaknya yang strategis dan dekat dengan pusat pemerintahan yaitu Gedung Sate.

Gambar 1. Daerah Gedung sate dan sekitarnya

Page 3: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

3

Gambar 2. Peta Jalan Beatrix Boulevard atau jalan Dipati Ukur pada tahun 1933-1938 oleh penerbit Drukkerij Visser & Co.

Sumber: Voskuil, 2007

Keberadaan Universitas Padjajaran dan perkembangan perkantoran di sekitar Gedung Sate secara tidak langsung berimplikasi terhadap perubahan koridor Jalan Dipati ukur yang pada awalnya kebanyakan berupa rumah tinggal menjadi pertokoan. Jalan ini kemudian tidak memiliki citra yang baik karena sedikitnya perhatian terhadap pedestrian, parkir dan elemen lansekap. Secara keseluruhan, semakin ke utara mendekati persimpangan jalan dengan Jalan Ir. H. Djuanda, maka koridor jalan ini semakin tidak tertata dan memiliki citra jalan yang baik. Walaupun kelas jalan ini merupakan jalan lokal akan tetapi tidak sedikit pendatang yang melintasi jalan Dipati Ukur ini karena jalan ini berada di pusat kota.

Penelitian ini ingin melihat bagaimana sebuah ruas jalan mengalami transformasi spasial dan teritorial. Jalan atau koridor merupakan milik publik di luar sebuah bangunan yang dapat diakses terbatas maupun tidak terbatas. Jika dilihat secara kasat mata, terdapat perbedaan furnitur lansekap yang signifikan pada kelompok rumah tinggal dan pertokoan, demikian juga dengan intensitas orang atau kendaraan yang melintas.

Page 4: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

2. Teori dan Kajian Pustaka

Penelitian tentang transformasi fungsi dan teritori koridor jalan Dipati ukur ini terkait pada tiga hal, yaitu teritori, koridor dan transformasi. Teritori menjadi topik yang diteliti karena adanya perbedaan wajah koridor yang signifikan dari bangunan privat, bangunan pertokoan hingga ruang terbuka yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan citra koridor jalan. Melalui perbedaan fungsi bangunan yang ada pada satu ruas jalan, akan dapat dilihat bagaimana transformasi kawasan yang tadinya diperuntukkan untuk kawasan hunian hingga menjadi kawasan publik seperti sekarang.

2.1 Teori Teritori

Habraken (1998) menyatakan bahwa teritori adalah kontrol atau wewenang terhadap ruang atau tempat. Ruang teritori ini muncul karena adanya ruang pribadi oleh subjek yang memiliki kewenangan tersebut. Kewenangan ini merupakan hak terhadap penggunaan ruang dan membatasi akses pihak lain yang tidak diinginkan terhadap ruangnya. Sedangkan menurut Leon Pastalan oleh Lang dalam Hadinugroho (2002), bahwa teritori adalah ruang terbatas yang digunakan atau dipertahankan seseorang atau sekelompok orang sebagai ruang yang ekslusif. Teritori melibatkan identifikasi psikologis terhadap tempat yang dilambangkan dengan sikap dan penataan objek pada areanya. Irwin Altman dalam bukunya Culture dan Environment menyatakan bahwa perilaku teritorial adalah mekanisme regulasi terhadap batasan yang melibatkan personalisasi, penandaan tempat atau objek dan komunikasi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Teritori berfungsi untuk menentukan milik atau siapa yang berkuasa atas tempat tersebut dan untuk menentukan ruang dan membagi fungsi dari tiap ruang atau lokasi.

Batasan terhadap teritori dapat berbentuk fisik maupun nonfisik. Batas fisik seperti pagar atau perimeter fisik lainnya dilakukan karena keterbatasan tindakan pemilik teritori untuk menjaga daerahnya. Pelanggaran terhadap batas fisik ini dapat dengan mudah dilihat apabila ada pihak lain yang tanpa seijin pemilik teritori, mengakses ruang pribadinya. Sedangkan batasan yang berupa nonfisik, hal ini merupakan kesepakatan setiap orang agar klaim terhadap teritorinya lebih absolut. Batas nonfisik ini dapat berupa pengaturan sesuatu di tempat yang dianggap merupakan teritorinya, penggunaan furnitur arsitektural atau penggunaan ruang sesuai dengan kehendaknya.

Karakter dasar dari suatu teritori adalah tentang kepemilikan dan tatanan tempat, personalisasi atau penandaan wilayah secara fisik maupun nonfisik dan aturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan. Berdasarkan ini, maka teritori memiliki hirarki ruang, berupa ruang publik atau privat. Hirarki ini memiliki gradasi dan kedalamannya akan berbeda untuk setiap objek atau lingkungan binaan tergantung kesepakatan atau budaya daerah setempat.

Altman dalam Hadinugroho (2002) membagi teritori menjadi tiga kategori yang dikaitkan dengan keterlibatan personal, kedekatan dengan kehidupan sehari-hari dan

Page 5: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

5

frekuensi penggunaan yaitu teritori primer, sekunder dan publik. Teritori primer adalah suatu area yang dimiliki atau digunakan secara eksklusif yang disadari oleh orang lain dan dikendalikan secara permanen serta menjadi bagian utama dalam kegiatan sehari-hari penghuninya. Sedangkan teritori sekunder adalah area yang tidak digunakan secara eksklusif oleh seseorang atau kelompok dan areanya lebih luas dari teritori primer walaupun tetap dikendalikan secara berkala. Teritori publik adalah area yang digunakan dan dapat dimasuki oleh siapapun akan teteapi dia harus mematuhi norma dan aturan yang ada pada wilayah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa teritori primer lebih bersifat privat sedangkan teritori publik bersifat untuk umum dan teritori sekunder merupakan gradasi diantara keduanya. Konsep privasi dan territorial memang saling terkait akan tetapi privasi lebih menekankan pada kemampuan individu atau kelompok untuk mengontrol daya visual, audial, dan olfactory dalam berinteraksi dengan sesamanya.

2.3 Teori Koridor

Lynch dalam The Image of The City menunjukkan bagaimana pencitraan sebuah kota. Pencitraan ini tidak dilakukan secara individual akan tetapi lebih kepada kesan yang muncul dari banyak orang atau objek yang tidak selalu konkret. Koridor sebagai salah satu elemen kota yang merupakan teritori publik tapi juga erat kaitannya dengan faktor privat dari bangunan disekitarnya, merupakan salah satu bentuk pencitraan kota.

Koridor merupakan ruang yang dibentuk dari dua deretan massa (bangunan atau pohon) baik sejajar maupun tidak. Koridor merupakan salah satu elemen linkage visual yang menghasilkan hubungan secara visual selain garis, sisi, sumbu dan irama (Zahnd, 1999).

Gambar 3. Skematik Koridor

(sumber: Zahnd, 1999).

Lukman dalam Yoga (2004) menyatakan bahwa koridor adalah lorong yang menghubungkan antara suatu gedung dengan gedung yang lain, atau jalan sempit yang menghubungkan daerah terkurung. Koridor merupakan lahan memanjang yang membelah sebuah kawasan, atau sebuah lorong yang terbentuk oleh fasad atau deretan fasad, dan bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Koridor dapat bersifat alami seperti sungai atau sengaja terbentuk oleh manusia. Salah satu koridor yang erat kaitannya dengan arsitektur kota adalah jalan atau transportasi dalam kota (Wihamanto dalam Yoga, 2004).

Koridor yang terbentuk sebagai akibat dari deretan dua massa atau bangunan yang berjajar menampilkan citra dan kualitas ruang yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh bangunan-bangunan tersebut. Yoga menyatakan bahwa karakter

Page 6: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

bangunan pada suatu koridor jalan menentukan wajah dan bentuk koridor sebagai akibat adanya beberapa elemen berikut ini yang terdapat pada bangunan:

• Façade: tampak keseluruhan wajah depan bangunan yang ada disepanjang koridor yang mampu mewujudkan citra arsitektur.

• Figure Ground: hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang terbuka (open space) (Zahnd, 2004). Kedua elemen ini membentuk pola padat-rongga (solid-void)yang memperlihatkan struktur kota dengan jelas.

• Jalur pedestrian yang dilengkapi dengan pengaturan vegetasi sehingga mampu menyatu terhadap lingkungannya.

Koridor merupakan bagian dari fragmen sebuah kota yang terdiri dari unsur-unsur pembentuk kota. Unsur-unsur yang membentuk koridor adalah: pola massa dalam koridor, bentuk dan tatanan massa bangunan dan linkage antar koridor.

Jalan atau koridor ini berkembang sesuai dengan fungsi yang ada disekitarnya. Keberadaan jalan sebagai sarana mobilisasi, mengakibatkan elemen ini harus fleksibel, baik secara fisik maupun non fisik. Rishnawati, et al (2008) memaparkan bahwa koridor terdiri dari berbagai karakteristik yang dapat diuraikan atas peruntukan lahan, figure ground, skala ruang dan koridor, citra koridor, bangunan, jaringan jalan, pergerakan, perparkiran, dan perabot jalan.

2.3 Teori transformasi

Definisi transformasi oleh Antoniades (dalam Pratiwi, 2010) adalah proses perubahan secara berangsur-angsur akibat respon berbagai unsur baik eksternal maupun internal yang mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses penggandaan secara berulang-ulang atau melipatgandakan. Transformasi memiliki proses perubahan yang terjadi perlahan-lahan, komprehensif dan berkesinambungan dan terkait dengan sistem nilai yang ada di masyarakat.

Fakor-faktor yang menyebabkan transformasi adalah faktor-faktor nonfisik seperti perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik (Sari, 2007) atau kebutuhan identitas diri, perubahan gaya hidup dan penggunaan teknologi baru (Habraken, dalam Pakilaran, 2006). Sumardjan (dalam Maryudi 1999) menyatakan bahwa transformasi yang terjadi dapat berupa perubahan norma, nilai, pola prilaku, organisasi, susunan, stratifikasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan. Transformasi yang terkait dengan lingkungan binaan adalah adanya hubungan antara perubahan aktifitas pengguna, gaya hidup, nilai-nilai sosial cultural yang menjadi rujukan dan perubahan cara pandang dari sekelompok masyarakat yang tercermin dari bangunan dan lingkungan binaan.

Memahami transformasi sama dengan memahami pertumbuhan, pembangunan, dan perkembangan lingkungan binaan, baik bersifat positif berupa kemajuan maupun yang bersifat negatif berupa stagnansi atau kemunduran. Untuk memahami perubahan maka

Page 7: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

dd

Dlbtdkymk

3

Jidk

pM

diperlukan kedalam lingku

Dari berbagalingkungan bbagaimana hterritorial orddalam wujudkoridor juga yaitu manusmasing-masinkendaraan be

3. Kajian wil

Jalan Dipati ini menghubdikelilingi okomersial hinsepanjang ±4Setidaknya adpadjajaran, UMonumen Pe

Territoorde

Elemekorido

erangka substungan binaan t

ai teori yanbinaan yang dhubungan darder dalam wud streetscape k

merupakan isia dengan kng, akan teta

ermotor dan d

layah studi

Ukur ini merbungkan jalanoleh bangunangga pendidik400 meter ini da tiga perguUNIKOM derjuangan Ra

rial er

•Pe•Pe

en or

•De•‐ So•‐ Ja•‐ P•‐ In

tansi tentang tersebut.

ng dikemukakdikemukakan ri dua orderujud hirarki dkoridor ruas jindikator bagkendaraan. Tapi juga bag

demikian juga

Diagram 1. Elem

rupakan jalann Suci dengaan dengan bkan. Keragammerupakan s

uruan tinggi ydan ITHB. Takyat Jabar ya

rubahan fungrubahan hira

ensitas pengguolid void bangaringan jalan erpakiran nteraksi pede

apa saja yan

kan di atas oleh Habrakyaitu physica

dan fungsi bajalan yang diaimana terjad

Tidak hanya gaimana invaa sebaliknya.

men koridor terkait

n yang sudah an Simpang berbagai macman fungsi ysalah satu ha

yang ada disepTepat di depang kini meru

gsirki: privat→p

una  gunan  

estrian dan ke

ng tumbuuh, b

dan berdasken (1998) mal order danangunan memiteliti. Streetsdinya hubung

interaksi sasi dari manu

t territorial order.

cukup lama Dago. Koridcam fungsi, ang terdapat

al yang melatapanjang ruas pan Universupakan ruang

publik

‐ Façade‐ Perunt‐ Perger‐ Furnitu

endaraan 

7

berkembang d

sarkan teori maka penelitian territorial ompengaruhi pscape sebagaigan antara peaat bergerak usia terhadap

berada di Bador jalan Dip

dari fungsi pada sebuaharbelakangi pjalan ini yait

sitas Padjajarg terbuka yan

etukan lahan rakan ur jalan 

dan dibangun

dari elemenan ini melihatorder dimanaphysical orderi elemen fisikengguna jalan

di jalurnyap jalan untuk

andung. Jalanpati Ukur ini

perumahan,h ruas koridorpenelitian ini.tu Universitasran, terdapatng digunakan

n

n t a r k n a k

n i , r . s t n

Page 8: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

oleh masyarakat. Kendaraan yang melintasi jalan ini terdiri dari kendaraan pribadi dan angkutan umum, akan tetapi semakin ke arah selatan, maka angkutan umum yang melintas semakin sedikit.

Gambar 4. Peta Jalan Dipati Ukur

(sumber: Google Earth, 2007).

Apabila dilihat secara segmentasi, maka sepanjang jalan Dipati Ukur ini memiliki perbedaan tipologi bangunan yang mencolok. Dari arah Selatan, jalan Dipati Ukur ini bersimpangan dengan jalan Surapati yang sekarang merupakan bagian dari jalan layang, masih terdapat beberapa rumah tinggal berpagar yang intensitas pengguna kendaraan,

Simpang Dago

Simpang Jalan Surapati

Universitas Padjajaran

Ruas jalan dengan fungsi pendidikan dan

ruang terbuka

Ruas Jalan dengan sebagian besar

pertokoan

Ruas Jalan yang terdiri dari

perumahan dan pertokoan

U

Page 9: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

9

angkutan umum atau pejalan kaki tidak sebanyak dengan jumlah yang ada di bagian utara. Hal ini terkait dengan fungsi bangunan di sisinya yang memang cenderung privat. Perbedaan lebar jalan di setiap ruas persimpangan satu dengan lainnya juga menunjukkan bahwa adanya kapasitas kendaraan yang berbeda yang melintasi jalan ini. Sedangkan di bagian ruas jalan Hasanudin dan Teuku Umar, kedua sisi ruas jalan ini didominasi oleh keberadaan Universitas Padjajaran dan ruang terbuka berupa Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Jalan raya yang ada di antara kedua objek ini terdiri dari jalur dua arah yang terpisah dan lebar jalan yang paling besar di antara segmen jalan lainnya. Sedangkan segmen terakhir adalah segmen dari simpang jalan Teuku Umar hingga Simpang jalan H. Djuanda atau jalan Dago yang hampir keseluruhan fungsi bangunannya adalah bangunan komersil. Arus lalu lintas terpadat juga terjadi di segmen jalan ini.

Gambar 5 dan 6. Perumahan di jalan Dipati Ukur bagian selatan

(sumber: Bandung Heritage, 2009).

Gambar 7 dan 8. Keadaan jalan Dipati Ukur bagian tengah

(sumber: dokumen pribadi, 2010).

Page 10: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

Gambar 9 dan 10. Keadaan jalan Dipati ukur bagian utara

(sumber: dokumen pribadi, 2010).

Dalam Poerbo (2006), jalan Dago yang berada pada satu wilayah dengan jalan Dipati Ukur, pada skala RUTRK 1:50,000, daerah ini diklasifikasikan sebagai area residensial. Akan tetapi pada RDTRK di skala 1:25,000, daerah ini diklasifikasikan sebagai “floating zone”, sedangkan pada RTRW di skala 1: 10, 000, daerah ini diklasifikasikan sebagai daerah servis. Mengacu pada jalan Dago yang berpotongan dengan jalan Dipati Ukur sebagai boulevard, maka peraturan wilayah yang tidak konsisten dan detail ini menyebabkan berbagai fungsi yang ada pada wilayah khususnya koridor jalan ini menjadi tidak beraturan.

4. Pembahasan

Berdasarkan kajian teori dan keadaan wilayah studi, maka penelitian ini fokus kepada bagaimana transformasi fungsi bangunan di sepanjang koridor jalan mempengaruhi teritori atau perubahan gradasi dari publik hingga ke privat. Berbagai elemen fisik koridor yang terkait dengan pendefinisian hirarki teritori bangunan menjadi variabel-variabel penentu bagaimana hubungan antara transformasi fungsi dan teritori. Akan tetapi variabel-variabel elemen koridor yang ada pada kajian teori tidak keseluruhan digunakan dalam penelitian ini, melainkan dibatasi pada tiga elemen yang dapat diidentifikasi secara cepat yaitu streetscape jalan, interaksi pedestrian dan kendaraan dan densitas pengguna jalan.

Page 11: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

Pbb

adPd

Dibdkmd

AU

B

C

4

Bd

Penelitian inbangunan tebangunan tersemakin burusecara terinteantara setiapdibandingkanPengaruh-pendengan hasil

Dalam peneliinteraksi pedberdasarkan diidentifikasikendaraan mmemudahkandsiamati berd

A. Ruas jalanUmar;

B. Simpang j

C. dan simpa

4.1 Streetsca

Beberapa rumdengan bangu

ni akan melierkait untuk rsebut. Pene

uk terkait denegrasi sehingp variabel pn untuk ngaruh nonfispengamatan p

itian ini, pengdestrian dan furnitur jalan

i secara kasatmerupakan elen pengelompdasarkan atas

n dari persim

alan Teuku U

ang jalan Hasa

ape jalan

mah tinggal yunan di depan

Diagr

ihat perbedaamelihat pe

litian ini mengan perubahaga koridor inpada fungsi melihat ba

sik seperti sospada setiap va

gamatan dibakendaraan

n. Furnitur jt mata sedangemen yang leokan hasil ptiga segmen y

mpangan jalan

Umar hingga s

anuddin hingg

yang masih bnnya yang leb

• Streets• Interak• Densit

ram 2. Variabel pen

an variabelerbandingan engobservasian fungsi banni tidak mem

bangunan agaimana csial, ekonomiariabel-variab

atasi pada tigadan densitasalan merupa

gkan peruntukebih fungsionpenelitian, myaitu:

n DR. H. Jua

simpang jalan

ga persimpan

berfungsi sebabih lebar diba

scape jalan, teksi pedestriantas pengguna j

nelitian

koridor jalantransformasi bagaimana

ngunan yang pmiliki ‘wajah’

yang berbecitra korido, budaya dan bel tersebut.

a unsur korids pengguna akan elemen kan lahan danal dan bersi

maka setiap e

anda hingga p

n Hasanuddin

ngan jalan Sur

agai hunian mandingkan den

rkait dengan:dan kendaraa

jalan

11

n antara berantara berb

pencitraan kparsial dan tid

yang baik. Pda-beda kemor semakinpolitik akan

dor yaitu streejalan yang fisik koridor

an interaksi peifat nonfisik. elemen yang

persimpangan

;

rapati.

memiliki jarangan banguna

n, dan

rbagai fungsibagai fungsikoridor yangdak terencanaPerbandinganmudian akann menurun.dikorelasikan

etscape jalan,diidentifikasir yang dapatedestrian danUntuk lebih

g diteliti tadi

n jalan Teuku

ang bangunanan pertokoan.

i i g a n n .

n

, i t n h i

u

n .

Page 12: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

J

b

tp

tH

rd

Jarak bangunsekitar 3-7 mbesi atau pasebagai batassebagai batastinggal pada publiknya ko

Sedangkan dtetata baik. KHasanuddin sebagai elemruas jalan inidi sepanjang

nan hunian demeter. Batas tagar tanamans fisik banguns teritori, makoridor jalanridor ini terha

dengan streetsKhususnya uhingga persi

men hardscapei memiliki bankoridor sisi in

Gambar 11. Poto

Ga

engan batas pteritori yang n. Hampir kenannya. Disinaka penjagaan Dipati Ukur adap umum.

scape jalan, untuk ruas jalimpangan ja

e dengan batanyak pohon dni.

ngan Jalan Dipati

(sumber

ambar 12 san 13. K

(sumber

agar sebagai digunakan oeseluruhan bi dapat dilihan atau pengacukup tinggi

umumnya jalalan pada seglan Surapati

as yang jelas. dan semak ya

Ukur di segmen C

r: dokumen pribad

Keadaan jalan Dipa

r: dokumen pribad

pembatas terleh bangunan

bangunan hunat bahwa dengawasan terhadi. Hal ini diin

an yang beradmen C yaitu

terdapat troSedangkan u

ang menunjuk

C dengan tipologi b

i, 2010).

ati Ukur di segmen

i, 2010).

ritorinya beradn hunian ini nian menggugan penggunadap daerah tendikasikan ka

da di depan hu dari persimotoar, pagar untuk elemen kkan kenyama

bangunan hunian.

n C

da pada jarakadalah pagar

unakan pagaraan batas fisikeritori rumah

arena semakin

hunian masihmpangan jalan

dan selokansoftscape, di

anan berjalan

k r r k h n

h n n i n

Page 13: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

UTkjbkktj

Pkdt

Untuk rumahTeuku Umar, kualitasnya lejumlah pedagbeberapa elemkomersil yangkendaraan yatempat parkirjalan.

Gamba

Pada segmenkeberadaan stdari tipologi btinggal, masih

h tinggal yangkeadaan stre

ebih buruk dagang kaki limmen streetscag ada di sisi j

ang memiliki kr khusus, terp

ar 14. Potongan Ja

Ga

n A, tipologi btreetscape yanbangunan yanh lebih baik d

g ada di ruas jetscape di dep

aripada yang ba yang mengipe dirusak ataalan yang berkeperluan traaksa parkir di

alan Dipati Ukur di

(sumber

ambar 15 dan 16. K

(sumber

bangunan yanng ada sepanjng ada di sisindibandingkan

alan DR. H. Jpan rumah tinberada di segminvasi daerah au dihilangkardekatan deng

ansaksi ekonoi depan rumah

i segmen A dengan

r: dokumen pribad

Keadaan jalan Dip

r: dokumen pribad

g ada sangat bjang koridor tnya. Streetscastreetscape y

Juanda hingganggal yang admen C. Hal inbadan jalan u

an. Selain itu kgan rumah tinmi di pertokoh tinggal lain

n tipologi banguna

i, 2010).

pati Ukur di segme

i, 2010).

beragam. Haltidak seragamape yang padayang terdapat

13

a persimpangda di daerah inni dikarenakauntuk berjualkarena adany

nggal menyeboan yang tidakn dan menyero

an hunian dan pert

en A

l ini juga menm akan tetapi ta sisinya terdapada pertoko

gan jalan ni

an banyaknya an, sehingga

ya fungsi babkan k memiliki obot badan

tokoan.

nyebabkan tergantung apat rumah

oan. Tidak

Page 14: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

hm

Pukbdpdp

hanya dilengkmasih terjaga

Gam

Pada gambar untuk penggukhususnya dibanjir dan tiddari pemilik bpublik fungsidefinitif terhapenguasaan te

kapi dengan pa.

mbar 17. Potongan

Ga

di atas dapatuna jalan. Dem depan pertok

dak sehat. Halbangunan yani bangunan yaadap jalan yaneritori bangun

pohon akan te

Jalan Dipati Ukur

(sumber

mbar 18 dan 19. K

(sumber

t dilihat bahwmikian juga ukoan, kebanyal ini menunjukng ada di sisi ang ada di sising ada didepanan pertokoan

etapi pengelol

r di segmen A den

r: dokumen pribad

Keadaan jalan Dipa

r: dokumen pribad

wa tidak ada peuntuk keberadakan tidak dipkkan tidak adkoridor khusui koridor, makannya semakin menjadi leb

laan utilitas s

ngan tipologi perto

i, 2010).

ati Ukur di segmen

i, 2010).

erencanaan stdaan utilitas, pperhatikan sehdanya kontrol usnya bangunka penguasaain tidak diperhbih tinggi kare

eperti saluran

koan di kedua sisi

n A

treetscape yanpada segmen jhingga jalan iatau tidak ad

nan pertokoanan teritorinya hatikan. Secaena berbagai p

n air juga

inya.

ng berarti jalan ini rawan

da kontribusi n. Semakin secara

ara fungsi, pengguna

Page 15: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

jk

Hrl

Dtdhtjmd

jalan yang terkeperluan par

Sedangkan unHasanuddin ruang terbukalainnya. Stresoftscape kar

Dari berbagatipologi bangdi sisi koridohanya pada satipologi bangjuga semakinmaka keberadipengaruhi sehingga tida

rkait dengan arkir, berjalan

ntuk ruas jalatidak terdapaa Monumen Petscape yang

rena kebanyak

ai perbedaan gunannya, dapor, maka kebatu tipologi b

gunan yang ren baik. Bebedadaan streetscunsur tidak

ak mempeduli

aktivitasnya datau menyero

an B yaitu daat rumah tingPerjuangan Rag ada pada sekan elemen ja

Gambar 20. Poton

(sumber

Gambar 21 dan 2

(sumber

kelengkapanpat disimpulkberadaan elembangunan sajaelatif sama hida halnya dencapenya jugaadanya rasa

ikan kualitas

dengan pertokobot badan ja

ri Simpang jaggal melainkakyat Jawa Begmen ini teralan terbuat da

ngan Jalan Dipati U

r: dokumen pribad

22. Jalan Dipati Uk

r: dokumen pribad

n streetscapekan bahwa semmen streetscaa, akan tetapirarkinya, yaitgan segmen j

a semakin bumemiliki at

streetscape-ny

koan menggunalan.

alan Teuku Ukan hanya adBarat (MPRJBrdiri dari hardari perkerasan

Ukur di segmen B

i, 2010).

kur di segmen B.

i, 2010).

pada beberamakin privat ape-nya jugaapabila pada tu privat, makjalan yang dikuruk dan tidatau privatisasya.

15

nakan badan j

Umar hingga sda UniversitaB) dan beberapdscape akan n.

apa segmen jfungsi bangu

a semakin lenkawasan ters

ka keadaan stkelilingi bangak lengkap. si dari bangu

jalan untuk

simpang jalanas Padjajaran,pa retail keciltetapi minim

alan maupununan yang adangkap. Tidaksebut terdapattreetscapenyagunan publik,Hal ini juga

unan tersebut

n , l

m

n a k t a , a t

Page 16: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

4.2 Interaksi pengguna jalan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai keberadaan streetscape jalan, maka hal tersebut terkait dengan interaksi pengguna jalan terutama pedestrian dan kendaraan. Pada segmen jalan A, jalur pedestrian banyak diinvasi oleh kendaraan bermotor. Tidak adanya batas yang jelas untuk pejalan kaki dan kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan menyebabkan lahan untuk jalan pedestrian terpinggirkan. Sedangkan untuk segmen C yang sebagian fungsi bangunannya masih berupa rumah tinggal, interaksi pengguna jalan dengan kendaraan menjadi lebih aman karena adanya separator berupa trotoar yang berbeda ketinggian dengan jalan raya.

Gambar 23 dan 24. Jalan dengan trotoar menjadi jalan tanpa trotoar karena fungsi bangunannya berubah.

(sumber: dokumen pribadi, 2010).

Hal ini menjadi patut diperhatikan mengingat fungsi komersil yang mengundang banyak orang dan kendaraan, akan tetapi tidak disertai dengan perencanaan badan jalannya.

4.3 Densitas pengguna

Pengguna jalan pada segmen A dan B memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan segmen C. Walaupun berada pada satu koridor jalan akan tetapi perbedaan kendaraan yang melintas dalam hal jumlah cukup signifikan. Segmen A dan B dilalui oleh lima hingga enam angkutan kota berupa mobil minibus ditambah dengan bis umum. Sedangkan segmen C tidak dilalui oleh kendaraan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang melintasi daerah ini juga lebih sedikit. Secara logis dapat dikatakan bahwa karena kebanyakan bangunan yang ada di segmen C lebih privat, maka kendaraan yang lewat atau berkepentingan di depannya juga menjadi lebih sedikit.

Kelengkapan streetscape koridor di segmen C tidak diimbangi dengan jumlah pengguna jalur pedestrian yang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan dua segmen lainnya akan tetapi segmen A dan B ini tidak memfasilitasi pedestrian. Orientasi terhadap kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor penyebab kacaunya keadaan koridor di segmen ini.

5. Kesimpulan

Dari transformasi beberapa bangunan yang ada di sepanjang korior Dipati Ukur yaitu rumah tinggal menjadi fungsi komersil atau pertokoan, hal ini tidak diikuti dengan

Page 17: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

17

perencanaan kawasan secara terintegrasi. Karena perubahan fungsi ini, maka terjadi juga transformasi streetscape dan kualitas koridor yang kualitasnya semakin menurun.

Transformasi fungsi ini mengindikasikan perubahan teritori atau klaim bangunan terhadap badan jalan yang ada di depannya. Umumnya bangunan yang berubah dari rumah tinggal menjadi komersil mengurangi batasan fisik teritori privatnya dengan tidak lagi menggunakan pagar dan mengembangkan atau membangun bangunan mendekati ROW atau Right of Way. Akibat fungsinya menjadi komersil, maka bangunan yang awalnya merupakan bangunan privat dengan streetscape rumah tinggal, menjadi bertransformasi dengan pengurangan elemen-elemen streetscape seperti pagar, pohon, selokan dan lain-lain. Klaim terhadap badan jalan sebagai bagian dari teritorinya dapat dilihat dari penggunaan badan jalan untuk parkir, loading barang, maupun perluasan lahan bangunannya sendiri. Sedangkan beberapa rumah tinggal yang masih bertahan, umumnya keadaan koridor jalan di bagian ini masih lebih baik.

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya batas teritori yang jelas berupa streetscape seperti pagar rumah, selokan atau trotoar ternyata menyebabkan penguasaan terhadap lahan memang dibatasi, akan tetapi kontrol terhadap fungsi yang terdapat pada jalan raya di depannya masih ada dan terkendali. Hal ini berbeda dengan bangunan komersil yang tidak memiliki atau ada keengganan untuk mengontrol apa yang terjadi pada ROW yang ada di depannya demi kepentingan sendiri sehingga wajah koridor menjadi tidak beraturan. Pemintakatan secara detail yang jelas antara berbagai fungsi bangunan dan fasilitasnya juga menjadi penting agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi yang menyebabkan satu fungsi bangunan menjadi terganggu akibat adanya bangunan lain. Peraturan pemintakatakan wilayah juga seharusnya mampu mengakomodasi transformasi yang terjadi pada wilayahnya, baik fisik, lingkungan maupun budayanya.

Daftar Pustaka Altman, Irwin. 1980. Culture dan Environment. Cambridge University Press: Belmont. Eben Saleh, Mohammed Abdullah. 2002. The transformation of residential neighborhood: the emergence of

new urbanism in Saudi Arabian culture. Building and Environment, Volume 37, Issue 5, May, Pages 515-529.

Hadinugroho, Dwi Lindarto. 2002. Jelajah Pembentukan Tempat pada Rumah Jawa, Dengan Pendekatan Teritorial Behaviour. Lecture papers. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1312.

Habraken, N. J. (1998), The Structure of The Ordinary : Form and Control in the Built Environment, The MIT Press, Massachusetts.

Poerbo, Heru. (2006). Coping with the Commodification of Culture in Bandung : an Urban Design Control Approach. Proceedings, International Seminar on Urban Culture, Arte-Polis: Creative Culture and the Making of Place Department of Architecture, School of Architecture, Planning, and Policy Development, Institute of Technology Bandung. ISBN 979-25-0422-2. 21-22. July.

Jacobs, Allan B. 1993. Great Streets. Massachusetts Institute of Technology. Moughtin, Clief. 2003. Urban Design: Street and Square. Architectural Press: London. Maryudi,R. Sanny. 1999. Transformasi Morfologi Rumah dan Lingkungan Kawasan Gempol Bandung. Tesis

Master, Program Studi Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Bandung. Rishnawati, Evy, et al. 2008. Pelestarian koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto Kota Malang. Arsitektur e-journal,

vol. 1, No. 2.

Page 18: Transformasi Fisik Koridor Dipati Ukur, Bandung Akibat Manifestasi Transformasi Fungsi Dan Teritori Bangunan

Widiangkoso, G. Epri. (2002) Morfologi Kampung Melayu, Studi Kasus: Morfologi Koridor Layur, Semarang. Tesis Universitas Diponegoro.

Yoga, Prakarsa. (2004) Citra Koridor Jalan Jend. Sudirman Antara Kawasan Pasar Gedhe Hardjanagara dengan Kawasan Kraton Surakarta Hadiningrat. Tesis Universitas Diponegoro.

Zahnd, Markus. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.