Makalah PBL
Mekanisme Miksi dan Terjadinya InkontinensiaValenchia JeandryNIM
: 102012221 ; Kelompok : A4Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi Jalan Terusan
Arjuna No. 6 Jakarta Barat [email protected] :
021-56942061, Fax : 021-5631731
Skenario 1 Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan sulit menahan kencing sejak 1 tahun
terakhir. Dari anamnesa diketahui pasien tersebut mempunyai 7 orang
anak.
PendahuluanMiksi merupakan bahasa kedokteran dari berkemih.
Miksi adalah proses pengeluaran urin dari tubuh dan merupakan kerja
refleks yang sangat penting setelah masa bayi dikontrol oleh pusat
yang lebih tinggi pada sistem saraf.1Tujuan penulis membuat makalah
ini agar pembaca dapat memahami apa itu miksi dan bagaimana
terjadinya proses miksi, organ yang terkait, dan bahkan komposisi
urin itu sendiri. Harapan penulis, agar dengan adanya makalah
ilmiah ini diharapkan dapat membantu memperluas wawasan pembaca
mengenai sistem miksi atau berkemih yang terjadi dalan tubuhnya
masing-masing.
Identifikasi IstilahTidak ada istilah yang tidak dimengerti
penulis.
Rumusan MasalahBerdasarkan pada skenario 1 maka diperoleh
rumusan masalah perempuan berusia 50 tahun yang memiliki 7 orang
anak dengan keluhan sulit menahan kencing sejak 1 tahun lalu.
Analisis MasalahMakroStruktur Organ Terkait
MikroSulit Menahan KencingMekanisme Sistem Urinaria
Pengendalian Pembentukan
Faktor mempengaruhi sistem berkemihPengeluaran
Komposisi Urin
Faktor mempengaruhi jumlh urin
Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ilmiah ini agar para
pembaca terutama mahasiswa fakultas Universitas Kristen Krida
Wacana dapat memahami apa itu miksi dan bagaimana terjadinya proses
miksi, organ yang terkait, dan bahkan komposisi urin itu
sendiri.
Hipotesis PenulisanHipotesis yang diperoleh dari skenario 1
adalah seorang perempuan umur 50 tahun sulit menahan kencing karena
sering melahirkan sehingga sfingter uretra melemah.
Miksi Miksi adalah proses pengeluaran urine dari dalam tubuh.
Ketika bayi, refleks miksi diatur oleh medula spinalis sedangkan
ketika telah tumbuh dan mengerti berbagai macam hal. Miksi mulai
diatur oleh tingkat yang lebih tinggi dari medula spinalis yaitu
korteks serebri. Masuknya urine ke dalam kandung kemih menyebabkan
dinding vesica urinaria menjadi penuh dan tegang, sehingga
terjadilah reseptor regang pada dinding vesica urinaria. Setelah
dinding vesica urinaria teregang, impuls akan berjalan melalui
saraf afferen ke pars lumbalis medula spinalis menyebabkan vesica
urinaria mengalami kontraksi sehingga tegangan dalam vesica
urinaria semakin meningkat karena ruang vesica urianria kecil,
tekanan intra vesica urinaria meningkat, mendorong sfingter uretra
interna, dan impuls akan di transimikan ke korteks serebri
menghasilkan rasa ingin miksi. Miksi ini di kontrol melalui saraf
aferen menuju kandung kemih. Impuls yang berjalan melalui saraf
parasimpatis sacralis meyebabkan otot dindimg kandung kemih
berkontraksi, dan sfingter kandung kemih berelaksasi. Pengeluaran
urine sendiri dibantu dengan adanya kontraksi antara otot dinding
abdomen dengan diafragma sehingga meyebabkan kandung kemih menjadi
kolaps dan meningkatkan tekanan intra-abdominal.1
Struktur Organ UrinariaSistem urinaria adalah suatu sistem dalam
tubuh manusia terdiri atas dua buah ginjal yang terletak pada
dextra dan sinistra, dua buah ureter, satu vesica urinaria, dan
satu uretra yang berfungsi untuk mengekskresi bahan yang tidak
terpakai dan mereabsorbsi bahan yang masih dibutuhkan tubuh (gambar
1).2
Gambar 1. Sistem Urinaria.2
Ginjal Ginjal manusia berjumlah dua dan berbentuk seperti kacang
merah atau kacang dogo dengan ukuran panjang 10- 12 cmdan memiliki
ketebalan antara 3,5 - 5 cm. Ginjal terletak di luar rongga
peritoneum di bagian belakang atas dinding abdomen sehingga disebut
dengan retro peritoneal primer. Ginjal memiliki sisi konkaf yang
disebut hilum. Hilum merupakan tempat keluar dan masuknya ureter,
serta keluar dan masuknya a.v. renalis. Batas kanan dan kiri ginjal
adalah columna vertebralis. Ren dexter terletak pada iga 12 atau
vertebra lumbales 3-4 sedangkan ren sinister terletak pada iga 11
atau vertebra lumbales 2-3. Jarak antara kedua atas kutub ginjal
adalah 7 cm, sementara jarak antara kedua bawah kutub ginjal adalah
11 cm. Jarak antara kutub bawah ren siniter dengan crista illiaca
adalah 5 cm. Sementara jarak antara kutub bawah ren dexter dengan
crista illiaca adalah 3 cm (gambar 2).3
Gambar 2. Letak Ginjal Tampak Anterior dan Tampak
Posterior.3Struktur ginjal terdiri dari extremitas superior,
extremitas inferior, margo medialis, margo lateralis, facies
anterior, dan facies posterior. Facies anterior jauh lebih cembung
daripada facies posterior karena facies posterior jauh lebih pipih
daripada facies anterior. Ginjal memiliki anak ginjal yang terletak
dibagian atas ginjal terdapat glandula suprarenali atau disebut
juga sebagai anak ginjal. Ginjal sendiri memiliki pembungkus atau
kapsula. Terdiri atas capsula fibrosa, capsula adiposa, dan fascia
renalis.3 Capsula fibrosa adalah pembungkus yang melekat pada
ginjal yang mudah di lepas dan hanya membungkus ren dan tidak
membungkus glandula suprarenalis (gambar 3). Capsula adiposa adalah
pembungkus yang mengandung banyak lemak, membungkus ren dan
glandula suprarenalis. Bagian anterior dari capsula adiposa lebih
tipis daripada capsula adiposa bagian posterior. Capsula adiposa
ini berfungsi untuk mempertahankan posisi ginjal pada tempatnya
(gambar 4). Facies renalis terletak diluar capsula fibrosa terdiri
dari dua lembar yaitu facies prerenalis yang terletak di bagian
ventral dan facies retrorenalis yang terletak di bagian dorsal.
Facies prerenalis dan retrorenalis ke cranial bersatu sedangkan ke
caudal terpisah sehingga kantong ginjal ini terbuka kebawah dan
mengakibatkan terjadinya ascending infection (gambar 4).3 Ginjal
terdiri atas dua bagian yaitu bagian korteks dan bagian medulla.
Cara membedakan korteks dan medulla yaitu pada bagian korteks
ginjal terdapat korpus renalis yang didalamnya dapat ditemukan
adanya glomerolus dan pembuluh darah yang akan disalurkan pada
medulla renalis(gambar 5). Pada bagian medulla renalis terdapat
piramid renalis dan columna renalis (bertini). Piramid renalis
adalah bangunan yang bentuknya seperti piramid mesir dan terdiri
dari dua bagian yaitu basis renis yang merupakan dasar piramis
serta papilla renis yang merupakan ujung dari piramid renalis.
Saluran-saluran bermuara pada papilla renalis sehingga tampak
garis-garis pada medulla disebut dengan prosessus medullaris atau
berkas medulla atau medulla rays. Dasarnya yang lebar dan mengarah
ke korteks disebut dengan papila renis. Papilla renis dibentuk oleh
kaliks mayor sedangkan kaliks mayor dibentuk oleh kaliks minor
(gambar 6).4
Gambar 3. Capsula Fibrosa Renalis.3Gambar 4. Capsula Adiposa dan
Facies Renalis.3
Gambar 5. Mikroskopis Ginjal.4
Gambar 6. Makroskopis Ginjal.4Vaskularisasi ginjal berawal dari
a.renalis, a.segmentalis yang terletak di medulla renalis,
a.arcuata yang merupakan perbatasan antara korteks dan medulla,
a.interlobularis yang letaknya di korteks, arteriola aferen yang
terletak pada korpus renalis, kapiler glomerolus, arteriola
efferen, kapiler peritubuluar, v.interlobularis, v.arcuata,
v.interlobar, v.segmental, v.renalis lalu menuju ke vena cava
inferior (Gambar 7).4
Gambar 7. Vaskularisasi Ginjal.4
UreterUreter merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang menuju
ke distal dan akan bermuara di vesica urinaria. Ureter terdiri dari
dua bagian yaitu pars abdominalis dan pars pelvina. Ureter ini
memiliki panjang 25-30 cm. Ureter memiliki membrana mukosa yang
dilapisi oleh epitel kuboid dan dinding muscular yang tebal. Urine
di dorong melewati ureter dengan gelombang peristaltik, yang dapat
terjadi sekitar 1-4 kali per menit. Urine memasuki kandung kemih
dalam serangkaian semburan kecil. Pintu masuk yang miring melalui
dinding kandung kemih menjamin bahwa ujung bagian bawah tertutup
selama miksi dengan kontraksi kandung kemih, sehingga mencegah
refluks urine kembali ke ureter dengan mencegah penyebaran infeksi
dari kandung kemih ke atas. Ureter ini mengalami penyempitan di
tiga tempat yaitu uretero pelvicjunction yang terbentang dari
pelvis renis ke ureter, flexura marginalis merupakan tempat
penyilangan ureter dengan vassa illiaca, dan di muara ureter yang
merupakan vesica urinaria. Persyarafan ureter adalah plexus
hypogastricus inferior vertebra torakal 11 vertebra lumbales
2.1Secara mikroskopis, ureter ini memiliki epitel transisional
dengan sel-sel membulat pada kantung yang menyusut, sedangkan pada
kantung yang melebar terdapat sel-sel yang gepeng. Terdiri dari
lamina propria yang mengandung jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh.
Ureter sendiri terdiri dari otot polos yang melapisinya, yaitu
m.longitudinal interna, m.sirkularis, m.longitudinal externa.
Adanya ketiga otot polos ini berguna agar ketika terjadi kontraksi,
aliran urine akan menuju ke bawah ke dalam vesica urinaria (gambar
8).5
Gambar 8. Mikroskopis Ureter.5
Vesica UrinariaVesica urinaria adalah kandung kemih yang
merupakan muara dari ureter. Vesica urinaria ini berfungsi sebagai
reservoir urine antara 200-400 cc. Dinding vesica urinaria
merupakan lapisan otot yang kuat. Vesica urinaria ini terletak di
belakang os pubis, memiliki lapisan mukosa yang berlipat-lipat
yaitu m.detrusor, m.trigonal, dan m.sphincter vesica. M.detrussor
terletak di lapisan dalam yang berfungsi untuk mengeluarkan urine.
M.trigonal terletak dalam trigonum liutaudi untuk membuka
orrificium urethra interna serta untuk membentuk uvula. M.sphincter
vesica terletak di lateral collum vesica urinaria untuk vesica
urinaria. Letak, bentuk, dan ukuran vesica urianria bervariasi
tergantung pada banyaknya urine yang terkandung di dalamnya (gambar
9).6Bila vesica urianria terisi urine, maka vesica urinaria akan
meninggi dan lebih tinggi daripada cavitas pelvis dan akan menjadi
organ abdomen dan apabila penuh dapat diraba (dipalpasi) di atas
symphysis pubis. Bila vesica urinaria ini meningi maka akan
menggeser letak corpus uteri. Pada vesica urinaria penuh ditemukan
bahwa epitel transisional menjadi lebih gepeng dan tidak terlihat
adanya sel payung. Apabila vesica urinaria kosong akan berbentuk
piramid atau kerucut dan apabila terisi urine bentuknya menjadi
globuler. Terdiri dari tiga lapis otot polos yaitu tunika mukosa
dengan epitel transisional dan lamina propria, tunika muskular
terdiri dari m.longitudinalis interna, m.sirkularis,
m.longitudinalis externa. Kontraksi dari ketiga otot polos ini
penting untuk mengeluarkan urine dari dalam vesica urinaria ke
dalam uretra. Pada vesica urinaria yang kosong ditemukan bahwa
eptel transisional yang lebar dan sel payung yang tampak jelas
(gambar 10).6
Gambar 9. Makroskopis Vesica Urinaria.6
Gambar 10. Mikroskopis Vesica Urinaria.6
UretraUretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih dan uretra merupakan saluran yang menghubungkan kandung kemih
ke lingkungan luar tubuh. Urine dialirkan sepajang uretra dengan
kontraksi kandung kemih. Tetes terakhir uretra dengan kontraksi
sfingter yang mengitari uretra pars membranasoa.1Uretra wanita
adalah tabung dengan panjang sekitar 3 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai lubang di antara labia minora sekitar 2,5-4 cm
di belakang klitoris. Uretra berjalan tepat di bagian depan
pembukaan vagina. Uretra pria adalah tabung dengan panjang sekitar
20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Uretra
memiliki 4 bagian yaitu pars pra-prostatica, pars prostatica, pars
membranosa, pars spongiosa atau cavernosa. Pars pra-prostatica
adalah uretra yang terletak sebelum kelenjar prostat. Pars
prostatica adalah uretra berada di prostat, terdapat pembukaan
kecil, dimana terletak muara vas deferens. Pars membranosa
merupakan uretra yang panjangnya 1,5 cm dan di lateral terdapat
kelenjar bulbouretralis. Pars spongiosa atau pars cavernosa
memiliki panjang 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.
Uretra pria berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran
pengeluaran air mani. Uretra ini memiliki tunika mukosa yang berisi
epitel transisional sampai dengan epitel berlapis gepeng. Tunika
muskularis terdiri atas otot polos, dan tunika adventisia (gambar
11 dan 12).7
Gambar 11. Uretra Pada Pria.7Gambar 12. Mikroskopis Uretra.7
Mekanisme Sistem UrinariaMekanisme pembentukan urine terdiri
dari tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi yang
terjadi di dalam ginjal. Ketiga proses ini dilakukan oleh nefron
yang terdapat di dalam ginjal. Nefron merupakan unit fungsional
ginjal untuk pembentukan urine yang mengandung 1-4 juta nefron
dalam 1 ginjal. Nefron terdiri atas glomerolus, tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, duktus koligen
(Gambar 13).8
Gambar 13. Mekanisme Sistem Urinaria.8
Glomerolus dan FiltrasiGlomerolus adalah gulungan kapiler yang
dikeliling kapsul epitel berdinding ganda disebut dengan kapsula
bowman. Glomerolus dan kapsula bowman bersama-sama membentuk sebuah
korpuskel ginjal. Glomerolus terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
parieta dan lapisan viseral. Dalam glomerolus terjadi proses
filtrasi. Lapisan viseral kapsula bowman adalah lapsian internal
epitelium yang dimodifikasi menjadi podosit. Sel podosit melekat
pada permukaan luar kalpiler glomerular melalui beberapa prosesus
primer panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut
dengan pedikel podosit. Pedikel ini berinterdigitasi (saling
mengunci) dengan prosesus yang yang sama dari podosit tetangga.
Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebut
dengan filtration slits yang lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori
dilapisi selapis membran tipis yang memungkinkan aliran beberapa
molekul dan menahan aliran molekul lainnya. Membran filtrasi
terdiri dari dinding kapiler glomerolus, membrana basalis, dan
filtration slits, kapsula bowman. Filtrasi adalah plasma dikurang
protein. Filtasi dibantu oleh beberapa faktor seperti membran
kapiler glomerular yang lebih permeabel dibandingkan kapiler lain
dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan sangat cepat, dan juga
tekanan darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi dibandingkan
tekanan darah dalam kapier lain karena diameter arteriol eferen
lebih kecil dibandingkan diameter arteriol aferen (gambar 14).8
Gambar 14. Glomerolus dan Filtrasi.8
Tubulus Kontortus Proksimal (TKP) dan ReabsorpsiTKP adalah
saluran yang panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku-liku.
Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel kuboid
yang kaya akan brush border dan memperluas area permukaan lumen.
Reabsorpsi yang terjadi dalam tubulus kontortus proksimal adalah
reabsorpsi obligat 65%. Dalam TKP ini terjadi reabsorpsi air 99%,
Na+ 99,5%, K+ 100%, glukosa 100%, urea 50%, dan phenol 0%.8
Ansa HenleTubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai
desenden ansa Henle yang masuk ke dalam medula, membentuk
lengkungan jepit yang tajam, dan membalik ke atas membentuk tungkai
asenden ansa Henle terdiri atas dua nefron yaitu nefron korteks dan
nefron jukstamedular. Nefron korteks terletak di bagian terluar
korteks, nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang ke
sepertiga bagian atas medulla. Nefron jukstamedullar terletak di
dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang menjulur ke
dalam piramida medulla.8 Ansa henle pars descendens mengandung
filtrat hiperosmotik, pars ascendens mengandung filtrat
hipoosmotik, dan juga terdapat akhir bagian tipis pars descendens
& permulaan bagian tebal pars ascendens disebut cairan tubuh
isoosmolar Tungkai decendens ansa henle sangat permeabel terhadap
air dan relatif impermeabel terhadap zat terlarut seperti NaCl.
Tungkai ini tidak secara aktif mentranspor setiap zat. Tungkai
ascendens impermeabel terhadap air tetapi permeabel terhadap NaCl.
Ion klor secara aktif memompa filtrat keluar tungkai asendens
menuju cairan intertisial peritubular yang diikuti dengan aliran
ion natrium karena tarikan listrik ion klor negatif. Hal ini
meningkatkan konsentrasi osmotik NaCl dalam cairan intertisial
(gambar 15).9 Gambar 15. Ansa Henle.9
Tubulus Kontortus Distal (TKD)TKD adalah sel tubulus yang tidak
permeabel terhadap air. Kira-kira 10% dari natrium klorida yang
disaring akan di reabsorpsi melalui suatu sistem transportasi Na+ /
Cl-, yang sensitif terhadap diuretika tiazid. Selain itu, eksresi
Ca++ diatur oleh hormon paratiroid pada tubulus ini, terdapat
ekresi kalium pula. TKD ini merupakan reabsorpsi fakultatif 15%
yang diatur oleh hormon aldosteron untuk meningkatkan reabsorbsi
NaCl.10
Duktus KoligenTubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar
dan lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang
mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara
kedalam pelvis renalis melalui kaliks mayor. Dari pelvis renalos,
urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke dalam kandung kemih.
Duktus koligen terdapat hormon ADH dengan meningkatkan
permeabilitas dinding terhadap urea dan air. Urea berdifusi secara
pasif keluar dari duktus pengumpul menuju cairan intertisial
medular. Sebagian urea berdifusi dari cairan medularis ke dalam
tungkai descendens. Dengan demikian, urea di sirkulasi ulang di
antara tubulus pengumpul dan tungkai descendens. Konsentrasi tinggi
urea dalam cairan intertisial medularis berkontribusi terhadap
osmolaritasnya. Hal ini meningkatkan pergerakan osmotik air keluar
dari tungkai descendens dan meningkatkan konsentrasi NaCl filtrat
dalam tungkai descendens.1
Mekanisme Pergerakan Arus Bolak-balik Vasa RectaJika sirkulasi
darah mengeluarkan zat terlarut dari cairan ekstraselular medular,
gradien konsentrasi tidak dapat dipertahankan. Gradien
hiperosmolaritas vertikal tidak terganggu dengan sirkulasi darah
karena kapiler vasarecta berfungsi sebagai penukar arus bolak-balik
karena arah aliran darah di sekitar ansa henle berlawanan dengan
arah filtrat di sekitar lengkung tersebut. Dinding vasa recta
permeabel terhadap NaCl dan air. Saat darah mengalir menuruni
pembuluh descendens vasa recta yang paralel terhadap tungkai
ascendens tubulus, darah menjadi hiperosmotik karena darah menarik
ion natrium, klor, serta kehilangan sebagian air. Dasar lengkung
kapilar, osmolaritas plasma identik dengan osmolaritas yang
menyelubungi cairan intertisial. Ketika darah mengalir balik ke
pembuluh ascendens vasa recta yang paralel dengan tungkai
descendens tubulus, garam berdifusi kembali ke kapilar dan air juga
masuk kembali ke pembuluh. Osmolaritas darah menurun karena darah
mengalir menuju korteks. Karena pertukaran pasif garam dan air di
antara vasarecta dan cairan intertisial medular serta fakta yang
menunjukkan medula hanya sedikit hiperosmotik terhadap darah
arteri. Gradien konsentrasi dalam cairan ekstrasel medular
dipertahankan.1
Proses MiksiBerkemih merupakan proses pengosongan vesica
urinaria. Vesica urianria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila
urinaria berisi 250-450 cc pada orang dewasa dan 200-250 cc pada
anak-anak. Mekanisme berkemih terjadi karena vesica urinaria berisi
urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding
vesica urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan ke medula
spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebral. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula
spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi
koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter internal.
Urine dilepaskan dari vesica urinaria tetapi masih tertahan
spincter eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan
menyebabkan relaksasi spinchter eksternal dan urine kemungkinan
dikeluarkan (berkemih) (gambar 16).11Gambar 16. Proses
Berkemih.11
Faktor Ingin MiksiKetika bayi, refleks miksi diatur oleh medula
spinalis sedangkan ketika telah tumbuh dan mengerti berbagai macam
hal. Miksi mulai diatur oleh tingkat yang lebih tinggi dari medula
spinalis yaitu korteks serebri. Masuknya urine ke dalam kandung
kemih menyebabkan dinding vesica urinaria menjadi penuh dan tegang,
sehingga terjadilah reseptor regang pada dinding vesica urinaria.
Setelah dinding vesica urinaria teregang, impuls akan berjalan
melalui saraf afferen ke pars lumbalis medula spinalis menyebabkan
vesica urinaria mengalami kontraksi sehingga tegangan dalam vesica
urinaria semakin meningkat karena ruang vesica urianria kecil,
tekanan intra vesica urinaria meningkat, mendorong sfingter uretra
interna, dan impuls akan di transimikan ke korteks serebri
menghasilkan rasa ingin miksi. Miksi ini di kontrol melalui saraf
aferen menuju kandung kemih. Impuls yang berjalan melalui saraf
parasimpatis sacralis meyebabkan otot dindimg kandung kemih
berkontraksi, dan sfingter kandung kemih berelaksasi. Pengeluaran
urine sendiri dibantu dengan adanya kontraksi antara otot dinding
abdomen dengan diafragma sehingga meyebabkan kandung kemih menjadi
kolaps dan meningkatkan tekanan intra-abdominal (gambar 16).1
Mekanisme Pengendalian MiksiVesica urinaria manusia dapat
menampung urin antara 200-400 cc. Ketika vesica urinaria telah
terisi hingga 150 cc maka timbulah rasa ingin berkemih. Proses
berkemih ini diatur dalam refleks spinal yang kemudian berkembang
diatur oleh korteks serebri. Proses berkemih ini merupakan suatu
proses yang dipelajari pada saat mereka kecil melalui toilet
training. Toilet training adalah latihan untuk berkemih dan
defekasi yang harus diajarkan pada perkembangan anak usia todler.
Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia todler, kemampuan
sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan m.sfingter
ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang tidak
seperti pada masa bayi (0-1 tahun) yang selalu buang air kecil
dimana saja, dan kapan saja.12Kemampuan sfingter ani untuk
mengontrol rasa ingin defekasi biasanya lebih dahulu tercapai
dibandingkan kemampuan sfingter uretra dalam mengontrol rasa ingin
berkemih. Sensasi untuk defekasi lebih besar dirasakan oleh anak,
dan kemampuan untuk mengomunikasikannya lebih dahulu dicapai anak,
sedangkan kemampuan untuk mengontrol berkemih biasanya baru akan
tercapai sampai usia 4-5 tahun.12
Faktor Mempengaruhi Jumlah Urine dan Komposisi UrineProses
pembentukan urin dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
yang menyangkut homon (antidiuretik dan insulin) dan faktor
eksternal yang menyangkut jumlah air yang diminum.
Hormon Antidiuretik (ADH) Hormon antidiuretik dikeluarkan oleh
kelenjar saraf hipofisis (neurohipofisis). Pengeluaran hormon ini
di tentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara
terus-menerus mengendalikan tekanan osmotik darah (kesetimbangan
konsentrasi air dalam darah). Oleh karena itu, hormon ini akan
mempengaruhi proses reabsorpsi air pada tubulus kontortus distal,
sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Oleh karena
cara kerja dan pengaruhnya iniliah, hormon tersebut disebut sebagai
hormon antidiuretik. Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada
saat dalam keadaan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh (saat
kehausan atau banyak mengeluarkan keringat), konsentrasi air dalam
darah akan turun. Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH
meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ke ginjal. ADH selain
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga meningkatkan
permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar membran sel
saluran pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi ke luar dari
pipa pengumpul, lalu masuk ke dalam darah. Keadaan tersebut akan
berusaha memulihkan konsentrasi air dalam darah. Namun, akibatnya
urin yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih pekat (gambar 17)
.13
Gambar 17. Proses Pembentukan Urine Faktor Internal.13
Hormon InsulinHormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh
pulau langerhans dalam pankreas. Hormon insulin berfungsi mengatur
gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes melitus)
memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar
gula dalam darah akan tinggi. Akibat dari keadaan tersebut adalah
terjadi gangguan reabsorpsi di dalam tubulus distal, sehingga dalam
urin masih terdapat glukosa.13
Jumlah Air yang DiminumJumlah air yang diminum tentu akan
mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika kita meminum banyak
air, konsentrasi air dalam darah menjadi tinggi, dan konsentrasi
protein dalam darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang.
Selain itu, keadaan seperti ini menyebabkan darah lebih encer,
sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi dan
berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan air,
sehingga urin yang dihasilkan akan meningkat dan encer.13
Komposisi UrineKomposisi urine normal adalah zat padat, mineral,
dan solid. Zat padat terbanyak adalah urea dengan jumlah dari total
solid, mineral terbanyak adalah NaCl dengan jumlah dari total
solid, dan total solid sendiri terdiri dari bagian urea, bagian
NaCl dan bagian zat organik lain dan zat anorganik lain. Komposisi
urin terdiri dari air 96% dan larutan 4%. Dimana terbagi menjadi
dua yaitu larutan organik dan larutan anorganik. Larutan organik
terdiri atas urea, amoniak dan garam ammonium, kreatin dan
kreatinin, asam urat. Larutan anorganik terdiri dari asam amino,
allantoin, klorida, sulfat, fosfat, oksalat, mineral, vitamin,
hormon, enzim, natrium, kalium (potasium), magnesium, fosfor.
Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.11
Faktor Kapasitas Vesica UrinariaKemampuan untuk menahan kemih
akan menurun seiring dengan pertambahan usia seseorang karena
otot-otot yang melemah. Namun bisa juga karena sering melahirkan
sehingga menurunkan kemampuan otot untuk menahan uterus ataupun
alat-alat di dalam perut. Kontinensia adalah kemampuan untuk
mengendalikan berkemih dan berdefekasi. Manusia mampu mengenali
kebutuhan untuk mengeluarkan urine dan atau defekasi serta mampu
menunda sampai mereka di tempat yang tepat. Kehilangan kontinensia
disebut dengan inkontinensia. Inkontinensia adalah ketidakmampuan
untuk mengontrol berkemih dan yang lebih jarang, mengontrol
defekasi. Definisi lain dapat menggabungkan aspek masalah lain,
seperti periode waktu. Inkontinensia Urine merupakan masalah yang
sering terjadi pada orang dewasa terutama wanita dan insidensnya
meningkat seiring dengan pertambahan usia.3
KesimpulanInkontinensiaadalah kelainan yang dialami oleh
seseorang karena kehilangan kemampuan untuk mengendalikan berkemih
dan defekasi. Biasanya penyakit ini hanya akan dialami oleh orang
yang lanjut usiadiatas 65 tahun khususnya pada wanita karena wanita
pernah melahirkan, apabila seorang tersebut sering melahirkan,
lebih mungkin terjadinya inkontinensia karena kemampuan otot-otot
yang melemah sehingga orang tersebut tidak hanya mengalami
kelemahan otot tapi juga tidak mampu menahan uterus atau alat-alat
dalaman perut sehingga ia akan lebih sering membuang air kecil
dalam jumlah kecil dan frekuensi sering.
Daftar Pustaka1. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern.
Jakarta: EGC; 2003.h.175,77.2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia.
Jakarta: Grasindo; 2007.h.98.3. Faiz O, Moffat D. Anatomi at a
glance. Jakarta: Erlangga; 2004.h.45.4. Bloom, Fawcett. Buku ajar
histologi. Jakarta: EGC; 2004.h.650.5. Kuehnel W. Cytology,
histology, and microscopic anatomy. 4th edition. Germany: Thieme;
2003.p.55. 6. Verrals S. Anatomi dan fisiologi terapan. Jakarta:
EGC; 2003.h.81.7. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta:
EGC; 2003.h.265.8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.
Jakarta: EGC; 2003.H.318.9. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta:
EGC; 2003.45.10. Raharjo R. Kumpulan kuliah farmakologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2004.h.153.11. Alimul AA. Keterampilan dasar praktik
klinik kebidanan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.25.12.
Supartini Y. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC;
2004.h.161.13. Aryulina D. Biologi. Jakarta: Esis;
2008.h.219.Mekanisme Miksi dan Terjadinnya InkontinensiaPage 2