Top Banner

of 26

Transaksi Lindung Nilai Syariah Al-tahaw

Mar 08, 2016

Download

Documents

Masyhur Ali

ekonomi Syariah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    TRANSAKSI LINDUNG NILAI SYARIAH

    (AL-TAHAWWUTH AL-ISLAMI/ISLAMIC HEDGING)

    Oleh : Chairul Lutfi, S.HI., SH

    Praktisi Hukum Ekonomi Syariah / Staf Ahli Dewan Perwakilan Daerah Republik

    Indonesia (DPD RI)

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan ekonomi sebuah negara tidak terlepas dari stabilitas dari

    mata uang negara tersebut yang tentu menjadi sebuah faktor yang akan

    menentukan jalannya sebuah sistem ekonomi yang baik dalam sebuah negara atau

    perusahaan. Indonesia yang terkenal akan kekayaan alamnya dan jalurnya yang

    strategis merupakan sebuah tantangan yang sangat menggiurkan bagi investor

    investor asing untuk menanamkan sahamnya di negeri ini. Dengan demikian akan

    melahirkan banyak kegiatan ekonomi yang membutuhkan sebuah sistem yang

    bisa menjamin kelangsungan dari kegiatan ekonomi tersebut.

    Mata uang merupakan sebuah alat transaksi yang suatu saat mengalami

    penurunan dan peningkatan (fluktuasi), dengan demikian dibutuhkan sebuah

    sistem yang bisa menjaga ataupun mengurangi ketidak pastian pergerakan harga

    dimasa yang akan datang, kagiatan ini disebut sebagai hedging.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah

    sebagaimana berikut :

    1. Apa pengertian hedging dan Islamic Hedging?

    2. Bagaimana hukum aplikasi Islamic Hedging pada ekonomi syariah

    kontemporer ?

    C. Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan makalah ini

    bertujuan sebagaimana berikut :

    1. Untuk mengetahui pengertian hedging dan Islamic Hedging

    2. Untuk mengetahui hukum aplikasi Islamic Hedging pada ekonomi syariah

    kontemporer

  • 2

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Hedging

    Valuta asing paling banyak dicari korporasi untuk keperluan pembayaran

    impor, pelunasan utang, dan kegiatan investasi. Nilai transaksi harian pasar valuta

    asing di dalam negeri (on shore) pada Juli sampai September 2013 rata-rata

    mencapai 2,2 sampai 2,8 miliar dolar AS. Sebagian besar pembelian valuta asing

    dilayani di pasar spot, dengan proporsi 73 persen. Barulah selebihnya merupakan

    pangsa pasar swap (21 persen) dan forward (6 persen). Tingginya porsi transaksi

    spot membuka kemungkinan munculnya lonjakan kebutuhan valuta asing, yang

    dipastikan membuat nilai tukar rupiah menjadi fluktuatif. Rupanya masih banyak

    BUMN mengandalka pasar spot dalam mencari valuta asing pada saat kalangan

    swasta lebih mengandalkan transaksi forward. Bagi kalangan swasta, pilihan

    transaksi selain spot tak sekadar memenuhi kebutuhan valuta asing, tetapi juga

    menjadi sarana lindung nilai (hedging) di tengah fluktuasi nilai tukar mata uang.

    Hedging semestinya menjadi salah satu strategi manajemen risiko, bagi

    perusahaan yang punya tanggungan dalam bentuk dollar AS. Utang, misalnya.

    Laiknya manajemen risiko, hedging juga adalah upaya menjaga korporasi dari

    risiko kerugian, terkait nilai tukar mata uang.1

    Merton et.al. (1998) mendefinisikan hedge sebagai upaya untuk

    meminimalkan dan atau menetralkan risiko yang dapat terjadi dalam suatu

    transaksi keuangan. Lebih khusus dalam bentuk transaksi forex, Shapira (1995)

    mendefinisikan hedge sebagai bagian dari upaya minimalisasi risiko dari suatu

    ekposur forex yang berarti menentukan sebuah pengganti kerugian kurs mata

    uang. Secara praktis, kerugian atau keuntungan pada nilai asal currency exposure

    sebenarnya dapat disamakan dengan keuntungan atau kerugian nilai tukar mata

    uang pada currency hedge. Sementara itu, Fitch (1990) mendefinisikan hedge

    sebagai mekanisme keuangan yang ditujukan untuk mengantisipasi kerugian yang

    timbul dari fluktuasi harga di pasar. Konsep hedge kemudian diimplementasikan

    dalam berbagai bentuk transaksi keuangan yang spesifik yang disesuaikan dengan

    1 Gerai Info Bank Indonesia Newsletter Bank Indonesia Edisi 43 Oktober 2013, hlm. 3

  • 3

    nature kebutuhan transaksi yang dilakukan seperti futures, option, dan swaps.

    Instrumen hedge pada umumnya dilakukan pada transaksi jual beli komoditas,

    sekuritas atau valuta asing untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat

    fluktuasi harga di pasar.2

    Istilah "hedging" umumnya digunakan untuk berarti meminimalkan

    eksposur risiko. Meskipun "hedging" berbeda dari "asuransi" (misalnya Bodie dan

    Merton, 1998, hlm. 224-225), kita akan mengambil istilah dalam arti yang luas.

    Risiko, dalam hal apapun, tidak dapat dihilangkan dari kegiatan ekonomi.

    Sekarang pandangan umum bahwa intermediasi keuangan adalah tentang

    mengelola risiko, daripada menghindari risiko (misalnya Heffernan, 1996, hal.

    163). Dan investor sangat menyadari aturan pertama dari permainan: "tidak ada

    yang berani, tidak mendapat" (Bernstein, 1996, hal 256.). Sehingga lindung nilai

    efektif berarti mengelola risiko, bukan menghilangkan itu. Seperti dibahas

    sebelumnya, tantangannya adalah untuk menggunakan instrumen hedging yang

    dapat mencapai manfaat distribusi risiko tetapi tidak meminjamkan diri untuk

    perjudian. Artinya, instrumen ini harus diintegrasikan dengan nyata, kegiatan nilai

    tambah, dan mungkin tidak "netral terhadap perjudian. Ada lebih dari satu

    pendekatan untuk lindung nilai. Tiga kemungkinan pembagiannya yaitu 1)

    economic hedging, 2) cooperative hedging 3) contractual hedging.3

    Ada banyak penyebab di balik pengembangan instrumen lindung nilai di

    bidang keuangan konvensional. Di antara penyebab ini adalah: lindung nilai

    terhadap risiko harga pasar, atau harga umum ini, atau biaya pada saat kontrak.

    Telah dikatakan bahwa tanpa lindung nilai investasi pihak kontraktor dapat

    dikenakan [tingkat] seperti risiko harga pasar bahwa modal mungkin terkena

    2 Agus Fajri Zam, dkk., Jurnal, Analisis Kesesuaian Instrumen Hedge Konvensional

    Terhadap Prinsip Syariah, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol.B No.3, Desember 2008, hlm.

    2-3 lihat di: http://www.online.fe.trisakti.ac.id/ diakses pada 23 Desember 2015 3 Sami Al-Suawailem, Hedging In Islamic Finance, Occacional Paper No.10, Islamic

    Development Bank, 2006, hlm. 112-113 lihat di http://straightwayethical.com/papers/Swailem-

    Hedging.pdf diakses pada tanggal 23 Desember 2015

  • 4

    kerugian total. Hal ini diyakini bahwa hedging dapat membatasi risiko ke tingkat

    tertentu yang dapat mencegah kerusakan investasi.4

    Bank Indonesia jauh-jauh hari sudah mengatur masalah transaksi lindung

    nilai. Antara lain melalui PBI Nomor 7/31 tahun 2005 dan PBI Nomor 10/38

    tahun 2008 tentang transaksi derivatif, serta PBI 7/36 tahun 2005 mengenai

    transaksi swap. Dua peraturan pertama lebih mengatur batasan bagi bank dalam

    melakukan transaksi derivatif. Sedangkan PBI transaksi swap terbitan 2005

    bertujuan mempromosikan transaksi pasar swap dengan jangka waktu menengah

    dan panjang. Pada saat aturan-aturan tersebut diterbitkan, perbankan domestik

    lebih banyak menawarkan transaksi swap berjangka pendek. Pelaku usaha pun

    cenderung tak melakukan lindung nilai. Demi mendorong fasilitas lindung nilai

    berjangka menengah atau panjang, bank-bank domestik kemudian diberi

    kesempatan meneruskan transaksi lindung nilai nasabahnya ke Bank Indonesia.

    Ada lagi PBI Nomor 10/37 tahun 2008 mengenai transaksi derivatif yang lebih

    merupakan reaksi terhadap krisis finansial global. Peraturan itu mencegah bank

    melayani transaksi derivatif valuta asing yang bersifat spekulatif. Ditegaskan

    dalam peraturan ini, diwajibkannya underlying untuk transaksi derivatif. Maklum,

    transaksi derivatif dituding sebagai penyebab krisis yang bermula di Amerika itu.

    PBI terbaru, Nomor 15/8/2013, merangkum semua peraturan yang pernah

    diterbitkan BI terkait masalah lindung nilai. Beberapa penyempurnaan telah

    dilakukan.5

    4 Mohd Daud Bakar, Hedging Instruments in Islamic Finance,conference of the

    Sharah Boards of Islamic Financial Institutions The Accounting and Auditing Organization for

    Islamic Financial Institutions (AAOIFI) Kingdom of Bahrain, 2008 lihat di

    https://uaelaws.files.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Desember 2015 5 Gerai Info Bank Indonesia Newsletter Bank Indonesia Edisi 43 Oktober 2013, hlm. 4

  • 5

    B. Instrumen Hedging6

    a. Kontrak Forward

    Kontrak forward secara umum digunakan dalam melakukan mitigasi atau

    pengelolaan terhadap risiko kedepan yang melekat pada underlying assets-nya

    seperti halnya fluktuasi nilai dari sebuah mata uang tertentu (Fitch (1990)). Jadi

    pengertian umum kontrak forward adalah kontrak tunai dimana dua pihak setuju

    untuk melakukan pertukaran aset (contohnya, nilai tukar atau valas) untuk

    dilakukan penyerahan oleh penjual kepada pembeli pada sejumlah waktu tertentu

    di masa yang akan datang. Pada kontrak forward terdapat dua pihak yang terlibat

    yaitu pihak yang bersedia mengirimkan underlying asset yang ditentukan sebagai

    pihak berada dalam posisi short (pihak penjual) dan pihak yang bersedia

    menerima underlying asset dimaksud sebagai pihak yang berada dalam posisi

    long (pihak pembeli). Beberapa karakteristik dari kontrak tersebut antara lain:

    a) Fleksibilitas dalam penentuan jenis, jumlah dan jangka waktu penyerahan

    underlying assets.

    b) Pada saat jatuh tempo, underlying assets harus diserahkan oleh penjual

    kepada pembeli.

    c) Media perdagangan melalui mekanisme over the counter (OTC) dengan

    perantaraan sarana telekomunikasi dan lainnya.

    d) Penetapan besarnya margin deposit dilakukan melalui negosiasi antara pihak

    penjual dan pihak pembeli.

    e) Terdapat risiko kegagalan counterparty dan risiko kerugian yang tidak

    terbatas karena sangat tergantung kondisi pasar.

    f) Cash flow telah diketahui didepan dan pembayaran dilakukan pada saat

    penyerahan underlying assets.

    g) Kewajiban untuk membeli atau menjual sifatnya wajib.

    h) Rate forward ditentukan oleh pasar yang terdiri atas spot, interest rate, dan

    waktu.

    6 Agus Fajri Zam, dkk., Jurnal, hlm. 3-5

  • 6

    b. Kontrak Future

    Kontrak future konvensional memiliki kesamaan dengan kontrak forward

    kecuali dalam penentuan harga yang bersifat marked to market yang diikuti oleh

    pertukaran cash secara harian antara dua pihak (pihak yang untung dan pihak

    yang mengalami kerugian) sebagai proses penyelesaian transaksi harian (Hayes

    et.al. (1998)). Sementara itu, menurut Torben Juul Andersen (1993) pengertian

    dari kontrak future adalah komitmen legal bagi penjual untuk melakukan

    pengiriman atas underlying assets dan bagi pembeli untuk menerima underlying

    assets tersebut dalam kualitas dan kuantitas yang terstandarisasi pada satu waktu

    tertentu. Kontrak future sendiri diperjualbelikan dalam pasar future. Komoditas

    dalam kontrak tersebut diawali oleh pasar bahan dasar seperti hasil pertanian dan

    hasil tambang. Perkembangan pasar tersebut didorong oleh standarisasi terhadap

    kontrak futures sehingga memudahkan proses pertukaran antar kontrak dalam

    bursa perdagangan di pasar futures.

    Hakikat terbentuknya pasar future merupakan sebuah bentuk fasilitas

    kerjasama dalam berbagi risiko antara pihak yang pemilik risiko dengan pihak

    lain yang mau menanggung risiko dari pihak pemilik risiko. Future trading oleh

    para produsen dijadikan sarana untuk melakukan lindung nilai, yaitu startegi

    untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh fluktuasi harga. Sedangkan dalam

    perkembangan selanjutnya, para spekulator atau spekulan dari pemilik modal

    mulai melihat bahwa kontrak ini sangat menarik untuk dikembangkan menjadi

    instrumen untuk spekulasi. Seorang spekulator dapat saja membeli kontrak future

    untuk penyerahan di masa datang, dan mulai spekulasi dengan perkiraan harga

    komoditas pada saat penyerahan. Sehingga dalam hal ini para spekulator

    mengambil alih risiko dari para petani. Sejak saat itulah terjadinya futures market

    sebagai pasar untuk spekulasi para spekulan. Adapun kontrak future memiliki

    karaketeristik seperti dibawah ini:

    1. Dapat diperdagangkan di bursa berjangka (short selling di exchange

    floor)

    2. Nilai kontrak tergantung pada harga pasar

    3. Bentuknya terstandarisasi baik kualitas maupun kuantitas

  • 7

    4. Tidak ada proses serah terima barang fisik dan hanya merupakan

    pertukaran dana (Net-out basis) antara penjual dan pembeli

    5. Menggunakan jasa kliring (clearing house) untuk transaksi keuangan

    6. Memiliki initial margin yang merupakan sejumlah dana yang

    ditempatkan pada bursa berjangka untuk mempertahankan posisi

    kontrak future dalam bursa berjangka tersebut.

    c. Kontrak Option

    Opsi adalah kontrak dimana salah satu pihak menyetujui untuk

    membayar sejumlah imbalan kepada pihak yang lainnya untuk suatu "hak" (tetapi

    bukan kewajiban) untuk membeli sesuatu atau menjual sesuatu kepada pihak yang

    lainnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau disepakati (Suwarno

    (2003)); misalnya saja ada seseorang yang khawatir bahwa harga dari stok XXX

    akan turun sebelum ia sempat menjualnya, maka ia membayar imbalan kepada

    seseorang lainnya (ini disebut "penjual" opsi jual /put option) yang menyetujui

    untuk membeli stok daripadanya dengan harga yang ditentukan didepan (strike

    price). Pembeli menggunakan opsi ini untuk mengelola resiko turunnya nilai jual

    dari stok XXX yang dimilikinya, dilain sisi si pembeli opsi mungkin saja

    menggunakan transaksi opsi tersebut untuk memperoleh imbalan jasa dan

    mungkin telah memiliki suatu gambaran bahwa nilai jual XXX tersebut tidak akan

    turun. Sebagai lawan dari opsi jual adalah opsi beli atau biasa disebut call option

    dimana pada opsi beli ini memberikan opsi kepada pembeli opsi hak untuk

    membeli aset acuan (underlying asset) pada suatu tanggal yang disepakati dengan

    harga yang telah ditetapkan atau yang dikenal dengan istilah option strike.

    d. Kontrak SWAP

    Secara umum penggunaan transaksi swap dalam industri perbankan

    konvensional dilakukan atas dua jenis underlying asset yaitu nilai tukar dan suku

    bunga. Oleh sebab itu pengertian dari swap itu sendiri merujuk kepada underlying

    assets yang digunakan, dimana swap dalam konteks nilai tukar mengandung

    pengertian sebagai aktivitas pembelian dan penjualan mata uang secara simultan

  • 8

    dalam nilai yang sama untuk waktu jatuh tempo yang berbeda dengan harga

    kontrak swap dihitung berdasarkan selisih harga mata uang atas dua periode jatuh

    tempo. Sementara itu, pengertian swap dalam suku bunga adalah perjanjian untuk

    melakukan penukaran pembayaran jenis suku bunga dalam kewajiban yang

    dimiliki yaitu suku bunga tetap menjadi suku bunga mengambang ataupun

    sebaliknya. Adapun mekanisme pricing swap untuk suku bunga adalah selisih

    hasil deposit dana atas suku bunga yang di-swap dalam jangka waktu yang

    disepakati (nilai deposit atas suku bunga tetap dan nilai deposit atas suku bunga

    mengambang dalam periode yang sama sesuai kesepakatan)(Fitch(1990)).

    Perjanjian swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau

    penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang

    dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi atau

    diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

    C. Konsep Hedging Dalam Islam

    Menurut al-Suwailem (2006), pagar istilah digunakan untuk

    menunjukkan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko dan untuk

    menetralisir risiko tersebut. Hedges juga digambarkan sebagai suatu proses untuk

    mencapai stabilitas harga untuk melindungi pelanggan atau pembeli dari

    peningkatan mendadak dalam harga. Oleh karena itu, adalah metode yang

    menantang dalam memperoleh keseimbangan antara ketidakpastian dan hilangnya

    kesempatan (Gandhi, 2006). Dalam konteks pengelolaan aset dan kewajiban,

    lindung nilai sangat penting untuk dapat mengimbangi setiap ketidakseimbangan

    antara aset dan kewajiban dari perusahaan seperti tanggal jatuh tempo pembiayaan

    jangka panjang dan deposito jangka pendek (Obiyathulla, 2007; Suhaimi, 2008;

    Wajdi & Smolo, 2009).7

    7 Azlin Alisa Ahmad dkk. The Concept of Hedging in Islamic Financial

    Transactions.Asian Social Science; Vol. 10, No. 8; 2014, URL:

    http://dx.doi.org/10.5539/ass.v10n8p42 diakses pada 21 Desember 2015

  • 9

    Contoh aktivitas lindung nilai adalah: investor A mengambil posisi

    long dalam portofolio saham di pasar tunai dan ingin menghindari

    risiko harga saham di masa depan. Hal ini karena kenaikan harga di

    masa depan dapat mengakibatkan harus membeli dengan harga lebih

    tinggi. Karena harga saham di masa depan selalu berubah, sehingga

    investor akan mengambil posisi long (buy) saham sebanyak 1.000

    saham perusahaan A di Rs 100 (= 100.000). Kemudian, ia juga dapat

    mengambil posisi short dengan menjual 500 saham perusahaan B

    sebesar $ 200 (500 x 200 = 100.000) sebagai lindung nilai. Pada hari

    kedua, kata kabar baik terjadi, harga saham A naik 10 persen = 10.000

    (100.000 + 10.000 = 110.000). Sementara saham B naik sebanyak 5

    persen = 5.000 (100.000 + 5.000 = 105.000). Ini berarti bahwa investor

    adalah hilangnya Rs 5.000 untuk menjual saham hari ini. Pada hari

    ketiga, mengatakan akan berita buruk, dari seluruh saham turun

    sebanyak 50 persen. Saham A turun 50 persen = (110.000 / 2 =

    55.000). Kemudian ia mengalami kerugian sebesar 45.000. Hei

    sementara B menurun 50 persen = (105.000 / 2 = 52.500). Modal

    untuk membeli saham B adalah 100,000-52,500 = 47500. Meskipun

    investor telah kehilangan 45.000 saham A. Namun, karena keuntungan

    dari saham B, maka investor masih membuat keuntungan dari 2.500.

    Dengan demikian, berdasarkan contoh ini, pagar didefinisikan sebagai

    jaminan kerugian parah karena kehilangan yang dihadapi oleh investor

    akan dikompensasi oleh keuntungan.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azlin Alisa Ahmad, Departemen

    Syariah, Fakultas Studi Islam, Universitas Nasional Malaysia, Malaysia bersama

    dengan tim, menemukan bahwa semua ulama memiliki definisi yang hampir sama

    dari hedging, yang merupakan metode untuk mengurangi risiko pergerakan harga

    dengan mengambil posisi berlawanan di pasar derivatif untuk mengimbangi

    kerugian di (pasar berjangka) pasar likuiditas dengan keuntungan yang wajar di

    masa depan pasar (market likuiditas).

    Contoh aktivitas lindung nilai adalah sebagai berikut: Seorang investor

    mengambil posisi long dalam portofolio saham pasar likuiditas pada

    saat yang sama ingin menghindari risiko harga saham meningkat di

    masa depan. Hal ini karena peningkatan harga saham di masa depan

    akan menyebabkan dia untuk membeli dengan harga lebih tinggi.

    Karena pergerakan harga saham masa depan, investor kemudian akan

    mengambil posisi long (buy) pada saham yaitu 1.000 saham dari

    perusahaan A pada biaya RM100 (= 100,00). Dia kemudian bisa,

    mengambil posisi short dengan menjual 500 saham di perusahaan B

    pada harga RM200 (500x200 = 100.000) sebagai lindung nilai. Pada

    hari kedua, biarkan mengatakan ada kabar baik yaitu, harga saham A

  • 10

    naik sebesar 10 persen = 10.000 (100.000 + 10.000 = 110.000).

    Sementara, saham B juga naik sebesar 5 persen = 5.000 (100.000 +

    5.000 = 105.000). Ini berarti, bahwa ia menderita kerugian sebesar

    RM5, 000 untuk menjual sahamnya sehari sebelumnya. Pada hari

    ketiga, biarkan mengatakan ada berita buruk bukan yaitu, semua harga

    saham turun sebesar 50 persen = (110.000 / 2 = 55.000). Dengan

    demikian, investor menderita kerugian sebesar RM45, 000 dari saham

    A. Sementara, harga saham B juga turun sebesar 50 persen = (105.000

    / 2 = 52.500). Modal untuk membeli saham B adalah RM100,000-

    RM52,500 = RM47,500. Meskipun investor ini menderita kerugian

    RM45,000 dari saham A, keuntungan dari saham B memungkinkan dia

    untuk masih membuat keuntungan dari RM2,500. Oleh karena itu,

    berdasarkan contoh ini, definisi lindung nilai yang disebutkan di sini

    adalah jaminan terhadap kerugian besar yang dihadapi oleh investor

    mana kerugian yang diderita akan diimbangi oleh keuntungan yang

    diperoleh.

    Oleh karena itu, diharapkan hedging dapat membatasi kerugian ketika

    saatnya tiba untuk pedagang untuk membeli barang yang akan dijual dalam waktu

    (Salihin, 2000). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan berbagai definisi lindung nilai

    menurut para peneliti kontemporer. Namun, tabel menunjukkan pandangan

    mayoritas peneliti dengan pernyataan bahwa lindung nilai adalah metode untuk

    mengelola dan mengurangi risiko.

    Oleh karena itu, dalam penelitian ini, hedging dapat disebut sebagai salah

    satu pendekatan manajemen risiko yang bertujuan untuk mengurangi risiko

    sementara membatasi kemungkinan kerugian yang ditimbulkan akibat

    ketidakstabilan harga komoditas, nilai mata uang atau surat berharga. Selanjutnya,

    lindung nilai dapat menentukan bahwa harga jual disegel dengan pembeli tidak

    akan mempengaruhi keuntungan diproyeksikan sebagai orang-orang yang

    memegang posisi di pasar likuiditas akan berusaha untuk mengurangi risiko-risiko

    di pasar berjangka. Mengingat hampir semua peneliti setuju dengan pernyataan

    bahwa konsep hedging adalah untuk mengelola dan mengurangi risiko, maka

    dapat disimpulkan bahwa konsep ini adalah yang paling tepat.

    Lebih lanjut, konsep manajemen risiko secara syariah lebih menekankan

    pada risk sharing dimana sebuah risiko yang dihadapi oleh sebuah obyek dapat di-

    sharing dengan obyek yang lain dalam rangka meringankan beban dari obyek

    risiko utama. Konsep tersebut dalam konteks perbankan syariah mengandung

  • 11

    pengertian bahwa risiko yang dihadapi sebuah bank syariah dapat di-sharing

    dengan bank syariah lainnya dalam rangka tolong-menolong. Selain dengan risk

    sharing, bank syariah dapat melakukan pengelolaan risiko melalui pengembangan

    produknya 8

    Manajemen Risiko Berdasarkan Prinsip Syariah (gambar 1) Proposal mekanisme lindung nilai berdasarkan prinsip syariah (gambar 2)

    8 Agus Fajri Zam, dkk., Jurnal, hlm. 6

    Transak

    si

    Bank

    1

    Risk

    Eksposure

    Risk

    Eksposure

    Sharing

    Bank

    2

    Bank

    3

    Product

    Development Bank

    ke n

    Bank Syariah Transaksi Keuangan

    Nasabah

    Islamic Hedge Fund

    1

    3 4

    1

    2

  • 12

    D. Islamic Hedging (al-Tahawwuth al-Islami) di Indonesia

    Transaksi Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic

    Hedging) sebagaimana yang didefinisikan oleh DSN melalui fatwa NO: 96/DSN-

    MUI/IV/2015 adalah Cara atau teknik lindung nilai atas nilai tukar berdasarkan

    prinsip syariah. Diantara bentuk transaksi lindung nilai yang difatwakan boleh

    oleh DSN adalah Forward Agreement (al-Muwaadat li aqd al-sharf al-fawri fi

    al-mustaqbal) yaitu: Saling berjanji untuk transaksi mata uang asing secara spot

    dalam jumlah tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar atau

    perhitungan nilai tukar yang disepakati pada saat itu.

    Contoh Kasus :

    Misal: Seorang pedagang komputer di Indonesia membeli beberapa

    unit komputer dari Amerika dengan mata uang US Dollar dengan cara

    tidak tunai, dimana dia akan melunasinya nanti setelah 3 bulan. Karena

    dia mengkhawatirkan nilai tukar US Dollar akan naik tinggi pada saat

    pelunasan maka ia membuat transaksi Hedging dengan cara membeli

    US Dollar sejumlah nominal yang akan dibutuhkan dengan nilai tukar

    pada saat ini dan serah terima Dollar dengan rupiah nanti setelah 3

    bulan lagi pada saat pelunasan pembayaran barang yang telah dipesan.

    Dengan transaksi ini andai harga US Dollar pada saat waktu pelunasan

    kewajiban naik maka dia selamat dari kerugian akibat turunnya nilai

    tukar Rupiah terhadap Dollar, karena ia telah membuat transaksi

    pembelian Dollar dengan nilai tukar pada saat itu.

    Secara etimologis, hedging berasal dari bahasa Inggris hedge yang berarti

    lindung nilai . Secara terminologis, dalam kamus lengkap ekonomi disebut

    bahwa hedging adalah suatu tindakan untuk mengurangi keitdak pastian mengenai

    gerak harga dimasa yang akan datang dari suatu komoditi, surat surat

    berharga(arb. sukuk, eng. Financial security), dan matauang asing (foreign

    currency).

    Praktik ini dapat dilakukan dengan pembelian atau penjualan dari

    komoditi, surat surat berharga atau mata uang asing dalam pasar berjangka

    (futures market), dan mengambil alih opsi (option) yang membatasi keterbukaan

    pemegang opsi terhadap fluktuasi harga.

    Istilah hedging ini digunakan dalam dunia keuangan yang dipergunakan

    sebagai suatu investasi yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau

  • 13

    meniadakan resiko pada investasi lain. Lindung nilai (hedging) juga dapat

    dipahami sebagai strategi yang dibuat untuk mengurangi resiko bisnis yang tidak

    terduga disamping tetap dimungkinkannya memperoleh keuntungan dari investasi

    tersebut.

    Dalam persaingan global saat ini perusahaan harus memiliki strategi

    untuk melindungi nilai transaksi untuk memperlancar berlangsungnya arus

    perdagangan international. Untuk mengantisipasi ketidak pastian tersebut maka

    perusahaan harus melindungi aktiva ataupun kewajiban perusahaannya agar

    nilainya dapat diprediksi.

    Perangkat hedging yang paling banyak dilakukan didunia antara

    lain : forward contract,option, future, future contract, dan swap contract.

    Keseluruhan peerangkat hedging diatas pada dasrnya sama-sama suatu perjanjian

    untuk membeli atau menjual aset pada waktu tertentu dengan harga tetrtentu pula.

    Perbedaannya hanyalah komoditas yang diperdagangkan. Forward contract dan

    swap contract menggunakan intrumen tertentu utamanya pada mata uang, future

    contract titik beratnya menggunakan komoditas barang, sedangkan option bisa

    mencakup hampir keseluruhan komoditas termasuk saham, obligasi, mata uang,

    serta future contract.

    Pengertian hedging bissa dilihat dalam kamus berarti memagari,

    pengertian hedging juga diberkan oleh Marshal yaitu : Menurut sambe hedging

    (lindung nilai) merupakan penggunaan transaksi dipasar derevatif sebagai proteksi

    terhadap posisi aset yang telah ada atau yang mungkin terealisasi dimasa depan.

    Lindung nilai ini biasanya dijalankan sebagai bagian dari program manajemen

    resiko finansial. Melalui lindung nilai potensi variasi hasil atau nilai dari suatu

    aset bisa dikurangi dari kemungkinan mengalaimi kerugian besar bisa dihindari

    atau paling sedikit bisa dikurangi secara drastis. Pada umumnya hedging ini

    mengarah pada pengurangan atau penghapusan kerugian yang ditimbulkan dari

    resiko perubahan nilai kurs. Sedangkan transaksinya mengarah kepada

    kemungkinan pengaruhnya terhadaparus kas yang diakibatkan dari fluktuasi nilai

    kurs atau tarif bunga dalam transaksi yang dilakukan badan usaha.

    Hedging dikelompokkan menjadi tiga :

  • 14

    a. Straight Hedge yaitu upaya untuk membuat simetris antara arus kas aset dan

    instrument hedge.

    b. Opinion Hedge yaitu seperti kita membeli asuransi (asuransi disini adalah

    dilihat dari sisi fungsi dan bukannya dari sisi kelembagaan).

    c. Spekulative Hedge yaitu merupakan yang tinggi resikonya karena merupakan

    gabungan antara beberapa aset instrument hedge dimana arus kasnya dapat

    tidak sistematis satu degan yang lainnya.

    E. Hukum Transaksi Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic

    Hedging)

    a) Dalil Alquran

    1) Allah SWT berfirman : ...

    hai orang orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. QS. al-

    Maidah [5]:1.)

    2) Allah SWT berfirman: ..

    "..Dan tunaikanlah janji-janji itu, sesungguhnya janji itu akan dimintai

    pertanggung jawabannya.. (Q.S al-Isra[17]:34.

    3) Allah SWT berfirman :

    ..

    "Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil) hartaorang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang

    dilandasi atas sukarela diantara kalian..

    b) SunnahRasul:

    1) Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah dari ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad

    dari Ibnu abbas, dan riwayat imam Malik dari Yahya: Rasulullah s.a.w

    menetapkan : Tidak boleh membahayakan / merugikan orang lain dan

    tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan orang

    lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya)

    2) Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu

    Majah, dengan teks Muslim dari ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w

  • 15

    bersabda: (juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum

    dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam

    dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai.

    Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakuka nsecara tunai.

    3) Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari amr bin auf al-Muzani, Nabis.a.w

    bersabda: Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk

    mufakat) dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali shulh yang

    mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum

    muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

    mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

    c) KaidahFiqih :

    1.

    "Pada dasarnya, segala sesuatu (bentukmuamalt) boleh dilakukan

    kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

    2.

    Segala mudharat (bahaya)harus dihilangkan.

    3.

    "Bahaya (dharar) dicegah sebisa mungkin.

    4.

    Janji dengan bentuk bersyarat adalah mengikat.

    5.

    (Janji) yang dikaitkan dengan syarat, wajib dipenuhi apabila

    syaratnya telah terpenuhi.

    6. .

    "Kebijakan pemimpin terhadap rakyat harus mempertimbangkan

    maslahat.

    7.

    Dimana terdapat kemaslahatan, disana terdapat hukum Allah.

  • 16

    d) Pendapat Ulama :

    1) Imam SyafiI berkata: Jika dua belah pihak saling berjanji (muwaadah)

    untuk melakukan transaksi sharf, maka mereka boleh membeli perak,

    kemudian menitipkannya pada salah satu pihak hingga mereka melakukan

    jual beli atas perak tersebut (sharf) dan mempergunakannya sesuai kehendak

    mereka.

    2) Imam Ibnu Hazm berkata: Muwaadah untuk bertransaksi jual beli emas

    dengan emas, jual beli emas dengan perak, jual beli perak dengan perak, dan

    jual beli antara keempat barang-barang ribawi lainnya hukumnya boleh,

    baik setelah itu mereka melakukan transaksi jual beli atau tidak, karena

    muwaadah bukan jualbeli.

    3) (Akad sharf [pertukaran mata uang] yang timbul dari muwaadah tanpa

    dilakukan akad adalah fasad..), mksdnya, tanpa dilakukan akad sharf lagi

    setelah muwaadah; dalam arti, para pihak menjadikan muwaadah sebagai

    akad..Jika kedua belah pihak berkehendak untuk melakukan akad sharf

    setelah itu (muwaadah), maka hal itu tidak mengandung bahaya (tidak

    haram, boleh). Misalnya, seseorang berkata kepada orang lain: mari kita

    pergi ke pasar dengan membawa dirhammu. Jika ternyata dirham milikmu

    itu bagus, maka kita melakukan sharf, yakni kita melakukan akad sharf.

    Pihak kedua (pihak yang diajak bicara) pun menyetujuinya, maka hal itu

    tidak mengandung bahaya (tidak haram, boleh).

  • 17

    F. Transaksi Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic

    Hedging) Atas Nilai Tukar9

    Transaksi Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic

    Hedging) atas nilai tukar berdasarkan kebutuhan nyata (al-hajah al-massah) boleh

    dilakukan dengan syarat mengikuti ketentuan ketentuan yang diatur dalam fatwa

    DSN. Dalam fatwa tersebut memberikan beberapa pengertian penting diantaranya

    sebagai berikut :

    1) Lindung Nilai (al-Tahawwuth/Hedging) atas Nilai Tukar adalah cara atau

    teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan

    akan timbul akibat adanya fluktuasi nilai tukar;

    2) Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic Hedging) atas Nilai

    Tukar adalah cara atau teknik lindung nilai atas nilai tukar berdasarkan

    prinsip syariah;

    3) Transaksi Lindung Nilai atas nilai tukar adalah transaksi (akad) yang

    bertujuan untuk lindung niIai;

    4) Forward Agreement (a/-Muwa 'adat li 'aqd al-sharf al-fawri fi al-

    mustaqbal) adalah saling berjanji untuk transaksi mata uang asing secara

    spot dalam jwnlah tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar atau

    perhitungan nilai tukar yang disepakati pada saat itu;

    5) Transaksi Mata Dang Asing secara Spot (selanjutnya disebut, Transaksi

    Spot) adalah transaksi pembelian dan penjualan mata uang asing untuk

    penyerahan pada saat itu atau penyelesaiannya paling lambat dalam.jangka

    waktu dua hari atau sesuai kelaziman;

    6) 'Aqd al-Tahawwuth al-Basith (Transaksi Lindung Nilai Sederhana) adalah

    transaksi lindung nilai dengan skema Forward Agreement yang diikuti

    9 Lihat ketentuan Umum pada Fatwa DSN No: 96/DSN-MUI/IV/2015 ditetapkan di

    Jakarta pada tanggal 2 April 2015 oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-

    MUI) untuk lebih jelas baca dan pelajari Fatwa DSN-MUI Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002

    Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf), Fatwa DSN-MUI Nomor: 82/DSN-MUI/VIII/2011

    Tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi, Fatwa DSN-MUI

    Nomor: 85: DSN-MUI/I/XII/2012 Tentang Janji (Wa'd) Dalam Transaksi Keuangan Dan Bisnis

    Syariah

  • 18

    dengan Transaksi Spot pada saat jatuh tempo serta penyelesaiannya berupa

    serahterima mata uang;

    7) 'Aqd al-Tahawwuth al-Murakkab (Transaksi Lindung Nilai Kompleks)

    adalah transaksi Iindung nilai dengan skema berupa rangkaian Transaksi

    Spot dan Forward Agreement yang diikuti dengan Transaksi Spot pada saat

    jatuh tempo serta penyelesaiannya berupa serahterima mata uang;

    8) 'Aqd al-Tahawwuth fi Suq al-Sil'ah (Transaksi Lindung Nilai melalui Bursa

    Komoditi Syariah) adalah transaksi Iindung nilai dengan skema berupa

    rangkaian transaksi jual-beli komoditi (sil'ah) dalam mata uang rupiah yang

    diikuti dengan jual-beli komoditi (sil'ah) dalam mata uang asing serta

    penyelesaiannya berupa serah terima mata uang pada saatjatuh tempo;

    9) Bursa Komoditi Syariah adalah Bursa yang menyelenggarakan kegiatan

    pasar komoditi syariah;

    10) Penjual Komoditi Syariah adalah Peserta Pedangan Komoditi yang menjadi

    Peserta Komersial atau Konsumen Komoditi;

    11) Konsumen Komoditi Syariah adalah pihak yang membeli komoditi dari

    Peserta Komersial;

    12) Peserta Komersial adalah pembeli komoditi dari pedagang komoditi;

    13) Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT) adalah surat yang

    diterbitkan oleh Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti atas kepemilikan dan

    penguasaan komoditi syariah;

    14) Peserta Pedagang Komoditi adalah peserta yang menyediakan stok komoditi

    di pasar komoditi syariah;

    15) Mata Dang yang Diterima adalah mata uang yang akan diterima oleh pihak

    yang melakukan lindung nilai pada akhir transaksi;

    16) Mata Uang yang Diserahkan adalah mata uang yang akan diserahkan oleh

    pihak yang melakukan lindung nilai pada akhir transaksi;

  • 19

    a) Ketentuan Hukum

    Transaksi Lindung nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami/Islamic Hedging) atas

    Nilai Tukar berdasarkan kebutuhan nyata (al-hajah al-massah) boleh dilakukan

    dengan syarat mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam fatwa ini.

    b) Ketentuan Akad:

    1. Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar dapat menggunakan salah

    satu dari akad berikut:

    a. Aqd al-Tahawwuth al-Basith.

    b. Aqdal-Tahawwuth al-Murakkab.

    c. Aqd al-Tahawwuth fi Suq al-Silah.

    2. Lindung Nilai yang dilakukan dengan menggunakan akad sebagaimana huruf

    1 di atas, berlaku ketentuan yang diatur dalam fatwa ini.

    c) Ketentuan Mekanisme:

    1. Mekanisme Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar dengan aqd al-

    Tahawwuth al-Basith adalah sebagai berikut:

    a. Para pihak saling berjanji (muwaadah), baik secara tertulis maupun tidak

    tertulis, untuk melakukan satu kali Transaksi Spot atau lebih pada masa

    yang akan datang yang meliputi kesepakatan atas: (1) Mata uang yang

    diperjual belikan, (2) jumlah nominal, (3) nilai tukar atau perhitungan

    nilai tukar, dan (4) waktu pelaksanaan.

    a. Pada waktu pelaksanaan, para pihak melakukan Transaksi Spot (ijab-

    qabul) dengan' harga yang telah disepakati yang diikuti dengan serah

    terima mata uang yang dipertukarkan.

    2. Mekanisme Lindung Nilai Syariah atas nilai tukar dengan aqd al-Tahawwuth

    al-Murakkab adalah sebagai berikut:

    a. para pihak melakukan Transaksi Spot;

    b. para pihak saling berjanji (muwa 'adah) untuk melakukan satu kali

    Transaksi Spot atau lebih pada masa yang akan datang yang meliputi

    kesepakatan atas: (1) Mata uang yang diperjualbelikan, (2) jumlah

    nominal, (3) nilai tukar atau perhitungan nilai tukar, dan (4) waktu

    pelaksanaan;

  • 20

    c. pada waktu pelaksanaan, para pihak melakukan Transaksi Spot (ijob-

    qabuly dengan harga yang telah disepakati yang diikuti dengan serah

    terima mata uang yang dipertukarkan.

    3. Mekanisme Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar dengan 'Aqd al-

    Tahawwuth bi al-Sil 'ah adalah sebagai berikut:

    Mekanisme 1:

    a. Bursa Komoditi Syariah memfasilitasi pelaku transaksi lindung nilai

    syariah atas nilai tukar untuk melakukan transaksi atas sil 'ah di Bursa

    Komoditi Syariah;

    b. Para pihak melakukan dua transaksi sil 'ah secara berurutan:

    Transaksi Pertama:

    1) Konsumen Komoditi yang memiliki kewajiban mata uang asing

    melakukan pemesanan sil 'ah dan berjanji (wa'd) untuk membeli

    sil 'ah tersebut secara tunai, bertahap, atau tangguh kepada

    Peserta Komersial dalam mata uang yang diserahkan;

    2) Berdasarkan pemesanan sebagaimana dimaksud pada angka 1)

    di atas, Peserta Komersial membeli silan secara tunai dari

    sejumlah Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang yang

    diserahkan;

    3) Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan yang berupa

    Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang

    diterbitkan Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian

    komoditi;

    4) Konsumen Komoditi membeli sil.'an dari Peserta Komersial

    dengan akad jual-beli murabahah dalam mata uang yang

    diserahkan, yang pembayarannya dilakukan secara tunai,

    bertahap, atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti dengan

    serah terima dokumen kepemilikan;

    5) Konsumen Komoditi menjual sil 'ah secara tunai kepada Peserta

    Pedagang Komoditi dalam mata uang yang diserahkan;

  • 21

    Transaksi Kedua:

    1) Konsumen Komoditi (LKS atau Nasabah) memberikan kuasa

    (akad wakalah) kepada Peserta Komersial untuk membeli sil 'ah

    secara tunai dalam mata uang yang diserahkan;

    2) Berdasarkan akad wakalah di atas, Peserta Komersial mewakili

    Konsumen Komoditi membeli sil 'ah secara tunai dari sejumlah

    Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang yang diserahkan;

    3) Konsumen Komoditi menerima dokumen kepemilikan yang

    berupa Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT)

    yang diterbitkan Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti

    pembelian komoditi;

    4) Peserta Komersial membeli sil 'ah dari Konsumen

    5) Komoditi dengan akad jual-beli murabahah dalam mata uang

    yang diterima, yang pembayarannya dilakukan secara tunai,

    bertahap, atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti dengan

    serah terima dokumen kepemilikan;

    6) Peserta Komersial menjual sil 'ah secara tunai kepada

    7) Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang yang

    8) diserahkan; Konsumen Komoditi menerima mata uang yang

    diterima dari Peserta Komersial dalam rangka menunaikan

    kewajibannya kepada pihak lain dan menyerahkan mata uang

    yang diserahkan kepada Peserta Komersial.

    Mekanisme 2:

    a. Bursa Komoditi Syariah memfasilitasi pelaku transaksi lindung nilai

    syariah atas nilai tukar untuk melakukan transaksi atas sil 'ah di Bursa

    Komoditi Syariah;

    b. Para pihak rrielakukan dua transaksi sil 'ah secara berurutan:

    Transaksi Pertama:

    1) Konsumen Komoditi yang memiliki kewajiban mata uang asing

    melakukan pemesanan sil 'ah dan berjanji (wa'd) untuk membeli

  • 22

    sii'ah terse but secara tunai, bertahap, atau tangguh kepada Peserta

    Komersial dalam mata uang yang diserahkan;

    2) Berdasarkan pemesanan sebagaimana dimaksud pada angka 1) di

    atas, Peserta Komersial membeli sil'ah secara tunai dari sejumlah

    Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang yang diserahkan;

    3) Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan yang berupa

    Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang

    diterbitkan Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian

    komoditi;

    4) Konsumen Komoditi membeli sil 'ah dari Peserta Komersial

    dengan akad jual-beli murabahah dalam mata uang yang

    diserahkan, yang pembayarannya dilakukan secara tunai, bertahap,

    atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti dengan serah terima

    dokumen

    kepemi Iikan;

    5) Konsumen Komoditi menjual sil 'ah secara tunai kepada Peserta

    Pedagang Komoditi dalam mata uangyang diserahkan;

    Transaksi kedua:

    1) Konsumen Komoditi (LKS atau Nasabah) memberikan kuasa (akad

    wakalah) kepada Peserta KomersiaJ untuk membeli sil 'ah secara

    tunai dalam mata uang yang diterima;

    2) Berdasarkan akad wakalah di atas, Peserta Komersial mewakili

    Konsumen Komoditi membeli sil 'ah secara tunai dari sejumJah

    Peserta Pedagang Komoditi dalam mata uang yang diterima;

    3) Konsumen Komoditi menerima dokumen kepemilikan yang berupa

    Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT) yang

    diterbitkan Bursa Komoditi Syariah sebagai bukti pembelian

    komoditi;

    4) Peserta Komersial membeli sil 'ah dari Konsumen

  • 23

    Komoditi dengan akad jual-beli murabahah dalam mata uang .yang

    diterima, yang pembayarannya dilakukan secara tunai, bertahap,

    atau tangguh sesuai kesepakatan, dan diikuti dengan serah terima

    dokumen kepemiJikan;

    5) Peserta Komersial menjual sil 'ah secara tunai kepada Peserta

    Pedagang Komoditi dalam mata uang yang diterima;

    6) Konsumen Komoditi menerima mata uang yang diterima dari

    Peserta Komersial dalam rangka

    menunaikan kewajibannya kepada pihak lain dan menyerahkan

    mata uang yang diserahkan kepada Peserta Komersial.

    d) Batasan dan Ketentuan

    Dalam Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar berlaku batasan dan

    ketentuan sebagai berikut:

    1) Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar tidak boleh dilakukan

    untuk tujuan yang bersifat spekulatif (untung-untungan);

    2) Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar hanya boleh dilakukan

    apabila terdapat kebutuhan nyata untuk mengurangi risiko nilai tukar pada

    masa yang akan datang terhadap mata uang asing yang tidak dapat

    dihindarkan.

    3) Hak pelaksanaan muwa'adah dalam mekanisme lindung nilai tidak boleh

    diperjualbelikan;

    4) Transaksi Lindung Nilai Syariah atas Nilai Tukar hanya dapat dilakukan

    untuk mengurangi risiko atas:

    a. Paparan (exposure) risiko yang dihadapi Lembaga Keuangan Syariah

    karena posisi aset dan liabilitas dalam mata uang asing yang tidak

    seimbang;

    b. Kewajiban atau tagihan dalam mata uang asing yang timbul dari

    kegiatan yang sesuai prinsip syariah dan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku berupa (i) Perdagangan barang dan jasa di

  • 24

    dalam dan luar negeri; dan (ii) investasi berupa direct investment,

    pinjaman, modal dan investasi lainnya di dalam dan luar negeri.

    5) Pelaku transaksi Lindung Nilai syariah atas Nilai Tukar adalah antara lain:

    a. Lembaga Keuangan Syariah (LKS);

    b. Lembaga Keuangan Konvensional (LKK) hanya sebagai penerima

    lindung nilai dari LKS;

    c. Bank Indonesia;

    d. Lembaga bisnis yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;

    e. Pihak lainnya yang kegiatannya sesuai dengan peraturan

    f. perundang-undangan yang berlaku;

    6) Nilai tukar atau perhitungan nilai tukar harus disepakati pada saat saling

    berjanji (muwa'adah);

    7) Penyelesaian transaksi lindung nilai, berupa serah terima mata uangpada

    saat jatuh tempo dilakukan secara penuh (full commitment). Penyelesaian

    transaksi dengan cara muqashshah (netting) hanya diperbolehkan dalam

    hal terjadi perpanjangan transaksi (roll-over), percepatan transaksi (roll-

    back), atau pembatalan transaksi yang disebabkan oleh perubahan obyek

    lindung nilai.

    e) Penyelesaian Sengketa

    Penyelesaian sengketa di antara para pihak dapat dilakukan melalui

    musyawarah mufakat. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, maka

    penyelesaian sengketa dilakukan melalui lembaga penyelesaian. sengketa

    berdasarkan syariah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  • 25

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Pengertian hedging sebagai mekanisme keuangan yang ditujukan untuk

    mengantisipasi kerugian yang timbul dari fluktuasi harga di pasar dan

    Islamic Hedging Transaksi Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-

    Islami/Islamic Hedging) sebagaimana yang didefinisikan oleh DSN

    melalui fatwa NO: 96/DSN-MUI/IV/2015 adalah Cara atau teknik lindung

    nilai atas nilai tukar berdasarkan prinsip syariah. Diantara bentuk

    transaksi lindung nilai yang difatwakan boleh oleh DSN adalah Forward

    Agreement (al-Muwaadat li aqd al-sharf al-fawri fi al-mustaqbal) yaitu:

    Saling berjanji untuk transaksi mata uang asing secara spot dalam jumlah

    tertentu di masa yang akan datang dengan nilai tukar atau perhitungan

    nilai tukar yang disepakati pada saat itu.

    2. Aplikasi Islamic Hedging pada ekonomi syariah kontemporer

    sebagaimana dijelaskan Transaksi Lindung nilai Syariah (al-Tahawwuth

    al-Islami/Islamic Hedging) atas Nilai Tukar berdasarkan kebutuhan nyata

    (al-hajah al-massah) boleh dilakukan dengan syarat mengikuti ketentuan-

    ketentuan yang diatur dalam fatwa DSN No: 96/DSN-MUI/IV/2015

    digunakan 3 macam akad yang memiliki skim/mekanisme tersendiri. Dan

    salah satu akad yang dikeluarkan dengan fatwa tersebut adalah Transaksi

    Lindung Nilai melalui Bursa Komoditi Syariah (Aqd al-tahawwuth fi suq

    al-silah), yaitu transaksi lindung nilai dengan skema rangkaian transaksi

    jual beli komoditi (silah) dalam mata uang rupiah yang diikuti dengan

    jual-beli komoditi (silah) dalam mata uang asing serta penyelesaiannya

    berupa serah terima mata uang pada saat jatuh tempo.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, Azlin Alisa dkk. The Concept of Hedging in Islamic Financial

    Transactions.Asian Social Science; Vol. 10, No. 8; 2014, URL:

    http://dx.doi.org/10.5539/ass.v10n8p42 diakses pada 21 Desember 2015

    Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Suawailem, Sami. Hedging In Islamic Finance, Occacional Paper No.10,

    Islamic Development Bank, 2006, hlm. 112-113, lihat di

    http://straightwayethical.com/papers/Swailem-Hedging.pdf diakses pada

    tanggal 23 Desember 2015

    Bakar, Mohd Daud Hedging Instruments in Islamic Finance,conference of the

    Sharah Boards of Islamic Financial Institutions The Accounting and

    Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)

    Kingdom of Bahrain, 2008 lihat di https://uaelaws.files.wordpress.com

    diakses pada tanggal 23 Desember 2015

    Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (2003), Himpunan Fatwa

    Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia, Jakarta.

    Gerai Info Bank Indonesia Newsletter Bank Indonesia Edisi 43 Oktober 2013,

    hlm. 4

    Vogel, Frank E., Hayes, Samuel L. (1998),Islamic Law and Finance, Kluwer Law

    International.

    Zam, Agus Fajri dkk., Jurnal, Analisis Kesesuaian Instrumen Hedge

    Konvensional Terhadap Prinsip Syariah, Media Riset Bisnis dan

    Manajemen, Vol.B No.3, Desember 2008, hlm. 2-3 lihat di:

    http://www.online.fe.trisakti.ac.id/ diakses pada 23 Desember 2015

    FATWA

    Fatwa DSN-MUI Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang

    (Al-Sharf)

    Fatwa DSN-MUI Nomor: 82/DSN-MUI/VIII/2011 Tentang Perdagangan

    Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi

    Fatwa DSN-MUI Nomor: 85: DSN-MUIIXII!2012 Tentang Janji (Wa'd) Dalam

    Transaksi Keuangan Dan Bisnis Syariah

    Fatwa DSN-MUI Nomor: 96IDSN-MVI/N 12015 Tentang Transaksi Lindung

    Nilai Syariah (Al-Tahawwuth Al-Islami /Islamic Hedging) Atas Nilai

    Tukar

    PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/31/PBI/2005 Tentang Transaksi Derivatif

    Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/38/PBI/2008 Tentang Perubahan Atas

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 Tentang Transaksi

    Derivatif

    Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7 / 36 / PBI / 2005 Tentang Transaksi Swap

    Lindung Nilai

    Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/ 37 /PBI/2008 Tentang Transaksi Valuta

    Asing Terhadap Rupiah

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/ 8 / PBI/ 2013 Tentang Transaksi Lindung

    Nilai Kepada Bank